Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149916 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Puspitorini
"Preposisi yang dalam bahasa Jawa disebut tembung ancer-ancer, tembung panggandheng atau tembung lantaran adalah jenis kata yang berfungsi sebagai panghubung atau perangkai yang merangkaikan seluruh struktur sumbu dengan struktur gramatikal lain yang merupakan bagiannya. Preposisi biasanya terletak di depan nomina dan menghubungkannya dengan kata lain dalam ikatan eksosentris berupa frase preposisional. Dalam bahasa Jawa temyata preposisi juga dapat diikuti oleh sumbu berupa verba, ajektiva dan lain-lain.
Preposisi mengandung makna gramatikal yaitu hanya mempunyai fungsi dan makna dalam struktur sintaksis. Dalam kalimat, preposisi selalu hadir bersama-sama sumbunya membentuk frase preposisional sehingga dalam bahasa Jawa preposisi tidak pernah berada pada akhir kalimat.
Secara sintaksis, preposisi berfungsi sebagai pemeri frase nominal pada tataran frase dan berfungsi sebagai pengungkap predikat, penanda fungsi obyek dan fungsi keterangan dalam tataran klausa.
Secara semantis, preposisi dalam bahasa Jawa berfungsi manandai peran-peran tertentu sebagai hasil hubungan antara argumen pengisi sumbu dan predikator pengisi predikat dalam suatu proposisi. Peran-peran yang dapat ditandai oleh preposisi bahasa Jawa adalah : peran pelaku, tempat, arah, tujuan, sebab, waktu, cara, alat, penderita, pemeroleh, batas, sumber, asal, pemisah, peserta, dasar, perihal, perantara, akibat, kemiripan, kesesuaian, persamaan, perbandingan, perkecualian dan pemeran.
Pembicaraan mengenai preposisi tidak bisa dilepaskan dari hubungannya dengan kata yang mendahuluinya yaitu verba pengisi predikat. Verba tertentu bisa menentukan kehadiran preposisi dalam kalimat. Dalam bahasa Jawa verba-verba yang bisa menentukan kehadiran preposisi adalah verba aksi-lokatif, verba keadaan-lokatif, verba proses-lokatif serta verba yang mengandung makna perbuatan yang melibatkan 2 pihak."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S11701
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestariningsih
"Modifikator verbal bahasa Jawa adalah suatu unsur yang berfungsi untuk membatasi, memperluas atau menyifatkan suatu induk atau unsur inti dalgm Frase verbal bahasa Jawa. Oleh karena itu modifikator verbal tidak memiliki fungsi yang otonom di dalam tataran gramatikal."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S11346
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anfebe Kapoh
"ABSTRAK
Preposisi sebagai salah satu jenis kata yang biasanya diletakkan di depan kata benda atau padanan kata benda. gategori ini tidak hanya dikenal dalam bahasa Indonesia tetapi juga dalam bahasa Jerman. Jika kita analisa preposisi dalam kedua bahasa tersebut naka akan dapat kita lihat persanaan naupun perbedaannya.
Begitu banyak preposisi yang kita kenal dalam kedua bahasa tersebut, sehingga penulis nerasa perlu untuk nembatasi topik penbahasan dalan skripsi mni yaitu hanya nenbahas.secara detail preposisi yang nenyatakan hubungan lokal. Tidak hanya dari segi kuantitasnya saja, preposisi juga nemiliki fungsi dan variasi penggunaan yang sangat beraneka ragam.
Perbedaan yang paling menyolok antara preposisi yang Indonesia adalah Rektion. Mungkin istilah ini masih asing bagi kita dan semoga skripsi ini dapat membantu para pembaca untuk lebih mengenal istilah tersebut serta hal_hal lain yang berhubungan dengan preposisi, khususnya preposisi yang menyatakan hubungan lokal.

"
1990
S14586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Anindyadjati FM
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Sutana
"Tulisan ini membahas semantik leksikal bahasa Jawa, khususnya tentang alat-alat pertukangan seng/patri. Tujuan pembasannya ialah mendeskripsikan leksem-leksem yang mengandung makna alat-alat pertukangan seng/patri dan untuk mengetahui komponen-komponen maknanya. Dengan tulisan ini diharapkan akan dapat mempermudah dalam membedakan antara leksem satu dengan leksem yang lainnya: tentang fungsinya, kemiripan maknanya, dan perbedaan makna spesifiknya. Kajian ini, pada akhirnya dapat digunakan sebagai bahan pendefinisian leksem-leksem dalam penyusunan kamus bahasa Jawa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sinkronik. Maksudnya, di dalam analisis bahasa tidak mempertimbangkan perkembangan yang terjadi pada masa lampau. Sehubungan dengan itu, dilakukan langkah pengumpulan data, pengolahan data, dan pemaparan hasil pengolahan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat pertukangan seng/patri ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu disebut sarana dan prasarana. Bahan-bahan yang termasuk sarana ialah (1) anglo anglo, (2) kikir kikir, (3) graji wesi gergaji besi, (4)solder solder, (5) tepas kipas, dan (6) gunting seng gunting seng, sedangkan bahan-bahan yang tergolong prasarana ialah (1) banyu keras air keras, (2) patri patri, (3) gondorukem gondorukem, (4) geni api, dan (5) areng arang."
Yogyakarta: Balai Bahasa Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta, 2010
407 WID 38:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Pramacitra
"Penelitian ini menjelaskan mengenai kata pasrah dalam bahasa Jawa. Pada kamus bahasa Jawa (Poerwadarminta, 1939) secara leksikal kata pasrah merupakan sebuah tindakan, sedangkan berdasarkan definisi yang diajukan de Jong (1985) kata pasrah merupakan kata sifat. Terlihat adanya perbedaan kata pasrah. Secara gramatikal pasrah menurut de Jong (1985) berkategori adjektiva, sedangkan menurut Poerwadarminta (1939) berkategori verba. Hal itu menjadi pemicu dalam topik penelitian ini yakni bagaimana makna kata pasrah secara leksikal dan kontekstual? Sumber data yang digunakan berupa novel dengan judul Ronggeng Dhukuh Paruk (2014). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dianalisis menggunakan semantik leksikal dan semantik kontekstual, serta analisis gramatikal. Hasil analisis menunjukkan bahwa kata pasrah dapat diartikan a) menyerahkan dalam hal konteks menitipkan, b) menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada orang lain, c) berserah diri kepada Tuhan, d) patuh kepada Tuhan, dan e) menerima pada keadaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kata pasrah merupakan sebuah tindakan yang dapat diberi makna secara leksikal, kata pasrah dapat dimaknai secara kontekstual tergantung pada konteks kalimat, dan secara gramatikal kata pasrah berkategori verba yang mengisi fungsi predikat. Pasrah ditandai oleh pendampingan adverbia arep ‘akan’, kudu ‘harus’, dan verba klakon ‘terjadi’.

This study explains the word surrender in Javanese. In the Javanese dictionary (Poerwadarminta, 1939) lexically the word surrender is an action, while based on the definition proposed by de Jong (1985) the word surrender is an adjective. There is a difference in the word surrender. According to de Jong (1985), surrender grammatically is categorized as an adjective, while according to Poerwadarminta (1939) is in the category of verbs. This became the trigger for the topic of this research, namely what is the meaning of the word surrender lexically and contextually? The data source used is a novel with the title Ronggeng Dhukuh Paruk (2014). This study uses a qualitative method. Data were analyzed using lexical semantics and contextual semantics, as well as grammatical analysis. The results of the analysis show that the word surrender can be interpreted as a) surrendering in the context of entrusting, b) surrendering trust completely to others, c) surrendering to God, d) obedience to God, and e) accepting circumstances. The results of this study indicate that the word surrender is an action that can be given lexical meaning, the word surrender can be interpreted contextually depending on the context of the sentence, and grammatically the word surrender category of a verb that fills the function of the predicate. Surrender is indicated by the accompanying adverbs arep 'will', kudu 'must', and the verb klakon 'happens'."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Yanto
"Skripsi ini membahas tentang hak asasi manusia dalam budaya Jawa dilihat dari ungkapan. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah ungkapan apa yang menyatakan konsep HAM dan bagaimana pandangan kebudayaan Jawa tentang HAM dalam ungkapan bahasa Jawa tersebut.
Tujuan skripsi ini adalah menemukan ungkapan ungkapan yang menyatakan HAM dan konsep dari ungkapan tersebut. Untuk menemukan ungkapan yang mengandung konsep HAM, penulis membangun definisi operasional HAM. Setelah membangun defini operasional, penulis menggunakan metode simak untuk menemukan ungkapan yang mengandung konsep HAM. Ungkapan yang mengandung HAM kemudian dianalisis dengan menggunakan teori semantik.
Hasilnya penulis menemukan tujuh belas ungkapan Bahasa Jawa yang mengandung konsep HAM. Dari tujuh belas ungkapan tersebut diperoleh simpulan bahwa konsep HAM dalam budaya Jawa adalah sebuah konsep menghargai orang lain.

This under-graduate thesis is about human rights in javanese culture, through it?s language expression. This research focus on language expresion that reflect human rights concept and javanese culture?s perspective on human rights.
The main purpose of this research is to find the expression that reveals human rights concepts. The other purpose is to find phrases that contains the concept of human rights. Before identifying the expressions, I constructed an operational definition of human rights. After constructing the operational definition, I used the observational method to find phrases that contain the concept of human rights. Then, I analyzed that phrases using the semantics theory.
As a results, I find seventeen Javanese language expressions that contain the concept of human rights. From those seventeen expression, I can conclude that the human rights concept in Javanese culture is about respecting other people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1697
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Preposisi adalah jenis kata yang berfungsi sebagai penghubung atau perangkai yang merangkaikan seluruh struktur sumbu dengan struktur gramatikal lain yang merupakan bagiannya. Preposisi diikuti oleh nomina dan menghubungkannya dengan kata lain dalam ikatan eksosentris berupa frase preposisional. Begitu pun dengan Bahasa Jawa Kuno, preposisi diikuti oleh nomina. Preposisi memiliki makna gramatikal yaitu hanya mempunyai makna dan fungsi jika berada di dalam struktur kalimat. Dalam kalimat, preposisi selalu hadir bersama-sama sumbunya membentuk frase preposisional sehingga dalam Bahasa Jawa Kuno preposisi tidak pernah berada pada akhir kalimat. Secara sintaktis, frase preposisional dapat mengisi fungsi obyek dan fungsi pelengkap dalam tataran klausa. Secara semantis, preposisi dalam Bahasa Jawa Kuno berfungsi menandai peran-peran tertentu sebagai hasil hubungan antara argumen pengisi sumbu dan predikator dalam suatu proposisi. Peran-peran yang dapat ditandai oleh preposisi Bahasa Jawa Kuno adalah: pelaku, lokatif dinamis, lokatif statis, tujuan, temporal, sebab, alat, sumber, asal, perihal, dan situasi. Tujuan dari penulisan ini adalah ingin mengidentifikasi preposisi dalam Bahasa Jawa Kuno. Dan situ diharapkan dapat menjadi sumbangan besar bagi para pembaca dan peneliti-peneliti selanjutnya dalam memahami Bahasa Jawa Kuno."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Augustina Isakh
"Dalam skripsi ini kata sandang Belanda akan dibahas dalam kaitannya dengan substantif yang menyertainya, yang dijabarkan dalam analisis sintagmatis dan analisis paradigmatis; berbagai kasus khusus pemakaian kata sandang de, het, een, dan _ yang nonidiomatis; Berta ciri-ciri sintaksisnya. Selain itu juga akan dibahas ciri-ciri pembeda semantis kata sandang Belanda menurut beberapa pakar linguistik Belanda. Sebagai tambahan juga dibahas mengenai kata tunjuk dalam Bahasa Belanda, yang meliputi deze, die, dit, dan oat. Dalam meneliti kata sandang ini penulis mengadakan penelitian pustaka dan penelitian korpus. Pertama-tama penulis mengumpulkan berbagai sumber rujukan pustaka yang berkaitan, dengan kata sandang. Setelah itu bahasan yang berasal dari sumber tadi dilengkapi dengan penelitian korpus. Dari hasil penelitian tersebut penulis menyimpulkan bahwa kata sandang tidak memiliki makna, namun kata sandang memiliki fungsi, yaitu menentukan kata benda dan mensubstantifkan suatu kata, sehingga erat sekali keterikatan antara kata sandang dan kata benda. Berdasarkan tatabahasa baku Belanda, kata sandang termasuk salah satu kelas kata yang barmakna gramatikal, karena kehadirannya di dalam kalimat harus didampingi Oleh kelas kata benda, sehingga keterikatan tersebut akan memunbulkan makna baru."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian mengenai aposisi dalam bahasa Jawa. Tujuannya ialah untuk memerikan ikhwal, jenis, konstruksi dan relasi makna aposisi dalam bahasa Jawa. Dalam hal ini menyangkut dua aspek dalam bidang linguistik, yaitu secara sintaktis untuk mengetahui jenis satuan lingual aposisi, struktur aposisi, letak dan kedudukan antara aposisi dengan pangkal aposisinya, sedangkan secara semantis menjelaskan hubungan makna aposisi dalam bahasa Jawa, untuk mengetahui fungsi aposisi terhadap pangkal aposisinya.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara cermat dan terarah pemakaian bahasa dari sumber tertulis kemudian melakukan pencatatan data berupa konteks-konteks kalimat yang terdapat aposisi.
Metode penelitian yang digunakan adalah: pertama, metode penyediaan data, untuk memperoleh data yang konkrit, serta terjamin sepenuhnya akan kesahihannya. Kedua, metode analisis data menggunakan metode agih dibantu teknik lanjutan yaitu teknik balik.Metode agih digunakan untuk mengklasifikasikan aposisi berdasar jenis satuan lingaual masing-masing aposisi itu sendiri, sedangkan teknik balik digunakan untuk mengetahui letak dan kedudukan antana aposisi dengan pangkal aposiainya. Ketiga, metode penyajian hasil analisis data berupa penyajian secara informal dan formal. Metode penyajian informal berupa penyajian dengan perumusan kata-kata biasa, sedangkan metode penyajian formal adalah penyajian dengan menggunakan tanda-tanda dan lambang-lambang."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S11647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>