Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169249 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fikri Hidayat
"Jaringan thin client merupakan pengembangan konsep pemberdayaan jaringan komputer lokal berbasis Green Computing. Model jaringan Diskless merupakan model jaringan thin client yang menawarkan penghematan konsumsi daya dan upaya mendukung teknologi ramah lingkungan. Diskless membutuhkan server yang memiliki ketersediaan yang tinggi karena di sisi client tidak memiliki harddisk. Metode Storage Area Network (SAN) merupakan metode dengan kecepatan tinggi yang cocok untuk server diskless. Storage Area Network pada sistem ini bertujuan agar server diskless memiliki redundansi dan ketersediaan yang tinggi bagi client yang terhubung ke server. Hasil pengujian menunjukan bahwa redundansi atau duplikasi data memiliki kecepatan rata-rata 40 MB/s dan memiliki tingkat ketersediaan yang tinggi rata-rata mencapai 99,99%.

Networking thin clients is a development of the concept of empowerment of local computer networks based on Green Computing. Diskless network Model is a model of a network thin clients that offer savings on power consumption and efforts in support of eco-friendly technologies. Diskless servers that have high availability for client side doesn't have a hard drive. Storage Area Network (SAN) is a high-speed method suitable for diskless server. Storage Area Network in this system aims to allow diskless servers have redundancy and high availability for client connected to the server. The test results show that redundancy or duplication of data has a speed of 40 MB/s and has a high availability on average achieve 99.99%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43326
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Valdano T.
"Jaringan thin client merupakan pengembangan konsep pemberdayaan jaringan komputer lokal berbasis Green ICT. Model jaringan dumb terminal dan diskless merupakan dua model jaringan thin client yang dikenal saat ini. Model jaringan dumb terminal dan diskless menawarkan penghematan konsumsi daya dan upaya pendukung teknologi ramah lingkungan. Tulisan ini membahas tentang kinerja jaringan dumb terminal dan diskless untuk melayani aktivitas pengguna dengan aplikasi multimedia yang banyak dimanfaatkan pengguna saat ini.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem jaringan diskless memiliki kinerja lebih baik dibandingkan jaringan dumb terminal untuk mengoperasikan aplikasi multimedia. Hal ini ditunjukkan bahwa jaringan diskless mampu menghemat penggunaan sumber daya hingga 30,78 % untuk konsumsi CPU dan 12,16 % untuk konsumsi memori serta memiliki intensitas komunikasi data hingga 15,17 % lebih besar dibandingkan dengan jaringan dumb terminal.

Thin client network is a development concept of Local Area Network (LAN) deployment based on Green ICT. Dumb terminal network and diskless network are two well known of thin client network model. Dumb terminal network and diskless network offer saving power consumption and "Green" technology effort. This paper discuss about dumb terminal network and diskless network performance to server user activities with multimedia application that well known around many people now.
Experiment result show that diskless network system performance is better than dumb terminal network system to operate multimedia application. It show that diskless network can save resource usage up to 30.78 % of CPU usage and up to 12,16 % of memory usage and also has data transfer intensity up to 15.17 % that is bigger than dumb terminal network.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42906
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Indra Lesmana
"Saat ini banyak digunakan sebuah jaringan yang dapat mendukung layanan suara, data dan video tanpa adanya downtime, sehingga dibutuhkan back up jaringan serta protokol redundansi (active-standby) untuk menunjang terciptanya jaringan komunikasi yang stabil dan efisien. VRRP dan CARP merupakan salah satu protokol yang sering digunakan untuk mendapatkan level layanan yang tinggi. Rancangan pada skripsi ini akan dibuat dalam beberapa skenario yaitu ping tes, flooding, download dokumen serta streaming dengan parameter RTD (delay time), packet loss, throughput dan waktu failover.
Dari hasil simulasi bahwa protokol CARP membutuhkan rata – rata waktu lebih cepat dalam melakukan failover yaitu 5 detik daripada protokol VRRP dengan rata-rata waktu 7 detik. Untuk trafik yang besar protokol VRRP dan CARP mampu melewatkan throughput besar saat dilakukan failover, nilai throughputnya hampir mendekati throughput maksimalnya 6 Mbps, untuk rata-rata packet loss yang didapat sebesar 5-6%.

Today, there are many network could support voice service, data, video conference without any downtime occurred on network. Backup method is required to support all that services and also protocol redundancy (active- standby) which could make a stable and efficient network communications. VRRP and CARP are the frequently used protocols to create a high level of network service. The scheme of this thesis will be made in several scenarios, they are ping test, flooding, download document also streaming by RTD (delay time) parameters, packet loss, throughput and failover time.
The result from simulation showing that CARP protocol need the faster average time that is 5 seconds, but VRRP protocol need 7 seconds of the average time. CARP and VRRP protocol is able to pass up wide throughput while doing failover on the large traffic, its throughput value almost approaches the maximal value of 6 Mbps and average of packet loss are 5-6%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43972
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
E. Budianto
"In post-disaster rehabilitation efforts, the availability of telecommunication facilities takes important role. However, the process to improve telecommunication facilities in disaster area is risky if it is done by humans. Therefore, a network method that can work efficiently, effectively, and capable to reach the widest possible area is needed. This research introduces a cluster-based routing protocol named Adaptive Cluster Based Routing Protocol (ACBRP) equipped by Ant Colony Optimization method, and its implementation in a simulator developed by author. After data analysis and statistical tests, it can be concluded that routing protocol ACBRP performs better than AODV and DSR routing protocol.
Pada upaya rehabilitasi pascabencana, ketersediaan fasilitas telekomunikasi memiliki peranan yang sangat penting. Namun, proses untuk memperbaiki fasilitas telekomunikasi di daerah bencana memiliki resiko jika dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu, metode jaringan yang dapat bekerja secara efisien, efektif, dan mampu mencapai area seluas mungkin diperlukan. Penelitian ini memperkenalkan sebuah protokol routing berbasis klaster bernama Adaptive Cluster Based Routing Protocol (ACBRP), yang dilengkapi dengan metode Ant Colony Optimization, dan diimplementasikan pada simulator yang dikembangkan penulis. Setelah data dianalisis dan dilakukan uji statistik, disimpulkan bahwa protokol routing ACBRP beroperasi lebih baik daripada protokol routing AODV maupun DSR."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Constantino Adi
"Jaringan Mobile IPv6 merupakan teknologi yang mendukung perpindahan mobile node dari titik akses jaringan satu ke titik akses lain tanpa harus memutuskan koneksi. Pada jaringan mobile, perpindahan ini disebut handover yang dibedakan atas vertical handover dan horizontal handover. Untuk mengetahui performa jaringan dengan kedua jenis handover tersebut, dapat diukur beberapa parameter QoS diantaranya adalah throughput, packet loss, dan transfer time. Dalam hal ini, aplikasi yang digunakan berupa download manager yang akan mengunduh file dari sebuah link yang terdapat dalam HMTL file.
Hasil pengukuran tersebut bila dibandingkan akan memperjelas perbedaan antara vertical network dan horizontal network untuk kemudian dipelajari berdasarkan teorinya masing-masing. Hasil pengukuran transfer rate, didapatkan bahwa transfer rate pada vertical handover lebih rendah 2,16% dibanding transfer rate pada horizontal handover. Pengukuran packet loss, didapatkan bahwa packet loss pada vertical handover lebih banyak 1831,74% dibanding packet loss pada horizontal handover. Pengukuran transfer time, didapatkan bahwa vertical handover lebih lambat 14,06% dibanding transfer time pada horizontal handover.

Mobile IPv6 network is a technology that supports mobile nodes movement from one location to another within the network without having to disconnect. In mobile networking, the movement is called handover which is divided into vertical handover and horizontal handover. To determine the network performance with both types of handovers, we can measure several QoS parameters such as throughput, packet loss, and transfer time. In this case, application that is used is the Download Manager, which will download a file from link in the HTML file.
The measurement results are compared to clarify the difference between vertical network and horizontal network for further study based on their respective theories. Measurement results of transfer rate, shows that transfer rate in vertical handover is 2,16% lower than transfer rate in horizontal handover. Packet loss measurement shows that packet loss in vertical handover is 1831,74% higher than packet loss in horizontal handover. Transfer time measurement shows that transfer time in vertical handover is 14,06% slower than transfer time in horizontal handover.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43240
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Suhartanto
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The development of wireless communication technology Beyond 3G (B3G) requires the flexibility both access technology and user terminal to meet the demand of the service needs which grow...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadus Toto P.
"Salah satu parameter kinerja manajemen di perusahaan distribusi distribusi adalah nilai SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) dan SAIDI (System Average Interruption Duration Index) sistem jaringan distribusi. Nilai ini menunjukkan besarnya kegagalan atau pemadaman yang mengakibatkan pelanggan tidak mendapatkan layanan listrik. Nilai SAIFI dan SAIDI sistem yang semakin besar menunjukkan buruknya unjuk kerja manajemen. Nilai SAIFI dan SAIDI dipengaruhi oleh laju kegagalan (failure rate) sistem jaringan distribusi, yang berasal dari probabilitas kegagalan peralatan-peralatan jaringan distribusi atau probabilitas kegagalan pada titik bebannya. Disisi lain adanya kegagalan atau pemadaman mengakibatkan hilangnya pendapatan dari pelanggan, semakin lama dan sering pemadaman yang terjadi mengakibatkan semakin besar pula kehilangan pendapatan dari pelanggan tersebut. Selain itu pemadaman yang lama dan sering akan bercitra buruk di mata pelanggan dan mengurangi nilai parameter kinerja manajemen untuk pelayanan pelanggan dan ada kemungkinan bahwa perusahaan distribusi harus membayar biaya kompensasi ke pelanggan bila nilainya lebih besar dari TMP (Tingkat Mutu Pelayanan). Nilai probabilitas kegagalan tersebut dapat dikurangi dengan cara melakukan pemeliharaan, yang tentunya memerlukan biaya, semakin lengkap pemeliharaan yang dilakukan, semakin besar pula peluang nilai SAIFI dan SAIDI sistem dapat diturunkan, akan tetapi semakin besar pula biaya pemeliharaan yang diperlukan. Agar efektif diperlukan strategi prioritas pemeliharaan peralatan. Metode perencanaan prioritas pemeliharaan yang digunakan adalah berbasis keandalan sistem dan biaya akibat pemadaman. Peralatan-peralatan yang mendapatkan prioritas utama dalam perencanaan pemeliharaan di GI Plumpang trafo satu untuk empat penyulang adalah PGDB1.A, Trafo3.A, PB3.A, Trafo2.A, Trafo4.A, PB4.A, PB2.A dan Trafo5.A di penyulang Astra1 dan PGDB1.B di penyulang Bibir."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T26213
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnatali
"ABSTRAK
WLAN merupakan standar nirkabel yang banyak digunakan sebagai hotspot. Permasalahan WLAN adalah adanya pemakai yang tidak mendapatkan cakupan sinyal sehingga timbul permasalahan backhaul. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah menggunakan WMAN untuk melayani pengguna WLAN. IEEE 802.16d merupakan standar WLAN untuk pemakai fixed. IEEE 802.16d dapat diaplikasikan
untuk melayani IEEE 802.11e melalui interworking. Metode Interworking IEEE 802.16d dengan IEEE 802.11e yang diajukan
adalah dengan memodelkan IEEE 802.11e dengan menerapkan HCF (hybrid coordination function) dan membuat kelas layanan bagi pengguna IEEE 802.16d dan IEEE 802.11e yang dilakukan oleh BSHC (base station hybrid coordination function).Penelitian membahas mengenai kemampuan BSHC untuk melakukan interworking IEEE 802.16d dan IEEE 802.11e pada MAC layer. BSHC memiliki dual MAC yang
bekerja sesuai dengan kebutuhannya. Kemampuan BSHC sebagai bagian dari jaringan IEEE 802.16d untuk memberikan kelas layanan bagi SS (Subscriber Station) dengan menggunakan MAC WiMAX dan QSTA (Qos Station) dengan menggunakan MAC WiFi disimulasikan menggunakan OPNET 14.0.A versi Pendidikan. Hasil penelitian
interworking kedua sistem berupa throughput BSHC sebesar 12.112.000 sps, 77,78% dari jumlah pengguna IEEE 802.16d yang dapat dilayani oleh IEEE 802.16d saat interworking, delay end to end system IEEE 802.16d paling lama 38,85 ms, dan load network IEEE 802.11e sebesar 1300 bit/detik.

ABSTRACT
WLAN is a wireless standard which often used as a hotspot. WLAN coverage is not very wide so some of WLAN?s user can?t be covered. The solution is to applied WMAN to cover WLAN?s users. IEEE 802.16d is a standard for fixed users. IEEE 802.16d can be applied to serve IEEE 802.11e, we call it as an interworking. The method for IEEE 802.16d and IEEE 802.11e interworking is performed through a HCF (hybrid coordination function) model for IEEE 802.11e and class
service classification for IEEE 802.16d? and IEEE 802.11e? users. This method is conducted by a BSHC (base station hybrid coordination function). This research discuss about BSHC? capabilities for interworking IEEE 802.16d and IEEE 802.11e on MAC layer. BSHC has a dual MAC which are MAC of WiFi and MAC of WiMAX. The capabilities of BSHC as a part of IEEE 802.16d network is simulated using OPNET 14.0.A Educational Version. The results are 12,112,000 sps BSHC?
throughput for interworking both systems, 87% from the number of IEEE 802.16d users are served by IEEE 802.16d system, end to end system delay of IEEE 802.16d is 35.85 ms, and IEEE 802.11e load network is 1300 bit/s. "
2009
T 25935
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mailoa, Adrianov A.Y.
"Multicast adalah suatu metode pengiriman data yang memungkinkan data dikirimkan dari satu atau lebih komputer ke lebih dari satu komputer dengan sekali pengiriman. Dengan demikian penggunaan teknik multicast akan menghemat bandwidth jaringan. Efiiensi penggunaan bandwidth tersebut menjadi alasan multicast mulai dikembangkan untuk aplikasi multimedia melalui jaringan atau intemet. Namun aplikasi multimedia merupakan aplikasi yang memhutuhlcan kecepatan dan ketepatan pengiriman data. Karena itu protokol yang dikembangkan di tiap layer atau lapisan jaringan harus mampu menjalankan fungsi-fungsi menjamin kecepatan dan ketepatan data. Salah satu fungsi yang dimaksud adalah routing atau penjaluran pada lapisan network dari TCP/IP. Untuk aplikasi multicast, ada dua protokol penjaluran yang dikernbangkan untuk jaringan intra-AS atau internal gateway protocol (IGP), yaitu DVMRP (Distance Vector Multicast Routing Protocol) dan MOSPF (Multicast Open Shortest Path First). DVMRP menggunakan algoritma distance vector sedangkan MOSPF menggunakan algoritma link state. Salah satu kelemahan algoritma distance vector adalah kemungkinan terjadinya routing loop yang dapat mengakibatkan keterlambatan pengiriman data. Sedangkan pada MOSPF hal tersebut tidak pernah terjadi. Skripsi ini akan mengemukakan suatu simulasi yang membandingkan kedua protokol tersebut dengan menunjukkan kemungkinan routing loop pada DVMRP. Analisa teori dikemukakan berdasarkan karakteristik dari tiap algoritma dan topologi-topologi jaringan yang digunakan dalam simulasi. Dari hasil simulasi kemudian diperoleh kesimpulan bahwa dari segi delay MOSPF lebih baik daripada DVMRP sebesar 38,58% sedangkan dari segi pemanfaatan bandwidth DVMRP lebih baik daripada MOSPF sebesar 12,67%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S39883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>