Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160418 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indryani Dewy
"Kanker payudara merupakan penyakit kanker yang umum pada wanita dan menjadi masalah diberbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Pengetahuan tentang kanker payudara dan motivasi melakukan mamografi berperan penting untuk mendeteksi kelainan pada payudara agar dapat ditemukan sedini mungkin.
Metode penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan mengidentifikasi motivasi dan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara sampel berjumlah 90 responden yang melakukan mamografi di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Tehnik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan analisa univariat tentang pengetahuan kanker payudara dan mamografi didapatkan tingkat pengetahuan cukup. Motivasi untuk melakukan mamografi tinggi, alasan melakukan mamografi karena faktor resiko seperti operasi payudara.
Peningkatan pendidikan kesehatan terutama tentang kanker payudara sehingga perempuan termotivasi melakukan mamografi dan penelitian selanjutnya menggunakan desain deskriptif korelasional agar diketahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi untuk melakukan deteksi dini mamografi.

Breast cancer is the most common cancer in women and became important worldwide issue including in Indonesia. Knowledge of breast cancer and motivation doing mammograph plays crucial role to detect abnormalities at the breast to found out as early as possible.
Methods of descriptive design research used which aimed to identify motivation and knowledge level of breast cancer. The sample were 90 respondents who were checking mammograph at Dharmais Cancer Hospital. The sampling tehnique used consecutive sampling. Data collection using questionnaires.
The result showed univariate analysis knowledge of breast cancer and mammography was moderate and motivation level of doing mammography was high. The reasons doing mammograph because of risk factors example operating history.
Increase health education of breast cancer to make women motivated doing mammograph and it is recommended that the next study would use correlative study to identify relationship between knowledge level and motivation doing mammograph.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42950
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Al Awfa
"Penderita kanker payudara umumnya terdeteksi dalam kondisi stadium lanjut, sehingga kesempatan untuk sembuh menjadi kecil. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu cara deteksi kanker payudara secara dini, tetapi metode ini belum banyak diterapkan oleh perempuan di Indonesia. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keyakinan mengenai deteksi dini kanker payudara.
Tujuan penelitian ini ialah mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan keyakinan dengan perilaku deteksi dini kanker payudara.
Desain penelitian yang digunakan ialah cross sectional dengan teknik random sampling pada 102 responden yang merupakan perempuan usia subur di UPT Puskesmas Sukmajaya, Kota Depok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan maupun keyakinan dengan perilaku (p=0,490 dan p=0,280, CI 95%). Namun ditemukan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan keyakinan (p=0,009, CI 95%). Penelitian ini menyarankan diadakannya promosi kesehatan mengenai deteksi dini kanker payudara terutama pada perempuan usia subur.

Breast cancer patients are generally diagnosed late. Breast self-examination (BSE) is one way to detect breast cancer early, but this method has not been widely adopted by women in Indonesia. This may have been caused by the lack of knowledge and beliefs about early detection of breast cancer.
The purpose of this study was to determine the relationship between the level of knowledge and beliefs with the behavior of breast cancer early detection.
The study design used is cross sectional by random sampling technique, and was conducted on 102 respondents who are women of childbearing age in UPT Puskesmas Sukmajaya, Depok.
The results showed that there is no relation between the level of knowledge and belief to the behavior (p = 0.490 and p = 0.280, 95% CI). However, a significant relationship was found between knowledge and belief (p = 0.009, 95% CI). This study suggests the holding of health promotion into early detection of breast cancer, especially in women of childbearing age.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64465
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Indah Pertiwi
"Kanker payudara banyak diderita perempuan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan pengetahuan dan perilaku mencari pelayanan kesehatan pasien kanker payudara dengan desain penelitian deskriptif sederhana. Responden berjumlah 80 orang secara non probability convenience sampling. Mayoritas responden berpengetahuan baik tentang pengetahuan umum, faktor risiko, tanda gejala, skrining serta perawatan, sedangkan mengenai pengobatan masih kurang. Respon awal saat menyadari perubahan payudara diantaranya tidak bertindak, bercerita, mencari pelayanan kesehatan, melakukan pengobatan alternatif, dan herbal. Keterlambatan pemeriksaan dialami sebagian besar responden. Suami menjadi pilihan terbanyak saat diskusi awal. Dokter bedah dan fasilitas kesehatan pemerintah menjadi pilihan terbanyak saat pemeriksaan awal. Perawat perlu meningkatkan edukasi kanker payudara pada perempuan dan pasien kanker payudara.

Breast cancer occurs to many women. This study aimed to describe the knowledge and health care seeking behavior of breast cancer patients with simple descriptive research design. The respondents were 80 who are chosen by non probability convenience sampling. Majority of respondents have good knowledge about the general knowledge, the risk factors, the signs and symptoms, the screening and nursing care, but they lack about the treatment. The initial responses when there were changes in their breast included no action, telling somebody, seeking health care, getting alternative medicine and herbal. The delayed diagnosis experienced by most of the respondents. The husband became the largest selected person for the initial discussion. The surgeons and the government?s health facilities were chosen by most respondents at the first examination. Nurses need to improve the education provision about breast cancer to women and the breast cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang: Kanker payudara masih merupakan kanker yang paling umum
pada wanita. Identifikasi sel punca kanker payudara sangat penting dalam
memberantas penyakit ini dari akarnya. Beberapa riset telah mengisolasi sel punca
kanker payudara berdasarkan protein membran sel CD24/CD44 dan menemukan
sel punca kanker payudara pada sel CD24-/CD44+ yang menunjukkan sifat
pluripotensi. Namun, beberapa riset lainnya menemukan CD24-/CD44+ tidak
ditemukan pada seluruh tipe kanker payudara, dan tidak selalu berhubungan
dengan perkembangan tumor. Maka dari itu, tingkat pluripotensi dari sel tersebut
masih diperdebatkan. Dalam riset ini, sifat pluripotensi sel punca kanker payudara
dinilai berdasarkan ekspresi gen SOX2 yang merupakan gen untuk sifat
kepuncaan dimana gen ini dapat mendorong pembelahan sel dan invasi.
Metode: Sampel diambil dari situs primer kanker payudara dan difraksinasi
melalui pemisahan sel magnetik. RT-qPCR dan elektroforesis digunakan untuk
mempelajari tingkat ekspresi gen SOX2 antara fraksi-fraksi sel punca kanker
payudara.
Hasil: Kami berhasil memisahkan sel pluripoten dari spesimen klinis kanker
payudara. Fraksi CD24-/CD44- menunjukkan ekspresi gen SOX2 yang lebih
tinggi secara signifikan dibanding CD24-/CD44+. Setelah melewati proses ultralow
attachment, CD24-/CD44+ menunjukkan peningkatan ekspresi gen SOX2
walaupun lebih rendah dari CD24-/CD44-.
Kesimpulan: Pluripotensi yang tinggi, berdasarkan tingkat ekspresi gen SOX2,
ditemukan pada fraksi CD24-/CD44-. Tingkat pluripotensi fraksi CD24-/CD44+
lebih rendah dibandingkan fraksi CD24-/CD44-.;Background: Breast cancer remains as the most prevalent cancer in women.
Identification of breast cancer stem cell (CSC) is crucial in eradicating the disease
from its root. Multiple research has isolated breast CSC based on CD24/CD44
surface marker and discovered that CD24+/CD44- fraction indicates stemness and
pluripotent characteristics. However, it was also found that CD24+/CD44- breast
CSC is not present in all breast cancer types, and not always associated with
tumor progression. Therefore, its pluripotency level remains debatable. In this
research, pluripotency of breast CSCs was assessed. Pluripotency was determined
based on SOX2 gene expression, a gene responsible for stem-like properties,
which can drive cellular proliferation and invasion.
Method: The samples were taken from primary site of breast cancer and
fractionated through magnetic cell sorting. RT-qPCR with subsequent
electrophoresis was used to study the expression level of SOX2 gene among
breast CSC fractions.
Results: We managed to separate the pluripotent cells from the bulk clinical
specimen. CSC subset CD24-/CD44- showed a significantly higher SOX2
expression in comparison to CD24-/CD44+. Following ultra-low attachment,
CD24-/CD44+ showed an increase in SOX2 expression level although still lower
than CD24-/CD44-.
Conclusions: A high pluripotency based on SOX2 gene expression level was
found in fraction CD24-/CD44-. The pluripotency level of fraction CD24-/CD44+
was lower in comparison to fraction CD24-/CD44-., Background: Breast cancer remains as the most prevalent cancer in women.
Identification of breast cancer stem cell (CSC) is crucial in eradicating the disease
from its root. Multiple research has isolated breast CSC based on CD24/CD44
surface marker and discovered that CD24+/CD44- fraction indicates stemness and
pluripotent characteristics. However, it was also found that CD24+/CD44- breast
CSC is not present in all breast cancer types, and not always associated with
tumor progression. Therefore, its pluripotency level remains debatable. In this
research, pluripotency of breast CSCs was assessed. Pluripotency was determined
based on SOX2 gene expression, a gene responsible for stem-like properties,
which can drive cellular proliferation and invasion.
Method: The samples were taken from primary site of breast cancer and
fractionated through magnetic cell sorting. RT-qPCR with subsequent
electrophoresis was used to study the expression level of SOX2 gene among
breast CSC fractions.
Results: We managed to separate the pluripotent cells from the bulk clinical
specimen. CSC subset CD24-/CD44- showed a significantly higher SOX2
expression in comparison to CD24-/CD44+. Following ultra-low attachment,
CD24-/CD44+ showed an increase in SOX2 expression level although still lower
than CD24-/CD44-.
Conclusions: A high pluripotency based on SOX2 gene expression level was
found in fraction CD24-/CD44-. The pluripotency level of fraction CD24-/CD44+
was lower in comparison to fraction CD24-/CD44-.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trias Lingga Natareni
"Kanker payudara menjadi salah satu masalah utama pada kesehatan perempuan di dunia yang kasusnya semakin meningkat setiap tahunnya. Namun data yang didapat dari Unit Layanan Kesehatan Karyawan RS Kanker “Dharmais”, karyawati yang melakukan deteksi dini kanker payudara masih rendah dibanding target dari Unit Layanan Kesehatan Karyawan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker payudara pada karyawati RS Kanker “Dharmais” Tahun 2013. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross-sectional dan pengambilan sampel secara simple random sampling. Data yang dipergunakan diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh responden wanita yang berusia 30-50 tahun. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 110 orang. Hasil penelitian menunjukkan karyawati yang pernah melakukan deteksi dini kanker payudara sebanyak 34,5%. Berdasarkan faktor predisposisi, kelompok umur 40-50 tahun sebanyak 51,8%, tingkat pendidikan tinggi sebanyak 80,9%, pekerjaan/unit kerja berisiko tinggi sebanyak 61,8%, berpengetahuan baik sebanyak 72,7%, mempunyai sikap positif sebanyak 51,8%. Berdasarkan faktor pemungkin, fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 90,0% responden menyatakan memadai, sarana dan prasarana sebanyak 95,5% responden menyatakan memadai. Berdasarkan faktor penguat, adanya dukungan keluarga sebanyak 54,5%, adanya dukungan teman/lingkungan kerja sebanyak 76,4% dan adanya dukungan tenaga kesehatan 80,0%. Dari analisis bivariat dengan CI 95% dan p-value < 0,05 didapatkan variabel dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan menunjukkan hubungan bermakna dengan perilaku deteksi dini kanker payudara pada karyawati RS Kanker “Dharmais” tahun 2013. Berdasarkan penelitian ini, disarankan mengadakan sosialisasi kembali dan penyuluhan pentingnya deteksi dini kanker bagi karyawati secara berkala dan mengadakan program kerjasama antar satuan kerja terkait untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan program deteksi dini kanker bagi seluruh karyawan terutama k

Breast cancer is one of the major health problems in the world of women whose cases is increasing every year. However, the data obtained from the Employee Health Services Unit RS Kanker “Dharmais”, an employee of the early detection of breast cancer is still low compared to the target of Employee Health Services Unit. The purpose of this study was to determine the factors that influence the behavior of early detection of breast cancer in the RS Kanker “Dharmais” (One of the specialized Cancer Hospital in Indonesia) in 2013. This research is a descriptive analytic cross-sectional design and sampling by simple random sampling. Used data obtained from the questionnaires by the female respondents aged 30-50 years. The number of samples in this study was 110 people. The results showed that the employee had the early detection of breast cancer as much as 34.5%. Based on predisposing factors, age group 40-50 years as much as 51.8%, higher levels of education as much as 80.9%, employment / work at non-high risk units as much as 61.8%, 72.7% much better knowledgeable, having a positive attitude as much as 51, 8%. By enabling factors, health care facilities as much as 90.0% of respondents said adequate, facilities and infrastructure as much as 95.5% of respondents said adequate. By reinforcing factors, family support as much as 54.5%, the support of friends / work environment as much as 76.4% and the 80.0% support health workers. From bivariate analysis with 95% CI and p-value <0.05 was obtained variable family support and support health workers showed a significant correlation with the behavior of early detection of breast cancer in the Cancer Hospital employee "Dharmais" in 2013. Based on this study, it is recommended holding back socialization and education for the importance of early detection of cancer and conduct regular employee cooperation programs between units of work related to further improve and develop the cancer early detection program for all employees, especially women’s employee, such as creating a time-table schedule for early cancer detection in order to facilitate the working time employee with cancer early detection services."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S54254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hubert Andrew
"Kanker payudara adalah kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia. Dengan prevalensi sebesar 30–50%, nyeri kanker adalah salah satu komplikasi kanker tersering yang dapat menurunkan mutu hidup penderitanya. Nyeri kanker, yang merupakan sejenis nyeri campuran, dapat diakibatkan oleh perjalanan penyakit atau terapi antikanker. Umumnya nyeri kanker ditangani dengan pemberian opioid dengan/tanpa adjuvan. Namun, opioid memiliki efek samping yang bersifat dose-dependent sehingga penggunaannya harus tepat guna agar memaksimalkan manfaatnya sekaligus meminimalisasi risikonya. Studi ini meneliti efek dari pemberian adjuvan gabapentin terhadap intensitas nyeri dan dosis opioid pasien dengan nyeri kanker payudara. Data rekam medis dari 58 pasien dengan nyeri kanker payudara dari dua rumah sakit rujukan di Jakarta diinklusi untuk studi kohort retrospektif ini. Data yang diambil meliputi profil klinis pasien, derajat nyeri, dan dosis opioid. Analisis statistik tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam median intensitas nyeri maupun median dosis opioid antara kelompok pasien dengan nyeri kanker payudara yang menerima adjuvan gabapentin dengan yang tidak. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan peran gabapentin sebagai adjuvan dalam tata laksana nyeri kanker. Penelitian-penelitian selanjutnya disarankan untuk memperbanyak jumlah pasien dan mengendalikan faktor-faktor perancu seperti status opioid dan pemberian adjuvan lain.

Breast cancer is the most prevalent cancer in Indonesia. With a prevalence of 30–50%, cancer pain is a frequent complication of cancer which may lower patient quality of life. Cancer pain, a type of mixed pain, may develop from cancer progression or anticancer therapy. Opioids with/without adjuvants are usually administered to manage cancer pain. However, opioids are associated with dose-dependent side effects. Hence, the administration of opioids should be efficient to maximize benefit and minimize risks. This research studied the effect of adjuvant gabapentin administration on the severity of pain and opioid dose of patients with breast cancer pain. This retrospective cohort study included medical records from 58 patients with breast cancer pain from two tertiary hospital in Jakarta. Patients’ clinical profile, pain severity level, and opioid doses were collected. Statistical analyses did not find a significant difference in median pain severity level and median opioid dose between patients with breast cancer pain who received gabapentin and those who do not. Further research is warranted to determine the role of gabapentin as adjuvant in the management of cancer pain. Future studies should increase the sample size and control confounders such as opioid status and the administration of other adjuvants."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Aulia Rahman
"Kanker payudara adalah tumor ganas yang terbentuk dari sel-sel payudara yang tumbuh dan berkembang tanpa terkendali sehingga menyebar diantara organ-organ didekat payudara. Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia termasuk di Indonesia. Etiologi dari kanker payudara belum dapat dijelaskan akan tetapi ada beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker payudara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor apa yang berhubungan dengan kanker payudara pada wanita usia 15-70 tahun di Indonesia dengan menganalisis data IFLS-5 tahun 2014. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel penelitian sebesar 14.474 (total sampling). Hasil penelitian ini menunjukan prevalensi kanker payudara pada wanita usia 15-70 tahun di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 0,4. Hasil model akhir analisis multivariat didapatkan pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian kanker payudara yang artinya responden yang berpendidikan rendah berpeluang 0,547 kali terjadi kanker payudara, sedangkan pada kontrasepsi hormonal tidak ada perbedaan antara yang menggunakan kontrasepsi hormonal dengan yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal.

Breast cancer is a malignant tumor that is formed from breast cells that grow and develop uncontrollably so that it spreads between the organs near the breast. Breast cancer is one of the major health problems in the world and including in Indonesia. The etiology of breast cancer has not been explained but there are several risk factors associated with the incidence of breast cancer. The purpose of this study was to determine what factors are associated with breast cancer in women aged 15-70 years in Indonesia by analyzing the 2014 IFLS-5 data. The design used in this study was cross sectional with a study sample of 14,474 (total sampling). The results of this study indicate the prevalence of breast cancer in women aged 15-70 years in Indonesia in 2014 by 0.4% The results of the final model of multivariate analysis that obtained education that had a significant relationship with cancer incidence associated with respondents who were low educated had a 0.547 chance of breast cancer, whereas for hormonal contraception there was no association with those using hormonal contraception who did not use hormonal contraception."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bajuadji
"ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker payudara sampai saat ini memiliki insiden dan prevalensi yangtertinggi dalam diantara penyakit kanker pada perempuan. Lokasi tersering metastasis kanker payudara adalah tulang dimana memiliki overall survival yang baik yang berakibat padapengeluaran biaya yang tinggi dibandingkan dengan metastasis organ viseral. CXCR4 dan RANK diketahui memiliki peran dalam homing sel kanker ke tulang.Dibandingkan dengan biomarker-biomarker yang lain, CXCR4 dan RANK berada padakaskade paling awal dari proses metastasis tulang. Aksis CXCR4 dengan SDF-1 sebagailigannya merupakan pengaturan utama dalam trafficking sel pada beberapa sel punca tubuhmanusia. Aksis RANK/RANKL/OPG mengontrol proses osteoklastogenesis dan resorpsitulang. Dari berbagai studi didapatkan CXCR4 dan RANK diekspresikan tinggi pada kankerpayudara dan berkaitan dengan metastasis tulang. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan kombinasi ekspresi protein CXCR4 danRANK sebagai faktor prediktor metastasis tulang pada kanker payudara. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah case control, analitik, dengan observasional,untuk diagnostik dan prognostik. Penelitian ini dilakukan pada penderita kanker payudarastadium I-IV dengan jumlah sampel 58 pasien. Hasil Penelitian: Faktor Klinikopatologi stadium tumor, mempunyai hubungan yang signifikan terhadap ekspresi kombinasi CXCR4 dan RANK pada metastasis tulang padakasus kanker payudara. Pada penderita kanker payudara terdapat hubunngan yang signifikanantara nilai kombinasi ekspresi CXCR4 dan RANK tinggi dengan kejadian metastasis tulang. Kesimpulan: Faktor Klinikopatologi stadium tumor mempunyai hubungan yang signifikanterhadap ekspresi kombinasi CXCR4 dan RANK pada metastasis tulang pada kasus kankerpayudara. Kombinasi CXCR4 dan RANK dapat digunakan sebagai alat prediktor diagnostikuntuk mengetahui status metastasis tulang kanker payudara, sehingga dapat diberikan terapiawal yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan menekan biaya kesehatan di kemudianhari.

ABSTRACT<>br>
Background Until recently, breast cancer has the highest prevalence and incidence offemale cancer. Breast cancer often metastasised to bone, which have better overall survival but consume more health cost than visceral metastasis. CXCR4 and RANK have been known for it's role in cancer cell homing to bone. Instead ofother biomarkers of bone metastasis, CXCR4 and RANK act in the early cascade of bonemetastasis process. CXCR4 SDF 1 axis plays a great role in cell trafficking of many types ofhuman stem cell. RANK RANKL OPG axis mediates osteoclastogenesis and boneresorption. In several studies, CXCR4 and RANK are highly expressed in breast cancer andcorrelate with bone metastasisAim To establish the combination, CXCR4 and RANK are highly expressed in breast cancer and correlate with bone metastasisMethods Case Control study, analytical, observational for prognostic and diagnostic byinvolving 58 patiens with stadium I,II,II,IV at breast cancer Result Clinic pathalogical factor, stadium had significant correlation with combination CXCR4 and RANK expression in breast cancer patients. The High combination CXCR4 and RANK expression in breast cancer patients had significant correlation with bone metastasis. Conclusion: Clinic pathalogical factor stadium tumor had significant correlation with combination CXCR4 and RANK expression in breast cancer patients. The high Combination of CXCR4 and RANK expression can act as a predictor for bone metastasis inbreast cancer, so the patient can start early therapy which increase the quality of life andreduce treatment cost."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T58889
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditia Reza Romadhoni
"ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker payudara akan mengekspresikan CD36 lebih rendah pada stroma kanker payudara bila dibandingkan sel sehat. CD36 berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan metastasis tumor. Pemeriksaan CD36 plasma dilaporkan pada populasi selain kanker payudara, yang bersifat kurang invasif dan hemat biaya. Belum diketahuinya pemeriksaan CD36 plasma pada kanker payudara dan diharapkan memberikan hasil yang sejalan dengan pemeriksaan histopatologis.
Tujuan: Mengetahui (1) perbedaan konsentrasi CD36 plasma pada kanker payudara dibandingkan dengan orang sehat, (2) perbedaan konsentrasi CD36 plasma pada kanker payudara berdasarkan status metastasisis, metastasis kelenjar getah bening, subtipe molekular, jenis histopatologis, grade histologi ukuran tumor, dan indeks massa tubuh.
Metode: Penelitian dengan desain potong lintang dalam periode Juni 2018 hingga Februari 2019 dan pengambilan sampel secara konsekutif. Dilakukan pemeriksaan plasma ELISA dengan reagen Bioassay Technology Laboratory. Kriteria inklusi: wanita berusia antara 18 hingga 70 tahun, kanker payudara invasif yang patologis, patologi awal: tumor ≥ 1 cm dengan status reseptor hormone dan faktor pertumbuhan epidermal positif atau negatif manusia 2 (HER2/neu), subjek bersedia menandatangani persetujuan penelitian. Kriteria eklusi: subjek yang mengalami progresifitas penyakit selama dalam pengobatan, diabetes melitus, penyakit jantung koroner, stroke, gangguan hati, gangguan ginjal. Data dianalis dalam mencari perbedaan konsentrasi CD36 plasma rerata 2 kelompok.
Hasil: Pada 118 subjek, perbedan median konsentrasi CD36 plasma pada kanker payudara dan sehat, yakni 0,21 dan 0,57, p < 0,05. Selain itu, tidak terdapat perbedaan median konsentrasi CD36 plasma pada kanker payudara berdasarkan status metastasis, metastasis kelenjar getah bening, subtipe molekular, jenis histopatologis, grade histologi, ukuran tumor dan indeks massa tubuh.
Kesimpulan : Median konsentrasi CD36 plasma populasi kanker payudara lebih rendah dibandingkan populasi orang sehat. Tidak terdapat perbedaan bermakna konsentrasi CD36 plasma pada kanker payudara berdasarkan status metastasis, metastasis kelenjar getah bening, subtipe molekular, jenis histopatologis, grade histologi, ukuran tumor, dan indeks massa tubuh.

ABSTRACT
Background: Breast cancer will express low CD 36 within stroma tumor cell. CD36 is involved in tumorigenesis. Research of soluble CD36 plasma has been done in another population. It is unclear whether profile of plasma CD36 concentration in breast cancer will give the same with histopatology result.
Aim, (1) to investigate the differences of plasma CD 36 concentration of the breast cancer patients, compared with the healthy, (2) to analyze profile of plasma CD36 concentration in breast cancer patients based on metastatic status, lymph node metastatic, molecular subtype, histopathologic type, invasive cancer histologic grade, lymphovascular invasion, Ki-67 index, and body mass index.
Methods: This is a cross-sectional study during June 2018 to February 2019 with a consecutive sampling method. Plasma was analyzed using Bioassay Technology Laboratory ELISA reagen. Inclusion criteria included women aged 18 to 70 years old, having pathological invasive breast cancers, having beginning pathological manner of tumor size ≥ 1 cm with the hormonal receptor status and positive epidermal grow factor or negative human-2 (HER2/neu), and subjects were willing to sign the informed consent sheets. Exclusion criteria included subjects with disease progressivity during therapy, diabetes mellitus, stroke, liver, and renal disfunctions. Data was analyzed using SPSS for windows version 20 to get two means difference of plasma soluble CD36.
Results: From 118 subjects, Median of plasma CD36 in breast cancer, and healthy subjects show 0.21, and 0.57, with p value < 0,05. There are insignificant differences profile of plasma CD36 concentration patients based on metastasic status, lymph node metastatic, molecular subtype, histopathologic type, invasive cancer histologic grade, and body mass index.
Conclusion: Plasma CD36 concentration of breast cancer is lower than the healthy population. There are insignificant differences of plasma CD36 concentration profile breast cancer patients based on metastatic status, lymph node metastatic, molecular subtype, histopathologic type, invasive cancer histologic grade, and body mass index."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariel Timy Chiprion
"Pendahuluan:Kejadian kanker payudara pada perempuan usia reproduksi di Indonesia maupun di seluruh dunia dewasa ini semakin meningkat. Terapi kanker payudara dapat mengakibatkan kerusakan organ reproduksi, terutama ovarium dan menyebabkan infertilitas. Salah satu solusi yang tersedia saat ini adalah preservasi ovarium. Hal ini merupakan isu yang penting dan kompleks mengingat tingginya kekhawatiran pasien. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengetahuan, sikap, dan perilaku dokter maupun pasien perempuan penderita kanker payudara di usia reproduksi terhadap preservasi ovarium.
Metode: Dilakukan studi deskriptif kualitatif pada enam pasien dan delapandokter subspesialis bedah onkologi di RSCM dan RS Kanker Dharmais pada Juli 2018-November 2018. Data dikumpulkan melalui wawancara formal tidak berstruktur pada pasien dan dokter spesialis bedah onkologi. Dilakukan juga pengumpulan data demografi pasien.
Hasil: Sebagian besar pasien mengaku belum memiliki informasi yang cukup namun setelah dipaparkan mengenai tujuannya, hampir semua sepakat bahwa preservasi ovarium adalah cara yang dapat digunakan untuk mewujudkan keinginan para pasien untuk memiliki keturunan. Dalam pelaksanaannya, subjek juga paham adanya pertimbangan agama dan finansial. Untuk dokter bedah onkologi, mayoritas mengaku tidak memahami banyak mengenai preservasi ovarium karena keahlian mereka tidak spesifik di fertilitas. Dokter bedah onkologi tidak keberatan untuk belajar lebih lanjut atau mengikuti seminar mengenai preservasi ovarium.
Kesimpulan: Usaha preservasi fertilitas pada pasien kanker masih belum banyak diketahui oleh pasien sehingga terdapat kesenjangan antara perilaku dokter dan pengetahuan pasien. Faktor utama yang memengaruhi kurangnya pengetahuan pada pasien adalah pendidikan, sedangkan faktor utama yang memengaruhi perilaku dokter adalah tingkat keberhasilan preservasi. Diperlukan edukasi dari dokter untuk pasien mengenai preservasi fertilitas, kebijakan yang mendukung dari jaminan kesehatan, dan kerja sama bedah onkologi serta konsultan fertilitas.

ABSTRACT
Background: The incidence of breast cancer in women of reproductive age in Indonesia and throughout the world today is increasing. Breast cancer therapy could damage the reproductive organs, especially ovarium, and cause infertility. One of the currently available solutions is ovarian preservation. This is an important and complex issue due to the heightened patients concern. Therefore, this study aims to assess the knowledge, attitude, and practice of doctors as well as reproductive women with breast cancer regarding ovarian preservation.
Methods:A descriptive qualitative study was done on six patients and eight oncology surgeons in RSCM and RS Kanker Dharmais between July2018-November 2018. Data was gathered throughunstructured formal interview with patients and oncology surgeons. Demographic data of patients was also collected.
Results: Majority of patients admit to knowing next to nothing about fertility preservation, yet they agree to its benefits once they got a brief explanation from the doctors. They perceive this act as a solution for having an offspring though they also understand the religion and financial barriers. In conjuction with the patients, most oncology surgeons have minimal information about this field as it is not their day to day duty. They expressed an eagerness to learn about ovary preservation in seminar as it would help to answer patients concerns.
Conclusion: Patients knowledge about fertility preservation measures among cancer patients is still minimal mainly due to lack of proper educational background. Doctors attitude regarding fertility preservation issue is also heavily influenced by the success rate of the attempt. In the future, further socialization for patients about the objective of fertility preservation supported with health coverage policy are needed for the development of the preservation program. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55554
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>