Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47850 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Turita Indah Setyani
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nanny Sri Lestari
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Fatima Warajaan
Ambon: Kantor Bahasa Maluku, 2019
398.2 MAR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Robindrani Nuralam
"Penelitian dalam skripsi ini difokuskan pada sebuah legenda Betawi, Nyai Dasima. Cerita ini sudah ada sejak lama, paling tidak bisa dideteksi dengan kemunculannya dalam bentuk novel yang dibuat G. Francis pada tahun 1896. Sejak itu orang menanggapi cerita ini dalam beragam bentuk, seperti prosa, puisi, drama, dan versi, seperti syair, pantun, sinema, lenong, Dardanela, Komedi Stamboel dan lain-lain. Adanya transformasi-transformasi cerita yang berlatar belakang kebudayaan Betawi ini menunjukkan minat yang besar dari masyarakat pada cerita ini. Tidak mengherankan jika cerita ini begitu populer hingga mengalami lintas budaya. Sekalipun banyak bentuk tampilan Nyai Dasima, namun tidak menyurutkan peredaran cerita ini sebagai cerita rakyat Betawi.
Dari beraneka ragam transformasi cerita Nyai Dasima tersebut kemudian dikaji transformasi cerita Nyai Dasima versi Tukang Cerita Sofyan jaid dari Tjerita Njai Dasima, G. Francis. Hal tersebut terutama dilakukan untuk melihat sejauh mana perubahan isi cerita dari akhir abad ke-19 itu menuju awal abad ke-21 ini. Dengan demikian dapat diketahui pandangan-pandangan terhadap cerita Nyai Dasima pada dua masa tersebut.
Dalam mengkaji transformasi yang terjadi dalam cerita Nyai Dasima digunakan teori intertekstual yang menyangkut hipogram menurut Riffaterre, Partini Sardjono-Pradotokusumo dan Pudentia MPPS. Kedua tokoh terakhir mengembangkan sendiri teori intertekstual itu--ekspansi, konversi, modifikasi, dan ekserp--ke dalam penelitian mereka. Pada dasarnya analisis ini menerapkan teori dari kedua tokoh tadi karena dianggap lebih relevan dalam penelitian ini. Untuk melihat sebuah kasus transformasi perlu lebih dulu dilakukan telaah intertekstual yang gunanya untuk melihat sejauh mana transformasi yang terjadi.
Sebelum mencapai analisis ini diuraikan terlebih dahulu isi cerita Nyai Dasima per-episode dari teks karya G. Francis dan teks Nyai Dasima versi Sofyan ]aid. Dari pemerian kedua teks tersebut diketahui pada dalam karya G. Francis terdapat 12 episode, sedangkan dalam versi Sofyan Jaid terdapat 8 episode. Empat episode yang tidak terdapat karya G. Francis adalah usaha Samioen dan keluarganya mempengaruhi Nyai Dasima (2 episode), Samioen menemui Hadji Salihoen (I episode), dan pesta kesembuhan Samioen (1 episode).
Selanjutnya setelah dilakukan penganalisisan terdapat transformasi dari unsur tokoh, penokohan, alur, latar. Tokoh Nyai Dasima mengalami modifikasi penokohan, Samioen mengalami modifikasi penamaan menjadi Hasan dan modifikasi penokohan, Ma Boejoeng mengalami modifikasi penamaan menjadi Mak Sema dan penokohan, Hajati mengalami modifikasi penamaan menjadi Dijah dan ekspansi penokohan, Toean W mengalami modifikasi penamaan menjadi van de Buur.
Penelitian ini baru merupakan sebuah pendahuluan bagi penggalian yang lebih mendalam terhadap sebuah cerita rakyat Betawi. Diharapkan dari penelitian ini dapat melestarikan warisan kebudayaan bangsa yang terancam punah karena perkembangan teknologi, komunikasi,dan jumlah penutur yang makin menyurut jumlahnya. Dari hasil analisis ini diharapkan pula dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan kesusastraan Indonesia, khususnya kesusastraan tradisional Betawi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi sebuah fragmen cerita Damarwulan, bagian depan dan akhir teks hilang. Pada halaman-halaman awal dan akhir naskah yang ada pun, banyak tulisan yang tidak terbaca. Jumlah pupuh yang ada hanya 36. Redaksi teks Damarwulan ini berbeda dengan versi-versi lain yang dikenal, terutama versi cetak, FSUI/CH.13, dan MSB/L.120. Teks dimulai ketika Damarwulan sudah mengabdi di kerajaan Majapahit sebagai perawat kuda. Putri Patih Logender yang bernama Anjasmara jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan Damarwulan, namun saudara kembarnya, Layang Seta dan Layang Kumitir tidak menyetujui, sehingga ada niat untuk membunuh Damarwulan. Cerita berakhir pada bagian Damarwulan diadu dengan Layang Seta dan Layang Kumitir untuk memastikan siapa yang berhak menjadi raja di Majapahit. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) durma; (3) pangkur; (4) asmarandana; (5) durma; (6) sinom; (7) pangkur; (8) durma; (9) asmarandana; (10) durma; (11) pangkur; (12) dhandhanggula; (13) durma; (14) pangkur; (15) dhandhanggula; (16) pangkur; (17) sinom; (18) pangkur; (19) mijil; (20) pangkur; (21) maskumambang; (22) mijil; (23) dhandhanggula; (24) sinom; (25) pangkur; 26) mijil; (27) asmarandana; (28) durma; (29) sinom; (30) pangkur; (31) dhandhanggula; (32) durma; (33) maskumambang; (34) sinom; (35) asmarandana; (36) durma. Menurut keterangan di luar teks, naskah ini diterima Pigeaud dari R. van Heek-eren di Jember 1930. Tidak ada data sama sekali tentang penulisan maupun penyalinan naskah ini. Berdasarkan cuplikan gatra 1-2 pada tiap awal pupuh, naskah ini juga berbeda dengan naskah Damarwulan dalam Pratelan, MSB/L.120, maupun dalamFSUI/CH.13."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.14-NR 125
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ketikan ini berisi ringkasan (berupa petikan bait pertama dan terakhir tiap pupuh) dari sebuah naskah Damarwulan, tanpa disebutkan identitas naskah induk yang sejelasnya. Menurut keterangan di luar teks, naskah induk tersebut diterima Pigeaud dari Ir. Moens pada bulan April 1928, di Yogyakarta. Teks yang diringkas terdiri atas 80 pupuh. Tercatat bahwa naskah ini mirip 'Serat Damar Woelan poezie? yang terurai dalam Pratelan 1:10-22. Tetapi setelah diteliti dan dibandingkan, ternyata kedua teks ini tidak sama, melainkan merupakan redaksi yang berbeda: pupuh 1-50, kemudian pupuh 52-74 dalam edisi cetak sama dengan pupuh 51-73 dalam naskah ini, selebihnya berbeda. Meskipun nama pupuhnya sama, tetapi jumlah bait dan kata-kata gatra pertama pada tiap pupuhnya tidak selalu sama. Versi Damarwulan ini, apabila dibandingkan dengan naskah FSUI/CH.13 serta MSB/L.120 hanya sedikit berbeda, terutama pada urutan pupuh bagian akhir."
CH.15-L 23.07
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"This article describes documentation and collecting phase of
Nagari Koto Besar, Dharmasraya West Sumatera folktales.
These folktales then analized with Bascom’s function theory.
Based on analysis, there are 9 folktales which describes history of Koto
Besar. The folktales are Asal Usul Munculnya Koto Besar, Rumah
Tuo, Burung Beo dan Koto Besar, Penghormatan terhadap Raja,
Sapi yang Dilarang, Orang Bunian, Padi Sebesar Biji Kelapa, Bukik Mayang Taurai, and Sungai Bayie dan Sungai Balun. "
391 WE 1:2 2010
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maini Trisna Jayawati
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997
398.32 MAI a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11368
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Palupi Damardini
"Palupi Damardini. Cerita Si Pitung sebagai Sastra Lisan: Analisis terhadap Struktur Cerita (di bawah bimbingan Puden_tia MPSS, M.A.). Fakultas Sastra Universitas Indonesia. 1993. Tujuannya untuk mengetahui apakah Cerita Si Pitung dapat digolongkan sebagai sastra lisan dan menganalisis struktur cerita tersebut (dalam konteksnya sebagai sastra lisan, latar, dan penokohan cerita tersebut. Data primer diperoleh dari narasumber yang merupakan penduduk asli Betawi. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa Cerita Si Pitung dapat digolongkan sebagai sastra lisan. Struktur ceritanya merupa--kan gabungan dari dua teori, yaitu teori Propp dan Olrik. Sedangkan latar cerita dibagi menjadi dua golongan, yaitu latar fisik dan latar sosial. Latar sosial dalam cerita tersebut ternyata erat kaitannya dengan kondisi sosial dan historis masyarakat Betawi. Penokohan dalam cerita berpusat pada Pitung sebagai tokoh sentral."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11018
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>