Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152550 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhea Eka Pradani
"ABSTRAK
Salah satu budaya masyarakat yang dapat dikaji adalah mengenai sistem religi. Pada kesempatan ini penulis memilih untuk mengkaji kehidupan religi dan berbagai upacara keagamaan yang dijalani oleh masyarakat adat Benuaq melalui novel Upacara. Permasalahan yang diangkat melalui novel ini ialah mengenai ritual keagamaan yang dijalani beserta pemikiran dan sikap mereka. Penulis juga akan memberikan penilaian terhadap karya novel ini menggunakan metode kritik sastra mimetik dengan pendekatan antropologi sastra. Kajian dengan mengunakan metode mimetik itu tidak terlepas pula dari unsur intrinsik karya, yakni pelataran, penokohan, dan pengaluran. Setelah melalui penelitian dan pengkajian diperoleh hasil bahwa peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam novel Upacara merupakan mimetik kehidupan nyata masyarakat adat Benuaq.

Abstract
One of the cultural communities that can be studied is about the religious system. On this occasion, the authors chose to examine the religious life and religious ceremonies by indigenous Benuaq?s peoples through the novel Upacara. Issues raised by this novel is about the religious ritual that served by Benuaq?s peoples and also their thoughts and attitudes. The authors also would provide an assessment of the novel through mimetic methods and anthropological literary approach. Mimetic can not be separated from the intrinsic element of the novel, namely the setting, characterizations, and plot. The research and study results showed that the events in the novel is a mimetic real life Benuaq society."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43219
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun, Tridah
Jakarta: Kesaint Blanc, 1986
306 TRI a (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
S. Ilmi (Samrotul Ilmi) Albiladiyah
Yogyakarta: [publisher not identified], 1980-1981
572.56 A 242 r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Sulistyo Budi
Yogyakarta: BPNB, 2013
394.4 NOO u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhanti Parama Sany
"Skripsi ini menjelaskan hubungan antara simbol dan ritual dalam kebudayaan Masyarakat Desa Pangkalan, Kabupaten Cirebon. Hal tersebut dapat tergambarkan dalam sebuah pertunjukan tari topeng Cirebon di upacara adat Mapag Sri yang masih dianggap sakral hingga saat ini. Padahal, saat ini masyarakat Desa Pangkalan merupakan masyarakat yang terbuka, dengan akses transportasi yang memudahkan mereka untuk berinteraksi dengan kehidupan kota dan lebih mengedepankan sifat-sifat rasional. Interaksi dengan kehidupan kota terjadi sebagai salah satu cara masyarakat Desa Pangkalan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang semakin kompleks. Namun, di balik pemenuhan kebutuhan yang semakin kompleks, masyarakat Desa Pangkalan masih mempertahankan upacara adat Mapag Sri dengan pertunjukan tari topeng yang dianggap sakral dan penting sebagai bagian dari upacara adat Mapag Sri hingga saat ini. Oleh karena itu, pertunjukan tari topeng Cirebon dalam upacara adat Mapag Sri merupakan objek penelitian skripsi ini.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan konsep simbol dari Clifford Geertz, yaitu ikon. Ikon merupakan simbol suci yang mampu menyatakan, menyembunyikan, dan menghadirkan yang suci dalam kenyataan. Apalagi, jika ikon ini dihubungkan dengan mitologi, kosmologi, dan kepercayaan sehingga ikon memiliki sifat sakral. Dalam penelitian ini, ikon diletakkan dalam upacara dengan pertunjukan topeng, topeng, hingga dalang yang menarikan tari topeng Cirebon. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang mampu merepresentasikan hubungan antara simbol, kebudayaan, dan pemenuhan kebutuhan masyarakat Desa Pangkalan akan kehadiran yang suci ke dalam kenyataan melalui pertunjukan tari topeng Cirebon dalam upacara adat Mapag Sri hingga saat ini.
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Kualitatif-Interpretatif. Dengan menggunakan metode ini, peneliti bukan hanya memcari informasi, tetapi lebih kepada untuk memahami suatu objek penelitian berdasarkan makna dan nilai masyarakat yang besangkutan. Dalam hal ini, objek studi dalam metode ini adalah sistem nilai masyarakat yang bersangkutan atau, disebut Clifford Geertz, sebagai logico-meaningful. Dengan menempatkan pertunjukan, topeng, dalang, maupun upacara yang diletakkan ikon, penelitian ini dapat menjelaskan sistem nilai yang tetap diacu sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat Desa Pangkalan hingga saat ini.

This undergraduated thesis describes the relation between symbols, ritual and culture of Pangkalan village society in Cirebon regency. That relation can be seen in a Topeng dance (Mask dance in English ) performance on Mapag Sri tradition ceremony, which still as the sacred one until now. Although nowadays the society in Pangkalan village is open minded society, which seen in a transportation access to the city.. This access make them more to interact with the city life and trust to rational characteristics. The interaction to the city life is one of their ways of completing the needs from an emerging complex society. However, behind the needs of an increasingly complex, society of Pangkalan village still retain traditional ceremony Mapag Sri dance with masks. They belief that this ceremony considered sacred and important part of traditional ceremonies until this day. Therefore, the Cirebon mask dance performance in traditional ceremonies Mapag Sri is the object of research this essay.
The Research was conducted with the use of symbols from Clifford Geertz, Ikon. It is a holy symbol that is capable to clarify, hide, and represent the sacred in to the reality. The Ikon is associated with the mythology, cosmology and the belief of Pangkalan village society, because of that, make ikon has a sacred nature. In this research, Ikon was placed in the mask ceremony, the face mask itself, and the Dalang (mastermind of ceremony) of the Cirebon mask dance. They are a unit that is capable of representing the relations between symbols, culture and community needs of the Pangkalan village to the presence of the holy into reality through the Cirebon mask dance performance in the traditional ceremony of Mapag Sri until now.
The research method used in this research is the Qualitative Method-Interpretative, by using this method, researcher not only looking for information but more to understand the object of a research based on the meaning and value of pertinent community. In this case, the object of study in this method is the value system of society involved or what Clifford Geertz referred as the logico-meaningful. With the mask ceremony, the mask itself, the ?Dalang?, and the ritual where the icon is placed, then this research may explain the value system that still referred as part of the Pangkalan village society culture until to this day."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Mulku Zahari
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981
306 ABD a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi
"ABSTRAK
Kebudayaan masyarakat mclahirkan suatu kepercayaan tertentu. Kepercayaan itu melahirkan pula berbagai bentuk upacara ritual yang bercampur dengan adat sebagai manifestasi dari pengakuan mereka terhadap adanya suatu kekuatan di luar diri mereka.
Dalam masyarakat tradisional, seringkali ungkapan pengakuan terhadap apa yang disebut "Tuhan" diejawantahkan dalam bentuk kesenian. Dalam masyarakat tradisi kesenian dan kepercayaan belum punya dinding pembatas.
Masyarakat Dayak Benuaq--sebuah subsuku Dayak di pedalaman Kalimantan Timur--memiliki tradisi kesenian yang memiliki nilai estetika tinggi. Daerah-daerah di sekitar Danau Jempang merupakan wilayah tempat bermukim suku Benuaq.
Salah satu bentuk kesenian mayarakat Benuaq adalah Upcara kwangkay. Upacara ini hanya diamalkan oleh masyarakat Benuaq saja. KW8Dg*UJ' adalah upacara adat bernuansa sakral yang berkaitan dengau kematian: Tvjuan upacara ini adalah untuk menghormati dan membahagiakan para roh dari anggota keluarga dan leluhur yang sudah mati. Upacara kwangkay diselenggarakan selama 37 hari. Kampung tempat upacara berlangsung menjadi ramai: di samping upacara pokok, ada sabung ayam (sauqng), judi tongkok, dan pasar malam. Penduduk dari desa tetangga berdatangan ke desa tcrsebut.
Para penyentangih dan penuing adalah orang yang menegang pcranan dalam upacara kwangkay: penyentangih adalah penyair lisan yang mendendangkan teks lisan (memang) selama. upacara berlangsung. Hakekat teks lisan itu adalah semacam komunikasi antara para arwah si mati dengan anggota keluarga yang masih hidup. Jadi, suatu saat seorang penyentangih mengidentifikasikan diri sebagai arwah si mati, pada saat lain ia mengidentifikasikan diri sehagai salah seorang anggota keluarga yang masih hidup. Teks memang didendangkan dengan
bererapa lagu, yaitu lagu Sentangih, lngv Akai, Iagu Hara, dan lagu Aloi.
Penuing adalah penbantu penyentangih yang meningkahi dendangan penyentangih pada akhir setiap kouplet. Para penuing ada yang akhirnya menjadi penyentangih. Tapi tidak selalu seorang penuing berminat menjadi penyentangih.
Para penyentangih adalah jenbutan konunikasi antara orang yang sudah mati dengan yang masih hidup. Peran penting yang dimainkan oleh penyentangih adalah mereka memegang posisi maha penting dalam proses pengawetan ilmu dan nilai-nilai budaya yang herlaku dalam masyarakatnya. Mereka adalah ensiklopedi hidup bagi masyarakatnya. Teks memang dalam upacara Kwangkay (yang hanya bisa didendangkan oleh para penyentangih) adalah sebuah wadah besar yang di dalamnya terkandung kumpulan adat kebiasaan, konvensi, peraturan, undang-undang, nilai-nilai moral dan etika yang terpilih yang berlaku dalam masyarakat Benuaq. Di dalam teks memang termuat seluruh sistem nomoi dan ethea--seluruh sistem pengetahuan--yang berlaku dalam masyarakat Benuaq, yang secara turun tenurun diamankan, diawetkan, dan diteruskan oleh golongan penyentangih ke generasi Benuaq berikutnya.
Penyentangih ibarat sebuah buku tebal dalam masyarakat tradisi tulisanz teks lisan yang ada dalam kepala para penyentangih merupakan informasi tentang perjalanan budaya masyarakat Dayak Benuaq. Hal yang sangat mendesak adalah memindahkan teks lisan yang ada dalam repertoar para penyentangih ke dalam tulisan. Kalau pekerjaan ini terlambat dilakukan, maka "buku tebal" milik masyarakat Benuaq yang penuh informasi itu akan musnah dari permukaan bumi."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nargis
"ABSTRAK
Studi mengenai perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di In_donesia sebelum kemerdekaan telah banyak ditulis,baik oleh sarjana Indonesia maupun sarjana asing. Studi yang telah dilakukan tersebut amat bermanfaat untuk mengetahui pasang surutnya peranan Islam dalam sejarah kebudayaan bangsa Indonesia.
Sesudah kemerdekaan, studi mengenai sejarah perkembangan kerajaan Islam belum banyak diungkapkan dan ini menarik minat para peneliti.
Banyaknya bekas-bekas kerajaan Islam tersebar di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia menunjukkan bahwa untuk penelitian bidang tersebut tersedia banyak bahan.
Kita ketahui bahwa pulau Jawa adalah pulau yang terpadat penduduknya di Indonesia dan mayoritasnya beragama Islam, pernah mempunyai beberapa kerajaan Islam seperti : Banten, Cire_ban, Demak, Pajang dan Mataram. Islam di pulau ini bercampur dengan budaya dan adat istiadat setempat.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis mengadakan penelitian mengenai pengaruh Islam terhadap pelaksanaan...

"
1986
S13340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 8(1-4) 2007
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>