Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104886 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rozamon
"
ABSTRAK
Masyarakat Minangkabau merupakan suatu masyarakat etnik matrilineal terbesar di dunia (Zed, 1992), dan jelas merupakan satu-satunya contoh untuk Indonesia. Sistem Matrilineal meletakkan perempuan pada posisi yang menguntungkan. Tanner (1992) dan Naim (1991) mengatakan bahwe pada Masyarakat dengan sistem matrilineal maka kedudukan laki-laki dan perempuan cenderung egaliter, sehingga perempuan tidak terlalu bergantung pada suami. Syarifuddin malah mengatakan (1982) bahwa perempuan Minangkabau lebih mandiri dibandingkan dengan perempuan lainnya di Indonesia.
Saat ini dengan semakin tingginya intensitas interaksi dengan budaya Iain, maka terjadi pergeseran (Naim, 1991). Sairin (1992) mengatakan bahwa arah perubahan tersebut belum diketahui dengan pasti apakah akan berpegang teguh pada prinsip mairilineal ataukah berubah kearah masyarakat patrilineal. Navis (1990) memperkirakan telah terjadi deidentifikasi budaya pada masyarakat Minangkabau.
Reenan (1939) mengatakan perubahan yang paling mendasar pada masyarakat Minangkabau adalah pada kemandirian perempuan Minangkahau terhadap suami dalam menjalankan perannya dalam keluarga. Perubahan ini menurut Keenan akan menimbulkan dampak emosional tertentu.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin mengetahui bagaimanakah perbandingan kemandirian perempuan Minangkabau yang ada di pedesaan dan di Jakarta dalam menjalankan peran rumah tangga. Serta bagaimanakah harapan mereka sebetulnya terhadap peran mereka dalam rumah tangga. Apakah mereka mengharapkan akan mempertahankan kemandirian terhadap suami, ataukah mereka mengharapkan suami lebih banyak berperan, seperti kecenderungan masyarakat non-matrilineal.
Para ahli mengemukakan, bahwa untuk setiap peran, melekat harapan terhadap peran. Ketidaksesuain antara harapan dengan kenyataan peran akan menimbulkan ketidakpuasan dan kekecewaan (Biddle & Thomas, 1966).
Menurut Burr (dalam Terry dan Scott, 1987), ketidak sesuaian antara harapan dan perilaku peran akan menimbulkan kesenjangan peran. Sédang Brehm (1992) mengatakan bahwa ketidaksepakatan mengenai siapa yang akan mengerjakan pekerjaan tertentu dalam rumah tangga akan menimbulkan role strain atau ketegangan peran.
Banyak peneliti yang meyakini bahwa ketegangan peran merupakan salah satu penyebab utama konflik perkawinan serta perceraian(Frank, Anderson, & Rubinstein, 1979; Jacobson , Follette, & McDonald, 1982, dalam Brehm 1992).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurkesuma (1995) menunjukkan bahwa perempuan Minangkabau akan memiliki nilai kemandirian bila ia memiliki identitas sosial sebagai perempuan Minangkabau. Dengan kondisi peralihan sekarang ini, diperkirakan akan terjadi transisi, antara apakah akan mempertahankan kemandirian, ataukah akan bergantung pada suami. Seperti yang telah dikatakan oleh para ahli di atas hal tersebut akan menimbulkan kesenjangan, dan ketegangan. Bila kenyataan ternyata tidak sesuai dengan harapan maka akan menimbulkan kekecewaan. Reenan juga memperkirakan bahwa perubahan dalam kemandirian terhadap suami akan menimbulkan dampak emosional tertentu.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis selanjutnya ingin mengetahui, perempuan Minangkabau yang memiliki kemandirian bagaimanakah yang akan mengalami ketegangan Peran? Apakah yang memiliki kemandirian tinggi, kemandirian rendah, ataukah kemandirian sedang?
Maka dalam penelitian ini yang ingin diketahui adalah: Bagaimanakah kemandirian perempuan Minangkabau di pedesaan dan di Jakarta 2.Bagaimanakah harapan perempuan Minangkabau terhadap kemandirian dalam menjalankan peran? Serta, 3. Adakah hubungan antara kemandirian dengan ketegangan peran?
Subjek Penelitian adalah 31 orang perempuan Minangkabau yang telah menikah dan tinggal di pedesaan Sumatera Barat, 30 orang perempuan Minangkabau yang telah menikah dan merantau ke Jakarta, serta 30 orang perempuan Minangkabau yang telah menikah dan lahir, besar serta tinggal di Jakarta.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan kemandirian dan perbedaan ketegangan peran pada perempuan Minangkabau yang ada di pedesaan; yang merantau ke Jakarta; serta yang lahir, tinggal dan besar di Jakarta, tetapi perbedaan tersebut tidak cukup berarti sehingga tidak siginifikan. Ketiga kelompok perempuan Minangkabau berada pada tingkat kemandirian Sedang. Selanjutnya diketahui bahwa secara secara umum perempuan Minangkabau mengharapkan kemandirian dalam menjalankan peran yang lebih tinggi dari kemandirian yang dimilikinya saat ini.
Terlihat adanya hubungan yang bermakna antara tingkat kemandirian dengan ketegangan peran. Ketegangan peran yang tinggi ditemukan pada kelompok perempuan Minangkabau yang memiliki kemandirian rendah dan kemandirian tinggi.
Untuk Iebih dapat melihat perbedaan kemandirian perempuan Minangkabau di pedesaan Sumatera Barat dengan di Jakarta, maka disarankan agar subjek pedesaan dibatasi dari desa yang tergolong masih terisolir, sehingga pengaruh budaya luar dapat diminimalkan.
"
1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Vera Linda
"Setiap orangtua memiliki harapan agar anaknya dapat menjadi manusia dewasa yang mandiri, sehingga sejak kecil anak dilatih untuk mandiri. Terbentuknya kemandirian anak bergantung pada pengasuhan orangtua terhadap anak dalam menghadapi tuntutan kemandirian dari lingkungannya. Ada tiga teknik asuhan yang dikemukakan Hoffman, yaitu power assertion, love withdrawal dan induction. Selain teknik asuhan, sejumlah faktor demograiis terkait dengan teknik asuhan anak, seperti status pekerjaan ibu, pendidikan ibu, status ekonomi, urutan anak, ukuran kcluarga, adanya anggota keluarga lainnya serta jenis kelamin anak diperkirakan berpengaruh terhadap kemandirian anak.
Penulis melakukan penelitian untuk menguji pemikiran di atas, mengingat sepanjang yang diketahui penulis, di Indonesia belum banyak penelitian yang secara khusus menitik beratkan pada topik ini Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, melibatkan sejumlah anak pcrempuan dan anak laki-laki di kelas 5 - 6 SD. Untuk memperoleh data mengenai kemandirian anak, teknik asuhan dan data demogratis digunakan kuesioner. Seluruh data di olah menggunakan program SPSS ver.11.01.
Dari penelitian diperoleh hasil bahwa teknik asuhan memberikan sumbangan yang signiiikan terhadap kemandirian. Ibu yang menerapkan teknik asuhan induction cenderung memiliki anak dengan tingkat kemandirian tinggi. Sebaliknya ibu yang menggunakan teknik asuhan power assertion memiliki anak dengan tingkat kemandirian rendah. Ibu yang menerapkan teknik asuhan love withdrawal memiliki anak dengan tingkat kemandirian menengah. Dari faktor deinografis hanya tingkat pendiclikan ibu yang berperan signilikan terhadap kemandirian anak.
Semakin tinggi pendidikan ibu cenderung mempunyai anak dengan tingkat kemandirian tinggi. Sebaliknya semakin rendah pendidikan ibu akan memiliki anak dengan tingkat kemandirian rendah. Sejumlah faktor lain tampak mempengaruhi hasil yang diperoleh. Untuk penelitian selanjutnya, beberapa saran diberikan berkaitan dengan hal itu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurkesuma
"ABSTRAK
Dalam sistem kekerabatan mathlineal, adat menempatkan perempuan di Minangkabau
memiliki kedudukan atau derajatyang sama dengan laki-laki yang disebut dengan egaliter (Naim,
1990). Dengan budaya yang ada Syarifuddin (1989) menyatakan bahwa perempuan
Minangkabu lebih mandiri dibandingkan dengan perempuan masyarakat Indonesia lainnya.
Reenen pun (1984) memperkuat bahwa perempuan Minangkabau yang berada di kota
menunjukkan ketergantungan yang cukup tinggi pada suaminya dibandingkan dengan
perempuan di desa.Tetapi Navis (1990) menyebutkan bahwa di Minangkabau saat ini telah
terjadi kecenderungan deidentifikasi budaya pada perempuan Minangkabau setelah memperoleh
pendidikan kebudayaan Baratyang memiliki sistem patrilineal. Naim (1991) mengatakan bahwa
pada saat ini, tanggung jawab dari kaum (kelompok suku) terhadap perempuan sudah mulai
berkurang, sehingga perempuan Minangkabau sudah mulai 'dilepaskan' oleh kaumnya. Dalam
arti ikatan pada adat Minangkabau makin mengendur, sehingga perempuan Minangkabau harus
lebih terikat pada keluarga intinya dibandingkan dengan keluarga besarnya.
Berdasarkan teori Identitas Sosial Tajfel (1972, dinyatakan bahwa identitas sosial (Social Identity)
adalah keadaan dimana individu merasa dirinya sebagai bagian dari suatu kelompok tertentu.
Individu mengetahui bahwa ia merupakan milik dari suatu kelompok sosial dengan nilai dan
emosio; dari kelompok dirasa penting (significance) bagi keanggotaannya dalam kelompok
tersebut. Nilai menurut Rokeach adalah keyakinan yang bertahan yang akan mengarahkan
individu untuk memilih suatu cara yang dianggapnya paling baik daripada cara yang lain dalam
bertingkah iaku atau mencapai tujuan. Berlandaskan dua teori dan situasi tersebut di atas
penelitian ini melihat perbedaan nilai kemandirian perempuan Minangkabau dan perbedaan
Identitas sosial perempuan Minangkabau yang dilihat pada dua generasi yang berbeda, yaitu ibu
dan anak. Subyek penelitian adalah 226 ibu dan anak perempuannya di 6 daerah di Sumatera
Barat yang dibagi berdasarkan pembagian wilayah Minangkabau. Data dikumpulkan melalui
kuesioner. Dari hasil yang diperoleh disimpulkan bahwa ada hubungan antara nilai kemandirian
dan identitas sosial pada perempuan Minangkabau, Tidak ada perbedaan nilai. kemandirian
antara dua generasi yang berbeda, Tidak ada perbedaan identitas sosial antara dua generasi
yang berbeda di Minangkabau saat ini.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan nilai
kemandirian ataupun identitas sosial pada ibu dan anak, tetapi perbedaan tersebut tidak cukup
memenuhi untuk dikatakan sebagai perbedaan yang berarti. Tetapi mungkin saja pada beberapa
vvaktu mendatang dapat menunjukkan hasil yang berbeda karena, skor yang diperoleh saat ini
hampin mendekati batas penerimaan secara statistik.
Saran yang diberikan pada penelitian ini adalah penyebaran sampel yang lebih luas, perbaikan
nada alat yang dipergunakan dan penelitian lanjutan mengenai nilai kemandirian dan identitas
sosial perempuan Minangkabau dengan melakukan perbandingan dengan kelompok masyarakat non minagkabau."
1995
S2362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Komariah
"Tujuan penelitian adalah teridentifikasinya kontribusi karakteristik. pengetahuan dan sikap post partum primipara serta dukungan perawat terhadap kemandirian dalam perawatan diri dan bayi. Desain penelitian adalah deskriptif analitik bersifat cross sectional terhadap 134 ibu post partum primipara di Bagian Rawat Inap Ibu RSAB Harapan Kita Jakarta selama bulan April 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempunyai kontribusi terhadap kemandirian post partum primipara adalah umur, jenis persalinan dan pengetahuan.

Primiparous Characteristics, Knowledge and Attitude Contributions and Nursing Support toward Self Care and Nursing the Baby. Study in Maternity Ward, "Harapan Kita" Children and Maternity Hospital, Jakarta April 2003The purpose of this study is to find primiparous characteristics, knowledge and attitude contributions and nursing support toward self care and nursing the baby. Design of the research is analytical descriptive with cross sectional toward 134 primiparous in maternity ward, Children and Maternity Hospital Jakarta, during April 2003. The study results that mother age, type of childbirth and knowledge have contribution toward self care and nursing the baby."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T 11057
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemenuhan kebutuhan akan pangan merupakan salah satu hak masyarakat yang harus terpenuhi karena pangan adalah salah satu kebutuhan paling mendasar bagi kehidupan...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Toman Sony
"ABSTRAK
Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya pengembangan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat. Kemandirian masyarakat merupakan suatu keadaan yang dimiliki oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan dalam berpikir, membuat keputusan dan bertindak dengan tepat guna tercapainya penyeleesaian berbagai masalah yang dihadapi melalui pemanfaatan atau memberdayakan kemampuan yang dimiliki. Kegiatan pemberdayaan masyarakat diantaranya adalah: Pertama, Pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat. Kedua, Pengelolaan kegiatan pelayanan pendidikan dan kebudayaan. Ketiga, Pengelolaan kegiatan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah. Keempat, Pengelolaan kegiatan lembaga kemasyarakatan. Kelima, Pengelolaan kegiatan ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat. Keenam, Penguatan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana serta kejadian luar biasa lainnya. Praktik pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi yang disajikan dalam tulisan ini adalah: Pertama, Pemsyarakatan dan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna. Kedua, Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP). Ketiga, Usaha Berbasis Kelompok (UBK). Keempat, Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K). Kelima, Modal Usaha Bergulir Remaja (MUBR)."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2019
330 ASCSM 46 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T26886
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Amelia Rajela
"Program Pembangunan Unit Sekolah Baru yang dilaksanakan dengan mekanisme partisipasi masyarakat merupakan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional. Dalam pelaksanaan pembangunan di lapangan, masyarakat atau Komite Pembangunan Unit Sekolah Baru (KP-USB) diberikan pendampingan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi (KMK), dengan harapan setelah diberi pendampingan, masyarakat memiliki kemampuan untuk mengatur program secara mandiri (self manage), dalam konteks proses manajemen. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh peran pendampingan yang dilakukan oleh KMK terhadap tingkat kemandirian masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran KMK berpengaruh sebesar 80,3%, dimana peran yang dominan muncul adalah pada pendampingan proposal administrasi, pendampingan pembuatan gambar rencana, pelaksanaan pembangunan fisik dan pendampingan dalam pembuatan laporan periodik dengan asumsi akhir tingkat kemandirian masyarakat berada pada level cukup mandiri.

Implementation of New School Unit (USB) Development Program using community participation mechanism is National Education Department Policy. In this programme community or committee of USB development have been assisted by Concstruction Mangement Consultant (KMK) to enhance their capability to self manage this programme. This research aim to analyze influence of the role of KMK on level of community independency.
Result of the research shows that role of KMK has influence 80,3% on level of community independency. Assisting administration proposal, making planning draw, and making periodical report is a dominant role of KMK. Generally, level of community independency is on good enough level.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T40734
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Imelisa
"Prevalensi schizophrenia di Kersamanah adalah sebesar 2.6/1000 jiwa, dan 39,8% klien drop out berobat. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh asuhan keperawatan pada klien, keluarga dan peran PMO (terapi keperawatan) terhadap kemandirian dan kepatuhan berobat. Penelitian ini menggunakan desain quasy experiment dengan purposive sampling. Penelitian menggunakan instrumen kemandirian CMHN Jakarta dan MARS.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan bermakna kemandirian dan kepatuhan berobat setelah diberikan terapi keperawatan (p-value<α=0.05). Terdapat perbedaan perubahan bermakna pada kelompok intervensi dan kontrol (p-value<α=0.05). Terdapat hubungan erat antara kemandirian dengan kepatuhan berobat (p-value < α=0.05). Saran dari penelitian ini adalah dikembangkannya asuhan keperawatan pada klien, keluarga dan peran PMO di Kersamanah.

The prevalence of schizophrenia in Kersamanah is 2.6/1000 person, 39.8% client has been drop out in medication. This research aimed to found the effect of nursing process to the client, family and PMO role (as nursing therapy) to independency and medication adherence. This research used a quasy experiment design with purposive sampling. This research use the instrument of independency from the CMHN Jakarta research and the MARS instrumen for medication adherence.
The result shows that there is a significant change of independency and medication adherence after intervension of nursing therapy (p-value < α=0.05). There is a significant differences change between intervention and control group (p-value < α=0.05). There is a close relation between independency and medication adherence (p-value < α=0.05). This research suggest continue implementation of nursing process to client, family and PMO role in Kersamanah.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31229
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>