Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57178 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alabanyo Brebahama
"Harga diri memiliki hubungan yang erat dengan kemampuan seseorang untuk dapat mengembangkan dirinya baik di sekolah, maupun dalam kehidupan sehari-hari (Donnchadha, 2000). Walaupun memiliki hubungan dengan kemampuan seseorang dalam mengembangkan potensinya, tidak smeua anak dan remaja memiliki harga diri yang tinggi. Hal tersebut dapat ditimbulkan oleh berbagai sikap dan perilaku orang-orang di sekitar individu, seperti orangtua, sekolah, dan teman. Salah satu contoh dari sikap dan perilaku tersebut adalah dengan memberikan umpan balik yang negatif dan tidak obyektif kepada anak. Akibatnya, anak tidak pernah memperoleh gambaran yang jelas mengenai dirinya sendiri. Hal serupa juga dialami oleh F, remaja pria berusia 16 tahun yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Akibat dari umpan balik negatif yang diberikan oleh guru, serta orangtua yang terlalu menganggapnya "bermasalah", F tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya, mudah menyerah, kurang percaya diri, dan merasa gagal dalam pendidikan. Apabila masalah tersebut tidak diatasi, tentunya dapat menimbulkan masalah lain yang lebih kompleks.
Mruk (2006) menyebutkan bahwa tidak ada cara yang mudah dan cepat dalam meningkatkan harga diri. Sebab, harga diri merupakan sebuah konstruk yang terdiri dari berbagai komponen. Sebagai salah seorang tokoh dalam pengembangan program peningkatan harga diri, Borba (1989) menyebutkan bahwa harga diri terdiri dari lima komponen, yaitu security, selfhood, affiliation, mission, dan competence. Agar dapat memiliki harga diri yang memadai, setiap anak perlu memiliki lima komponen harga diri yang menunjang pula.
Apabila dihubungkan dengan keadaan F sebagai subyek dalam penelitian ini, terlihat bahwa ia belum memiliki selfhood yang memadai, sehingga perlu diberikan intervensi untuk meningkatkan selfhood-nya. Dalam programnya, Borba (1989) menyebutkan bahwa terdapat empat langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan selfhood seorang anak atau remaja, yaitu dengan meningkatkan kemampuan dalam mendeskripsikan diri, memberikan kesempatan untuk mengetahui peristiwa yang berpengaruh besar terhadap dirinya, meningkatkan kemampuan dalam mengenali kualitas-kualitas diri yang unik, serta meningkatkan kemampuan identifikasi dan ekspresi emosi dalam diri. Dengan menjalani intervensi peningkatan selfhood, diharapkan subyek penelitian dapat memiliki pandangan yang lebih akurat mengenai dirinya, dan secara tidak langsung menjadi langkah awal dalam proses peningkatan self esteem-nya.

Self esteem has close relationship with someone ability to develp his/her potential whether at school or in daily life (Donnchadha, 2000). However, not everyone has high self esteem. Its because of attitude and behavior of person surround the child or adolescence, such as: parents, teacher, and friends. One of the example is the negtative feedback from another person. So, it's difficult for the children to form accurate inner picture of themselves. The saome problem has occured with F, male adolescence who becomes the subject of this research. Because of negative feedback from his parents, teacher, consist of assumpton that he has problem, F never know about his strengths, and weakness, easy to give up when he face a problem, lack of self confident, and feel unsuccess in education. If this problem never been solved, it will cause the other more complex problem in the future.
Mruk (2006) said that there's not fast and easy way to enhance self esteem. Because self esteem is a construct that consists of many components. The one person who develop self esteem enhancement program is Borba (1989). She mentioned that self esteem is consists of five components, namely: secutiry, selfhood, affiliation, mission, and competence. In order to have high self esteem, a person must have good quality of these five components.
Related to F condition as this research subjet, he doesn't have a good selfhood. So, he needs an intervention to enhance his selfhood. In her program, Borba (1989) told that selfhood improvement program has four steps to do, namely: reinforce more accurate self description, provide opportunities to discover major sources of influence on the self, build an awareness of unique qualities, and enhance ability to identify and express emotions and attitudes By joining in this program, perhaps the research subject will have more accurate self description, and it will become the first step to enhance his self esteem.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31197
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Meidya Ova
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan program Esteem Builders dalam meningkatkan komponen security dan selfhood pada remaja dengan tingkat self-esteem rendah. Self-esteem merupakan penilaian individu mengenai gambaran atau potret dirinya dan komponennya terdiri atas security, selfhood, affiliation, mission, dan competence. Komponen security dan selfhood yang akan digunakan dalam penelitian ini karena komponen tersebut merupakan dua komponen dasar pembentuk self-esteem. Penelitian ini berbentuk single-case design yang melibatkan seorang remaja lelaki usia 13 tahun dengan tingkat self-esteem yang rendah. Keberhasilan program Esteem Builders dalam meningkatkan komponen self-esteem security dan selfhood dapat terlihat dari perubahan skor yang signifikan pada Behavior Checklist Borba-Self Esteem Tally B-SET , penurunan skor internalizing behavior problems pada Child Behavior Checklist CBCL , dan hasil wawancara yang menunjukkan peningkatan komponen security dan selfhood pada diri partisipan. Hasil penerapan 7 sesi program intervensi ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan komponen security dan selfhood pada remaja dengan tingkat self-esteem rendah. Hal tersebut terlihat dari tercapainya kriteria keberhasilan program.

This study is aimed to find a general picture of the implementation of the Esteem Builders Program in correlation to develop the selfhood and security components in an adolescent with low self esteem. Self esteem is the process of evaluating or judging inner self descriptions. The component of self esteem consist of security, selfhood, affiliation, mission, and competence. The security and selfhood components are used as two basic components in this study, since both components are at the first stages of self esteem components. This study is a single case design which involved a 13 years old adolescent with a low self esteem. The success results of Esteem Builders Program in correlation to improve the self esteem security and selfhood components can be seen by the significant changing in Behavior Checklist Borba Self Esteem Tally B SET scores, the decreasing in internalizing behavior problems in Child Behavior Checklist CBCL scores and the interview results, which showed the increasing numbers of security and selfhood components of the participant, itself. The application result of this intervention program showed that there is an improvement in security and selfhood components in an adolescent with low self esteem, which can be seen by the achievement of the program success criteria."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Salsabila
"Self-esteem yang tinggi merupakan hal yang penting dimiliki agar anak usia sekolah dapat sukses melalui krisis industry versus inferiority. Pada anak usia sekolah dari latar belakang kurang beruntung, self-esteem yang tinggi juga menjadi prediktor penting agar mereka dapat bertahan menghadapi tantangan akademik di sekolah. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan self-esteem adalah program Esteem Builders yang dirancang oleh Borba.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas program Esteem Builders dalam meningkatkan security dan selfhood sebagai komponen dari self-esteem pada anak usia sekolah dari latar belakang kurang beruntung. Kedua komponen tersebut juga berkaitan erat dengan dua faktor yang berperan besar bagi perkembangan self-esteem anak di sekolah yaitu, persepsi terhadap diri serta sikap guru. Penelitian ini merupakan single-subject design dengan tipe AB.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa program Esteem Builders efektif untuk meningkatkan security dan selfhood sebagai komponen self-esteem pada partisipan program. Meskipun demikian, peningkatan yang terjadi pada partisipan masih terbatas pada aspek kognitif.

High self-esteem is a vital for school age children to be successful through the industry versus inferiority crisis. For school age children from disadvantaged background, high self-esteem is an important to face academic challenges at school. Esteem Builders program by Borba is one of strategy that can be done to increase self-esteem.
This study is conducted to see the effectiveness of Esteem Builders program to increase security and selfhood as the components of self-esteem on school age children from disadvantaged background. Those components are also closely related to two factors that contribute to the development of student’s self-esteem which are self-perception and teacher’s attitude. This study is an AB type single-subject design.
Based on the result, it can be concluded that the Esteem Builders program effectively increase participant’s security and selfhood. However, the increase that occurred was limited to the cognitive aspect.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45170
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priska Novia Sabati
"Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas program esteem builders dalam meningkatkan security dan selfhood pada remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP). Security dan selfhood merupakan dua dari lima komponen pembentuk harga diri. Security merupakan prasyarat terbentuknya keempat komponen lain (selfhood, affiliation, mission, dan competence). Sementara selfhood merupakan pondasi pembentuk harga diri karena mempengaruhi penilaian individu secara akurat terhadap diri.
Subjek penelitian ini adalah A seorang remaja perempuan yang memiliki harga diri yang rendah karena belum terbentuknya kelima komponen harga diri. Membangun harga diri adalah proses yang bertahap dengan memperhatikan setiap komponen yang terbentuk (Borba, 1989), maka intervensi ini berupaya menyasar peningkatan dua komponen dasar yaitu security dan selfhood dengan menggunakan program esteem builders Borba yang terdiri dari 7 langkah pada setiap sesinya yaitu dengan meningkatkan kemampuan membangun kepercayaan dalam membina hubungan dengan orang lain, meningkatkan kemampuan mengetahui hal yang diharapkan dengan menetapkan dan menerapkan aturan secara konsisten, meningkatkan kesempatan merasakan lingkungan yang positif, meningkatkan kemampuan deskripsi diri secara akurat, memberi kesempatan mengetahui peristiwa yang mempengaruhi diri individu, membangun kesadaran kualitas diri yang unik, serta meningkatkan kemampuan mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi.
Penelitian ini merupakan single subject design tipe AB yang terdiri dari 7 pertemuan selama 3 minggu. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan melalui behavioral checklist B-SET (Borba Self Esteem Tally) dan kemajuan subjek yang memenuhi indikator pada setiap pertemuan maka dapat disimpulkan bahwa program esteem builders efektif meningkatkan security dan selfhood pada remaja SMP.

This study is conducted to understand the effectiveness of esteem builders program in increasing security and selfhood of junior high school adolescent. Security and selfhood are two of the five fundamental building blocks of self-esteem. Security is a prerequisite formation of four other components (selfhood, affiliation, mission, and competence). While selfhood is forming the foundation of self-esteem because it affects the accurate evaluation of the individual.
The participant of this study is A teenage girl who have low self-esteem because of the lack of all components of self-esteem. Building self-esteem is a gradual process with attention to the formation of each component (Borba, 1989), therefore this intervention seeks to target the enhancement of two basic components, namely security and selfhood by using esteem builders program that have 7 steps to do, namely improving the ability of build trusting relationships, improving the ability to know what is expected by establishing and applying rules consistently, increasing the chance of a positive and caring environment, reinforce more accurate self description, provide the opportunities to discover major sources of influences on the self, build an awareness of unique qualities, and enhance the ability to identify and express emotions and attitudes.
This study is a single subject design type AB engage in 7 intervention session for 3 weeks. Based on the measurements that has been done using behavioral checklist B-SET and progress indicators that meet the subject at each meeting, it can be concluded that the esteem builders program effectively increase security and selfhood of junior high school adolescent.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Utari Alatan
"Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas selfhood builder dalam meningkatkan selfhood sebagai salah satu komponen self esteem pada anak berusia enam tahun. Penelitian dilakukan kepada S, seorang anak perempuan dengan masalah selfhood. Program intervensi diberikan pada S dalam empat sesi dengan durasi 45 hingga 55 menit setiap sesinya. Pengukuran keberhasilan program dilihat berdasarkan dua indikator keberhasilan, yaitu adanya peningkatan jumlah indikator selfhood yang terpenuhi sebelum dan setelah S menjalani program, dan indikator keberhasilan masing-masing sesi.
Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan dari sebelas menjadi 17 indikator selfhood yang terpenuhi. Indikator keberhasilan masing-masing sesi juga terpenuhi untuk setiap sesinya. Terpenuhinya kedua indikator keberhasilan program menunjukkan bahwa program selfhood builder dapat meningkatkan selfhood pada S. Pelaksanaan program serupa di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan melakukan follow up atau pengembangan desain dan setting intervensi.

The research aimed to determine the effectiveness of selfhood builder in improving selfhood as one component of self-esteem in children aged six years. The study was conducted on a subject, S, a girl with selfhood problem. Intervention program was given in four sessions with 45 to 55 minutes each session. Measurement of programs reflected by two indicators of success, namely an increase in the number of indicators of selfhood fulfilled before and after the program, and indicators of success for each session.
The results showed an increase from 11 indicators to 17 indicators. The indicators of success for each session were also fulfilled. Based on the results, selfhood builder can improve selfhood in the subject. Implementation of similar programs in the future can be done by doing a follow-up or development of design and intervention settings.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T42857
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saskia Rosita Indasari
"Self-esteem merupakan penilaian individu tentang dirinya mencakup keberhargaan diri dan kompetensi diri. Perkembangan self-esteem ini justru cenderung menurun di usia remaja sejalan dengan berkembangnya kemampuan kognitif mereka dalam memahami hubungan sebab-akibat, mempertanyakan kondisi berdasarkan nilai yang dimiliki, dan semakin menyadari pandangan diri serta orang lain terhadap mereka. Salah satu penyebab rendahnya self-esteem pada remaja ialah pikiran atau keyakinan negatif yang ia miliki tentang dirinya sendiri. Salah satu cara untuk mengatasinya ialah melalui intervensi strategi kognitif perilaku yang menyasar pemikiran distortif serta membantu remaja menemukan kualitas diri positif mereka dan mempraktikkannya di situasi nyata seharihari. Untuk membuktikan bahwa program intervensi ini mampu meningkatkan selfesteem remaja, peneliti menggunakan single-case A-B design dengan melibatkan DA (laki-laki, 17 tahun) sebagai subyek dalam penelitian ini. Program intervensi terdiri dari 7 sesi yang dilakukan selama 2,5 minggu dengan durasi 45 sampai 150 menit tiap sesinya. Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) dan behavioral checklist sebelum dan sesudah program dijalankan, serta pencapaian tujuan di setiap sesi, terbukti bahwa program intervensi strategi kognitif perilaku dapat meningkatkan self-esteem pada remaja, dalam hal ini pada DA.

Self-esteem people's judgement about themslelves, including worthiness and selfcompetence. In the adolescence stage, self-esteem tend to decline as the growth of their cognitive ability in understanding cause-effect relationship, wondering about their life values, and being more aware of others judgement about them. Their negative thought about themselves is one of the reasons the declining of teengers sel-esteem. One method to enhance self-esteem is cognitive behaviour strategy intervention which can change teenage distort thoughts about themselves and help them to know their strengths so that they can apply it in their daily life. This research used A-B single case design (N = 1). This research participant is DA, 17 year old teenage boy. An intervention program of this research consists of 7 sessions held in 2.5 weeks with 45-150 minutes per session. To evaluate the effectiveness of the program, researcher used Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) and behavioral checklist with before-after design. The result showed that cognitive behaviour strategy intervention was effective to improve the self-esteem of teenagers, especially this research participant (DA)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shanti Nurfianti Andin
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah intervensi melalui modeling dan attributional retraining dapat meingkatkan self-efficacy dalam membaca bacaan berbahasa Inggris pada siswa Sekolah Dasar. Seorang siswa kelas V SD dengan self-efficacy yang rendah dalam membaca bacaan berbahasa Inggris menerima latihan membaca nyaring dan memahami bacaan berbahasa Inggris melalui modeling serta attributional feedback yang mengarahkan untuk mengatribusikan keberhasilan pada kemampuannya dan mengatribusikan kegagalan pada kurangnya usaha. Self-efficacy, kemampuan membaca nyaring, pengetahuan mengenai strategi pemahaman bacaan, dan pola atribusi diukur sebelum dan sesudah intervensi. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa intervensi melalui modeling dan attributional retraining dapat meingkatkan selfefficacy dalam membaca bacaan berbahasa Inggris pada siswa Sekolah Dasar.

This study aims to know whether intervention using modeling and attributional retraining can enhance self-efficacy in reading English text for elementary school student. A 5th grader with low self-efficacy in reading English text received modeling of oral reading and application of reading comprehension strategies followed by attributional feedback directing him to attribute his successes to his ability and his failure to lack of effort. Self-efficacy, oral reading ability, knowledge of reading comprehension strategies, and attribution pattern are measured before and after intervention. Based on data obtained, it can be concluded that modeling and attributional retraining can enhance self-efficacy in reading English text for elementary school student."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35767
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elok Dianike Malay
"Besarnya dampak selfesteem dalam menentukan kualitas hidup manusia, terutama di masa remaja, meningkatkan pentingnya penelitian mengenai efektivitas Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) untuk meningkatkan self-esteem remaja. Dengan penggunaan single case A-B design, penelitian ini hanya melibatkan satu orang partisipan. JAS, seorang remaja laki-laki berusia 14 tahun 8 bulan mengikuti CBT yang diberikan terdiri dari 8 sesi pertemuan, dengan dua sesi per minggu dan durasi 1 hingga 2 jam per pertemuan. Berdasarkan pengukuran dengan menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale, behavioral checklist, wawancara, dan observasi pada saat sebelum dan sesudah program CBT dijalankan, terlihat adanya peningkatan yang signifikan pada self-esteem JAS. Penelitian ini membuktikan bahwa CBT efektif untuk meningkatkan self-esteem remaja. Penelitian ini juga membuktikan bahwa bentuk CBT yang disusun dalam penelitian ini tepat diberikan pada kasus remaja dengan self-esteem rendah, seperti JAS."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
T37877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanindya Restiningtyas
"Tesis ini mengenai program intervensi individual pengenalan dan pengetahuan diri untuk meningkatkan konsep diri pada siswa tunadaksa underachievement. Menurut Jersild, Telford, dan Sawrey (1978) jika seorang anak memiliki pandangan yang negatif terhadap dirinya, hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan atau gangguan fisik. Butler-Por, McCall, Evahn, dan Kratzer (dalam Adams, 1997) juga memperkuat bahwa salah satu karakteristik kepribadian siswa underachiever adalah rendahnya konsep diri. Salah satu cara untuk meningkatkan prestasi siswa underachiever adalah meningkatkan konsep diri (Coyle, 2000, dalam Trevallion, 2008). Konsep diri yang positif dapat dimiliki oleh remaja yang mampu menerima kemampuan dan keterbatasannya. Dengan menggunakan single-case study design ABA, penelitian ini melibatkan seorang partisipan remaja lakilaki, B, yang mengalami tunadaksa dan berprestasi kurang baik di sekolah. B belum memiliki gambaran yang positif tentang dirinya. B mengikuti 8 sesi pertemuan intervensi yang terdiri dari kegiatan pengenalan dan pengetahuan diri. Proses pengenalan dan pengetahuan diri dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip dalam teori manajemen perubahan Lewin dimana seseorang harus melalui tahap freezing/unfreezing untuk melakukan perubahan. Kegiatan intevensi ini meliputi kegiatan menceritakan pengalaman-pengalaman positif, diskusi, permainan, serta studi kasus. Berdasarkan hasil skala konsep diri dan deskripsi diri, penelitian ini terbukti efektif untuk meningkatkan konsep diri menjadi lebih positif. Beberapa saran diberikan untuk penelitian selanjutnya agar hasil yang diperoleh lebih efektif.

This thesis discusses about individual intervention?s program of self-awareness and selfknowledge for enhancing self-concept in physical impairment underachievement?s student. According to Jersild, Telford, and Sawrey (1978) a child with a negative view of him, is affected by his disability or physical impairment. Butler-Por, McCall, Evahn, and Kratzer (in Adams, 1997) also confirms that one of the underachievers? personality characteristics is the low self-concept. One way to improve student achievement is enhancing his self-concept (Coyle, 2000, in Trevallion, 2008). Positive self-concept can be owned by a teenager who is capable of receiving capabilities and limitations. By using single-case ABA design study, the study participants involved a teenage boy, B, who suffered a physical impairment and perform less well in school. B does not have a positive image of himself. B follows the 8 session intervention consisting of activities and the introduction of self-knowledge. The process of self-awareness and self-knowledge is done by applying the principles of the Lewin change management theory in which a person must go through the stages of freezing / unfreezing for change. This intervention includes activities to tell the positive experiences, discussions, games, and case studies. Based on a scale of self concept and self-descriptions, this study proved effective for improving self-concept became more positive. Some suggestions are given for further research in order to obtain more effective results."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31832
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Tria Febrina G.
"Self-esteem merupakan penilaian afektif terhadap konsep diri yang terdiri dari perasaan berharga dan penerimaan yang dikembangkan dan dipertahankan sebagai konsekuensi kesadaran akan kompetensi dan umpan balik dari dunia luar (Guindon, 2010). Permasalahan self-esteem yang menurun pada remaja merupakan hal yang sangat krusial untuk dilakukan penanganannya karena berdampak pada beberapa area penting dalam perkembangan remaja, seperti prestasi akademik dan fungsi hubungan sosial. Subjek penelitian ini adalah seorang remaja laki-laki berusia 12 tahun yang memiliki karakteristik self-esteem rendah. Program intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan self-esteem subjek penelitian ini adalah teknik self-instructional training. Teknik self-instructional training dalam penelitian ini dilakukan melalui empat tahap menurut Harris (dalam Maag, 2018) yakni mengidentifikasi keyakinan diri negatif, melakukan dialog Socrates dan mempelajari positive self-talk, mempelajari langkah-langkah berperilaku dengan teknik selfinstruction, dan menentukan self-reinforcement saat berhasil mengatasi situasi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah single-subject A-B-A design. Program intervensi terdiri dari 6 sesi intervensi dan 7 hari praktik yang dilakukan selama 2 minggu dengan durasi 1-2 jam/sesi. Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), observasi dan wawancara sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi, pencapaian tujuan pada setiap sesi, menunjukkan bahwa program intervensi self-instructional training terbukti efektif meningkatkan self-esteem remaja.

Self-esteem is the affective judgments placed on the self-concept consisting of feelings of worth and acceptance which are developed and maintained as a consequence of awareness of competence and feedback from the external world (Guindon, 2010). The declining self-esteem problem in adolescents is crucial things because it affects important areas of adolescent development, such as academic achievement and social relations function. The subject of this study was a 12-years-old boy who had low self-esteem characteristics. Intervention program conducted to improve selfesteem used technique of self-instructional training. The technique of self-instructional training in this study was carried out through four stages that is identified negative self-beliefs, initiated Socrates dialogue and studied positive self-talk, studied the steps of behaving with self-instruction techniques, and determine self-reinforcement when successfully overcoming situations (Harris, in Maag, 2018). The research design used in this research is single-subject A-B-A design. The intervention program consisted of 6 intervention sessions and 7 days of practice for 2 weeks with duration of 1-2 hours/session. Based on measurements using Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), observations and interviews before and after the intervention, achievement of objectives at each session, shows that self-instructional training have proven to be effective in improving adolescent self-esteem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>