Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133938 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harjono
"ABSTRAK
Perlakuan radioterapi pada daerah paru memerlukan perhatian khusus karena
dalam daerah tersebut terdapat berbagai jaringan dengan densitas massa maupun
densitas elektron bervariasi, oleh karena itu setiap komponen mempunyai daya
serap yang berbeda. Hasil pengobatan radioterapi dipengaruhi oleh ketepatan
sistem perencanaan pengobatan (TPS) dalam menentukan distribusi dosis dalam
pasien. Tujuan dari tesis ini adalah untuk mengetahui distribusi dosis (kurva
isodosis dan PDD) dalam paru pada simulasi Monte Carlo perlakuan radioterapi
kanker paru menggunakan sinar-x Megavolt. Penelitian ini menggunakan simulasi
Monte Carlo program paket EGSnrc yang terdiri dari BEAMnrc, dan
DOSXYZnrc. Distribusi dosis yang dihasilkan dari simulasi Monte Carlo
kemudian dibandingkan dengan data TPS. Dalam simulasi ini, energi awal
elektron yang optimum adalah 6,2 MeV untuk mengsimulasikan sinar-x 6 MV.
Simulasi Monte Carlo pada citra CT pasien kanker paru sebelah kanan dengan
kedalaman target 7.5 cm menghasilkan nilai PDD 84,4 % untuk lapangan 5 x 5
cm2 dan 80,3 % untuk lapangan 10 x 10 cm2. Untuk pasien yang sama kalkulasi
TPS menghasilkan nilai PDD pada target 75,2 % untuk lapangan 5 x 5 cm2 dan
74,8 % untuk lapangan 10 x 10 cm2. Faktor koreksi untuk luas lapangan 5 x 5 cm2
adalah 1,0 ? 1,087. Sedangkan pada luas lapangan 10 x 10 cm2 diperoleh faktor
koreksi 1,0 -1,066.

Abstract
Radiotherapy treatment in lung regions require special concern because in the area
there are different tissues of the mass density and electron density varies, so each
component has a different absorption. The results of radiotherapy are influenced
by the accuracy treatment planning system (TPS) in determining treatment dose
distribution in patient. The purpose of this thesis is to know dose distribution
(isodos curve and PDD) of the lung at the simulation Monte Carlo treatment the
lung cancer radiotherapy using x-ray Megavolt. This research using simulation
Monte Carlo, packet program EGSnrc that consist of BEAMnrc and DOSXYZnrc.
Dose distribution which is resulted from simulation Monte Carlo then compare
with TPS data. In this simulation, first energy of electron optimum is 6.2 MeV to
simulate x-ray 6 MV. Result PDD value on simulation Monte carlo with CT
images patients right lung cancer with a target depth of 7.5 cm is 84.4% for a field
of 5 x 5 cm2 and 80.3% for the 10 x 10 cm2. For the same patient TPS calculation
result PDD at the target value 75.2 % for field 5 x 5 cm2 and 74.8 % for the 10 x
10 cm2. Correction factor for field wide 5 x 5cm2 is 1.0 ? 1.087. Mean while at the
field wide 10 x 10cm2 is resulted correction factor 1.0 - 1.066."
2012
T31777
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Satrial Male
"ABSTRAK
Elektron biasanya digunakan untuk pengobatan kanker payudara sebagai dosis
tambahan. Pengukuran dosis yang diterima pasien pada rentang energi 6 MeV, 10
MeV dan 12 MeV dari kepala linac, lapangan aplikator 14 x 14 cm2, SSD 95 cm
disimulasikan. Dosis pada paru disimulasikan dengan sistem EGS monte carlo.
Distribusi dosis yang dikalkulasi dengan teknik monte carlo berbeda dengan hasil
TPS. Hal ini karena adanya koreksi dari densitas jaringan (inhomogenitas)
disekitar paru pada simulasi monte carlo sedangkan pada kalkulasi TPS ISIS tidak
memperhitungkan hal tersebut. Dosis 10% di paru hasil kalkulasi simulasi monte
carlo diperoleh pada kedalaman 4.22 cm sedangkan pada TPS 2.98 cm untuk
energi 6 MeV. Sedangkan untuk 10 MeV dan 12 MeV dosis 10% untuk simulasi
monte carlo dan TPS berutur-turut adalah 4.69 cm, 5.72 cm dan 5,79 cm dan 6.95
cm.

ABSTRACT
Treatment option by using electron beam is always done after surgery as booster
doses. Dose measurement in patient lung in energy range 6 MeV, 10 MeV and 12
MeV, filed size 14 x 14 cm2 and SSD 95 cm was simulated. The modelings in
Monte Carlo simulation are modeling treatment head and water phantom by using
BEAMnrc and DOSXYZnrc based on EGSnrc codes. The result from
measurement and simulation is diffrent because correction factors of
inhomogenity lung not included in the TPS ISIS. Depth Dose 10% in lung from
calculation with monte carlo simulation is 4.22 cm and TPS is 2.98 cm with
energy of 6 MeV. For energy of electron 10 MeV and 12 MeV, depth dose 10%
from simulation monte carlo and TPS 4.69 cm, 5.72 cm and 5,79 cm, 6.95 cm."
2012
T30854
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syaifulloh
"Pengukuran dalam radioterapi untuk perhitungan dosis seperti percentage depth dose (PDD) dilakukan dalam fantom air yang memiliki densitas homogen, dengan densitas hampir sama densitas otot (1 g/cm3). Pada perlakuan radioterapi seperti pada kanker paru, berkas radiasi melewati material yang tidak homogen yaitu otot, tulang dan paru itu sendiri yang berakibat pada perubahan PDD, sehingga perlu pengukuran pada medium inhomogen seperti pada fantom rando.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur distribusi dosis pada paru dengan simulasi perlakuan radioterapi pasien kanker paru dengan fantom rando kemudian dibandingkan dengan hasil perhitungan TPS. Pengukuran distribusi dosis menggunakan TLD dan film Gafchromic. Untuk memperoleh distribusi dosis pada paru TLD diletakkan pada titik - titik yang berada pada bidang utama berkas dalam fantom rando. Pengukuran distribusi dosis dengan film dilakukan dengan meletakkan film Gafchromic diantara 2 irisan fantom rando. Pengukuran dilakukan untuk 3 lapangan, 5 x 5 cm2, 10 x 10 cm2, dan 15 x 15 cm2. Hasil pengukuran dengan film dan TLD kemudian dibandingkan dengan hasil perhitungan TPS.
Hasil penelitian menunjukkan persentase dosis pada berbagai kedalaman antara hasil pengukuran film Gafchromic dengan perhitungan TPS berbeda secara signifikan, dan semakin besar lapangan semakin besar deviasi. Hasil pengukuran dengan film gafchromic mendapatkan nilai deviasi persen dosis hingga 6 % untuk lapangan 5 x 5 cm2, 16 % untuk lapangan 10 x 10 cm2, dan 17% untuk lapangan 15 x 15 cm2. Untuk pengukuran dengan TLD deviasi persen dosis hingga 8% untuk lapangan 5 x 5 cm2, 11% untuk lapangan 10 x 10 cm2, 12% untuk lapangan 15 x 15 cm2 masing ? masing pada kedalaman 15 cm.

Measurements in radiotherapy for dose calculation as percentage depth dose (PDD) are done in a water phantom with homogeneous density (1 g/cm3). In the radiotherapy treatment such as lung cancer, the radiation beam passes through inhomogeneous materials i.e. muscle, bone and lung itself, which resulted change in PDD, so necessary measurements on inhomogeneous medium like the rando phantom.
The purpose of this study was to measure dose distribution in the lung with simulated radiotherapy treatment of lung cancer patients with a rando phantom and compared with the TPS calculation. Measurement of dose distributions is using TLD and gafchromic films. To obtain the dose distribution in the lung, TLD placed at the points located on the main field of the beam in the rando phantom. Field measurements were made for 3 field sizes, 5 x 5 cm2, 10 x 10 cm2, and 15 x 15 cm2. The results were then compared with the TPS calculation.
The results show the percentage dose at various depths between the measurement and TPS calculation differ significantly, and the larger the field the greater the deviation. Measurement using gafchromic film resulting in deviation in dose percentage reaching up to 6 % for 5 x 5 cm2 field size, 16 % for 10 x 10 cm2, and 17 % for the 15 x 15 cm2. For TLD measurement, deviation is up to 8% for 5 x 5 cm2 field size, 11% for 10 x 10 cm2, and 12% for 15 x 15 cm2 at 15 cm depth respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Edy Wibowo
"Telah dilakukan simulasi radioterapi paru-paru untuk verifikasi dosis kalkulasi TPS dengan pengukuran. fantom IMRT CIRS yang terdiri dari material jaringan lunak, paru-paru, dan tulang belakang digunakan sebagai objek dalam simulasi ini. Dosimeter yang digunakan dalam pengukuran adalah, bilik ionisasi Farmer tipe PTW 30013 dan NE 2571, serta Thermoluminisence Dosimeter (TLD). Fantom diradiasi menggunakan sinar-X 10 MV, ukuran lapangan 15 x 15 cm2 dengan 2 lapangan plane parallel metode Anterior-Posterior dan Posterior-Anterior (AP/PA) dan oblig Medio-Lateral dan Lateral-Medial (ML/LM) teknik SAD (Source to Axis Distance) 100 cm. Dosis pada jaringan lunak, paru-paru, dan tulang belakang dikalkulasi mengikuti protokol IAEA TRS 277 khusus untuk pengukuran dengan bilik ionisasi, sedangkan untuk pengukuran dengan TLD kalkulasi dosis pada ketiga medium menggunakan hasil kalibrasi. Dari 27 data deviasi antara hasil pengukuran dan kalkulasi TPS yang dievaluasi, untuk metode AP/PA diperoleh 18 data (66,67%) berada pada daerah antara -4 % sampai 6% dan 9 data (33,33%) berada diluarnya. Sedangkan untuk metode ML/LM, 20 data (74,07%) mempunyai deviasi berada dalam daerah ±6%, selebihnya 7 data (25,93%) memiliki deviasi lebih dari ±6%. Dalam penelitian ini, diperkirakan faktor koreksi ketidakhomogenan pada TPS kurang akurat terutama untuk jaringan paru.

A radiotherapy simulation of the lung for TPS verification dosage has been conducted by measurement. An IMRT CIRS phantom, that consisted of soft tissue, lung, and spine material, was used for this simulation. The dosimetry that were used in measurements are 30013 PTW Farmer-type and NE 2571 ionization chamber and also Thermoluminisence Dosimeter (TLD). Phantom was irradiated using a 10 MV X-ray with plane dimensions of 15 x 15 cm2 using 2 plane parallel field Anterior-Posterior method and oblique Lateral-Medial (ML/LM) technique where SAD (Source to Axis Distance) is 100 cm. Dosage at soft tissue, lung, and spine were calculated following the IAEA TRS 277 protocol specifically for ionization chamber measurement while measurements using TLD, dosage for those three areas was calculated using calibration result. Out of 27 deviation datas regarding the evaluation of measurements and TPS calculation, for AP/PA method 18 datas (66.67%) were between -4% and 6%, while 9 datas (33,33%) were beyond it. Whereas for ML/LM method, 20 data (74,07%) have deviation between ±6%, remainder 7 data (25,93%) deviation have more than ±6%. In this study it is estimated that inhomogeneity correction factor for the TPS is not accurate especially for lung tissue."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S28837
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhaniela Stenyfia
"Verifikasi dosis TPS (Treatment Planning System) mutlak diperlukan sebagai suatu pelaksanaan progam jaminan kualitas Radioterapi. Sebagian besar jaminan kualitas dosis dilakukan didalam area radiasi, sedangkan pemantauan dosis organ kritis berada diluar area radiasi. Berdasarkan hal tersebut dilakukan verifikasi TPS untuk dosis organ kritis (ginjal, caput femur, ovarium, dan vagina) menggunakan linac dan TPS milik RSPP. Simulasi pengukuran dosis dilakukan dengan memberikan perlakuan radioterapi area pelvis box field pada rando phantom (SAD 100 cm, foton 10 MV) serta menggunakan TLD sebagai dosimeter. Dosis simulasi akan dijadikan acuan untuk memverifikasi dosis TPS. Berdasarkan verifikasi tersebut diperoleh hasil bahwa kalkulasi dosis TPS sesuai untuk organ kritis caput femur, ovarium, dan vagina, dengan persen error kurang dari 5%. Sedangkan untuk organ kritis ginjal, kalkulasi TPS tidak sesuai dikarenakan persen error yang mencapai 17% untuk lapangan B dan 90% untuk lapangan A yang berukuran lebih kecil dari lapangan B. Dalam penelitian ini juga dilakukan pengambilan data penumbra untuk mengetahui batas kemampuan kalkulasi TPS yang dimiliki.

Verification of TPS`s (Treatment Planning System) dose calculation is necessary as a program of quality assurance (QA) for radiotherapy. Most proccess of QA are infield, while evaluation for organ-at-risk (OAR) dose is outfield. Based on that, verification of TPS`s dose had been done for OAR (kidney, femoral head, ovary, and vagina) using linac and TPS at RSPP. Simulation for dose measurement was done by giving pelvic area radiotherapy (box field, SAD 100 cm, photon 10 MV) to rando phantom and using TLD as a dosimetry. Simulation`s dose would be used as the reference to verify TPS`s dose. Based on that, the result show that dose calculation of TPS was appropriate for femoral head, ovary, and vagina, that`s because percent error was less than 5%. Whereas for kidney, the calculation wasn`t appropriate because percent error reached 17% for field B and 90% for field A that has size smaller than field B. Penumbra`s data also had been taken in this research, to find out the limit of TPS`s calculation."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S54777
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neng Nenden Mulyaningsih
"ABSTRAK
Telah dilakukan pengukuran dosis pada fantom pasien kanker payudara yang sedang hamil dengan sinar x 6 MV keluaran pesawat linac Varian model CLINAC 2100C milik Radioterapi Rumah Sakit Umum Persahabatan Jakarta. Penyinaran dilakukan dengan menggunakan empat lapangan radiasi, yaitu lapangan tangensial medio lateral, lapangan tangensial latero medial, lapangan supraclave dan lapangan axilla.
Simulasi pasien penggunakan fantom air untuk bagian abdomennya, fantom cirs untuk bagian dadanya dan fantom lilin untuk bagian payudaranya. Dosis diukur dengan menggunakan TLD (Thermoluminescence Dosimeter) yang diletakkan di dalam fantom air, sehingga dosis yang terukur oleh TLD merupakan dosis hambur karena berasal dari sumber radiasi sekunder. TLD diletakkan pada sembilan titik umur kandungan 12, 16, 20, 22, 24, 26, 28, 36, dan 40 minggu, masingmasing dengan tiga posisi kedalaman 2 cm, 5 cm dan 10 cm, yang diukur pada kondisi fantom air konstan dengan tebal 20 cm dan pada kondisi fantom air berubah sesuai dengan umur kandungan yang sebenarnya. Umur kandungan dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kandungan berumur 0 ? 12 minggu disebut trimester 1 dengan fantom air 20 cm, 13 ? 24 minggu disebut trimester 2 dengan fantom air 22 cm, dan 25 - 40 minggu disebut trimester 3 dengan fantom air 23 cm.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa persentase dosis fetus menurun secara eksponensial terhadap jarak fetus sebagai akibat faktor atenuasi terhadap jaringan yang dilewatinya. Persentase dosis fetus maksimum terhadap dosis target untuk kedalaman 2, 5, dan 10 cm berturut-turut 4,40%, 2,83% dan 1,85% pada trimester satu, 8,84%, 5,25% dan 3,65% pada trimester dua, dan 9,74 %, 5,69 % dan 3,97% pada trimester tiga. Dosis total sebesar 6000 cGy pada target menyebabkan dosis fetus lebih dari 50 cGy. Efek radiasi yang mungkin terjadi pada fetus yaitu kematian prenatal, atau jika fetus tetap bertahan hidup, setelah bayi dilahirkan bisa terjadi retardasi mental, pertumbuhannya kerdil ataupun kanker dikemudian harinya.

ABSTRACT
Dose measurements have been carried out on phantom breast cancer patients who are pregnant with 6 MV x-ray output Varian CLINAC 2100C linac's Persahabatan Hospital Jakarta. Irradiation was conducted using four radiation field, namely the tangential medio lateral, tangential latero medial, supraclave and axilla.
Simulated patients for the use of water phantom abdomen, phantom cirs to the chest and candles for the breast phantom. Doses measured using TLD (Thermoluminescence Dosimeters) are placed inside the water phantom, so that the dose measured by TLD is scattered dose of radiation because it comes from secondary sources. TLD placed on the content of the age of nine points 12, 16, 20, 22, 24, 26, 28, 36, and 40 weeks, each with three position depth of 2 cm, 5 cm and 10 cm, measured in constant conditions of water phantom with a thickness of 20 cm and the phantom water conditions change according to the age of the actual content. Age contents are grouped into three age groups, which contain 0-12 weeks called first trimester with the water phantom 20 cm, 13-24 weeks is called second trimester with the water phantom 22 cm, and 25-40 weeks called third trimester with a 23 cm water phantom.
The results showed that the percentage of fetal dose decreases exponentially with distance attenuation factor of fetuses as a result of the network passed. The percentage of the maximum fetal dose to the target dose to a depth of 2, 5, and 10 cm respectively 4.40%, 2.83% and 1.85% in first trimester, 8.84%, 5.25% and 3.65 % in the second trimester, and 9.74%, 5.69% and 3.97% in the third trimester. Total dose of 6000 cGy dose to the target causes the fetus more than 50 cGy. Radiation effects that may occur in the fetus are prenatal death, or if the fetus survived, after the baby is born can occur mental retardation, stunted growth or cancer in later day.
"
2010
T29001
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yaya Umaya
"Pemberian radiasi bertujuan untuk mengontrol penyebaran sel kanker dan mencegah kerusakan terhadap jaringan normal. Berkas elektron dipilih karena penetrasi radiasinya dapat dikontrol dengan energi tertentu. Penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan distribusi dosis hingga ke paru melalui simulasi perlakuan kanker payudara postmastectomy pada fantom rando dengan berkas elektron 6 MeV menggunakan TLD dan film gafChromic EBT2 untuk lapangan 6x6 cm2, 10x10 cm2 dan 14x14 cm2.
Hasil pengukuran TLD yang dibandingkan dengan kalkulasi TPS menunjukkan perbedaan dosis untuk lapangan 6x6 cm2 sebesar 81,6 cGy pada kedalaman 2,7 cm sedangkan lapangan 10x10 cm2 dan 14x14 cm2 perbedaan maksimum terjadi di kedalaman 2,8 cm berturut-turut 80,36 cGy dan 89,7 cGy. Sedangkan simulasi pengukuran menggunakan film untuk lapangan 6x6 cm2, 10x10 cm2 dan 14x14 cm2 perbedaan maksimum terjadi pada kedalaman 3,3 cm berturut-turut 14,1%, 13,5% dan 22,4 %.
Ketelitian perhitungan dosis dengan terapi elektron sangat kurang disebabkan data inhomogenitas jaringan belum dimasukkan dalam TPS. Dampak dari perbedaan hasil pengukuran PDD paru yang lebih tinggi pada TLD dan film mengakibatkan dosis paru lebih tinggi dari dosis preskripsi dalam perlakuan radioterapi ini yang berarti paru akan menerima overdose.

The aims of radiation are controlling the spread of cancer cells and prevent damage to normal tissue. Electron beam radiation chosen because of penetration can be controlled with a certain energy. This study aimed to determine the dose distribution to the lungs through simulation postmastectomy breast cancer treatment at rando phantom with a 6 MeV electron beam using TLD and gafChromic EBT2 films for field 6x6 cm2, 10x10 cm2 and 14x14 cm2.
TLD measurement results are compared to TPS calculation show the differences dose for 6x6 cm2 field of 81.6 cGy at a depth of 2.7 cm while the field of 10x10 cm2 and 14x14 cm2 maximum difference occurs at a depth of 2.8 cm respectively 80.36 cGy and 89.7 cGy. While simulation measurement used film for 6x6 cm2, 10x10 cm2 and 14x14 cm2 field, the maximum difference 14.1%, 13.5% and 22.4% occurred at a depth of 3.3 cm. Therapeutic dose calculation accuracy is very less due to inhomogenity data have not been included in the TPS network.
The impact of differences in the results of measurements of higher lung PDD at TLD and film result in higher lungs doses of prescription dose in the radiotherapy treatment, which means that the lungs will receive overdose.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35578
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Setiawan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S28991
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Nugroho Oktavianto
"Telah dilakukan pengukuran relatif untuk mengetahui perubahan parameter dosimetri berkas sinar X 6 MV pada sumbu vertikal/sumbu normal terhadap permukaan dengan variasi sudut gantry 0º, 15º, 30º, 45º, dan 60º dari pesawat Linac Electa Precise 5991 milik Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dengan luas lapangan 10x10 cm2, 15x15cm2 , dan 20x20 cm2. Rekonstruksi TPS dan simulasi Monte Carlo menggunakan parameter yang sama dengan pengukuran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan kedalaman maksimum yang dipengaruhi kenaikan luas lapangan dan sudut gantri dengan deviasi terbesar -33,3% pada luas lapangan 20x20 cm2 dan sudut gantri 600 terhadap luas lapangan 10x10 cm2 dan sudut gantri 00. Terjadi titik belok pada sumbu vertikal yang disebabkan karena adanya kemiringan permukaan, yang menurun dengan kenaikan sudut gantri. Hasil rekonstruksi TPS menunjukkan kesesuaian terhadap hasil pengukuran pada titik PDD maksimum, kedalaman 5 cm dan 10 cm, berbeda dengan hasil perhitungan Monte Carlo yang relatif lebih tinggi. Demikian pula untuk titik-titik di luar sumbu vertikal/sumbu normal.
Rekonstruksi TPS mempunyai deviasi < 2%, sedangkan perhitungan Monte Carlo mempunyai deviasi < 2% hanya pada daerah kuadran (+). Pengamatan titik-titik pada sumbu utama berkas hanya dilakukan dengan rekonstruksi TPS karena keterbatasan kemampuan alat, hasil penelitian menunjukkan bahwa PDD pada kedalaman dmax, 5 cm, dan 10 cm pada sumbu utama untuk sudut gantri 150 sampai dengan 600 cenderung menurun untuk ukuran lapangan yang sama demikian juga pada daerah kuadran (+).

Relative meauserement for change of dosimetry parameters X ray beam 6 MV Linac Electa Precise 5991 property of Hasan Sadikin Bandung?s hospital at the vertical central line from surface with incident obliquity 0º, 15º, 30º, 45º, 60º and 10x10 cm2, 15x15cm2, 20x20 cm2 field has been done. As in Reconstruction of TPS and Monte Carlo simuation with the same parameters measurement have been conducted.
The result of the experiment showed the change of maximum depth because of the increase in the filed dan angle of gantri with deviation -33% at the 20x20 cm2 field and 600 angle of gantry to 10x10 cm2 field and 00 angle of gantry . To happened point of to drop at the vertical central line because change sloping field to surface and drop on with increase of angle?s gantry.
The result of reconstruction of TPS to show not different with meaurement at point máximum PDD, 5 cm depth, 10 cm depth, point at off verical line, Monte Carlo calculation is higher. In all oint of reconstruction?s TPS has deviation < 2%, but calculation Monte Carlo just happen at the kuadran (+) area. Observation at the point in the central beam just done with reconstruction of TPS because the equipment capability limitation in the measurement, PDD at the depth of dmax, 5 cm, 10 cm, 150 to 600 angle of gantry in the central beam tilted decrease for the same field and kuadran (+) area too.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29077
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Asparul Mijar
"Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi distribusi dosis radioterapi pada kasus kanker payudara dengan Teknik EDW menggunakan simulasi monte carlo. Menggunakan fantom Rando female sebagai objek untuk mendapatkan nilai CT dengan pendekatan jaringan tubuh manusia. Penelitian dilakukan dengan 2 tahap. Tahap 1 commissioning Monte Carlo pada lapangan 10 × 10 dengan sudut wedge 25. Tahap 2 simulasi Monte Carlo menyesuaikan perencanaan pada TPS untuk kasus kanker payudara pada fantom rando. Evaluasi pada dosis titik dilakukan dengan membandingkan nilai dosis pada simulasi Monte Carlo dengan TPS dan pengukuran TLD. Hasil dari commissioning menunjukkan seluruh nilai profile pada kedalaman 10 cm berada dalam batas toleransi IAEA TRS 430. Hasil perbandingan pada fantom rando dengan pengukuran TPS dan TLD untuk organ Breast atas berturut-turut adalah 2,08% dan 5,45% sedangkan untuk Breast bawah adalah 4,59% dan 5,98%, untuk jantung adalah 12,76% dan 13,68%, dan untuk paru-paru adalah 12,76% dan 13,68%. Berdasarkan hasil tersebut hasil simulasi memiliki akurasi data yang cukup baik jika dibandingkan dengan pengukuran pada TPS dan pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan TLD.

The research was conducted to evaluate the radiation dose distribution in breast cancer cases using the Electron Dynamic Wedge (EDW) technique through Monte Carlo simulations. The research comprised two phases: Phase 1 involved commissioning Monte Carlo for 10 x 10 field with a 25-degree wedge angle, while phase 2 entailed Monte Carlo simulations to adapt planning on the Treatment Planning System (TPS) for breast cancer cases in the Rando phantom. Point dose evaluation involved comparing dose values in Monte Carlo simulations with those in the TPS and Thermoluminescent Dosimeters (TLD) measurements. Commissioning results demonstrated that all profile values at a depth of 10 cm fell within the tolerance limits of IAEA TRS 430. Comparisons on the Rando phantom between TPS and TLD measurements for the upper breast organ yielded percentages of 2.08% and 5.45%, respectively. For the lower breast, the percentages were 4.59% and 5.98%. Comparisons for the heart resulted in percentages of 12.76% and 13.68%, while for the lungs, they were 12.76% and 13.68%. Based on these findings, the simulation results indicated reasonably good accuracy when compared to both TPS measurements and measurements conducted using TLD."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>