Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126164 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arnoldus Tiniap
"ABSTRAK
Prevalensi HIV pada populasi umum di Tanah Papua telah mencapai 2,4 persen dan
jalur penularan utama melalui hubungan seksual. Hal ini didukung dengan tingginya
perilaku seksual berisiko yang terjadi di tengah masyarakat. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui hubungan antara usia pertama kali berhubungan seks dengan
risiko terinfeksi HIV pada klien klinik VCT RSUD Manokwari Provinsi Papua
Barat. Desain studi yang digunakan adalah kasus-kontrol dengan jumlah sampel 180
orang. Populasi studi adalah mereka yang berusia 15 tahun keatas, berisiko secara
seksual, dan bukan pekerja seks komersial. Penelitian dilakukan pada bulan juni
2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka yang melakukan hubungan seks
pertama pada usia kurang dari 20 tahun berisiko 1,36 kali (95%CI: 0,63-2,98) untuk
terinfeksi HIV dibanding yang melakukannya pada usia 20 tahun atau lebih,
meskipun hubungannya tidak signifikan. Variabel lain yang berhubungan secara
signifikan adalah mereka yang memiliki pasangan seks dua atau lebih, pasangan
tidak tahu apakah pasangannya memiliki pasangan seks lain (OR 3,23), dan tidak
pernah menggunakan kondom (OR 6,45), serta berstatus kawin atau cerai (OR 3,00).
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukkan bagi stakeholders di Manokwari
dalam mencarikan solusi terkait fenomena yang terjadi.

Abstract
HIV prevalence in the general population in Papua has reached into 2.4 percent and
the main route of transmission was through sexual intercourse. This situation is
supported by the high risk sexual behavior that often occurs in the community. The
purpose of this study was to identify the correlation between age at first sex with the
risk of HIV infection in VCT clinic clients Manokwari Hospital West Papua
provinci. This study used case control design with total sample of 180 respondents.
The inclusion criteria of the sample were those aged 15 years or older, sexually
active, non-commercial sex workers. The data was recruited in June 2012. The result
shows that those who had first sex at the aged of 20 years or less had 1.36 times risk
of HIV infection (95% CI: 0.63-2.98) than those who did at age 20 years old or
more, although the correlation was not significant. Variables that significantly
correlated to risk of HIV infection were those who had 2 or more sexual partners, the
couple who do not know that their partner had other sexual partners (OR 3.23), and
never using condoms (OR 6.45), and also those who are married or divorced. This
study is expected to be endorsed to stakeholders in Manokwari in order to find
problem solving related to the phenomena."
2012
T31504
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Marisa
"Laki-laki Seks laki-laki (LSL) memiliki risiko yang lebih tinggi tertular HIV 26 kali lebih tinggi dibanding populasi umum. Prevalensi HIV usia dewasa antara 15-49 tahun di Indonesia  adalah 0,7% pada tahun 2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi HIV pada kelompok LSL di puskesmas yang memberikan layanan PrEP di Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari aplikasi App.prepid.org, SIHA dan rekam medis pasien di Puskesmas yang memberikan layanan PrEP di Jakarta. Populasi penelitian adalah semua LSL yang dilayani di puskesmas yang memberikan layanan PrEP di Jakarta, sampel 408 orang adalah seseorang LSL, berusia >17 tahun yang diperiksa data di aplikasi App.prepid.org, SIHA dan rekam medis nya lengkap. Variabel yang diteliti antara lain penggunaan PrEP, usia, tingkat pendidikan, penggunaan kondom, status HIV pasangan tetap, status HIV pasangan lainnya, riwayat IMS dalam 6 bulan terakhir.  Hasil penelitian berdasarkan analisis multivariat menggunakan SPSS, untuk uji statistic p-value < 0,05 menunjukkan faktor Pendidikan perguruan tinggi (HR 0,028 CI 95% 0,002-0,486) dan penggunaan kondom (HR 0,205 CI 95% 0,026-1,624) menurunkan risiko infeksi HIV sedangkan status pasangan tetap ODHIV (HR 2,990 CI 95% 0,829-10,792) dan riwayat IMS dalam 6 bulan terakhir (HR 4,872 CI 95% 1,681-14,119) dapat mengingkatkan risiko terinfeksi HIV.

Men sex men (MSM) have a 26 times higher risk of HIV infection than the general population. The prevalence of HIV among adults aged 15-49 in Indonesia is 0,7% by 2022. This research aims to identify factors associated with the incidence of HIV infection in the MSM group in the puskesmas that provide PrEP services in Jakarta. The study uses a retrospective cohort design using secondary data from the App.prepid.org application, SIHA and medical records of patients in Puskesmas who provide PrEP services in Jakarta. The population of the study is all MSMs served in the PrEP service in Jakarta, the sample of 408 people is someone MSM, aged >17 years who examined the data in the app.preped.org, SIHA and his complete medical records. The variables studied include PrEP use, age, education level, condom use, history of a spouse staying with PLHIV, other spouse status unknown, history of STIs in the last 6 months. Research results based on multivariate analysis using SPSS, for a statistical test p-value < 0,05 showed that college education level (HR 0.028 CI 95% 0.002-0.486) and condom use (HR 0.205 CI 95% 0.026-1.624) reduced the risk of HIV infection while permanent partner status of PLHIV (HR 2.990 CI 95% 0.829-10.792) and history of STIs in the last 6 months (HR 4.872 CI 95% 1.681-14.119) can increase the risk of HIV infection."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delistia Afifi
"Latar belakang: Wanita Pekerja Seks (WPS) adalah populasi berisiko tinggi terhadap kejadian infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Persentase HIV pada WPS di Kota Jayapura kian mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor perilaku berisiko yang dapat mempengaruhi kejadian HIV pada WPS di Kota Jayapura.
Metode: Sebanyak 361 WPS terpilih sebagai sampel melalui Time Location Sampling (TLS) dan Simple Random Sampling (SRS). Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah chi square dan regresi logistik. Variabel yang diikutsertakan dalam analisis ini meliputi variabel karakteristik demografi dan faktor perilaku berisiko yang dilakukan oleh WPS.
Hasil: Persentase HIV pada penelitian ini diestimasikan mencapai 6.6%. Hasil analisis multivariabel menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian HIV diantaranya: (a) usia muda [p=0.03; 18-24 tahun: AOR=2.92; 95% CI=0.89-9.57 | 25-34 tahun: AOR= 3.93; 95% CI=1.33-11.63]; (b) usia seks pertama kali yang sangat muda [p=0.03; AOR=3.31; 95% CI=1.09-10.05]; (c) penggunaan kondom [p=0.03; AOR-0.10; 95% CI=0.01-0.81].
Kesimpulan: WPS yang berusia muda lebih berpotensi untuk terinfeksi HIV. Sementara WPS muda yang terinfeksi HIV, juga berisiko untuk terjangkit penyakit lain Human Papillomavirus (HPV) yang persisten dan dapat berujung pada kanker serviks. Oleh karena itu, pemeriksaan HIV dan penyakit menular seksual lain perlu dilakukan secara rutin untuk kalangan WPS agar dapat ditangani lebih dini.

Background: Female Sex Workers (FSW) are high-risk population for Human Immunodeficiency Virus (HIV) infection. Prevalence of HIV among FSW in Jayapura has increased. This study aims to identify behavioral factor of HIV among FSW in Jayapura.
Method: Data were collected on 361 FSW that selected by Time Location Sampling (TLS) and Simple Random Sampling (SRS). Chi-square and logistic regression were used to determine variables that associated with HIV infection. Demographic characteristics and behavioral factors are included in this study.
Results: HIV prevalence was estimated at 6.6% among FSW. In multivariable analysis variables associated with HIV infection included: (a) young age [p=0.03; 18-24 years: AOR=2.92; 95% CI=0.89-9.57 | 25-34 years: AOR= 3.93; 95% CI=1.33-11.63]; (b) early age at first sexual intercouse [p=0.03; AOR=3.31; 95% CI=1.09-10.05]; (c) condom use [p=0.03; AOR-0.10; 95% CI=0.01-0.81].
Conclusion: Young FSW are at higher risk to be infected with HIV. Meanwhile, young FSW with HIV are also at high-risk of having other diseases, such as Human Papillomavirus (HPV) and cervical cancer. Therefore, for FSW, it is necessary to routinely do medical check up for HIV and other sexually transmitted infection so that they can be treated early.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Nurlina
"Perkembangan infeksi Human Imunodeficiency Virus (HIV) di dunia sangat progresif. Sejak ditemukan di dunia tahun 1981 sampai dengan tahun 2016 jumlah penderitanya telah mencapai puluhan juta jiwa. Jumlah penderita baru infeksi HIV di Kabupaten Cirebon memiliki kecenderungan yang sama dengan kondisi dunia. Pada tahun 2017 jumlah penderita baru meningkat 50% dibanding tahun 2009. Penyebaran Infeksi HIV masih terkonsentrasi pada populasi kunci dengan pola transmisi utama melalui hubungan seks tidak aman. Upaya pencegahan primer yang dilakukan adalah deteksi dini status HIV seseorang dan konseling terhadap faktor risiko yang dimiliki melalui kegiatan Voluntary Counselling And Testing (VCT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya hubungan antara perilaku seks berisiko dengan infeksi HIV pada Klien VCT Di Kabupaten Cirebon.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional menggunakan data sekunder kegiatan VCT tahun 2017. Populasi penelitian ini adalah klien yang berkunjung pada kegiatan VCT, melakukan konseling pra test, tes HIV dan konseling pasca menerima hasil tes. Klien yang berkunjung terdiri dari terdiri dari populasi kunci (gay/LSL, penasun, penjaja seks (PS), pelanggan PS, waria, dan WBP) serta pasien TB dan pasangan risti. Dilakukan analisis regresi logistik untuk mendapatkan estimasi besar hubungan antara perilaku seks berisiko dengan infeksi HIV setelah dikendalikan variabel kovariat.
Proporsi infeksi hiv pada klien VCT di Kabupaten Cirebon tahun 2017 sebesar 3,0%, sedangkan proporsi perilaku seks berisiko sebesar 80,4%. Didapatkan besar hubungan (POR) antara perilaku seks berisiko dengan infeksi HIV pada klien VCT di Kabupaten Cirebon sebesar 2,23 (95% CI ; 1,019-4,899) setelah dikendalikan jenis kelamin. Proporsi perilaku seks berisiko pada klien VCT sangat tinggi, klien VCT yang melakukan perilaku seks berisiko berpeluang terinfeksi HIV sebesar 2,23 kali dibandingkan dengan klien VCT yang tidak melakukan perilaku seks berisiko.
Direkomendasikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon agar dapat meningkatkan kegiatan promotif dan preventif yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan pencegahan infeksi HIV kepada masyarakat, melakukan pelatihan petugas lapangan dalam hal tehnik advokasi dan regulasi, meningkatkan frekuensi kegiatan VCT pada populasi kunci dan meningkatkan durasi serta kualitas konseling dalam kegiatan VCT.

The progression of Human Immunodeficiency Virus (HIV) infection in the world is very progressive. Since found in 1981 until 2016 the number of cases has reached tens of millions of lives. The number of new HIV infections in Cirebon Regency has the same as the condition of the world. In 2017 the number of new cases increased by 50% compared to 2009. The spread of HIV infection is still concentrated in the key population with the main transmission pattern through unsafe sex. Primary prevention undertaken are early detection of a HIV status and counselling of risk factors through Voluntary Counseling and Testing (VCT) activities. This study aims to determine the magnitude of the association between risky sexual behavior with HIV infection on VCT Clients in Cirebon Regency.
This was cross sectional study using secondary data of VCT in 2017. The population is clients who visit VCT clinic, doing pre-test counselling, HIV test and post-test counselling. Clients are key populations (gay / MSM, customer sex workers, IDUs, sex workers, transgender, and prisoners), TB patients and legaly sex partner. Logistic regression analysis was used to estimate association between risky sex behavior and HIV infection after controlled covariate variables.
Nearly 3.0%. (85/2,858) of tested clients were positif HIV and 80.4% (2,299/2.858) client had risky sexual behavior. There was a significant association between risky sex behavior and HIV infection on VCT clients in Cirebon Regency (Adjusted POR=2.23 (1.019-4.899) after controlling to gender. The proportion of risky sex behaviors in VCT clients is very high, VCT clients who engage in sex-risk behaviors had a risk of 2.23 times for HIV infection compared to VCT clients who do not engage in risky sexual behavior.
It is recommended to the Cirebon Health Office to improve promotive and preventive programs to enhancing community knowledge and skills in preventing HIV infection, conducting outreach training in terms of regulatory and advocacy techniques, increasing the frequency of VCT and improving the duration and quality of counselling in VCT.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Friska Elita
"ABSTRAK
Upaya perawatan bagi penderita HIV/AIDS dilaksanakan di Klinik Mawar RSUD
dr. Abdul Aziz Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat sejak tahun 2004
sampai sekarang. Klinik Mawar merupakan salah satu tujuan rujukan bagi
penderita HIV/AIDS yang berasal dari Kabupaten Sambas dan Kabupaten
Bengkayang yang merupakan wilayah perbatasan antara Indonesia dengan
Malaysia.
Penelitian dengan desain cross sectional ini dilaksanakan untuk menganalisis
hubungan layanan vct mobile dengan adherence/kepatuhan penderita HIV/AIDS
dalam pengobatan ART di Klinik Mawar sejak tahun 2004 sampai bulan Februari
2016. Dari seluruh penderita HIV/AIDS yang teregister di Klinik Mawar
diketahui bahwa hanya 55,9% saja yang melakukan pengobatan ART sedangkan
yang patuh sebesar 24,5%. Untuk itu dilakukan analisis univariat, analisis missing
data, analisis bivariat dan multivariat untuk mengetahui gambaran
adherence/kepatuhan penderita HIV/AIDS dalam pengobatan ART
Hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik menunjukkan bahwa
layanan vct statis merupakan faktor protektif bagi layanan vct mobile bagi
penderita HIV/AIDS untuk patuh dalam pengobatan ART yang dipengaruhi oleh
pendidikan, tempat tinggal, suku dan lama ART

ABSTRACT
The efforts of care for people with HIV/AIDS implemented in Hospitals Mawar
Clinic dr. Abdul Aziz, Singkawang, West Kalimantan province since 2004 until
now. Mawar clinic is one of the purposes of referral for patients with HIV/AIDS
who came from the District of Sambas and Bengkayang which was the border
region between Indonesia with Malaysia
Design research with cross sectional was held to analyze the mobile vct services
relationship with adherence/compliance people with HIV/AIDS in the treatment
of Mawar ART at the clinic since 2004 until February 2016. Of the entire people
with HIV/AIDS are in clinical on register the Mawar note that only 55,9% are
doing the treatment of ART while the complience or adhere to ART amounting to
24,5%. For a univariate analysis was carried out, the analysis of missing data, the
multivariate analysis bivariat and to know the description of
adherence/compliance people with HIV/AIDS in the treatment of ART
Multivariate analysis using logistic regression test showed that the static VCT
services was a protective factor for mobile VCT services for people with HIV /
AIDS to adhere to antiretroviral treatment is influenced by education, place of
residence , ethnicity and duration of ART"
2016
T53624
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Arya Maha Putra
"HIV/AIDS menjadi isu utama kesehatan global. Populasi kunci yang paling rentan terhadap penularan HIV adalah LSL. Penularan HIV paling sering ditemukan dari perilaku seksual berisiko. Beberapa faktor terkait dengan perilaku seksual berisiko adalah harga diri, HIV status disclosure, dan pengetahuan HIV. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara harga diri, HIV status disclosure, dan pengetahuan HIV dengan perilaku seksual berisiko.
Metode: menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 180 orang di RSUP H Adam Malik, RSU Pringadi Kota Medan, Puskesmas Padang Bulan, dan Puskesmas Teladan. Teknik sampling yang digunakan adalah porpusive sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yag signifikan antara pengetahuan HIV dengan perilaku seksual berisiko p

HIV AIDS have been a major global public health issue. The most vulnerable key population of HIV transmission is MSM. The transmission is most commonly found in risky sexual behavior. Several factors related to risky sexual behavior are self esteem, HIV status disclosure and knowledge of HIV. This research aimed at identifying the correlation among those three factors.
The method applied is cross sectional studies, with the total of 180 samples from H. Adam Malik Central Public Hospital, Pringadi Public Hospital, Padang Bulan Public Clinic, and Teladan Public Clinic, where all are located in Medan. Porpusive sampling technique was implemented when choosing the research subject. The results show that there is significant correlation between the knowledge of HIV and risky sexual behavior p
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivonne Junita Fabanjo
"Anak dengan HIV/AIDS membutuhkan terapi Antiretroviral (ARV) dan
merupakan suatu tantangan bagi keluarga untuk tetap mempertahankan
kepatuhan terhadap terapi. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan
fenomenologis deskriptif yang bertujuan mengeksplorasi pengalaman keluarga
merawat anak dengan HIV/AIDS yang menjalani terapi ARV. Partisipan yang
terlibat dalam penelitian ini adalah lima orang. Hasil penelitian ini
mengidentifikasi 5 tema yaitu 1) dimensi pemberian terapi ARV, 2) keyakinan
terhadap pengobatan, 3) dukungan dari tenaga kesehatan terhadap terapi ARV, 4)
merasa takut, 5) mengalami proses berduka. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan masukan bagi perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan pada anak dengan HIV/AIDS

Abstract
Children living with HIV who undergo Antiretroviral (ARV) therapy give
challenge to their family in order to adhere to the therapy. This qualitative study
used descriptive phenomenology approach, the purpose of this study is to explore
family?s experience in caring children living with HIV who undergo
Antiretroviral (ARV) therapy. Five participants were involved in this study. Five
themes were identified, namely: 1) Antiretroviral (ARV) therapy dimension, 2)
faith on the therapy, 3) health professional support in Antiretroviral (ARV)
therapy, 4) feeling afraid, and 5) experienced grieving process. From this study, it
is suggested that nurses need to improve their knowledge and skill in caring
children living with HIV."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31030
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jilia Roza
"HIV merupakan penyebab penyakit infeksi yang akan diderita seumur hidup. Tidak semua orang yang terinfeksi HIV memiliki jangka waktu yang sama dalam menunjukkan gejala klinisnya, sehingga transmisi masih dapat terjadi selama penderita dalam periode asimptomatik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan status HIV klien VCT (Voluntary Counselling and Testing) di RSUD Mandau Kabupaten Bengkalis Tahun 2012. Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari data rekam medis klinik VCT HIV pada 897 orang klien VCT HIV di RSUD Mandau. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi form VCT menggunakan lembar daftar tilik. Hasil penelitian ini mendapatkan 4,2% klien VCT yang terinfeksi HIV dan pekerjaan berhubungan dengan status HIV, dimana klien yang pekerjaannya terkait dengan faktor risiko hampir 16 kali untuk terinfeksi HIV dibandingkan klien yang pekerjaannya tidak terkait dengan faktor risiko. Perlunya perhatian, pencegahan serta penanggulangan dari seluruh pihak baik pemerintahan, tenaga kesehatan maupun masyarakat.

HIV is a cause of disease infection that will be suffered a lifetime. Not all people with HIV have the the same timeframe in the showing symptoms clinicayl, so that the transmission may still occur during the patients in the period of asymptomatic. This research was aimed to determine the factors associated with HIV status VCT clients (Voluntary Counseling and Testing) at RSUD Mandau Bengkalis In 2012. This study is a further analysis of the medical records of HIV VCT clinic at 897 people with HIV VCT clients in RSUD Mandau. The data was collected through observation VCT form using the checklist sheet. Results of this study get 4.2% of VCT clients infected with HIV and work related with HIV status, where clients who work associated with risk factors nearly 16 times for HIV infection than clients who work not associated with risk factors. Need more concern, prevention and suppression of all parties, including government, health workers, and society."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46421
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Widya Waty Iqbal
"Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi dalam perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada lelaki seks lelaki LSL . Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang melibatkan 111 responden yang dipilih menggunakan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner HIV-KQ-18 dan Safer Sex Behaviour Questionnaire SSBQ . Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS r = 0.202, p-value = 0.034 pada kelompok LSL di Kota Depok. Hasil penelitian ini menyarankan agar tenaga kesehatan khususnya perawat dapat memberikan kontribusi berupa edukasi tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS pada LSL dengan berkolaborasi bersama pihak lembaga swadaya masyarakat LSM dan sekolah menegah sebagai pendukung dalam pemberian pendidikan seks.

Knowledge is one of the important factors that influence the preventive behavior of HIV AIDS transmission. This study aimed to analyze the correlation between knowledge level and preventive behavior of HIV AIDS among men who have sex with men MSM . The research design used cross sectional, involved 111 respondents whom selected by purposive sampling. The instrument used the HIV KQ 18 questionnaire and the Safer Sex Behavior Questionnaire SSBQ . The result showed that there was a significant correlation between the level of knowledge with the preventive behavior of HIV AIDS r 0.202, p value 0.034 among MSM in Depok City. This study suggests that other healthcare providers especially nurses can contribute to provide the education about preventive behaviour of HIV AIDS transmission among MSM and collaborate with non goverment organizations and school Senior High School as the main enabling factors to provide sex education."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmanadia Hidayat
"ABSTRAK
Wanita Pekerja Seks Langsung (WPS) adalah salah satu kelompok populasi kunci yang paling berisiko tertular dan menularkan virus HIV. Prevalensi HIV pada WPSL pada tahun 2015 meningkat dibandingkan tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status HIV pada WPSL di 16 kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2015. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Integrated Biological and Behavioral Survey (STBP) 2015. Sampel penelitian ini adalah wanita pekerja seks (WPS) berusia 15 tahun ke atas yang pernah melakukan hubungan seks komersial dengan minimal 1 pelanggan dalam 1 bulan terakhir. Hasil penelitian didapatkan WPSL dengan status HIV (+) sebesar 8,6%. Variabel yang secara statistik berhubungan adalah riwayat penggunaan narkoba suntikan (OR 5,449, CI 95% 1,624 - 18,285) dan riwayat gejala IMS (OR 1,579, 95% CI 1,148 - 2,172). Oleh karena itu, program pencegahan HIV-AIDS perlu terus ditingkatkan bagi kelompok perempuan pekerja seks untuk mencegah penularan HIV melalui penggunaan jarum suntik dan penularan melalui hubungan seksual.
ABSTRACT
Female Direct Sex Workers (FSW) are one of the key population groups most at risk of contracting and transmitting the HIV virus. The prevalence of HIV in FSW in 2015 increased compared to 2013. The purpose of this study was to determine the factors associated with HIV status in FSW in 16 districts/cities in Indonesia in 2015. The design of this study was cross sectional. This study uses secondary data from the 2015 Integrated Biological and Behavioral Survey (STBP). The sample of this study is female sex workers (FSW) aged 15 years and over who have had commercial sex with at least 1 customer in the last 1 month. The results of the study found that the WPSL with HIV (+) status was 8.6%. The variables that were statistically related were a history of injection drug use (OR 5,449, 95% CI 1,624 - 18,285) and a history of STI symptoms (OR 1,579, 95% CI 1,148 - 2,172). Therefore, HIV-AIDS prevention programs need to be continuously improved for groups of women sex workers to prevent HIV transmission through the use of needles and transmission through sexual contact."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>