Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117713 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999
297.6 KIA (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Inu Kencana Syafiie
Jakarta: Rineka Cipta, 1996
297.6 INU a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hadji Abdul Malik Karim Amrullah, 1908-1981
Jakarta: Yayasan Idayu, 1977
297.09 HAM d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Mubarok
"Dunia pascakolonialisme Islam masih terus dibayang-bayangi oleh ambisi hegemoni Barat sebagai akibat dari mentalitas panjang kolonialisme dan bias orientalisme. Momentum ketegangan antara dua dunia Islam dan Barat mencapai puncaknya ketika serangan 9/11 mengguncang Amerika Serikat. Melalui propaganda media, Islam menjadi kambing hitam dan diwacanakan sebagai agama yang penuh dengan kekerasan dan menginspirasi terorisme. Sebagai seorang “Kiai” dari kalangan Islam tradisional yang memimpin organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama, Kiai Hasyim Muzadi mengkampanyekan wacana Islam sebagai agama yang damai dan menolak aksi-aksi kekerasan di kancah internasional. Penelitian ini bertujuan untuk 1) meganalisis dan menjelaskan latar belakang peristiwa yang memengaruhi Kiai Hasyim Muzadi dalam melawan hegemoni dunia Barat, terutama Amerika Serikat, di dunia Islam; 2) menjelaskan basis pemikiran yang melatarbelakangi Kiai Hasyim Muzadi dalam melakukan resistensi atas wacana hegemoni dunia Barat, terutama Amerika Serikat, di dunia Islam; 3) menganalisis dan menjelaskan strategi Kiai Hasyim Muzadi dalam merespons aksi hegemonik dunia Barat, terutama Amerika Serikat, atas dunia Islam dalam perspektif studi pascakolonial. Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah kualitatif dengan pendekatan sejarah intelektual. Penulis menemukan bahwa perlawanan Kiai Hasyim Muzadi dilatarbelakangi oleh peristiwa 9/11 yang berdampak pada meningkatnya Islamofobia di dunia Barat. Beliau mengusung “Islam Rahmatan Lil ‘Alamin” sebagai basis pemikiran sekaligus wacana tandingan melawan wacana Islam radikal yang berkembang dalam internal maupun eksternal Islam. Strategi pascakolonialisme yang dilakukan Kiai Hasyim adalah dengan melakukan mimikri melalui pembentukan International Conference of Islamic Scholars (ICIS) sehingga gagasannya dapat diterima secara lebih luas, khususnya di dunia Barat. Penulis menyimpulkan bahwa perjuangan yang dilakukan oleh Kiai Hasyim dalam melawan hegemoni dunia Barat, terutama Amerika Serikat, atas dunia Islam adalah perjuangan pascakolonialisme dalam upaya menundukkan Timur sebagai subjek yang melawan neokolonialisme Barat.

Islamic postcolonial world still in the behind of Western hegemony’s shadows as the result of long mentality of the colonialism and orientalism bias. The tension between Islamic world and Western world hit its peak momentum by the 9/11 strike which occurred in the United States. By the propaganda of media, Islam was scapegoated and discoursed as the religion of violence and inspired terrorism. As a “Kiai” or traditional Islamic cleric who led the biggest Islamic organization in Indonesia, Nahdlatul Ulama, Hasyim Muzadi was campaigning Islamic discourse in the international stage as a religion of peace which refusing any kind of violence. This article aims to 1) examine and explain the background events which influenced Hasyim Muzadi to fight against Western hegemony, especially the United States, on Islamic world; 2) explain the basis of thoughts which encouraged Hasyim Muzadi to resist the discourse of Western hegemony, especially the United States, on Islamic world; 3) examine and explain the strategy of Hasyim Muzadi to response Western hegemonic acts, especially the United States, on Islamic world with postcolonial studies perspective. This article uses qualitative research with intellectual history approach. The author finds that the resistance of Hasyim Muzadi was driven by the 9/11 event which increased Islamophobia in the Western world. He promoted “Islam Rahmatan Lil ‘Alamin” as the basis of thoughts and counter-discourse resisting Islamic radicalism discourse which developed inside and outside Islamic society. Hasyim Muzadi adopted mimicry as the postcolonial strategy by creating the International Conference of Islamic Scholars so his ideas could be accepted wider, especially in the Western world. The author concludes that the struggle of Hasyim Muzadi to resist Western hegemony, especially the United States, on Islamic world was a postcolonial struggle to make the East as a subject which resisted Western neo-colonialism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boland, B. J.
Jakarta: Grafitipers, 1985
297.7 BOL p;297.7 BOL p (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Daud Rasyid
Jakarta: Usamah, 2001
297.62 RAS I
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya , 2000
297 ISL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mustari Bosra
"Kebijakan pemerintah Belanda memperkenalkan unsur-unsur budaya Barat di Sulawesi Selatan segera setelah keberhasilannya menaklukkan semua kerajaan Islam di sana pada awal abad ke-20 menyebabkan terjadinya disekuilibrium sosial di kalangan umat Islam Bugis-Makassar. Pranata Sosial pangadereng (Bugis)/pangadakkang (Makassar), warisan budaya pra-Islam yang telah dilengkapi dengan sara' (syariat) pasca-Islam tidak lagi berfungsi secara penuh. Akibatnya, banyak ulama, baik yang modernis (tuangguru) maupun yang tradisionalis (anrongguru) yang melepaskan diri dari dan/atau tidak terakomodasi lagi dalam struktur birokrasi kerajaan sebagai parewa sara' (daengguru). Mereka memilih menjalankan tugas keulamaan di. luar ikatan struktural, sebagai "ulama bebas."
Bertolak dari keprihatinan mereka terhadap kondisi umat Islam yang terjajah dan terkebelakang dalam hampir segala hal, para "ulama bebas" (tuangguru dan anrongguru) bangkit melakukan gerakan sesuai dengan visi dan misi masing-masing. Tuangguru memulai gerakannya dengan mendirikan organisasi modern dan menyelenggarakan sekolah model Barat yang berdasarkan Islam. Sedangkan, anrongguru memulai gerakannya dengan memodernisasi lembaga pendidikan tradisional mangaji kitta mejandi madrasah dengan sistem klasikal. Merasa terdesak oleh gerakan yang dilancarkan tuangguru dan anrongguru, daengguru tampil pula melakukan gerakan dengan meniru pola gerakan yang dilancarkan lawan-lawannya.
Sebagai cultural broker dan Social agency yang terdorong oleh rasa tanggung jawab sebagai waratsatul anbiya yang berkewajiban melakukan amar tna'ruf nabi munkar dan sebagai Bugis-Makassar yang terikat oleh siri' dan pesse (bugis)/pacce (Makassar), tuangguru, anrongguru, dan daengguru, sama-sama berusaha mengendalikan proses transformasi sosial umat Islam Sulawesi Selatan sepanjang tahun 1914-1942 sehingga konflik dan persaingan di antara mereka tak terhindarkan.
Meskipun secara eksternal, mereka mendapatkan rintangan dan saingan dari cultural broker dan sosial agency yang lain, seperti tuangpeforo (pemerintah Belanda), tuangpandeta (pendeta), dan tuangpastoro (pastor), ketiga kelompok ulama itu tetap saja beristigamah melancarkan "gerakan Islam" dalam rangka mencapai tujuan masing-masing. Resonansi dan pengaruh gerakan mereka masih terasa hingga kini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
D471
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuntowijoyo, 1943-2005
Bandung: Mizan Media Utama, 2001
297.092 KUN m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>