Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148833 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pendrianto
"Insiden dan mortalitas dari colorectal cancer (CRC) terus meningkat. Beberapa metode skrining CRC umumnya bersifat invasif dan tidak nyaman. Single Nucleotide Polymorphism (SNP) dapat dimanfaatkan sebagai marker untuk skrining CRC dengan tingkat invasif yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi asosiasi antara SNP ?X? dengan kerentanan terhadap CRC sporadik. Desain penelitian menggunakan studi potong lintang. Jumlah sampel dan daya uji pada kelompok CRC sporadik dan kontrol ditentukan dengan menggunakan Epi Info versi 3.5.1. DNA genomik diperoleh dari sampel darah kedua kelompok, kemudian dilakukan PCR dan sequencing untuk melacak genotip SNP "X" dengan ukuran amplikon 979 pb.
Hasil analisis statistik menunjukkan nilai PValue genotip TT terhadap Non TT sebesar 0,025 (P<0,05), dengan Odds Ratio (OR) 0,193<0,420<0,911. Setelah dikoreksi dengan binary logistic regression, didapatkan P-Value sebesar 0,047 dengan OR 0,188<0,431<0,988). P-Value genotip GT terhadap Non GT 0,890 dengan OR 0,561<0,963<1,652. P-Value genotip GG terhadap Non GG 0,076 dengan OR 0,949<1,628<2,793. Hasil menunjukkan adanya asosiasi antara genotip TT pada SNP ?X? dengan menurunnya kerentanan terhadap CRC sporadik. Studi lanjutan pada populasi lainnya di wilayah Indonesia perlu dilakukan untuk pemetaan pola variasi genetik di SNP ?X?, dan untuk mengetahui pengaruhnya di gen-gen terdekat yang berkorelasi terhadap CRC sporadik.

The incidence and mortality of colorectal cancer (CRC) increase rapidly. Some CRC screening methods are invasive and generally uncomfortable. Single Nucleotide Polymorphism (SNP) can be utilized as a marker for CRC screening with low level of invasiveness. This study aimed to validate the association between SNP "X" with susceptibility to sporadic CRC. This study is a crosssectional study. Number of samples and power in CRC and control groups were determined using Epi Info v3.5.1. Genomic DNA were obtained from whole blood samples, and followed by PCR (979 bp amplicon) and direct sequencing to determine the genotype pattern.
Statistical analysis showed that P-Value of genotype TT vs Non TT is 0.025 (P<0.05), with Odds Ratio (OR) 0.193<0.420<0.911. P-Value after adjustment using binary logistic regression was 0.047 with OR 0.188<0.431<0.988. P-Value of genotype GT vs Non GT was 0.890 with OR 0.561<0.963<1.652. P-Value of genotype GG vs Non GG was 0.076 with OR 0.949<1.628<2.793. There was a significant association between TT genotype at the SNP "X" with decreased susceptibility to sporadic CRC. Further study will be needed to identify genetic variation patterns in the SNP "X" in other populations in Indonesia region, and to investigate its effect to the nearest genes and its correlation to sporadic CRC."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31562
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pendrianto
"Insiden dan mortalitas dari colorectal cancer CRC terus meningkat Beberapa metode skrining CRC umumnya bersifat invasif dan tidak nyaman Single Nucleotide Polymorphism SNP dapat dimanfaatkan sebagai marker untuk skrining CRC dengan tingkat invasif yang rendah Penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi asosiasi antara SNP ldquo X rdquo dengan kerentanan terhadap CRC sporadik Desain penelitian menggunakan studi potong lintang Jumlah sampel dan daya uji pada kelompok CRC sporadik dan kontrol ditentukan dengan menggunakan Epi Info versi 3 5 1 DNA genomik diperoleh dari sampel darah kedua kelompok kemudian dilakukan PCR dan sequencing untuk melacak genotip SNP ldquo X rdquo dengan ukuran amplikon 979 pb Hasil analisis statistik menunjukkan nilai PValue genotip TT terhadap Non TT sebesar 0 025 P 0 05 dengan Odds Ratio OR 0 193 0 420 0 911 Setelah dikoreksi dengan binary logistic regression didapatkan P Value sebesar 0 047 dengan OR 0 188 0 431 0 988 P Value genotip GT terhadap Non GT 0 890 dengan OR 0 561 0 963 1 652 P Value genotip GG terhadap Non GG 0 076 dengan OR 0 949 1 628 2 793 Hasil menunjukkan adanya asosiasi antara genotip TT pada SNP ldquo X rdquo dengan menurunnya kerentanan terhadap CRC sporadik Studi lanjutan pada populasi lainnya di wilayah Indonesia perlu dilakukan untuk pemetaan pola variasi genetic di SNP ldquo X rdquo dan untuk mengetahui pengaruhnya di gen gen terdekat yang berkorelasi terhadap CRC sporadik.

The incidence and mortality of colorectal cancer CRC increase rapidly Some CRC screening methods are invasive and generally uncomfortable Single Nucleotide Polymorphism SNP can be utilized as a marker for CRC screening with low level of invasiveness This study aimed to validate the association between SNP X with susceptibility to sporadic CRC This study is a crosssectional study Number of samples and power in CRC and control groups were determined using Epi Info v3 5 1 Genomic DNA were obtained from whole blood samples and followed by PCR 979 bp amplicon and direct sequencing to determine the genotype pattern Statistical analysis showed that P Value of genotype TT vs Non TT is 0 025 P 0 05 with Odds Ratio OR 0 193 0 420 0 911 P Value after adjustment using binary logistic regression was 0 047 with OR 0 188 0 431 0 988 P Value of genotype GT vs Non GT was 0 890 with OR 0 561 0 963 1 652 P Value of genotype GG vs Non GG was 0 076 with OR 0 949 1 628 2 793 There was a significant association between TT genotype at the SNP X with decreased susceptibility to sporadic CRC Further study will be needed to identify genetic variation patterns in the SNP X rdquo in other populations in Indonesia region and to investigate its effect to the nearest genes and its correlation to sporadic CRC."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thahira Safrina Putri Adrianto
"Pigmented spotmerupakan fenotipe penuaan kulit yang umum terjadi di masyarakat Asia khususnya Indonesia, namun keberadaannya mengganggu banyak orang. Salah satu penyebab terjadinya pigmented spot adalah hiperpigmentasi yang diakibatkan oleh variasi p.Val92Met gen MC1R. Variasi p.Val92Met terjadi di situs pengikatan ligan sehingga akan menyebabkan penurunan fungsi gen. Hal tersebut akan menyebabkan kurang efektifnya kerja melanin dalam melindungi kulit dari sinar matahari. Akibatnya, melanosit terus memproduksi melanin sehingga terjadi hiperpigmentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi asosiasi antara fenotipe pigmented spot di area dahi dengan variasi p.Val92Met gen MC1R pada populasi wanita Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode RFLP untuk mengidentifikasi genotipe yang dimiliki oleh 100 wanita yang berasal dari Indonesia dan setiap hari terpapar sinar matahari selama lebih dari sama dengan 1 jam. Data dianalisis menggunakan chi-square. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa fenotipe pigmented spot di area dahi tidak berasosiasi secara signifikan (p-value = 0,83). Faktor penyebabnya diprediksikan karena ukuran populasi yang sangat minim, metode phenotyping, gen yang bersifat polimorfik, dan fenotipe yang bersifat poligenik. Penelitian ini juga menghitung keseimbangan Hardy-Weinberg dan menyatakan bahwa populasi berada dalam keseimbagan Hardy-Weinberg.

Pigmented spot is a common skin aging phenotype among Asian especially Indonesian, however it frequently caused someone to get perturbed. One of the factors of pigmented spot development caused by p.Val92Met MC1R gene variation. This variation occurs in ligand binding site; hence it will reduce the gene function. This will cause melanin to be less effective in protecting the skin from sunlight. As a result, melanocytes continue to produce melanin resulting in hyperpigmentation. This study aimed to identify the association between p.Val92Met genotypes of MC1R gene polymorphism with pigmented spot on forehead in a Indonesian women population. This study used RFLP method identify genotypes within 100 women over 35 years old and exposed to sunlight for minimum 1 hour a day. Data were analyzed with chi-squared test. This study conveys that there is no significant association between between Single Nucleotide Polymorphism (SNP) p.Val92Met MC1R Gene with Pigmented Spot on Forehead in Indonesian Women Population (p-value = 0,83). The causal factors are predicted due to the very minimal population size, phenotyping methods, polymorphic genes, and polygenic phenotypes. This study also calculates the Hardy-Weinberg equilibrium and states that the population is in Hardy-Weinberg equilibrium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinaldy Kusuma
"ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker Kolorektal termasuk ke dalam lima besar kanker dengan tingkat insidensi dan mortalitas yang tinggi di Indonesia. Sebesar 20%-25% kejadian kanker kolorektal merupakan faktor keturunan melalui pewarisan mutasi gen-gen high penetrance yang berkontribusi signifikan terhadap pembentukan kanker kolorektal, sedangkan 80%-85% merupakan kanker kolorektal sporadik. Pada kanker kolorektal sporadik mutasi terjadi pada gen-gen low penetrance yang berisiko rendah terhadap pembentukan kanker kolorektal. Identifikasi mutasi pada gen-gen lain yang berpotensi memiliki kontribusi terhadap kanker kolorektal sporadik diperlukan. Prastudi sebelumnya menggunakan metode GWAS telah mengidentifikasi CNV di kromosom 7, 8, 18, dan 20 dari pasien kanker kolorektal sporadik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gen dengan CNV di kromosom tersebut dan asosiasinya pada kanker kolorektal sporadik serta hubungan variasi genetik CNV terhadap tingkat ekspresi mRNA gen DOK5.
Metode: Identifikasi gen berdasarkan seleksi dari analisis data CNV dan SNP prastudi GWAS. Sebanyak 70 pasang sampel jaringan kanker kolorektal dan jaringan kolorektal sehat digunakan dalam penelitian ini dengan persetujuan komisi etik serta tujuh jenis sel lestari. Metode Real-Time PCR digunakan dalam analisis CNV gen DOK5 menggunakan DNA dari sampel jaringan maupun sampel sel lestari dan analisis ekspresi mRNA gen DOK5 dari sampel RNA sel lestari.
Hasil: Jumlah Copy Number (CN) gen DOK5 yang tinggi secara signifikan (P =0,01) terdapat pada kelompok usia ≥50 tahun (CN=1,58). Variabel CN gen DOK5 berasosiasi signifikan dengan variabel kelompok usia (P=0,028) dimana lebih dari 50% sampel ≥50 tahun memilik amplifikasi gen DOK5. Pada derajat diferensiasi histopatologi dan jenis kelamin tidak ada perbedaan dan asosiasi dengan CN gen DOK5 secara signifikan (P >0,05). CNV gen DOK5 berkorelasi positif kuat (R=0,890) secara signifikan (P=0,007) dengan tingkat ekspresi mRNA gen DOK5 di beberapa sampel sel lestari dari berbagai kanker.
Kesimpulan: Amplifikasi CNV gen DOK5 terkait dengan kanker kolorektal sporadik pada subyek berusia ≥50 tahun. CNV gen DOK5 yang teramplifikasi berpengaruh terhadap peningkatan ekspresi mRNA gen DOK5 di sel lestari.

ABSTRACT
Background: Colorectal Cancer (CRC) is among top five cancers that have high level of incidence and mortality in Indonesia. About 20%-25% of CRC were familial that inherited a mutation of high penetrance genes with high predisposing risk of CRC, while the rest of 75%-80% were sporadic CRC. Most of predisposing mutation of genes in sporadic CRC were low penetrance genes with low risk of CRC. Identification of other predisposing genes that have significant and higher risk of sporadic CRC were needed. Our previous study using GWAS has identified a significant genetic variation in the form of CNV in chromosomes 7, 8, 18, dan 20 in sporadic CRC patient. This study aimed to identify the gene with CNV in those chromosomes and its association with sporadic CRC also the effect of CNV on expression level of the gene mRNA.
Method: The gene was identified by selection using analyzed data of CNV and SNP from GWAS study. Seven type of cell lines and 70 matched paired samples of cancerous and normal tissues were used in this study with approval from ethic commission. Real-Time PCR method was used to analyze both DOK5 gene CNV from DNA sample and DOK5 gene expression from RNA sample. DNA was extracted from tissues and cell lines, while RNA extracted from cell lines.
Results: Difference of DOK5 CN was significant in age group (P=0,01) with group ≥50 years old had higher CN of DOK5 gene (CN=1,58). DOK5 CN variable was associated with age group variable (P=0,028) where more than 50% samples of age ≥50 years old showed amplification of DOK5 CN. No significant difference (P >0,05) in CNV of DOK5 gene was detected in subjects if grouped based on their histopathology or gender. In cell lines, CN of DOK5 gene showed significant (P=0,007) and strong positive correlation (R=0,890) with mRNA expression level of DOK5 gene.
Conclusion: DOK5 gene was identified from GWAS CNV data. CNV amplification of DOK5 gene was associated with sporadic colorectal cancer in subject ≥50 years old. Amplified CNV of DOK5 gene affect the increased of DOK5 mRNA expression level in cell lines.
"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Ananda Putri
"Alopecia areata (AA) merupakan jenis kerontokan rambut pada manusia yang disebabkan oleh serangan sel-sel imun tubuh terhadap folikel rambut di fase anagen. Single nucleotide polymorphism (SNP) rs2476601 adalah salah satu varian gen yang terletak di gen protein tyrosine phosphatase non-receptor type 22 (PTPN22) dan diketahui berasosiasi dengan kemunculan AA berdasarkan penelitian yang dilakukan di berbagai negara. Perubahan basa sitosin menjadi timin pada posisi ke-1858 diprediksi menyebabkan penurunan kemampuan protein lymphoid-specific tyrosine phosphatase (Lyp) untuk menghambat aktivasi sel T. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan asosiasi SNP rs2476601 dengan kemunculan fenotipe AA pada populasi Indonesia. Pengambilan sampel buccal swab dilakukan terhadap 50 pasien penderita AA dan 50 individu normal sebagai subjek kontrol. Penentuan genotipe subjek dilakukan dengan teknik PCR-RFLP menggunakan enzim restriksi RsaI, lalu analisis statistik dilakukan dengan uji Fisher’s exact. Dari seluruh subjek yang diteliti, sebanyak 99% genotipe merupakan genotipe CC yang ditandai dengan 4 pita dan 1% genotipe merupakan genotipe CT yang ditandai dengan 5 pita. Tidak ditemukan adanya genotipe homozigot TT pada kedua kelompok studi. Populasi subjek yang terlibat dalam penelitian berada dalam keseimbangan Hardy-Weinberg. Nilai p yang ditemukan dari hasil uji Fisher’s exact tidak menunjukkan adanya asosiasi yang bermakna antara genotipe CT/TT dan kondisi AA (p>0,05). Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa rs2476601 gen PTPN22 tidak memiliki asosiasi terhadap kemunculan AA pada populasi di Indonesia.

Alopecia areata (AA) is a type of hair loss in human caused by the body's immune cells attacking hair follicles in the anagen phase. Single nucleotide polymorphism (SNP) rs2476601 is a gene variant located in the protein tyrosine phosphatase non-receptor type 22 (PTPN22) gene and associated with the emergence of AA based on studies conducted in various countries. The substitution of cytosine to thymine base at position 1858 decreases the ability of lymphoid-specific tyrosine phosphatase (Lyp) protein to inhibit T cell activation. This study aimed to determine the association of SNP rs2476601 with the appearance of the AA phenotype in the Indonesian population. Buccal swabs were extracted from 50 patients with AA and 50 normal individuals as control subjects. PCRRFLP technique were used to determine the subject’s genotype using the RsaI restriction enzyme, then the statistical analysis were conducted using Fisher’s exact test calculations. From all the subjects involved, 99% of the genotypes belonged to CC genotype indicated by four bands and 1% belonged to CT genotype indicated by five bands. No homozygous TT genotype was detected in both study groups. This study implies that the subject population involed is at Hardy-Weinberg equilibrium. However, the p-value generated from the Fisher’s exact test shows that there was no association between the CT/TT genotype and AA conditions (p>0.05). In conclusion, this study found that rs2476601 from the PTPN22 gene is not associated with the emergence of AA in the Indonesian population."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Caesar
"ATP sintase merupakan salah satu enzim sistem fosforilasi oksidatif
yang berlangsung pada mitokondria, dan berperan dalam proses kondensasi
ADR dan Pi menjadi ATP, menggunakan energi yang timbul dari rantai
respirasi. ATP sintase terdiri dari 2 baglan Fo dan Fi yang terdlrl dari 12
subunit pollpeptlda. Situs katalitik dari ATP sintase terletak pada subunit p.
Gen penyandi ATP sintase subunit 3 terdiri dari 10 ekson dan 9 intron.
Penelitian ini bertujuan untuk meiihat adanya SNP {Single Nucleotide
Polymorphism) pada ekson delapan gen ATP sintase subunit 3 pada individu
normal Indonesia. Sampel yang digunakan berjumlah dua buah, satu sampei
dari popuiasi Dayak yang mewakili Austronesia dan satu sampel dari
populasi Papua mewakili Austroloid. Amplifikasi daerah ekson delapan
dilakukan menggunakan metode PGR, menggunakan pasangan primer
F7406-R8174. menghasiikan fragmen DNA sebesar 769 pb. Sekuens
daerah ekson delapan diperoleh dengan menggunakan primer internal F7849
dan primer R8174 dalam reaksi sekuensing. Alignment sekuens daerah
ekson delapan dari kedua sampel dengan sekuens referensi publikasi
;Neckelmann dan kawan-kawan memperlihatkan kesamaan susunan basa"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Musyarrafah Hamdani
"ABSTRAK
Hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku tahun 2013 menunjukkan bahwa Makassar 6.9 menempati posisi ketiga pada data proporsi remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah berdasarkan kota dengan usia termuda 13 tahun. Penelitian bertujuan untuk mengeksplorasi sejauh mana implementasi budaya siri rsquo; dalam pengasuhan anak di keluarga masyarakat suku Bugis dan Makassar berkaitan dengan perilaku seks pranikah pada remaja di Kota Makassar. Pendekatan kualitatif yang menggunakan etnografi dengan life history approach sebagai metode penelitian melalui wawancara mendalam dan observasi partisipatif. Melalui proses belajar kebudayaan sendiri, yaitu internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi orang tua telah menerapkan budaya siri rsquo; dalam mengasuh anaknya yang dimulai saat anak memasuki masa pubertas. Orang tua menanamkan secara tersirat dengan nasihat lsquo;jaga diri dan nama baik keluarga rsquo; yang ditujukan kepada perilaku seks pranikah. Usaha remaja menjaga siri rsquo; keluarga menjadi penahan dalam melakukan seks pranikah. Diharapkan adanya pengarusutamaan siri rsquo; dalam upaya mencegah remaja sekolah untuk melakukan perilaku seks pranikah, terutama Dinas Pendidikan Kota Makassar diharapkan memasukkan materi siri rsquo; dalam ajaran Muatan Lokal. Begitupun dengan orang tua yang senantiasa menanamkan siri rsquo; kepada anaknya tidak hanya saat masa pubertas, namun dimulai sejak masih kanak-kanak.

ABSTRACT
Integrated Surveys of Biological and Behavior in 2013 showed that Makassar 6.9 ranked third on of teenagers who had premarital sexual intercourse according to the city with the youngest age of 13 years. The study aimed to explore the implementation of siri rsquo in parenting of Buginese and Makassar ethnic families related to adolescents rsquo premarital sex behavior in Makassar. Qualitative approach that used ethnography with life history approach as a research method through in depth interviews and participant observation. Through the process of learning their own culture internalization, socialization, and enculturation , the parents had implemented siri rsquo in raising their children since the child entered the period of puberty. Parents instilled siri rsquo implicitly through advice lsquo protect yourself and the good name of the family rsquo aimed to prevent premarital sex behavior. Teenagers take care of siri rsquo family to be a barrier in premarital sex. Siri rsquo mainstreaming should be held to prevent school adolescents to engage in premarital sexual behaviors, particularly the Provincial Education Board of Makassar is expected to involve siri rsquo as material in Local Content ldquo Muatan Lokal rdquo subject. As well parents should instill the values of siri rsquo to their child not only during puberty, but since as a child."
2017
T48744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Djayaputera
"Latar Belakang: Karies gigi adalah penyakit dan infeksi rongga mulut yang paling umum terjadi di dunia. Karies merupakan penyakit multifaktorial yang dipengaruhi oleh faktor hospes, agen, lingkungan dan waktu. Kondisi dari suatu hospes dipengaruhi oleh gen yang dimiliki hospes, seperti gen MBL2. Gen MBL2 menginstruksikan pembentukan kompleks protein yang akan berikatan dengan agen patogen dan bekerja sama dengan sistem imun menghancurkan agen patogen pada lingkungan oral. Penelitian mengenai polimorfisme gen MBL2 G161A pada penderita karies telah dilakukan di berbagai negara, akan tetapi penelitian tersebut belum pernah dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan gen MBL2 G161A pada penderita karies di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara polimorfisme gen MBL2 G161A pada penderita karies di Indonesia.
Metode: Analisis polimorfisme gen MBL2 G161A dilakukan dengan metode PCR-RFLP dengan enzim restriksi BanI.
Hasil: Dalam penelitian ini, pada kelompok karies ditemukan enam sampel dengan genotip GG, 29 sampel dengan genotip GA, dan 15 sampel dengan genotip AA. Sedangkan pada kelompok non-karies, ditemukan 43 sampel dengan genotip GG, tujuh sampel dengan genotip GA, dan tidak ditemukan genotip AA. Pada kelompok karies ditemukan 42 alel G dan 59 alel A, dan pada kelompok non-karies ditemukan 93 alel G dan 7 alel A.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna pada distribusi polimorfisme gen MBL2 G161A antara kelompok karies dengan non-karies (p = 0.001).

Background: Dental caries is the most common disease and infection of the oral cavity in the world. Caries is a multifactorial disease that is influenced by host, agents, environment and time factors. The condition of a host is influenced by the host's genes, such as the MBL2 gene. The MBL2 gene instructs the formation of a protein complex that binds to pathogens and works together with the immune system to destroy pathogens in the oral environment. Research on the MBL2 G161A gene polymorphism in caries patients has been carried out in various countries, but such research has never been conducted in Indonesia. Therefore, this study was conducted to determine the relationship of the MBL2 G161A gene in caries patients in Indonesia.
Objective: To determine the relationship between the MBL2 G161A gene polymorphism in caries patients in Indonesia.
Methods: Analysis of the MBL2 G161A gene polymorphism was carried out by the PCR-RFLP method with the BanI restriction enzyme.
Results: In this study, in the caries group there were six samples with GG genotype, 29 samples with GA genotype, and 15 samples with AA genotype. Whereas in the non-caries group, there were 43 samples with GG genotype, seven samples with GA genotype, and no AA genotype. In the caries group found 42 G alleles and 59 A alleles, and in the non-caries group 93 G alleles and 7 A alleles were found.
Conclusion: There were significant differences in the distribution of the MBL2 G161A gene polymorphism between caries and non-caries groups (p = 0.001).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ubbe
"Naskah Tesis ini, disusun dari rangkaian berbagai uraian tentang Penyelesaian Delik Kesusilaan Dan Kekerasan Siri' Oleh Hakim Di Masyarakat Bugis-Makassar Sulawesi Selatan. Dalam rangka mendeskripsikan masalah tersebut telah dilakukan penelitian perpustakaan terhadap bahan-bahan hukum, primer dan sekunder dengan titik berat pada pokokpokok persoalan yang meliputi: (1) pemaknaan siri' dalam menyelesaikan delik menurut konstalasi hukum lokal dan negara; (2) perwujudan penyelesaian siri' dalam konteks hukum lokal dan nasional; (3) operasionalisasi nilai-nilai siri' dalam putusan-putusan hakim menurut priode pemerintahan Hindia Belanda dan priode Republik Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan alasan, bahwa delik kesusilaan dan kekerasan siri' telah terjadi sejak dahulu kala, hingga kini. Penyelesaiannya melibatkan, baik nilainilai hukum lokal maupun nilai-nilai hukum nasional. Penyelesaian menurut hukum lokal yakni bertindak sendiri. Penyelesaian demikian adalah legal dan legitim menurut hukum lokal, namun perbuatan itu melanggar hukum nasional. Penyelesaian di pengadilan adalah sah menurut hukum nasional, namun belum dapat diterima sebagai pemulihan siri' bagi masyarakat lokal. Perubahan masyarakat berkaitan dengan perubahan hukum. Perubahan ini membawa masyarakat Sulawesi Selatan pada suatu bentuk masyarakat "prismatis" yakni masyarakat yang memperlihatkan unsur kemoderenan sekaligus dengan unsur ketradisionalannya. Sifat dan corak masyarakat prismatis ini mempengaruhi kadar penerimaan masyarakat terhadap fungsi penyelesaian delik kesusilaan dan kekerasan siri' di pengadilan. Dalam keadaan demikian putusan hakim diharapkan mengemban berbagai fungsi, yakni sebagai "transformator nilai-nilai lokal menjadi nilai-nilai hukum formal yang terbentuk dari putusan hakim. Faktor siri' sebagai nilai sosiokultural masyarakat Sulawesi Selatan telah menjadi pertimbangan putusan hakim, khususnya dalam pemberian pidana. Faktor siri1 dalam penyelesaian delik penganiayaan dan pembunuhan karena pemulihan siri' sebaiknya dijadikan faktor meringankan hukuman sedangkan dalam penyelesaian delik kesusilaan sebaiknya faktor siri' dijadikan pertimbangan memperberat hukuman."
2001
T36496
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Orpa Saman Lebang
"Merokok masih merupakan masalah kesehatan hingga saat ini. Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang untuk menjadi perokok, yaitu faktor lingkungan, perilaku dan faktor personal yang saling berinteraksi satu sama lain. Di Sulawesi Selatan usia pertama kali merokok terbanyak terdapat pada usia remaja dibawah dari 20 tahun. Penelitian ini membahas tentang gambaran perilaku merokok pada remaja di SMU Wahyu Kota Makassar Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Untuk validasi data menggunakan trianggulasi data dan trianggulasi sumber.
Hasil studi menemukan bahwa semua informan berasal dari keluarga perokok, memiliki teman yang juga perokok, pernah melihat iklan tentang rokok dan guru yang merokok di sekolah. Selain itu, semua informan juga mengaku kalau mengetahui adanya tata tertib tentang larangan merokok bagi siswa. Namun,menurut salah satu informan yang pernah ketahuan merokok, ia tidak diberi sanksi atau peringatan dari pihak sekolah pada saat kejadian. Dilihat dari sikap semua informan mempunyai sikap yang pro terhadap rokok karena mereka mempunyai persepsi bahwa dengan merokok akan memiliki banyak teman serta dapat mengurangi stres.
Ada beberapa saran yang diberikan berdasarkan penelitian diantaranya, yaitu untuk pihak sekolah agar menerapkan tata tertib sekolah tentang larangan merokok bagi siswa-siswi secara tegas dan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di sekolah. Pihak sekolah juga diharapkan melakukan razia rokok secara rutin terhadap siswa.

Smoking is still a health problem until today. There are several factors that cause a person to become a smoker, that environmental factors, behavioral and personal factors interact with each other. In South Sulawesi age of first smoking ever found in adolescents under the age of 20 years. This study discusses the overview of smoking behavior in adolescents inWahyu high school, Makassar, South Sulawesi. This research was conducted using qualitative methods, data collection is done by in-depth interviews with the informants. As for the validitasi data using triangulation and triangulation of data sources.
The study found that all the informants came from a family of smokers, have a friend who is also a smoker, never seen on cigarette advertising and teachers who smoke at school. In addition, all informants also admitted that he knew the rules about smoking ban for students. However, according to one informant who once caught smoking, he is not sanctioned or warning from the school at the time of the incident. In view of the attitude of all respondents have a pro attitude towards smoking, they perception that smoking will have a lot of friends and can reduce stress.
There are some suggestions given based on such research, which is to the school to implement school rules on smoking bans for students and apply strictly No Smoking Area in school. Moreover, the school is alsoexpected to conduct regular raids againts students smoking.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>