Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175837 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutagalung, Tulus Bangun
"ABSTRAK
Walaupun sudah terbentuk kerjasama perdagangan bebas di Asia Selatan melalui
mekanisme South Asian Preferential Trade (SAPTA) pada tahun 1995 dan South
Asian Free Trade Agreement (SAFTA) pada tahun 2006, tetapi nyatanya
persentase nilai ekspor intra-kawasannya terhadap total nilai ekspornya ke dunia
masih sangat rendah, hanya berkisar 4-6%, dibanding dengan Uni Eropa yaitu 57-
65%, ASEAN yaitu 22-25%, dan NAFTA 48-55% selama tahun 2000-2010.
Berbagai hal menyebabkan hal ini terjadi, seperti tingkat komplementaritas (saling
melengkapi) produk yang rendah di Asia Selatan. Artinya, kebanyakan barang
yang diproduksi di kawasan itu sama, yaitu produk tekstil, sehingga mau tidak
mau membuat mereka harus lebih berdagang dengan kawasan di luar Asia
Selatan, terutama dengan AS dan Uni Eropa, belum lagi permasalahan politik dan
keamanan domestik ataupun bilateral, seperti konflik India dan Pakistan. Melalui
penelitian ini, penulis ingin menjelaskan penyebab rendahnya komplementaritas
barang di Asia Selatan berdasarkan analisis daya saing industri domestik tujuh
negara anggota SAARC melalui Lima Determinan menurut Teori Keuntungan
Kompetitif Porter.

Abstract
In spite of South Asia free trade cooperation by South Asian Preferential Trade
Agremeent (SAPTA) in 1995 and South Asian Free Trade Agreement (SAFTA)
in 2006, there is still low percentage of intra-regional trade, especially export
volume, compared with their total world export. However, its ratio percentage was
4-6% , whereas Eropa Union was 57-65%, ASEAN was 22-25%, and NAFTA
was 48-55% within 2000-2010. The main cause is the incomplementary of their
products export both in economy and political perspective. It means that they
yield the similiar products, in particularly textile products, so that they have to
relocate and sell their export products to outside regional countries, such as
United States and Eropa Union, instead of making trade with SAARC members.
Therefore this research attempts to explain the causes of low complementarity of
South Asia products based on domestic industry and government polict analysis
of seven SAARC member countries by using Porters? Competitive Advantage of
Nations Theory."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nathalia Christine
"ABSTRACT
Perdagangan manusia merupakan kejahatan lintas batas negara yang terorganisir sehingga dikenal sebagai transnational organized crime. Mayoritas korban dari perdagangan manusia adalah perempuan dan anak dibawah usia delapan belas tahun yang diperjualbelikan untuk eksploitasi seksual. Asia Selatan dalam hal ini menduduki posisi kedua sebagai kawasan dengan jumlah kasus perdagangan perempuan dan anak terbanyak yang dilakukan secara global. Meningkatnya kasus perdagangan perempuan dan anak dari tahun ke tahun di India kemudian menarik perhatian dari South Asian Association of Regional Cooperation SAARC untuk mentuntaskan kejahatan perdagangan manusia tersebut melalui pembentukan Konvensi Pencegahan dan Penanggulangan Perdagangan Perempuan dan Anak untuk Prostitusi yang dibentuk pada tahun 2002. Penelitian ini berusaha melihat advokasi SAARC terhadap Pemerintah India dalam pembentukan klausul dan kebijakan dari Konvensi Pencegahan dan Penanggulangan Perdagangan Perempuan dan Anak di India dengan menggunakan teori Policy Cycle dalam melihat tahap-tahap pembuatan kebijakan, serta konsep Transnational Advocacy Network dalam melihat strategi-strategi yang dilakukan SAARC dalam melakukan advokasi terhadap Pemerintah India. Dalam upayanya, SAARC melakukan empat bentuk strategi advokasi yakni information politics, symbolic politics, leverage politics dan accountability politics.

ABSTRACT
Human trafficking is a cross border crime considered as a transnational organized crime. The majority victims of human trafficking are women and underaged children for sexual exploitation. In this case, South Asia has the second highest rate practice of women and children trafficking. The increasing number of women and children trafficking cases through years in India subsequently raises the awareness of the South Assian Association of Regional Cooperation SAARC to resolve the case by establishing the Convention of Preventing and Combatting Women and Children for Prostitution established in 2002. The number of women and children trafficking cases decreased for 9 since the establishment. This research aims to analyse SAARC rsquo s advocacy towards the Government of India to formulate the clause and the policy of Convention on Preventing and Combatting Trafficking in Children for Prostitution in India using the Policy Cycle Theory in viewing of policy making, and the concept of Transnational Advocacy Network in viewing strategic plans by SAARC in advocating the Government of India. In order to do the purpose, SAARC undertakes four forms of advocacy strategy that are information politics, symbolic politics, leverage politics, and accountability politics. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Aldino
"ABSTRAK
Krisis ekonomi Eropa mengindikasikan adanya pengaruh terhadap bursa saham Indonesia. Pengamatan terhadap hubungan indeks saham akan memberikan gambaran akan bentuk pengaruh yang terjadi. Pengujian pertama dilakukan melalui pengamatan parameter kovarians, korelasi dan volatilitas antar kawasan. Hasil pengujian wilayah Asia menunjukkan nilai kovarians yang lebih rendah dibandingkan kawasan Eropa dan tingkat volatilitas Eropa juga teramati lebih tinggi dibandingkan kawasan Asia. Pengujian kedua dilakukan dengan menggunakan permodelan contemporaneous dan dynamic volatility spillover terhadap 7 indeks saham negara dan kawasan Eropa untuk melihat efek contagion. Hasil pengujian volatility spillover menunjukkan adanya volatility spillover di hampir seluruh pasangan indeks yang diuji. Hasil pengujian contagion menunjukkan bahwa tidak terjadi contagion dari hampir seluruh pasangan indeks pengujian kecuali untuk indeks DAX.

ABSTRACT
Eurozone crisis has spread accross regions and indicate an effect to Indonesian Stock Exchange. A study into stock index relationship would give a better understanding on how the crisis might influene the Indonesian Stock Exchange. The study of regional relationship was done through an analysis of variance, covariance and correlation paramaters. In crisis period, Asia showed lower covariance figures against Europe and volatility measures showed lower value in Asia than Europe. Study of contagion effect was done through contemporaneous and dynamic volatility spillover between seven Europen index agains Indonesian composite index. Result of the volatility spillover model showed that spillover happens in almost all pair of the samples. Contagion effect tests showed that there is no contagion between each of pair of sample with an exception on DAX Index."
2012
T32210
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prayudi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prayudi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Naomi Padan Junita
"Tujuan ini penelitian ini adalah untuk menentukan dampak dari globalisasi ekonomi terhadap jarak-negara ketidaksetaraan di 5 Negara Asia Tenggara. Dengan menggunakan data panel dan 3-tahun rata Data tertimbang, 145 sampel yang diamati dan kemunduran oleh Effect Model Fixed, kertas penelitian menemukan bahwa peningkatan ekonomi globalisasi dalam hal liberalisasi perdagangan menghasilkan ketimpangan pendapatan yang lebih tinggi dalam ASEAN5 masing-masing negara di 1981-2009 tergantung pada negara tahap perkembangan dan faktor produksi endowment, sementara peningkatan globalisasi perdagangan secara umum tidak mempengaruhi ketimpangan pendapatan. Di sisi lain tangan, peningkatan globalisasi ekonomi dalam hal liberalisasi keuangan mempengaruhi ketidaksetaraan pendapatan hanya melalui faktor saluran wakaf, efek dari dampak bervariasi, tergantung pada indeks yang digunakan dalam perhitungan. perdagangan dan Indeks liberalisasi keuangan termasuk penggunaan kedua de facto (% Perdagangan/GDP) (% Aset + Kewajiban/GDP) dan de jure tindakan.

This research's objective is to determine the impact of economic globalization towards within-country inequality in 5 South East Asian Countries. By using panel data and 3-years average weighted data, 145 samples are observed and regressed by Fixed Effect Model, the research paper finds that increased economic globalization in terms of trade liberalization produces higher income inequalities within ASEAN5 individual states in 1981-2009 depending on the country's stage of development and factors of productions endowment, while increased trade globalization in general does not affect income inequality. On the other hand, increased economic globalization in terms of financial liberalization affects income inequalities only through factor of endowments channel, effects of the impacts vary, depending on the index used during calculation. The trade and financial liberalization index includes the usage of both de facto (% Trade/GDP) (% Assets + Liabilities/GDP) and de jure measures (Sachs and Warner Index) (Chinn and Ito Inde)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S62500
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rauli Silviana
"ABSTRAK
Tesis ini menjabarkan mengenai motif ekonomi India dalam pembentukan
SAFTA. SAFTA merupakan kerjasama ekonomi internal di kawasan Asia Selatan
semenjak tahun 2004. SAFTA berasal dari South Asian Association for Regional
Cooperation (SAARC) yang secara resmi terinstitusionalisasi pada 8 Desember
1985 di Dhaka, Bangladesh. Pendirian SAARC sebagai institusi regional
ditandatangani oleh tujuh negara, yaitu India, Pakistan, Bangladesh, Bhutan,
Maladewa, Sri Lanka, dan Nepal. Tesis ini menggunakan teori motif FTA
menurut Mireya Solis dan Saori N. Katada untuk menganalisis motif ekonomi
India dalam SAFTA. Menurut Mireya Solis dan Saori N. Katada, motif ekonomi
negara dalam mengimplementasikan FTA adalah memperluas akses pasar baru
melalui liberalisasi perdagangan dan investasi sehingga volume perdagangan dan
investasi regional meningkat. Hasil dari penelitian ini adalah India berhasil
mengekspansi pasar di kawasan Asia Selatan. Data menunjukkan bahwa India
eksportir dan importir terbesar di kawasan Asia Selatan. Selain itu, terdapat
peningkatan volume perdagangan di kawasan Asia Selatan selama tahun 2004-
2012. Meskipun volume perdagangan Asia Selatan meningkat, volume investasi
Asia Selatan termasuk dalam kategori rendah sehingga dapat diabaikan.

ABSTRACT
This thesis explores the economic motives of India in SAFTA. SAFTA is
economic cooperation between South Asia countries. SAFTA comes from South
Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) which established on 8
December 1985 in Dhaka, Bangladesh by seven countries. They are India,
Pakistan, Bhutan Maldives, Sri Lanka, and Nepal. This thesis uses FTA motives
theory by Mireya Solis and Saori N. Katada in order to analyze India?s economic
motives in SAFTA. Based on Mireya Solis and Saori N. Katada, state?s economic
motives to implement FTA are making larger access for new market by trade and
investment liberalization in order to maximize the trade and investment volume.
The result of this research consists of India successfully expand its market in
South Asia. Data shows that India is the largest importir and exportir in South
Asia. Besides that, the trade volume of South Asia is increasing in 2004-2012.
Even though, the trade volume of South Asia is increasing, the volume of
investment in South Asia can be ignored because it is too low;"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sijabat, Susanty Reswita
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk melihat dampak ketimpangan pendidikan yang diukur
dengan koefisien gini pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan pendidikan Indonesia masih
tergolong ketimpangan rendah sepanjang tahun 2000-2010 karena nilai gini
pendidikannya selalu berada di bawah nilai 0,3. Melalui metode estimasi
Generalized Method of Moment terhadap data panel level provinsi di Indonesia,
diperoleh dampak negatif ketimpangan pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Kenaikan 1 satuan gini pendidikan akan memperlambat pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,204 persen secara signifikan. Oleh karena itu, ketimpangan
pendidikan patut menjadi perhatian pemerintah karena berpotensi dalam
menghambat pertumbuhan ekonomi.

ABSTRACT
This study aims to examine the impact of education inequality by measuring the
education gini coefficient on economic growth in Indonesia. The results showed
that the education inequality in Indonesia is still relatively low inequality during
2000-2010 for education gini value is always below 0.3. By estimation
Generalized Method of Moments to the provincial level panel data in Indonesia, it
shows a negative impact of education inequality on economic growth. When
education gini increase 1 unit, it will slow economic growth by 0.204 percent
significantly. Therefore, the education inequality should be the government's
attention for discouraging economic growth potentially."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Amalia Puteri
"ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi di mana seluruh lapisan masyarakat menikmati manfaatnya adalah tujuan pembangunan negara-negara di dunia. Berawal dari krisis Asia tahun 1997-1998 yang meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan, semakin penting konsep pertumbuhan inklusif di Indonesia untuk pemerataan manfaat pertumbuhan ekonomi. Salah satu cara meningkatkan pertumbuhan inklusif adalah dengan meningkatkan daya saing setiap daerah di Indonesia. Studi ini mencoba melihat hubungan antara daya saing regional dan pertumbuhan inklusif di Indonesia dalam model ekonometri dengan metode Instrumental Variable 2 SLS. Hasil dari studi ini menunjukkan daya saing regional positif mempengaruhi pertumbuhan inklusif. Kebijakan setiap daerah untuk meningkatkan daya saing regional menjadi penting untuk meningkatkan pertumbuhan inklusif di Indonesia.

ABSTRACT
Inclusive growth has been the main objective of economic development for countries in the world. From Asian crisis in 1998 that Indonesia faced where poverty and inequality rose sharply, the inclusive growth concept gained importance in the country rsquo s development planning. One of the ways to achieve inclusive growth is by encouraging provinces to increase their competitiveness to reduce regional disparity. This study aims to find relationship between regional competitiveness and inclusiveness, using Instrumental Variable 2 SLS method. The result is they both have positive relationship. Policy taken by each local government to increase competitiveness becomes more important as it also increases inclusiveness growth."
2017
S68423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ulfah
"Para pemimpin Negara-negara ASEAN dan 6 negara mitra FTA ASEAN (Australia, Cina, India, Japan, Korea dan Selandia Baru) meluncurkan negosisasi Regional Economic Comprehensive Partnership (RCEP) pada Akhir November 2012 dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan kemitraan ekonomi yang modern, komprehensif, bermutu tinggi, dan saling menguntungkan antara Negara-negara Anggota ASEAN dan mitra FTA ASEAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing dan prediksi dampak keikutsertaan Indonesia dalam RCEP. Dengan menggunakan analisis Revelead Comparative Advantage (RCA), penelitian ini fokus menganalisis daya saing produk ekspor di antara anggota RCEP termasuk Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan daya saing produk Indonesia masih termasuk lemah dibandingkan dengan sebagian besar Negara-negara anggota RCEP lainnya. Di sisi makro, hasil simulasi menggunakan aplikasi Global Trade Analysis Project (GTAP)  dengan agregasi 17 negara/ regional dan 43 produk menunjukkan  bahwa dengan diberlakukannya kesepakatan RCEP, diperkirakan akan meningkatkan kinerja perdagangan, GDP dan kesejahtaraan sebagian besar Negara-negara anggota RCEP termasuk Indonesia.

The leaders of ASEAN countries and the six partner countries of the ASEAN FTA (Australia, China, India, Japan, Republic of Korea and New Zealand) launched the Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) negotiations in November 2012 with the aim of reaching a modern, comprehensive, high-quality, beneficial among ASEAN Member States and ASEAN FTA partners. This study aims to analyze the competitiveness and impact prediction of Indonesia's participation in the RCEP. Using Revealed Comparative Advantage (RCA) analysis, this study focused on analyzing of competitiveness of the export products among RCEP members including Indonesia. The results of this study show that the competitiveness of Indonesian products is still weak compared to most other RCEP member countries. Therefore, the Government of Indonesia should enhance the competitiveness of products in order to compete and take advantage of its participation in the RCEP. Furthermore, impact prediction analysis uses Global Trade Analysis Project (GTAP) application, with 17 countries/regional and 43 products aggregations. The simulation results show that with the enforcement of the RCEP agreement, it is predicted to increase trade performance, GDP and the welfare of most Member States including Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T52627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>