Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176290 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melika
"Perhatian dalam penelitian ini adalah pada konstruksi identitas para kalangan muda Alawiyyin. Identitas dikonstruksikan secara sosial, mulai dari tahap awal sosialisasi, kemudian mengalami proses identifikasi lewat dialetika internal dan eksternal. Identitas etnis eksis karena adanya bentuk negoisiasi atas persamaan dan perbedaan, dan dalam dalam bentuk masyarakat yang majemuk ini, khususnya di Jakarta interkasi yang ada sudah tentu melibatkan perbedaan identitas. Alawiyyin menempati strata tertinggi dalam sistem stratifikasi sosial masyarakat Handrami. Mereka tidak bebas menjalankan bentuk pernikahan endogami (lebih kepada perempuan atau sharifa) karena mereka memiliki hubungan dengan Nabi Muhammad dan juga dengan Sang Pencipta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini dikategorisasikan kedalam empat varian yang berbeda guna mendapatkan deskripsi yang komprehensif.

The focus of this study is the construction of Alawiyyin identity in young adulthood stage. Identity is socially constructed. The ethnic identity is maintained by negotiating the similarities and differences, and it is out of question that the interaction which include different identities in Jakarta is inevitable. in the Hadramy marriage, particularly to the women because they need to maintain the bound between them and the prophet Muhammad. It can be concluded that the identity construction has significant impact in producing menanings of endogamy marriage. This research is qualitative case studies and the data were collected by means of thick description and deep inteview. The informants are categorized into four different indicator in order to obtain a comprehensice description."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farhana
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat posisi tawar perempuan keturunan Arab terhadap keluarga dalam pemilihan pasangan nikah endogami, dan melihat pada faktor yang melatarbelakangi perbedaan posisi tawar perempuan keturunan Arab terhadap keluarga dalam pemilihan pasangan nikah. Studi-studi sebelumnya mengenai pernikahan endogami lebih banyak melihat pemilihan pasangan didominasi oleh peran orangtua atau keluarga melalui perjodohan (Arranged-Marriage), yang secara tidak langsung menggambarkan pasifnya posisi tawar perempuan dalam pemilihan pasangan nikah endogami. Berbeda dengan studi sebelumnya, studi ini melihat pada posisi tawar perempuan keturunan Arab terhadap keluarga dalam memilih pasangan nikah endogami, dan faktor-faktor yang melatarbelakangi posisi tawar tersebut. Argumen penelitian ini adalah posisi tawar perempuan keturunan Arab terhadap keluarga dalam pemilihan pasangan nikah endogami dapat menempati posisi tawar aktif maupun pasif yang dilatarbelakangi oleh pendidikan dan kemandirian ekonomi perempuan. Berdasarkan hasil temuan, posisi tawar perempuan keturunan Arab terhadap keluarga dalam memilih pasangan saat ini mampu menempati posisi tawar aktif walaupun peran keluarga masih sangat dominan. Posisi tawar ini dilatarbelakangi oleh pendidikan dan kemandirian ekonomi perempuan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam pada perempuan keturunan Arab Ba alwi di Jakarta.

ABSTRACT
This study aims to look at the bargaining position of Arab descendant women towards families in the mate selection in endogamous marriage and look at the factors that affect the differences in bargaining position of Arab descendants towards families in the mate selection of endogamy. Previous studies on endogamy saw more choice of couples dominated by the role of parents or families through Arranged-Marriage, which indirectly illustrates the passive bargaining position of women in the mate selection of endogamous marriages. In contrast to the previous studies, this study looked at the bargaining position of Arab descendant women towards families in choosing husband, and the factors behind the bargaining position. The argument of this study is that the bargaining position of Arab descendant women towards families in choosing husband shows active and passive bargaining positions, supported by the women's education and occupation. Based on the findings, the bargaining position of Arab descendants towards families in choosing partners is currently able to occupy an active bargaining position even though the role of family is still very dominant. This bargaining position is supported by womens education and occupation. This study used qualitative methods with data collection techniques in-depth interviews and observations of Arab Ba alwi women in Jakarta."
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Anisah
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tradisi perkawinan endogami Bani Alawiyyin dalam keluarga Mulachela di Jakarta. Tradisi perkawinan endogami mengikat identitas Bani Alawiyyin sejak sebelum kedatangan Ahmad bin Isa ke Hadhramaut. Tradisi tersebut terus dijaga agar nasab yang bersambung dengan Nabi Muhammad SAW tidak terputus, khususnya untuk perempuan Alawiyyin. Keluarga Mulachela merupakan salah satu klen dari Bani Alawiyyin yang tergolong kecil, hanya ada dua keluarga yang tinggal di Jakarta, yaitu keluarga Mulachela yang nenek moyangnya berasal dari Palembang dan keluarga Mulachela yang nenek moyangnya berasal dari Solo. Keluarga Mulachela merupakan keluarga Bani Alawiyyin yang sudah modern dalam beberapa aspek kehidupannya, namun tetap ketat pada pelaksanaan tradisi perkawinan endogami baik untuk laki-laki maupun perempuan. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan alasan dipertahankannya perkawinan endogami di keluarga Mulachela. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik life history. Penelitan ini fokus pada pandangan dua syarifah dalam keluarga Mulachela mengenai tradisi yang diharuskan untuk dijalani oleh mereka. Hasil peneitian menyimpulkan bahwa perkawinan endogami tetap dipertahankan di keluarga Mulachela karena alasan ketakutan dibuang oleh keluarga dan juga kehilangan identitas eksklusif yang diyakini memudahkan mereka kelak di akhirat.

ABSTRACT
This study discusses the endogamy marriage tradition of the Ba rsquo Alwi in Mulachela family in Jakarta. The endogamy marriage tradition binds Ba rsquo Alwi identity since before the arrival of Ahmad ibn Isa to Hadhramaut, which is the forefather of the Ba rsquo Alwi. The tradition continues to be maintained so that the nasab that is descended from the Prophet Muhammad is unbroken, especially for the women. The Mulachela family is one of the little clan of the Ba rsquo Alwi, only two families live in Jakarta,. The Mulachela family is a modern Ba rsquo Alwi. But they remain strict on the implementation of the tradition for both sexes. The purpose of this study is to explain the reasons of the implementation of endogamous marriage in the Mulachela family. The research method used in this thesis is qualitative with life history technique. This research focuses on two syarifahs within the Mulachela family regarding their opinion of the traditions that they are required to live by. Through these two informants, it was found that the reason for endogamous marriage to be retained in the Mulachela family was the fear of being abandoned by the family and the loss of an exclusive identity believed to facilitate them later in the hereafter"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Ramadhani Putriditya
"Pada umumnya, terdapat sebuah sistem yang mengatur bahwa syarifah hanya boleh menikah dengan sayyid. Sistem ini merupakan sebuah konstruksi sosial yang dibangun sejak ratusan tahun yang lalu oleh kelompok Alawiyyin. Namun, pada kenyataannya ditemukan adanya fenomena perkawinan yang terjadi antara syarifah dengan non-sayyid. Perkawinan eksogami dapat dikategorikan sebagai suatu bentuk perubahan pola perkawinan keturunan Arab di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan alasan syarifah menikah dengan non-sayyid dan menjelaskan kondisi hubungan antara syarifah dengan keluarganya akibat perkawinan ini. Artikel ini menganalisis alasan syarifah menikah dengan non-sayyid menggunakan teori pilihan rasional James Coleman. Artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan studi lapangan dan teknik wawancara secara mendalam (indepth interview) untuk mengumpulkan data dari fenomena ini. Artikel ini menemukan alasan syarifah menikah dengan non-sayyid karena alasan cinta dan kecocokan, penolakan syarifah terhadap sistem perjodohan, ketidaklogisan doktrin yang ditanamkan oleh keluarga syarifah, pengalaman syarifah terdahulu yang merugi akibat mengikuti tradisi ini, dan faktor ekonomi. Artikel ini juga menemukan adanya hubungan putus kontak antara syarifah dengan keluarganya sebagai bentuk penolakan dari pernikahan ini, dan hubungan baik sebagai bentuk penerimaan dari keluarga syarifah atas pernikahan syarifah dengan non-sayyid.

In general, there is a social system for the Arab descents in Indonesia which stipulates sharifah can only marry sayyid. This system is a social construction built hundreds of years ago by the Alawiyyin group. However, in fact, there were several phenomena of the marriage between sharifah and non-sayyid. Exogamy marriage can be categorized as a form of change in the marriages pattern of Arab descents in Indonesia. This article aims to explain the reasons for sharifah marrying a non-sayyid and to explain the condition of the relationship between sharifah and her family as the result of this marriage. This article analyzes exogamy marriages between sharifah and non-sayyid using James Coleman's rational choice theory. This article uses qualitative methods with field studies and in-depth interview techniques to find examples of exogamy marriages between sharifah and non-sayyid. This article found the reasons for syarifah marrying non-sayyid for reasons of love and compatibility, syarifah's rejection of the matchmaking system, the illogical doctrine instilled by syarifah's family, the other syarifah's previous experience of losing as the result of following this tradition, and economic factors. This article also found that there was a disconnection between syarifah and her family as a form of rejection of this marriage, and good relations as a form of acceptance from syarifah's family for syarifah's marriage to non-sayyid."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Budiana
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009
291.178 358 INY p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jazim Hamidi
"Summary:
Exogamy marriage customs and rites of Tengger people, Indonesia."
Malang: UB Press, 2014
346.016 JAZ h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Latifah
"Penelitian ini berasal dari ketertarikan peneliti melihat fenomena yang terjadi di dalam masyarakat yaitu persahabatan lawan jenis yang terjadi pada individu yang sudah menikah. Untuk itu, masalah yang diangkat peneliti adalah bagaimana fungsi persahabatan dan dampak dari persahabatan lawan jenis terhadap kepuasan pemikahan, khususnya pada individu yang berada pada masa dewasa muda dan dewasa madya.
Penelitian dilakukan melalui metode wawancara terhadap 4 orang subjek. Dua orang subjek yang semuanya wanita berada pada masa dewasa muda dan dua orang subjek satu orang wanita dan satu orang pria berada pada masa dewasa madya.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa keempat subjek di dalam penelitian ini merasakan kepuasan di dalam kehidupan pemikahan mereka. Pada umumnya mereka dapat menerima perubahan, mampu hidup dengan hal-hal yang tidak dapat mereka rubah, mampu menerima ketidaksempurnaan pasangan dan pernikahan, saling percaya, saling membutuhkan, dan menikmati ketersamaan.
Faktor-faktor yang mendukung subjek dapat merasakan kepuasan di dalam pernikahannya hampir semua memiliki kesamaan, seperti faktor-faktor yang mereka rasakan sebelum pernikahan misalnya pernikahan orangtua yang bahagia, kebahagiaan di masa kanak-kanak, disiplin, pendidikan seks, lamanya berpacaran, pendidikan, dan keyakinan untuk menikah. Perbedaan yang ada pada faktor ini adalah pada subjek AS yang tidak pemah mendapatkan disiplin langsung dari orangtuanya karena harus hidup berjauhan. Untuk pendidikan seks, pada umumnya subjek tidak mendapatkan langsung dari orangtuanya.
Sementara faktor-faktor yang mendukung kepuasan pemikahan mereka selama berjalannya pernikahan adalah komunikasi yang terbuka, ekspresi perasaan secara terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi pasangan, hubungan seksual yang memuaskan, kehidupan sosial, tempat tinggal, penghasilan yang cukup, anak, keyakinan beragama, dan hubungan dengan mertua/ipar. Perbedaan yang ada pada faktor selama pemikahan adalah pada subjek dewasa muda dan dewasa madya. Subjek dewasa madya tidak pernah mengekspresikan perasaannya secara terbuka sementara subjek dewasa muda melakukannya. Perbedaan lain yang ada pada subjek dewasa muda dan subjek dewasa madya adalah bahwa subjek dewasa muda pernah merasakan menurunnya kepuasan pemikahan ketika mereka memiliki anak di usia bayi sementara subjek dewasa madya tidak.
Hubungan persahabatan subjek dan sahabat lawan jenis pada umumnya sudah berlangsung lama dan persahabatan di antara mereka terbentuk sebelum mereka menikah, kecuali pada subjek M yang baru menjalani kehidupan persahabatan selama 3 tahun dan persahabatan itu terbentuk setelah M menikah.
Di dalam menjalani kehidupan persahabatan pada umumnya subjek mendapatkan semua fungsi persahabatan, kecuali pada subjek AS yang tidak mendapatkan fungsi social comparison dari persahabatannya. Dampak positif yang dirasakan oleh subjek pada umumnya sama, sementara dampak negatif dari bentuk persahabatan ini tidak dirasakan oleh subjek B.
Dari sejumlah fungsi persahabatan fungsi stimulation nampaknya menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pemikahan subjek, kecuali pada subjek AS. Subjek AS merasakan fungsi physical support terhadap kepuasan pernikahannya. Sementara dampak positif dari persahabatan lawan jenis yaitu lebih mendekatkan individu dengan pasangannya nampaknya yang berpengaruh terhadap kepuasan pemikahan subjek.
Mengenai kepuasan pemikahan subjek yang dirasakan dari persahabatannya dengan lawan jenis dapat diketahui bahwa dengan persahabatan lawan jenis, subjek dewasa muda bisa merasakan meningkatnya kepuasan pernikahan mereka, sementara subjek dewasa madya bisa tetap merasakan kepuasan pemikahannya dari bentuk persahabatan ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umaira Fotineri
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap pernikahan dan kesiapan menikah pada dewasa muda dari keluarga bercerai. Pengukuran sikap terhadap pernikahan menggunakan alat ukur Marita Attitude Scale (MAS) (Braaten & Roosen, 1998), dan pengukuran kesiapan menikah dengan menggunakan alat ukur Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiraysti, 2004). Jumlah sampel penelitian ini berjumlah total 55 orang yang merupakan dewasa muda dari keluarga bercerai. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap pernikahan dan kesiapan menikah pada dewasa muda dari keluarga bercerai (r = 0.247, p < 0.05). Artinya semakin positif sikap terhadap pernikahan, maka semakin tinggi kesiapan menikahnya. Dalam penelitian ini, terdapat empat area dalam kesiapan menikah yang memiliki hubungan positif yang signifikan dengan sikap terhadap pernikahan, yaitu komunikasi, latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar, agama, serta minat dan pemanfaatan waktu luang. Berdasarkan hasil penelitian, usia, jender, tingkat pendidikan, usia ketika orang tua bercerai dan status pernikahan orang tua saat ini memberikan pengaruh kepada sikap anak terhadap pernikahan.

This research was conducted to determine the significant positive relationship between attitudes toward marriage and readiness for marriage in young adult whose parents divorced. The measurement of attitudes toward marriage use Marital Attitude Scale (MAS) (Braaten & Roosen, 1998), and the measurement of readiness for marriage use Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004). The sample size for the research are 55 young adults whose parents divorced. The result of these research indicate that there is a significant positive relationship between attitudes toward marriage and readiness for marriage in young adults whose parents divorced (r = 0.247, p < 0.05). The result means that the more positive attitudes toward marriage, the higher the readiness for marriage. In this research, there are four areas of readiness for marriage which has a significant positive relationship with attitudes toward marriage. Those are communication, family background and relationships with family, religion, also the interest in and use of leisure time. Based on the result of the research, age, gender, educational level, age when parents divorced and marital status of parents today give impact to children?s attitudes toward marriage.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Vivi Amalia
"One man lI1l crtujuan unluk melihal hubungan antara kepuasan pernikahan dengan kecenderungan berselingkuh pada kelompok suami dan istri yang bertempat linggal di Jabodetabek. Metode penelitian ini bcrupa Studi kuanlitatif yang menggunakan kuesioner Inventori Kcpuasan Pemikahan yang terdiri alas 1 1 domain yang disusun oleh Herfianti (2005) dan kucsioner Ir;/Edeliry Scale yang disusun olch Drigotas (1999), yang mengukur 3 _ienis persclingkuhan. Respondcn pcnelilian scbanyak 84 orang yang terdiri alas 43 laki-laki dan 41 pcrcmpuan yang berusia 27-56 tahun.
Hasil penclitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepuasan pemikahan dengan kecenderungan perselingkuhan emosional dan emosional fisik. Domain kepuasan pemikahan yang berkorelasi signifikan dengan kecenderungan pcrselingkuhan cmosional adalah hubungan interpersonal. kesamaan minat, kesesuaian pcran dan harapan, hubungan dengan mcrlua dan ipar. serla kekuasaan dan sikap terhadap pvzmikahan. Domain kepuasan pcmikahan yang berkorclasi signifikan dcngan perseiingkuluan cmosional fisik adalah kesamaan minat, hubungan dengan merlua dan ipar_ scrta kekuasaan dan sikap terhadap pemikahzm. Aspek hubungan dengan mcrtua dan ipar merupakan aspek yang memiliki kontribusi lebih besar mcmpengaruhi kccendcrungan seseorang untuk berselingkuh.

The purpose of this study is to iind out the relationship between marital satisfaction and tendency in infidelity among husbands and wives who live in Jabodetabek. This study is a quantitative approach using lnvcntori Kepuasan Pernikahan consists of ll domains which were constructed by Herfianti (2005) and infidelity Scale measuring 3 types of infidelity which was constructed by Drigotas (l999). The samples of this research are 43 males and 4| females between the ages of 27 and 56 years.
The results showed that there are a relationship between marital satisfaction and emotional, and emotional physical infidelity. Interpersonal relationship, mutual interest, Congruency between role and hope, relationship with in laws, and power and attitudes toward marriage are the domains of marital satisfaction which have a significant relationship with emotional infidelity. The domains mutual interest, relationship with in laws, and power and attitudes toward marriage found have a significant relationship with emostional physical infidelity. Among all those domains, relationship with in laws has more contribution affected tendency in infidelity.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
T34058
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>