Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131138 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mindo Stevi Ardi
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas kepentingan ekonomi-politik AS di balik defisit perdagangan dengan China. Analisis penelitian ini menggunakan konsep ekonomi-politik internasional dan interdependensi asimetris. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa defisit perdagangan dengan China adalah bagian dari kecendrungan global dan hubungan perdagangan AS dengan China merupakan hubungan yang menguntungkan. Hubungan perdagangan ini telahmemberikan peluang bagi AS untuk memperluas pasar serta keuntungan terkait status China sebagai strategic partner AS dalam upaya penyelesaian isu-isu bilateral.

ABSTRACT
This thesis explores the political-economic interest of US in its trade deficit with China. This research using the concept of international political economy and asymmetrical interdependence. This research is qualitative descriptive interpretive. The result of this research showed that the trade deficit with China is a part of global trends and U.S. trade relations with China is profitable relationship. Trade relationship has provided an opportunity for the U.S. to expand markets and profits related to the status of China as US strategic partner in the effort to the completion bilateral issues."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Deny Maraden Putra
"Peningkatan hubungan bilateral antara India dan China, salah satunya dilihat dari Peningkatan pesat nilai perdagangan bilateral dua dekade terakhir. Berbagai kesepakatan dalam kerjasama bersama antara India dan China semakin mendorong peningkatan nilai perdagangan kedua negara. Namun demikian, defisit perdagangan yang terus menerus dialami India dengan China menimbulkan berbagai pertanyaan, apakah kepentingan yang ingin dicapai India dari China. Saat ini, kepentingan ekonomi bukanlah tujuan dari India terhadap China, melainkan adanya kepentingan-kepentingan non ekonomi. Hal inilah yang kemudian penulis teliti dan analisis yang kemudian membawa peneliti dalam dua jawaban besar yakni, adanya kepentingan perdamaian India dengan China dan keinginan India untuk menggandeng China sebagai partner dalam tatanan sistem internasional.

The rapidly deepening bilateral India-China relationship are viewed in rapidly bilateral trade value in last two decades. Many agreements in joint delcarations between India-China encourages increasing trade value of both countries. However, India trade deficit more and more greater makes some questions, what is the India?s interest toward China. Nowdays, economic interest is not the purpose of India, but non economic interest. This issue backgrounds make researcher has two big answers for this issue, first, India peace interest with China, second, The Importance of India to join with China in International system.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Basaina
"Meskipun banyak argumentasi yang menyatakan bahwa masih terlalu awal untuk menyimpulkan bahwa China bersama dengan BRICS mampu untuk menjadi kekuatan baru yang menandingi Amerika Serikat, akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa kekuatan yang dimiliki oleh China bersama dengan kerjasama tersebut merupakan suatu kekuatan yang harus diperhitungkan dengan baik. Selama beberapa tahun terakhir ini, semenjak akronim BRICS mengukuhkan diri dalam suatu ikatan kelompok kerjasama politik formal, kelompok kerjasama tersebut memperlihatkan konsistensi dalam menjalankan komitmennya. Sejumlah rencana kerja jangka panjang tercatat dilakukan oleh BRICS secara multilateral dan lebih jauh lagi, terdapat juga kerjasama antar negara anggota BRICS secara bilateral. Bersama dengan BRICS, muncul suatu kekuatan kerjasama kelompok baru yang memberikan peluang ekonomi bagi China, yang saat ini menjadi penanding terutama kekuatan Amerika Serikat. China sendiri juga mendapatkan keuntungan dari kerjasama BRICS karena memberikan stabilisasi bagi hubungan internasionalnya, pembangunan image dengan membantu negara berkembang lainnya, termasuk memperkuat identitas sebagai negara berkembang dan tidak boleh dilupakan kekuatan secara ekonomi dan posisi politik. Tulisan ini merupakan pemetaan geopolitik terhadap kerjasama multilateral yang dilakukan China bersama dengan BRICS dan implikasi dari hal tersebut terhadap Amerika Serikat yang menjadi kekuatan terbesar dalam hirarki masyarakat internasional.

Although many arguments stating that it was too early to conclude that China along with the BRICS able to become a new force rivaling the United States, but the cooperation must be considered as power to be reckon. Over the last few years, since the acronym BRICS strenghten the cooperation to a more formal political group, the cooperation has show a consistency in its commitment. A number of long-term working plan notably conducted by BRICS multilaterally and furthermore, there is also cooperation among BRICS states member on a bilateral basis. BRICS is also provides economic purposes opportunities for China, which currently United States number one competitor. For China, BRICS become stabilization for China’s international relations environment, giving good image by helping other developing countries, strengthening of identity as a developing country in the economic strength and political position. This thesis is a geopolitical mapping of the multilateral cooperation of China together with the BRICS and the implications of that for the United States became the greatest power in the hierarchy of the international community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrian Dneuilly
"Skripsi ini membahas mengenai alasan ekonomi politik yang mendorong Amerika Serikat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam North American Free Trade Agreement (NAFTA) meskipun terus mengalami peningkatan defisit perdagangan dengan Meksiko, salah satu anggota NAFTA. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memberikan penjelasan lebih dalam mengenai subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meski mengalami peningkatan defisit perdagangan dengan Meksiko, keikutsertaan Amerika Serikat dalam NAFTA dapat membantu Amerika Serikat untuk mencapai kepentingan ekonomi politiknya. Kepentingan ini terkait dengan upaya liberalisasi ekonomi agar dapat semakin kompetitif di dalam perekonomian internasional yang semakin ketat akibat globalisasi. Secara spesifik, upaya ini dilakukan oleh Amerika Serikat dengan meningkatkan relasi perdagangan dan investasinya dengan Meksiko sehingga dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki Meksiko.

The focus of this research is to analyze the political economic reasons which motivated the United States to maintain its membership in North American Free Trade Agreement (NAFTA), even though it suffered a rising trade deficit with Mexico, which is also a member of NAFTA. This research used a qualitative method which aimed to give a proper explanation regarding the research subject. Furthermore, this research found that even its trade deficit with Mexico increased continually, the United States participation in NAFTA can contribute to achieve its political economic interests. US interests related to economic liberalization effort, in order to be more competitive in international economy as a result of globalization. In particular, US intensified its trade and investment relations with Mexico so that it could take full advantage of Mexico's resources."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nalia Rifika
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S8227
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Carra Xylia Trivena
"Perkembangan teknologi di dunia ini sudah meluas, salah satunya teknologi moneter. Dulu teknologi moneter menggunakan emas sebagai sarana jual-beli. Namun pada jaman sekarang, adanya inovasi yang terdepan, yaitu mata uang kripto. Kripto dibuat untuk mempermudah, mempercepat dan lebih aman dalam hal bertransaksi. Kripto adalah uang elektronik yang tidak berwujud secara fisik. Sebagai mata uang dan teknologi yang baru, banyak negara yang belum menerima seluruhnya karena mata uang kripto menggunakan teknologi Blockchain yaitu dengan verifikasi Peer-to-peer Network, bertransaksi dengan mata uang kripto tidak bisa terlacak. Dengan permasalahan yang timbul, setiap negara mempunyai pandangan dan peraturan sendiri termasuk Indonesia yang hanya menerima kripto untuk aset investasi. Hal ini juga membuat banyak perdebatan dalam regulasi dan perdagangan dunia. Pertanyaan penelitian dari tesis ini; 1. Apa perspektif hukum perdagangan internasional tentang cryptocurrency sebagai transaksi? 2. Bagaimana negara memasukkan mata uang kripto sebagai transaksi ke dalam peraturan nasional?Riset ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan cara melihat regulasi dari berbagai negara yang mendukung dan yang menolak kripto sebagai sarana transaksi; seperti, Amerika Serikat, Venezuela, India, China dan Indonesia. Walaupun setiap negara mempunyai pandangan yang berbeda dengan adanya mata uang kripto, semua mempunyai pandangan yang sama mengenai teknologi yang digunakan yaitu Blockchain. Dengan menggunakannya dalam negeri maupun antar negara.

The world's technological innovations have grown, including monetary technology. Historically, gold was utilised as a medium of exchange in monetary technologies. However, there is currently a leading innovation, Cryptocurrency. Crypto is designed to make transactions simpler, quicker, and more secure. Cryptocurrency is a type of electronic money that is not physically tangible. Many governments have yet to embrace cryptocurrency as a new currency completely. Since cryptocurrency employs Blockchain technology, using Peer-to-peer Networks as a validating tool, cryptocurrency transactions cannot be monitored and traced. On the other hand, cryptocurrency terminates financial fraud. With regard to the issues that arise, each nation has its perspectives and legislation, including Indonesia, which only allows cryptocurrency as an investment asset. It also sparks much discussion about regulation and international trade. The research question of this thesis is; 1.    What is the legal perspective of the international trade on cryptocurrency as transaction? 2. How do nations incorporate cryptocurrency as transaction into national regulation? This study employs a qualitative descriptive technique, examining regulations from several nations that support and oppose cryptocurrency as a form of payment, including the United States, Venezuela, India, China, and Indonesia. Even if each country has a distinct perspective on cryptocurrency, they all agree on one thing, which is the technology employed, Blockchain. By utilising it both within the nation and between nations. In addition, the World Trade Organisation is considering adapting to the technology innovation, DLT."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stachnke, Arthur A
New York: Preager, 1972
382 STA c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Zulfiandri
"ABSTRAK
Tesis ini membahas alasan mengapa Cina tidak mengambangkan nilai tukar mata
uangnya. Meningkatnya aktivitas perekonomian internasional Cina membuat nilai
tukar mata uang Cina menjadi sorotan negara lain. Peran negara dalam mengontrol
nilai tukar mata uang serta arus modal keluar dan masuk menjadi salah satu aspek
keberhasilan Cina dalam kemajuan perekonomian. Kondisi impossible trinity
Mundell-Fleming memperlihatkan tiga aspek perekonomian yaitu stabilitas nilai
tukar, otonomi moneter dan mobilitas modal. Pada Cina, kondisi stabilitas nilai tukar
menjadi tujuan kebijakan nilai tukar mata uang Cina. Nilai tukar mata uang Cina,
yuan menjadi penting karena kuatnya perekonomian Cina.

Abstract
The purpose of this research is to elucidate the reason why China does not depegged
yuan renminbi. The increasing of China's international economic activities made
China's currency highlighted by other countries. The role of state in controlling
exchange rate and capital inflow/outflow become one aspect of China?s success in
economic advance. The Condition of impossible trinity shows three conditions in
economic, namely exchange rate stability, monetary autonomy and capital mobility.
On China?s case the stability of exchange rate become policy goal of china?s
exchange rate. The exchange rate of China, yuan is more important due to the strong
china?s economy."
2012
T30451
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Afifah Susiana
"Makalah non-seminar ini dibuat untuk membatu Ultra Violette menentukan negara yang tepat untuk melakukan ekspansi berikutnya. Ultra Violette adalah perusahaan asal Australia yang didirikan pada tahun 2019 oleh Ava Matthews dan Bec Jefferd yang bergerak dalam bidang skincare, dengan fokus kategori tabir surya. Selain beroperasi di Australia, Ultra Violette juga beroperasi di beberapa negara lain, seperti New Zealand, Hong Kong, dan Inggris. Ultra Violette berambisi untuk menjadi perusahaan skincare global yang aktif memberikan edukasi betapa pentingnya penggunaan tabir surya bagi kesehatan kulit. Oleh karena itu, Ultra Violette mempertimbangkan Amerika Serikat (AS) dan Cina sebagai negara tujuan ekspansi selanjutnya dikarenakan kedua negara tersebut memiliki jumlah populasi penduduk paling banyak di dunia. Penulis menggunakan secondary research methods sebagai sumber data utama dan SWOT and PESTLE analysis sebagai alat bantu pengambilan keputusan. Setelah melakukan perbandingan antara kedua negara, penulis menyarankan Ultra Violette untuk melakukan ekspansi ke Cina. Hal yang mendasari pengambilan keputusan ini adalah adanya restriksi dari Food and Drugs Administration (FDA) Amerika Serikat, dimana FDA melimitasi bahan baku yang diperbolehkan untuk produksi tabir surya yang layak diperjual belikan di Amerika Serikat. Selain itu, regulasi pajak ekspor di Amerika Serikat juga mempersulit Ultra Violette dalam memasuki pasar dikarenakan prosesnya yang panjang. Berbanding terbalik dengan Cina, Cina membuat perjanjian dengan Australia untuk mempermudah proses ekspor antara kedua negara. Agar lebih mudah memasuki pasar Cina, penulis menyarankan Ultra Violette untuk melakukan integrasi supply chain network dan personifikasi saluran komunikasi pemasaran yang sesuai dengan pasar.

This non-seminar paper was made to help Ultra Violette choose the most suitable country for the next expansion. Ultra Violette is an Australian skincare brand founded in 2019 by Ava Matthews and Bec Jefferd, focusing on the sunscreen category. Apart from operating in Australia, Ultra Violette operates in several other countries, such as New Zealand, Hong Kong, and England. Ultra Violette aims to become a global skincare brand that actively provides education on the importance of sunscreen for skin health. Hence, Ultra Violette considers either the United States (US) or China as the country's next expansion destination because these two countries have the largest populations in the world. The author used secondary research methods as the primary data source and SWOT and PESTLE analysis for the decision-making tools. After comparing the two countries, the author suggested Ultra Violette expand its business to China. The underlying reason for this decision was the restrictions applied by the United States Food and Drug Administration (FDA), where the FDA limits the raw materials allowed for sunscreen production that are appropriate for sale in the United States. Apart from that, the export tax regulations in the US also make it difficult for Ultra Violette to enter the market due to the lengthy process. In contrast to China, China agreed with Australia to simplify the export process between the two countries. To make it easier to enter the Chinese market, the author suggested Ultra Violette integrate supply chain networks and personify marketing communication channels according to the market."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>