Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203420 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurina Vidya Ayuningtyas
"Diare masih merupakan penyakit dengan angka morbiditas tinggi di Indonesia. Hasil survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan, Kementerian Kesehatan tahun 2000-2006 memperlihatkan angka insidens naik. Angka insidens diare pada tahun 2000 sebesar 301/1.000 penduduk, pada tahun 2003 menjadi 347/1.000 penduduk, dan pada tahun 2006 mencapai 423/1.000 penduduk. Namun, pada tahun 2010 angka insidens diare mengalami penurunan menjadi 411/1.000 penduduk. Berdasarkan kelompok umur, angka mortalitas diare memperlihatkan bahwa diare masih menjadi penyebab kematian nomor empat pada semua umur (13,2%). Penyebab kematian nomor satu pada bayi usia 29 hari-11 bulan (31,4%). Dan penyebab kematian nomor satu pada balita usia 1-4 tahun (25,2%) (Riskesdas, 2007).
Penelitian ini bertujuan melihat hubungan frekuensi jajan anak SD dengan kejadian diare akut. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer. Data primer berupa hasil pengujian sampel jajanan di laboratorium dengan metode Membran Saring dan wawancara mengenai diare dan kebiasaan mencuci tangan pada anak SD dengan bantuan kuesioner.
Penelitian menemukan bahwa sebagian besar jajanan anak SD terkontaminasi bakteri E. coli (67,7%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa frekuensi jajan anak SD berhubungan dengan kejadian diare akut (nilai p = 0,009). Faktor risiko lain seperti umur (p = 0,512), jenis kelamin (p = 0,909), dan kebiasaan mencuci tangan (p = 0,805) tidak menunjukkan hubungan bermakna secara statistik dengan kejadian diare akut dengan nilai p > 0,05. Untuk SDN Sukatani 4 dan SDN Sukatani 7, hendaknya menyediakan tempat mencuci tangan khusus dan sabun agar anak sekolah dasar untuk menanamkan kebiasaan mencuci tangan. Selain itu, Sekolah dan Dinkes setempat hendaknya lebih mengawasi pedagang yang makanannya banyak di beli anak sekolah dasar dengan mengadakan penyuluhan mengenai hygiene personal agar makanan yang dijualnya tidak terkontaminasi E. coli.

Diarrhea is disease with high morbidity rate in Indonesia. Morbidity research about diarrhea's incident that did by Ministry of Health in 2000-2006 has shown 301/1.000 people in 2000, 347/1.000 people in 2003, 423/1.000 people in 2006. In 2010 incident rate of diarrhea has been decrease become 411/1.000 people (Ministry of Health, 2011). Research of age, morbidity rate of diarrhea has shown number four in all age (13,2%), number one in baby 29 days-11 month (31,4%), and number one in 1- 4 years (25,2%) (Riskesdas, 2007).
The aim of research is see related of frequency's snacking behavior in elementary school with diarrhea acute. This research used primary data. That was laboratory's result of snack sample that checked by Membrane Filter Method and interviewed about diarrhea and hand washing habit to students of elementary high school with questioner.
The research finds that the most of snack sample have contaminated by E. coli (67,7%). The research shows that frequency's snacking behavior of elementary school?s student related with diarrhea acute (p value = 0,009). Another risk factor such as age (0,512), sex (0,909), and hand washing habit (0,805) didn't relate with diarrhea because of p value > 0,05. For, Sukatani 4 and Sukatani 7 Elementary High School, they should prepare washbasin and soap so that the students do washing hand habit. Beside of that, School and Health Service should be control the merchants, especially the merchants that sell the most popular snack. School and Health Service should give the information about hygiene sanitation to the merchants so that their snack no to contaminate by E. coli.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suhardiman
"Cakupan pelayanan air minum di Indonesia masih rendah, hanya 40% masyarakat di perkotaan dan kurang dari 30% masyarakat pedesaan yang tersambung dengan jaringan air minum PDAM. Data kualitas air bcrsih di Kota Tangerang dari tahun 2004-2006 menunjukkan penurunan kuaiitas kimia rnaupun bakteriologis. Air dapat berperan sebagai transmisi penularan suatu penyakit seperti diare, melalui kumau-kurnan yang ditularkan lewat jalur air (waier borne disease) atau jalur peralatan yang dicuci dengan air (water washed disease). Di Kota Tangerang tahun 2005 diarc mencrnpati urutan ketiga untuk golongan urnur 1-4 tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi diare adalah lingkungan, status gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat.
Tujuan penclitian ini untuk rnelihat apakah kejadian diare pada balita disebabkan oleh karena kualitas air minum yang secara bakteriologis tidak memenuhi syarat dcngan mnnggunakan desain penelitian kasus kontrol. Unit analisis penelitian ini adalah balita usia 9-59 bulan dengan total hesar sampel untuk kasus dan kontrol adalah 250. Teknik pengambilan sampel secara quota, dimana dari 25 Puskesmas yang ada setiap Puskesmas hanya diarnbil 5 kasus dan 5 kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara E. coli dalam air minum dengan kejadian diarc pada balita. Variabel kondisi jamban keluarga sebagai confounding. Keberadaan E. coli dalam air minum berhubungan secara signiiikan dengan kejadian diare pada balita setelah dikontrol oleh variabel kondisi jamban keluaxga. Disarankan perlu diadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara penoegahan diare yaitu dengan melakukan pemeliharaan sumber air bersih, jamban keluarga dan hygiene perorangan khususnya cuci tangan serta selalu mcmasak air bersih sampai mendidih sebelum dikonsumsi sebagai air minum dan mcncuci Serta merebus botol dan tempat makan/minum balita.

Drinking water coverage in Indonesia is quite low, only 40% urban resident and less than 30% village resident that connected with drinking water system. Clean water quality data at Tangerang City from 2004 - 2006 shows chemical and bactcriology quality reduction. Water could'act as infection transmission of certain disease such as diarrhea through germs from water trail (water borne disease) or equipment trail washed with water (water washed disease). At Tangerang City year 2007 diarrhea located on third place for 1 - 4 years old group age. Factors affecting diarrhea are environment, nutrition status, residence, education, social economy condition and public behavior.
This research aim to observe diarrhea cases in toddlers caused by drinking water quality as bacteriology is not fulfilling prereqnirement. This research is using case control research design. Research analysis unit is toddlers? age of 9 - 59 months with total sample for case and control as much as 250. Sample gathering technique performed as quota, where fiom 25 Puskesmas in every Puskesmas only took 5 cases and 5 controls.
Research result shows that there is relation between E. coli in drinking water and diarrhea on toddlers. Variable of family toilet condition is confounding. E coli in drinking water as significantly related with diarrhea on toddlers after controlled by variable of family toilet condition. Suggested need counseling to public toward diarrhea prevention, maintain hygiene water source and family toilet and individual hygiene especially rinse. Also suggested to boil hygiene water until boiled before consumed as drinking water, washing and boiling bottle and toddlers lunch I box/drinking bottle.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34553
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Murni
"Penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk hidup dan menjadi Faktor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia. Dalam memenuhi kebutuhan air minum, masyarakat lebih menyukai air minum dalam kemasan (AMDK) yang diproduksi oleh industri besar dan melalui proses yang otomatis dan disertai pengujian Iaboratorium sebelum air tersebut diedarkan sehingga dianggap lebih praktis dan higienis. Namun AMDK semakin mahal dan masyarakat beralih pada air minum dari depot air minum yang harganya 1/3 dari AMDK.
Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan E.coIi dalam air produksi depot air minum terhadap kejadian diare pada balita dengan menggunakan desain potong lintang. Unit analisis adalah 30 depot air minum yang tersebar di Kecamatan Sungailiat dan masing-masing depot air minum dilakukan pengambilan sampel responden secara acak sederhana sebanyak 300 responden.
Hasil menunjukkan tidak ada hubungan antara E coli dalam air produksi depot air minum yang diminum balita dengan kejadian diare pada balita tersebut. Variabel kondisi jamban keluarga, kondisi sarana air bersih dan perilaku cuci tangan ibu/pengasuh balita menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kejadian diare.Variabel proses pengolahan dan higiene sanitasi depot air minum berhubungan signifikan terhadap adanya E. coli dalam air produksi depot air minum.
Dalam penelitian ini adanya E.coli dalam air produksi depot air minum tidak berhubungan dengan kejadian diare pada balita namun demikian disarankan kepada masyarakat untuk menanyakan sertifikat uji laik higiene sanitasi dan hasil pemeriksaan laboratorium kepada pengelola depot air minum sebelum membeli dan mengkonsumsi air produksi depot air minum. Disamping itu juga sebaiknya diadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara pencegahan diare yaitu dengan melakukan pemeliharan sumber air bersih, jamban keluarga dan higiene perorangan khususnya cuci tangan pakai sabun.

Water supply is the main necessity for human being to live in and it becomes determining factor of health and wealth. In fulfill the water supply, people are prefer orderly water (AMDK) producted by some industries and automatically process with laboratorium test before being deal, so it would be better. But AMDK is much more expensive then the people finally change into the water sold in the water refreshment stand which has 1/3 cheaper than AMDK.
The aim of this research is to find deeply whether the children diarrhea caused by the quality of water produced by water refreshment stand as bacteriology does not fulfill the point by using cross sectional research design. The analysis unit of this research is under five children from 9 to 59 months for 300 respondent samples and 30 water refreshment stand samples in Sungailiat Regency.
The research result reflects that there is no relationship between E.coli in its water production to the children diarrhea. The variable of family latrine condition, clean water medium condition and washing hand habit of mother or baby sitter reflects the significant relationship to the children diarrhea and the variable of clean water medium condition as confounding. having some detailly explanation to the people about how to prevent the diarrhea by caring the clean water sources, family latrine and also having some workshops for the foods and drinks manager.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34287
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nuvia Manzilina Afrah
"Makanan jajanan berperan dalam pemenuhan kebutuhan energi siswa sekolah, tetapi jika tidak terjaga keamanannya justru berpotensi membahayakan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang memengaruhi kontaminasi bakteri Escherichia coli pada makanan jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan Beji, Kota Depok. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional. Data yang digunakan merupakan data primer, yang terdiri dari hasil uji laboratorium pada 37 sampel makanan dan hasil wawancara dengan 37 penjamah makanan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan 29,7 sampel makanan yang diuji terkontaminasi Escherichia coli. Analisis bivariat dengan uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kontaminasi bakteri Escherichia coli dengan pemilihan bahan makanan p=0,042 dan pengolahan makanan p=0,003. Sedangkan faktor pelatihan, pengetahuan, perilaku, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi tempat penyajian makanan, penyimpanan bahan makanan, dan penyajian makanan tidak memiliki hubungan yang signifikan.
Berdasarkan analisis multivariat dengan regresi logistik, faktor yang paling berpengaruh terhadap kontaminasi bakteri Escherichia coli yaitu faktor pengolahan makanan p=0,005 . Oleh karena itu, penjamah makanan di sekolah dasar Kecamatan Beji perlu diberikan pembinaan terkait personal hygiene dan higiene sanitasi makanan untuk mengurangi kontaminasi bakteri Escherichia coli pada makanan jajanan.

School canteen food have an important role in completing the energy needs of primary school students, but if the food safety is not protected, the foods is potentially harmful to health. The objective of this research is to analyze factors affecting Escherichia coli bacteria contamination on the school canteen food at primary schools located in Beji Subdistrict. The design of this study is cross sectional. All the data collected in this research are primary data, which include the laboratory test results of 37 food samples and direct interview results with 37 food handlers using questionnaire.
The research shown that 29,7 of food samples is contaminated with Escherichia coli bacteria. Bivariate analysis using chi square shows that there are significant correlation between raw food materials selection p 0,042 and food procession p 0,003 with Escherichia coli bacteria contamination. However, other factors such as training, knowledge, behavior, hygiene and sanitation of cooking utensils, hygiene and sanitation of food serving place, raw food materials storage, and food serving have no significant correlation towards Escherichia coli bacteria contamination.
Based on multivariate analysis using logistic regression, the most affecting factor of Escherichia coli bacteria contamination on the street food is food procession p 0,005 . Therefore, personal hygiene and food hygiene and sanitation training need to be conducted to the food handlers at Beji Subdistrict primary schools in order to minimize the Escherichia coli food contamination.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naldo Sofian
"Escherichia coli (E.coli) merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan diare. Kemampuan hidup E.coli sangat mudah dipengaruhi oleh berbagai rangsangan. Akan tetapi, rangsangan bunyi, terutama dalam rentang audiosonik (20-20.000Hz), belum banyak diteliti. Peneliti menduga bahwa efek dari pemaparan frekuensi bunyi audiosonik secara berseling akan menstimulasi viabilitas Escherichia coli. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan sonikator sebagai sumber bunyi. Frekuensi yang digunakan adalah 7 kHz dan 17 kHz selama 10 detik. Setelah itu, jumlah koloni E.coli dihitung dengan metode total plate count setelah sediaan diinkubasi. Untuk menjamin validitas, tiap perlakuan dilakukan dua kali.
Penghitungan bakteri dilakukan dengan menggunakan colony counter. Jumlah E.coli yang dihitung adalah E.coli pada pengenceran dengan jumlah 30-300 koloni. Terjadi penurunan viabilitas pada pemaparan frekuensi bunyi dalam rentang audiosonik secara berseling. Penurunan viabilitas tersebut lebih besar pada frekuensi 7 KHz daripada 17 KHz. Rata-rata jumlah E.coli pada kontrol dan pajanan frekuensi 7 kHz dan 17 kHz berturut-turut sebesar 2,84 x 109 koloni, 4,05 x 107 koloni, dan 5,05 x 108 koloni. Jika dibandingkan dengan kontrol, terdapat perbedaan bermakna pada setiap perlakuan [7 kHz (p=0.032); 17 kHz (p=0.023)] dengan uji T berpasangan. Frekuensi bunyi dalam rentang audiosonik secara berseling menurunkan viabilitas E.coli . Penurunan viabilitas lebih besar dialami oleh bakteri pada pajanan dengan frekuensi 7kHz daripada 17 kHz. Dapat disimpulkan bahwa, suara dalam rentang audiosonik secara berseling dapat menurunkan viablitas E.coli.

Escherichia coli is one of the most common bacteria causing diarrhea. Its life is easily influenced by physical and chemical stimulation. However, sound stimulation, especially in audiosonic range (20-20.000 Hz) alternately, have not been explored much. Researcher hypotesized that it would stimulate E.coli growth. This research is categorized as experimental research by using sonication tools as the sound source. Researcher used frequency on 7 and 17 KHz for 10 seconds By total plate count, the media contain colony of E.coli would be counted for analysis. In order to guarantee the validity, each action would be done twice.
Counting would be done only those diluted preparation with 30-300 colonies. E.coli got its viability decreased by audible frequency sound alternately. Average of the E.coli count in control, 7 kHz, and 17 kHz is respectively 2,84 x 109 ; 4,05 x 107; and 5,05 x 108 colonies. Relation between each intervention and control are significant [7 kHz (p=0.032); 17 kHz (p=0.023)] by paired T-test. Audible sound frequency which is given alternately against E.coli would decrease E.coli viability. Its decreasing effect is greater in 7kHz stimulation than 17 kHz. In conclusion, sound in audiosonic range, alternately, may decrease E.coli viability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Ramadini Puteri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kontaminasi bakteri Escherichia coli pada makanan di kantin fakultas universitas X. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross sectional. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dengan mengambil sampel makanan sebanyak 70 sampel dan wawancara langsung dengan pedagang makanan kantin menggunakan kuesioner. Sebanyak 70 sampel makanan dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sebagian besar sampel makanan terkontaminasi bakteri Escherichia coli (60%). Terdapat hubungan yang signifikan antara kontaminasi bakteri Escherichia coli dengan higiene dan sanitasi peralatan masak (p=0,005) dan lingkungan kantin (p=0,010). Sedangkan faktor higiene dan sanitasi penjamah, sarana kantin dan proses pengolahan makanan tidak memiliki hubungan yang signifikan.
Berdasarkan analisis multivariat, terdapat tiga faktor yang paling berpengaruh terhadap kontaminasi bakteri Escherichia coli pada makanan, yaitu faktor higiene dan sanitasi proses pengolahan, peralatan masak dan lingkungan kantin. Maka dari itu, penjamah makanan di kantin fakultas universitasi perlu diberikan pembinaan dan pelatihan terkait praktik hygiene dan sanitasi untuk meminimalisasi kontaminasi bakteri Escherichia coli pada makanan.

The objective of this research is to analyze factors most associated with Escherichia coli bacteria contamination in food at faculty canteen of university X. This research used cross sectional design. Research used primary data through laboratory test of 70 food samples and direct interview to 70 food handlers with questionnaire.
Laboratory test results showed that food contaminated with the Escherichia coli bacteria is 60%. There are significant association between hygiene and sanitation of cooking utensils (p=0,005) and canteen environment (p=0,010) with Escherichia coli bacteria contamination. Hygiene and sanitation of food handler, food processing and canteen facilities have not significant associations with Escherichia coli bacteria contamination.
Based on multivariate analysis, the most factors that influence in this research are hygiene and sanitation of food processing, cooking utensils and canteen environment. Therefore, training of food handler should be command in order to minimize Escherichia coli food contamination.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vida Widiani
"Masalah keamanan makanan saat ini sudah masalah global, sehingga yang mengambil perhatian utama dalam menetapkan kebijakan kesehatan publik. Dari hasil monitor Indonesia makanan dan obat peraturan Departemen (Badan POM RI) untuk acara wabah (KLB) keracunan makanan di Indonesia pada tahun 2016 menunjukkan bahwa telah terjadi 60 keracunan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor yang berhubungan dengan kejadian kontaminasi E. coli di rumah makan wilayah Pelabuhan Merak, Banten pada tahun 2019 dilakukan dengan populasi 31 utama. Studi ini adalah cross sectional penelitian ini pada bulan April sampai Mei 2019. Studi ini menggunakan data sekunder dan primer primer dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner, pengamatan dan pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan Laboratorium pada sampel makanan yang dilakukan pada 31 rumah makan yang berada di wilayah Pelabuhan Merak Banten, diperoleh hasil rumah makan yang memenuhi syarat yakni sebanyak 45,2 % (negatif E. coli) dan yang tidak memenuhi syarat adalah sebanyak 54,8% (positif E. coli). Hasil uji statistik untuk karakteristik penjamah makanan diperoleh faktor yang berhubungan dengan kontaminasi E. coli pada makanan antara lain kondisi kuku dan kebersihan tangan penjamah (p value 0,022), kebiasaan mencuci tangan penjamah makanan (p value 0,041). Untuk fasilitas sanitasi, faktor yang berhubungan dengan kontaminasi E. coli antara lain air yang digunakan untuk mencuci peralatan (p value 0,041), air untuk mencuci bahan makanan (p value 0,041), saluran pembuangan limbah/air bekas cucian (p value 0,049). Serta faktor pengawasan hygiene sanitasi rumah makan (p value 0,021) yang mempengaruhi terhadap kontaminasi E coli pada makanan. Faktor yang paling berhubungan terhadap kontaminasi E. coli pada makanan di Pelabuhan Merak Banten adalah kondisi kuku dan kebersihan tangan penjamah makanan yang memiliki OR 16,404 artinya penjamah makanan yang memiliki kondisi kuku yang panjang dan kotor akan mempunyai odds (risiko) untuk mengkontaminasi makanan sebesar 16 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penjamah yang memiliki kuku pendek dan bersih pada rumah makan di wilayah Pelabuhan Merak Banten. Upaya yang perlu dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan kuku dan tangan serta menjadikan kebiasaan cuci tangan penjamah makanan menggunakan sabun dan air mengalir. Hal ini bisa dilakukan jika ada fasilitas sanitasi lingkungan yang memadai di sekitar wilayah rumah makan di Pelabuhan.

Todays food security problem is already a global problem, so that take the main attention in setting public health policy. From the monitor results of Indonesia food and drug regulatory department (POM RI) to outbreak events (KLB) of food poisoning in Indonesia in 2016 showed that there had been 60 case of food poisoning. This study aimed to determine the factor associated with the incidence of contamination of E. coli in restaurant at the port of Merak Banten 2019 conducted with population 31 primary. This study is a cross sectional study was conducted in April to May 2019.This study uses secondary and primary data isdone by using questionnaire, observation method and laboratory examination. The results of the Laboratory examinations on the samples as much as 45.2% (negative e. coli) and who are not eligible are as many as 54.8% (positive e. coli). The results of statistical tests for characteristics personal hygiene food handler associated with e. coli contamination on food, among others, the condition of the nails and hand hygiene food handler (p value 0.022), hand-washing food handler (p value 0.041). For sanitation facilities, factors associated with e. coli contamination include water used for washing equipment (p value 0,041), water to wash food material (p value 0,041), waste disposal (p value 0,049) also supervision factors on restaurant(p value 0.021). The most variable associated is the condition of the nails and hand hygiene food handler ( OR 16,404 ) which mean food handler has a long nail conditions and dirty will have odds (risk) to contaminate food amounting to 16 times higher compared to food handler which has a short and clean fingernails. That needs to be done is keep clean the nails and hands, make hand-washing habit food handler use soap and water flows. All the things can do if there is an adequate sanitation facilities around the area restaurants in the port of Merak, Banten."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valencia Jane
"ABSTRACT
Latar Belakang: Organisme yang memproduksi ESBL merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Salah satu organisme yang paling sering yang menghasilkan ESBL yaitu Escherichia coli E.coli . Bakteri yang memproduksi ESBL lebih resisten terhadap antibiotik dan mengakibatkan infeksi menjadi lebih sulit untuk diobati. Di Indonesia, tidak banyak data yang memadai mengenai prevalensi E. coli yang memproduksi ESBL, terutama di Jakarta.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan laporan terkini tentang munculnya E. coli yang memproduksi ESBL di Indonesia.Metode: Isolat E. coli diambil dari berbagai sampel klinis pasien yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Klinik, Universitas Indonesia pada tahun 2009-2014. Jenis data isolat yang digunakan berupa data sekunder mengenai kerentanan E. coli terhadap beberapa antimikroba. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 20 untuk melihat kemungkinan terdapatnya kenaikan atau penurunan prevalensi E. coli penghasil ESBL yang terjadi secara signifikan.Hasil: Dari total 471 isolat E. coli, 56 11.9 merupakan E. coli penghasil ESBL. Prevalensi E. coli yang memproduksi ESBL menunjukkan kecenderungan menurun setiap tahun dari tahun 2009 sampai 2014, kecuali tahun 2012-2014, terdapat sedikit peningkatan. Namun secara statistik, penurunan atau kenaikan prevalensi tersebut, secara statistik tidak bermakna dengan p>0.05. Prevalensi E.coli yang memproduksi ESBL pada tahun 2009-2014 berturut-turut 19.1 , 21.2 , 6.9 , 5.4 , 7.56 , dan 8 .Kesimpulan:Terjadi penurunan prevalensi Escherichia coli yang memproduksi ESBL pada tahun 2009-2014, namun hasilnya tidak signifikan secara statistik. Kata kunci: E. coli, Extended-spectrum beta-lactamases, Indonesia.

ABSTRACT
Background ESBL producing organism has been a public health concern in the entire world. One of the most prevalent organisms that produce ESBL is Escherichia coli E.coli . The production of ESBL has made bacteria to be more resistant to antibiotics and therefore make infections harder to treat. In Indonesia, there is not many adequate data regarding prevalence of ESBL producing E. coli, especially in Jakarta. The aim of this research is to provide an updated report about the emergence of ESBL producing E. coli in Indonesia.Method E. coli isolates are obtained from many clinical samples of patients obtained from Clinical Microbiology Laboratory, Universitas Indonesia from 2009 2014. The isolates data was obtained as a secondary data that has been tested for its antimicrobial susceptibility. The data was analyzed using SPSS version 20 to see whether the increase or decrease was statistically significant.Results From a total of 471 E. coli isolates, 56 11.9 are identified as ESBL producing E. coli. The prevalence of positive ESBL producing E. coli decreased each year from 2009 to 2014, except for 2012 to 2014 where there is a slight increase. However, the decrease or increase of the prevalence was not statistically different p 0,05 . This p value illustrated that the change in prevalence was not significant from year to year. The prevalence of ESBL producing E. colifrom 2009 to 2014 was 19.1 , 21.2 , 6.9 , 5.4 , 7.56 , and 8 respectively.Conclusion There has been a decrease in the prevalence of ESBL producing Escherichia coli from 2009 2014. However, the result is statistically insignificant. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rioneli Ghaudenson
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja kombinasi metode ozonasi dan kavitasi hidrodinamika dengan pelat berlubang dalam proses desinfeksi bakteri E.coli. Pada penelitian ini, dilakukan variasi dosis ozon, laju alir sirkulasi, dan metode disinfeksi. Ozon diproduksi menggunakan ozonator komersial dengan dosis ozon 64,83 mg/jam, 108,18 mg/jam, dan 135,04 mg/jam sementara kavitasi dibangkitkan menggunakan pelat berlubang. Metode desinfeksi yang akan divariasikan pada percobaan ini adalah: kavitasi hidrodinamika, ozonasi, dan gabungan keduanya. Hasil terbaik pada masing-masing metode didapatkan pada menit ke-60 dan laju alir sirkulasi 7 L/menit.
Metode gabungan kavitasi dan ozonasi mampu mendesinfeksi hingga 0 CFU/mL dari konsentrasi awal 2,10 x 105 CFU/mL. Metode ozonasi tunggal mampu mendesinfeksi bakteri E.coli hingga 0 CFU/mL dari konsentrasi awal 1,32 x 105 CFU/mL selama 60 menit. Metode kavitasi hidrodinamik memberikan hasil penyisihan paling sedikit, yaitu 5,20 x 104 CFU/mL dari konsentrasi awal 2,17 x 105 CFU/mL. Disimpulkan bahwa metode kombinasi menghasilkan desinfeksi bakteri E.coli yang lebih cepat dan lebih baik dibandingkan metode tunggalnya.

This research aims to evaluate the performance of hybrid method of ozonation and hydrodynamic cavitation with orifice plate on E.coli bacteria disinfection. Ozone dose, circulation flowrate, and disinfection method were varied. Ozone was produced by commercial ozonators with ozone dose of 64,83 mg hour, 108,18 mg hour, and 135,04 mg hour. Meanwhile, hydrodynamic cavitation was generated using an orifice plate. The disinfection methods compared in this research are hydrodynamic cavitation, ozonation, and the combination of both. The best result on each method was achieved on the 60th minutes and with a circulation flowrate of 7 L min.
The hybrid method attained final concentration of 0 CFU mL from the initial concentration of 2,10 x 105 CFU mL. The ozonation method attained final concentration of 0 CFU mL from the initial concentration of 1,32 x 105 CFU mL. Cavitation method gives the least elimination with final concentration of 5,20 x 104 CFU mL from the initial concentration of 2,17 x 105 CFU mL. In conclusion, hybrid method gives a faster and better disinfection of E.coli than each method on its own.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neri Hartati
"Air sebagai suinber utama untuk air minuin di Jakarta
berasal dari PAM, air minuin (Aqua) pasien dalain kemasan 1,50
liter dan air mandi untuk pasien di ruang Rawat Nginap
Transplantasi Sumsuin Tulang RSCM Jakarta telah dilakukan
pemeniksaan bakteniologik.
Pemeniksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan banyaknya
bakteri dalam 1 ml sampel air, ada tidaknya bakteri Coiiforin,
pemeriksaan.. ada tidaknya Esoherichia coil dan bakteri
pencemar lain yang inungkin ditemukan dalam air. Usaha untuk
menghilangkan (dekontaminasi) bakteri pencemar dalam air
telah dilaksanakan juga dengan menggunakan kalsium
hipoklorit (kaporit). Ada tidaknya bakteri Coiiform dapat
ditentukan dengan menggunakan tabel MPN.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa semua sampel air
tidak memenuhi persyaratan untuk digunakan, karena di ruang
Rawat Nginap Transplantasi Sumsuin Tulang harus menggunakan
air yang mutlak steril ( bebas dari inikroorganisme patogen
dan oportunistik ). Air mandi untuk pasien, inemenuhi
persyaratan karena bebas dari segala inikroorganisme (steril).
Hasil pemeriksaan dekontaminasi bakteri dalam air yang
menggunakan kalsiuin hipoklorit (kaporit), menunjukkan bahwa
kaponit dengan konsentrasi 1 ppm yang mengandung 59,35% klan
bebas ternyata efektif dalain inembunuh (menghilangkan) semua
bakteri yang ada dalam air dalani waktu 10 menit"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>