Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53893 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Astuti
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah inokulum konsorsium
bakteri yang optimum dalam mendegradasi hidrokarbon minyak bumi. Sedimen
dan air laut yang dicemari minyak jenis ALCO digunakan sebagai medium uji
hidrokarbon minyak bumi yang diinokulasikan dengan berbagai jumlah inokulum
bakteri sebesar 106, 107, 108, 109, dan 1010 sel/ml. Pengamatan proses
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi dilakukan selama 28 hari dengan interval
waktu inkubasi hari ke-0, 2, 5, 9, 14, dan 28. Aktivitas konsorsium bakteri dapat
diketahui dengan menghitung jumlah total sel bakteri menggunakan metode
perhitungan Acridine Orange Direct Count (AODC) dan pengukuran konsentrasi
minyak bumi dengan metode gravimetri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bioaugmentasi dengan inokulum konsorsium bakteri sebesar 106--1010 sel/ml dapat
mendegradasi hidrokarbon minyak bumi sebesar 42,54%--55,92%, sedangkan
kontrol positif (K(+)) sebesar 32,90% dan kontrol negatif ((K(-)) sebesar 3,47%.
Perlakuan K10 dengan inokulum konsorsium bakteri sebesar 1010 sel/ml
menghasilkan persentase degradasi hidrokarbon minyak bumi terbesar yaitu
55,92% serta meningkatkan jumlah total sel bakteri sampai log 9,47.

ABSTRACT
The study was conducted to determine the optimum amount of inoculums
in the bacterial consortium degrading petroleum hydrocarbons. Sediments and sea
water contaminated with ALCO type is used as the test medium ALCO petroleum
hydrocarbons that were inoculated with various amounts of bacterial inoculum of
106, 107, 108, 109, and 1010 cells / ml . The biodegradation process was observed
for 28 days with intervals 0, 2, 5, 9, 14, and 28 days. Bacterial consortium
activities was determined by counting total number of bacterial cells using of
Acridine Orange Direct Count (AODC) method and measuring the concentration
of petroleum hydrocarbons are analyzed by gravimetric method The results
revealed that bioaugmentation which inoculums consortium bacteria of 106 - 1010
cells / ml can degraded petroleum hydrocarbons at 42,54% to 55,92%, while
positive control (K(+)) only 32,90% and negative control (K(-)) only 3,47%.
Treatment K10 with a consortium of bacteria inoculums of 1010 sel/ml increased
capability of degrade petroleum hydrocarbons up to 55,92% and total number of
bacterial cells up to log 9,47.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43499
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Sumiardi
"Konsorsium bakteri lokal (gabungan Salipiger bermudensis DQ 178660, Alterierythrobacter evoxidivorans DQ 304436, Alteromonas macleodii Y 18228 dan Vibrio harveyi DQ 146936) pendegradasi senyawa hidrokarbon kontaminan yang diisolasi dari kawasan eksplorasi minyak Cepu Jawa Tengah diuji kemampuannya dalam merombak senyawa hidrokarbon minyak bumi yang mencemari tanah di kawasan industri Krakatau Steel Cilegon.
Dalam penelitian ini, karakterisasi produksi biosurfaktan yang dihasilkan konsorsium bakteri dilakukan dengan mengevaluasi pola pertumbuhan, analisis tegangan permukaan, analisis tegangan antarmuka, analisis komposisi kimia dan uji aktivitas emulsifikasi. Pengujian selama 30 hari pengamatan meliputi pH, suhu, tekstur tanah empat fraksi (berpasir, liat kasar, liat halus, berdebu), karbon organik, nitrogen organik, rasio karbon/nitrogen organik, fosfor dan kalium serta analisis sampel tanah tercemar hidrokarbon menggunakan Gas Chromatography-Mass Sphectroscopy (GC-MS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biosurfaktan yang dihasilkan konsorsium bakteri memiliki kemampuan menurunkan tegangan permukaan air lebih tinggi dibanding dengan bakteri tunggal (51 dynes/cm dari 72 dyns/cm), reduksi nilai tegangan antarmuka air dengan minyak paling tinggi dihasilkan konsorsium bakteri (10 dynes/cm), nilai indeks emulsifikasi (93,75%) paling tinggi dihasilkan oleh konsorsium bakteri. Analisis komposisi kimia biosurfaktan yang dihasilkan konsorsium bakteri menunjukkan bahwa biosurfaktan merupakan senyawa kompleks terdiri dari karbohidrat, protein dan lipid. Setelah 30 hari massa inkubasi, hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa bakteri dan konsorsium bakteri mampu merombak senyawa hidrokarbon tersisa yang mencemari tanah di kawasan PT Krakatau Steel Cilegon Banten.;

Local bacterial consortium (combined of Salipiger bermudensis DQ 178 660, Alterierythrobacter evoxidivorans DQ 304 436, Alteromonas macleodii Y 146 936 and Vibrio harveyi DQ 18228) hydrocarbons degrading contaminants that isolated from oil exploration areas in Cepu Central Java was analyzed for its ability to degrade petroleum hydrocarbons that polluted the soil in industrial area of PT. Krakatau Steel Cilegon.
In this study, characterization of biosurfactant produced by bacterial consortium conducted to evaluate growth patterns, analysis of surface tension, interfacial tension, chemical composition and emulsification activity assay. Analysis for 30 days of observation include pH, temperature, soil texture four fractions (sandy, dusty, rough clayey, smooth clayey), organic carbon, organic nitrogen, the ratio of carbon/nitrogen organic, phosphorus and potassium as well as analysis of hydrocarbon contaminated soil samples using Gas Chromatography -Mass Sphectroscopy (GC-MS).
The results showed that the biosurfactants produced by bacterial consortium have the ability to lower the surface tension of water is higher than with a single bacterium (51 dynes/cm from 72 dyns/cm), the reduction of the highest values ​​of water interfacial tension with oil produced by bacterial consortium (10 dynes/cm ), the highest value of emulsification index (93.75%) produced by bacterial consortium. Analysis of the chemical composition of biosurfactants produced by bacterial consortium showed that biosurfactants are complex compounds composed of carbohydrates, proteins and lipids. After 30 days of incubation time, the results of GC-MS analysis showed that bacteria and bacterial consortium are capable of overhauling the remaining hydrocarbon compounds that polluted the soil in the area of PT Krakatau Steel Cilegon Banten.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
D1437
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafsah Afifah Tamimi
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai kemampuan degradasi kultur campuran konsorsium yang mengandung bakteri Dehalococcoides dalam mendegradasi B3 berupa senyawa PCE dan TCE. Konsorsium bakteri ditumbuhkan pada medium tercemar PCE/TCE yang divariasikan penambahan nutrisi ekstrak ragi serta sumber karbonnya asetat dan laktat. Medium yang diberikan penambahan ekstrak ragi mampu mengurai PCE dengan konsentrasi 650 M dalam kurun waktu kurang lebih 20 hari, dan TCE dengan konsentrasi 700 M dalam kurun waktu sekitar 10 hari. Selama 33 hari pengamatan, medium yang ditambahkan asetat mampu mengurai 600 M PCE hingga 85,41 dan 450 M TCE hingga 56,7. Dalam jangka waktu yang sama, medium yang ditambahkan laktat mampu mengurai 500 M PCE sebesar 80,56 dan 600 M TCE hingga 70,26. Meskipun konsorsium yang ditumbuhkan tanpa ekstrak ragi memiliki kemampuan degradasi yang lebih lambat, namun konsorsium tersebut menunjukkan rasio populasi Dehalococcoides yang lebih tinggi. Didapatkan rasio populasi bakteri Dehalococcoides pada medium yang diberi ekstrak ragi kurang dari 0,5. Rasio tersebut mampu mencapai 22-26 pada medium PCE, dan 4-13 pada medium TCE yang tidak ditambahkan ekstrak ragi. Selain itu, akumulasi produk turunan cis-DCE, t-DCE, 1,1-DCE, dna VC juga terjadi pada konsorsium yang diberi ekstrak ragi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak ragi mampu mempercepat degradasi PCE/TCE akibat stimulasi pertumbuhan bakteri-bakteri dalam konsorsium, namun di sisi lain dapat menekan pertumbuhan Dehalococcoides sehingga mengakibatkan terjadinya akumulasi produk turunan PCE/TCE.

ABSTRACT
This research discussed the degradation ability of mixed culture consortium containing Dehalococcoides bacteria in degrading hazardous waste such as PCE and TCE compounds. The bacterial consortium is grown on PCE TCE contaminated medium with variation of nutrients yeast extract and carbon source acetate and lactate. The medium with yeast extract addition was able to break down PCE with 650 M concentration in approximately 20 days, and TCE with 700 M concentration in about 10 days. During 33 days of observation, the acetate amended medium was able to degrade 600 M PCE up to 85.41 and 450 M TCE up to 56.7. In the same duration, the lactate amended medium was able to break down 500 M PCE by 80.56 and 600 M TCE by 70.26. Although the consortiums grown without yeast extract has slower degradation ability, those consortiums shows a higher population ratio of Dehalococcoides. The ratio of Dehalococcoides bacteria in medium with yeast extract addition was less than 0,5, while those ratio were able to reach 22 26 for PCE, and 4 13 for TCE in mediums without yeast extract addition. Furthermore, PCE TCE daughter product such as cis DCE, t DCE, 1,1 DCE, and VC were accumulated at some point in yeast extract amended medium. Those findings indicate that yeast extract addition could accelerate the degradation of PCE TCE because the stimulation of other bacterias within consortium, but on other side, could surpress the Dehalococcoides growth resulting in accumulation of PCE TCE daughter products. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiffany Patra
"Biodegradasi fenol sebagai salah satu senyawa polutan yang sangat berbahaya terhadap lingkungan hidup, terutama manusia yang hidup di lingkungan tersebut, dilakukan dengan menggunakan bakteri dari lambung sapi yang diinkubasi di suhu ruang, pH awal medium 7.0. Penelitian dilakukan dengan variasi generasi bakteri pertama dan kedua, konsentrasi fenol 0 ppm, 10 ppm, 50 ppm dan 100 ppm, dan variasi kada glukosa dalam medium sebesar 0 g/L, 0,5 g/L dan 1 g/L. Hasil penelitian menunjukkan fenol dapat dimanfaatkan sebagai subtrat pertumbuhan bakteri dan belum terjadi inhibisi yang signifikan terhadap pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 100 ppm. Terdapat penurunan kemampuan degradasi fenl pada generasi bakteri yang berbeda Generasi bakteri pertama dapat mendegradasi 98,04% fenol 100 ppm, sementara generasi kedua hanya dapat mendegradasi 69,31% fenol. Fenomena inhibisi oleh glukosa mulai terlihat pada konsentrasi 0,5 g/L.

Biodegradation of phenol as one of dangerous polutant is done by using bacteria consortium originated from cattle’s stomach. The bacteria was incubated on room temperatur, medium pH = 7. The assessed variable are bacteria generation; first and second generation, fenol concentration from 0, 10, 50 and 100 ppm, glucose concentration from 0, 0.5 g/L and 1 g/L. The result show that the bacteria consortium was abled to use phenol as growth nutrition and there is no inhibiion observed for phenol concentration up to 100 ppm. The consortium bacteria ability to degrade phenol was greatly reduced on the second generation. The first generation is able to degrade 98.04% 100 ppm phenol for 10 hour, meanwhile the second generation can only degrade 69.31% 100 ppm phenol for 100 hour. Glucose was found to decrease phenol biodegradation rate and inhibit the bacteria growth from concentration 0.5g/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldina Nabila
"Tokotrienol merupakan vitamin E tak jenuh yang memiliki bioaktivitas yang unggul. Tokotrienol dapat digunakan sebagai antioksidan, antikanker, agen neuroprotektif, dan penurun kolesterol. Salah satu sumber alami tokotrienol adalah bekatul. Bekatul merupakan produk samping yang terbuang selama proses penyosohan beras. Pengayaan senyawa bioaktif pada minyak bekatul dapat dilakukan dengan fermentasi padat menggunakan kapang Aspergillus terreus. Penelitian ini memvariasikan volume inokulum kapang yang ditambahkan pada proses fermentasi sebesar 1; 3; 5; 7; dan 9 mL untuk menentukan volume inokulum optimum yang menghasilkan kadar tokotrienol maksimum. Volume inokulum berpengaruh pada hasil metabolisme kapang dalam meningkatkan senyawa bioaktif pada minyak bekatul yang difermentasi. Hasil uji minyak bekatul menggunakan spektrofotometer UV-Vis didapatkan volume inokulum optimum sebesar 5 mL dengan perolehan tokotrienol 4509,91 ppm. Senyawa bioaktif lainnya yang memiliki aktivitas antioksidan yang terdapat pada minyak bekatul dianalisis menggunakan GC-MS. Sejumlah senyawa yang teridentifikasi yaitu asam pentadekanoat, 14-metil-, metil ester (C17H34O2), asam heksadekanoat (C16H32O2), asam 9-dodekenoat metil ester (C13H24O2), dan asam oleat (C18­H34O2).

Tocotrienols are unsaturated vitamin E with superior bioactivity. Tocotrienols can be used as antioxidants, anticancer, and neuroprotective and cholesterol-lowering agents. One of the natural sources of tocotrienols is rice bran. Rice bran is a by-product that is wasted during the milling process of rice. Enrichment of bioactive compounds in rice bran oil can be done by solid-state fermentation using the mold Aspergillus terreus. This study varied the volume of mold inoculum added to the fermentation process by 1; 3; 5; 7; and 9 mL to determine the optimum inoculum volume that produces maximum tocotrienol content. The volume of inoculum affects the results of mold metabolism in enriching bioactive compounds in fermented rice bran oil. The results of the rice bran oil test using spectrophotometer UV-Vis obtained an optimum inoculum volume of 5 mL with a tocotrienol content of 4509.91 ppm. Other bioactive compounds that have antioxidant activity in rice bran oil were analyzed using GC-MS. The identified compounds are pentadecanoic acid, 14-methyl-, methyl ester (C17H34O2), hexadecenoic acid (C16H32O2), 9-dodecenoic acid methyl ester (C13H24O2), and oleic acid (C18­H34O2).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Ardiyanto
"BPV Biological Photovoltaic merupakan suatu perangkat yang dapat menghasilkan energi listrik melalui proses fotosintesis mikroalga. Mikroalga akan memecah molekul air menjadi proton, elektron, dan oksigen saat terkena cahaya. Arus yang mengalir pada sirkuit eksternal dapat digunakan sebagai penggerak perangkat elektronik. Studi mengenai BPV telah banyak dilakukan peneliti sebelumnya dengan melakukan berbagai konfigurasi seperti variasi jenis elektroda, variasi jarak elektroda, dan sebagainya. Akan tetapi, tegangan dan arus yang dihasilkan masih relatif kecil. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan produksi listrik perangkat BPV.
Penelitian yang dilakukan yakni variasi jumlah inokulum mikroalga C. vulgaris dengan metode pembentukan biofilm pada open-air single chamber BPV. Jumlah inokulum yang divariasikan yakni sel dengan berat kering: 0,301 g/L, 0,912 g/L, dan 1,531 g/L. Reaktor BPV dengan jumlah inokulum 1,531 g/L menunjukkan adanya kenaikan voltase sebesar 14,89 voltase terukur 58,006 mV dan kenaikan power density sebesar 27,91 ketika dibandingkan dengan reaktor tanpa kultur. Power density tertinggi yang dihasilkan pada variasi jumlah inokulum tertinggi bernilai 0,000472 mW/m2.

BPV Bio Photovoltaic is an electricity producing device which harness photosynthetic reaction from microalgae. Microalgae will breakdown water molecule into proton, electron and oxygen when exposed by light. The current then passes through external circuit and could be used as energy source for electric device. Many studies related to BPV have been conducted by some researchers before by applying some configuration such as various metal of electrode , various electrode distance, etc. However, the measured voltage and current are small yet. Thus, later research is needed to optimize electricity production in BPV device.
This research was done by varying C. vulgaris inoculum concentration by method of biofilm formation in open air single chamber BPV. The inoculum concentration will be based on dry biomass 0,301 g L, 0,912 g L, dan 1,531 g . BPV reactor with inoculum 1,531 g L shows increase 14,89 measured 58,006 mV in voltage and increase 27,91 in power density when compared to reactor containing no culture. Highest power density produced by highest inoculum concentration results 0,000472 mW m2.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astry Eka Citrasari
"Kebutuhan akan listrik telah menjadi kebutuhan krusial masyarakat Indonesia. Akan tetapi, sumber daya untuk menghasilkan energi listrik saat ini, bahan bakar fosil, diprediksi akan habis dalam waktu belasan tahun ke depan. Dengan sebuah pengembangan teknologi terkini, Microbial Fuel Cell yang menggunakan mikroba untuk memecah suatu substrat yang akan menimbulkan beda potensial dan menghasilkan listrik. Variasi yang dilakukan adalah variasi elektrolit dan penambahan jumlah bakteri.
Eksperimen menggunakan elektrolit Kalium Persulfat (K2S2O8) menghasilkan densitas daya lebih tinggi dibanding menggunakan Kalium Permanganat (KMnO4) yaitu 3,01 mW/m2 . Sedangkan, penambahan jumlah bakteri sebanyak 1% medium adalah kondisi yang mampu menghasilkan densitas daya optimum yaitu 66,33 mW/m2 dengan efisiensi coloumbicnya 4,48%. Selain memproduksi listrik, Microbial Fuel Cell juga terbukti menurunkan kadar COD jika substrat yang digunakan adalah limbah cair seperti limbah cair tempe pada penelitian ini yang dapat penurunan terbesarnya mencapai 42,97% pada variasi penambahan jumlah bakteri sebanyak 10% medium.

Demand for electricity has become a crucial requirement of Indonesian society. Resources to generate electrical energy, fossil fuels, is predicted to run out within the next dozen years. With a development of the latest technology, Microbial Fuel Cell that uses microbes to break down a substrate which will cause electric potential difference and generate electricity. This experiment conducted two variations : electrolyte solution and number of bacteria.
Experiments using potassium persulphate electrolyte (K2S2O8) resulted in a higher power density than using potassium permanganate (KMnO4) is 3,01 mW/m2. Meanwhile, the addition of as much as 1% of bacteria medium is a condition that can produce optimum power density is 66.33 mW/m2 with coloumbic efficiency of 4.48%. Beside that, Microbial Fuel Cell is also shown to reduce levels of COD if the substrate used is wastewater such as tempe wastewater in this study were able to achieve a 42.97% decline in its biggest increase in the number of bacteria on the variation of as much as 10% of medium.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dheniza Nathalya Tiwiwijaya
"Microbial Fuel Cell (MFC) adalah sebuah perangkat bioelektrokimia yang memiliki kemampuan untuk mengolah air limbah dan menghasilkan listrik secara bersamaan. Limbah cair tapioka yang dihasilkan dari 70% produksi tepung tapioka dari ubi kayu mengandung senyawa organik yang tinggi sehingga dapat di manfaatkan menjadi substrat pada MFC untuk menghasilkan listrik. Limbah cair tapioka mengandung COD yang tinggi sekitar 1800-10200 mg/L. Penelitian ini  menggunakan dual chamber MFC dengan membran penukar proton Nafion 117 dan elektroda grafit yang dioperasikan selama 72 jam. Variasi yang digunakan adalah jumlah inokulum Pseudomonas aeruginosa serta jenis larutan elektrolit. Penurunan konsentrasi COD diperoleh sebesar 24,26 ± 2,92%; 47,24 ± 3,08%; dan 53,65 ± 4,97% untuk variasi jumlah inokulum Pseudomonas aeruginosa 0 (kontrol), 5% v/v dan 10% v/v. Penurunan konsentrasi COD menunjukkan tren positif dengan penambahan jumlah inokulum Pseudomonas aeruginosa. Penurunan konsentrasi COD juga diperoleh sebesar 45,76 ± 8,25%; 44,11 ± 4,06%; dan 47,24 ± 3,08% untuk variasi larutan elektrolit H2O2, K2Cr2O7 dan KMnO4. Produksi listrik diraih cukup tinggi oleh penggunaan larutan elektrolit KMnO4 dan penambahan inokulum Pseudomonas aeruginosa sebanyak 5% v/v dengan tegangan maksimum sebesar 238,39 mV dan densitas daya maksimum sebesar 12.517,05 (µW/m2). Serta, nilai efisiensi coulomb tertinggi yang dicapai sebesar 56,49%.

Microbial Fuel Cell (MFC) is a bioelectrochemical device that has the ability to treat wastewater and generate electricity simultaneously. Tapioca liquid waste generated from 70% of tapioca flour production from cassava contains high organic compounds so that it can be utilized as a substrate in MFC to generate electricity. Tapioca liquid waste contains high COD around 1800-10200 mg/L. This research uses dual chamber MFC with Nafion 117 proton exchange membrane and graphite electrode which will be operated for 72 hours. The variation used is the amount of Pseudomonas aeruginosa inoculum and the type of electrolyte solution. The decrease in COD concentration was obtained as 24.26 ± 2.92%; 47.24 ± 3.08%; and 53.65 ± 4.97% for variations in the amount of Pseudomonas aeruginosa inoculum 0 (control), 5% v/v and 10% v/v. The decrease in COD concentration showed a positive trend with the addition of Pseudomonas aeruginos a inoculum. The decrease in COD concentration was also obtained as 45.76 ± 8.25%; 44.11 ± 4.06%; and 47.24 ± 3.08% for the variation of electrolyte solutions H2O2, K2Cr2O7 dan KMnO4. Electricity production was achieved quite high by the use of KMnO4 electrolyte solution and the addition of Pseudomonas aeruginosa inoculum as much as 5% v/v with a maximum voltage of 238.39 mV and a maximum power density of 12,517.05 (µW/m2). Also, the highest coulomb efficiency value achieved was 56.49%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arina Shallyta Sastra
"Saat ini dunia sedang mewujudkan green city yang disebabkan dengan adanya permasalahan lingkungan terutama di Indonesia yang terkenal dengan produksi petroleum gas. Produksi tersebut masih menimbulkan efek yang kurang baik terhadap pengolahan limbah cair hasil samping dari proses distilasi produksi petroleum gas tersebut yang memiliki kandungan fenol 16 ppm. Fenol merupakan suatu senyawa hidrokarbon aromatik yang sulit untuk diuraikan karena senyawa ini memiliki rantai karbon yang panjang dan sangat toksik sehingga pemerintah mengelurkan peraturan untuk fenol sendiri untuk baku mutunya kurang dari 2 ppm. Oleh dari itu, diperlukan suatu cara untuk menguraikan limbah cair tersebut sehingga dapat mewujudkan green city. Salah satunya adalah proses biodegradasi yang merupakan suatu proses penguraian yang bergantung pada mikroba. Maka dari itu, disini peneliti melakukan produksi bakteri konsorsium yang diisolasi dari lambung (rumen) sapi dan lumpur minyak bumi (petroleum sludge) baik bentuk padatan maupun cairan dan mengidentifikasi bakteri tersebut serta melakukan pengujian kinetika untuk menetahui kemampuannya.
Dari hasil identifikasi bakteri dihasilkan bahwa bakteri hasil dari rumen sapi terdapat gram positif yang berbentuk batang beraturan, berbentuk batang yang tidak beraturan dan berbentuk bola juga yang tergolong gram negatif yang berbentuk batang beraturan dan bola. Sedangkan, hasil dari bakteri yang diisolasi dari petroleum Sludge. Dari hasil biodegradasi fenol sintesis didapatkan nilai k pada setiap hasilnya yaitu pada biodgradasi fenol dengan menggunakan bakteri konsorsium dari rumen sapi didapatkan nilai k yaitu 0,174; 1,125; 1,527; 0,007 dan 0,116 yang berdasarkan pada kosentrasi fenol berturut-turut 12, 24, 48, 72 dan 120. Begitu pula untuk petroleum sludge pada kosentrasi yang sama didapatkan nilai k berturut-turut yaitu 0,212; 1,029; 1,26; 1,74 dan 2,196.

Currently the world is realizing green city due to the existence of environmental problems, especially in Indonesia, which is famous for the production of petroleum gas. The production still cause adverse effects to the treatment of wastewater by-product from the distillation process of petroleum production of the gas that has a phenol content of 16 ppm. Phenol is an aromatic hydrocarbon that is difficult to disentangle because these compounds have a carbon chain length and very toxic so that the government issue the regulations for phenol itself for the quality standard of less than 2 ppm. Therefore, we need a way to decompose the liquid waste so that cit can realize a green city. One of them is the biodegradation process is a process that depends on microbial decomposition. Therefore, here the researchers conduct a study to produce bacterial consortium isolated from the rumen of cattle and petroleum sludge, both solid and liquid form, to identify the bacteria as well as to test the kinetics to know the ability of the bacterial consortium.
From the results of bacterial identification, cattle rumen bacteria are gram-positive and have irregular rod-shaped, regular rod-shaped and spherical shape; while gram-negative bacteria have irregular rod-shaped and spherical shape. Of the synthesis of phenol biodegradation results in k value on each outcome, that is on phenol biodegradation using cattle rumen bacterial consortium, the obtained k value sure 0.174; 1.125; 1,527; 0.007 and 0.116, which are based on the concentration of phenol of 12, 24, 48, 72 and 120. Similarly, for petroleum sludge at the same concentrations, the obtained k values respectively are 0.212; 1.029; 1.26; 1.74 and 2.196.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Fitriati
"Penelitian yang telah dilakukan dari Maret –Mei 2015, bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam serta menentukan inokulum optimum untuk pembibitan tanaman padi varietas Ciherang. Pembibitan padi dilakukan selama 14 hari di rumah kaca menggunakan 4 media tanam berbeda, yaitu tanah kebun steril dan non steril serta pupuk organik steril dan non steril. Strain Nostoc CPG24 dan GIA13a masing- masing sebanyak 0,2; 0,4; dan 0,6 g diinokulasikan pada keempat media tanam pada hari ke-1 pembibitan. Parameter yang diukur adalah tinggi, panjang akar, serta berat basah dan berat kering tanaman. Hasil uji statistik menunjukkan media tanam berpengaruh terhadap pembibitan padi varietas Ciherang. Pengaruh strain CPG4 dan GIA13a terhadap pembibitan hanya terdapat di media pupuk organik steril. Pemberian variasi inokulum (0,2; 0,4; dan 0,6 g) strain CPG24 dan GIA13a mampu meningkatkan tinggi dan panjang akar secara signifikan (P<0,05) dibandingkan kontrol pada media pupuk organik steril.

The experiment that has been done from Maret– May 2015 was used to know the effect of media and determine optimum inoculum for Ciherang rice germination. The rice germination was done for 14 days in the green house used four different medias, they are sterilized and unsterilized garden soil and also sterilized and unsterilized organic soil. Strains CPG24 and GIA13a was inoculated into four different medias on first day of rice germination as much as 0,2; 0,4; and 0,6 gram fresh weight for each strain. The effect of Nostoc strain to rice germination was evaluated by using vegetative parameters, including plant height, root lenght, fresh and dry weight. The statistic result showed that media gave effect for rice germination. Application of three variations of inoculum from both strains only gave effect on sterilized organic soil. Variations of inoculum of CPG24 and GIA13a strains had significant effect (P<0,05) to increase plant height and root lenght of plants in sterilized organic soil."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>