Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200100 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pratiwi Ayuningtyas
"Diet, jika dilakukan secara berlebihan akan menyebabkan perilaku makan menyimpang. Perilaku diet banyak ditemukan remaja putri di belahan dunia, maupun di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara faktor individu dan lingkungan perilaku diet pada mahasiswi Prodi Gizi dan Ilmu Komunikasi UI angkatan 2009.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang dilakukan dengan cara total sampling pada 173 mahasiswi. Penelitian dilakukan pada April-Mei 2012. Variabel dependen dari penelitian ini adalah perilaku diet dan variabel independennya adalah IMT, citra tubuh, penghargaan diri, pengetahuan diet, pengaruh keluarga, teman sebaya, dan media massa. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner, seca, dan stadiometer. Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 36.4% responden melakukan diet dengan tujuan paling banyak adalah agar lebih sehat, yaitu sebanyak 73% responden. Cara diet yang paling banyak dilakukan adalah diet sehat, yaitu sebanyak 60.3% responden. Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara IMT, citra tubuh, pengetahuan diet, dan pengaruh paparan media massa terhadap perilaku diet.
Sesuai dengan perkembangan psikososialnya, remaja mulai berusaha nyaman dengan tubuhnya dan risau untuk menjadi lebih menarik. IMT memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku diet. Selain itu, citra tubuh juga berhubungan bermakna karena internalisasi "kurus adalah ideal" oleh media akan menanamkan ketidakpuasan citra tubuh bagi yang belum kurus sehingga remaja banyak melakukan diet untuk menjadi "ideal". Selain itu, pengetahuan diet juga akan berhubungan dengan perilaku diet. Media massa menampilkan gambar atau model yang kurus sehingga berhubungan dengan citra tubuh dan akhirnya berhubungan bermakna dengan perilaku diet.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa IMT, citra tubuh, pengetahuan diet, dan pengaruh paparan media massa memiliki hubungan bermakna dengan perilaku diet. Disarankan untuk melakukan intervensi melalui penyuluhan atau pelatihan mengenai gizi seimbang, diet, perhitungan IMT kepada remaja putri serta kerja sama dengan media massa.

Excessive diet can cause eating disorder. Dieting behavior is common found in girl adolecents in the world and even in Indonesia. The objective of this study was to determine the description and relationship of individual and environmental factors with dieting behavior among university students of Nutrition and Communication Science Universitas Indonesia Batch 2009.
The method used in this study is cross sectional design which was conducted towards 173 samples with total sampling. The study was done at April-May 2012. The dependent variable is dieting behavior and the independent variables are BMI, body image, self-esteem, diet knowledge, family, peer group, and mass media influence. The instruments that used in this research are questionnaire, seca, and stadiometer.The statistical analysis is using chi-square test.
The result of this study found that proportion of respondents who are dieting was 36.4% with the purpose of that behavior was to be more healthy at most (73%). Healthy diet is the most common which was 60.3% respondents. The result of analysis showed that BMI, body image, diet knowledge, and mass media influence have significant association with dieting behavior.
As their psychosocial development, adolecents start trying to pleasant with their body and concern to looks attractive. The BMI has the significant relation to dieting behavior. Besides that, body image also significantly related to dieting behavior because the internalization of thin is ideal by mass media will instill body disatisfaction to those who are not thin so that they diet to be ideal. The diet knowledge also related to dieting behavior. Mass media show the pictures and the models that are thin so that those are related to body image and eventually related to dieting behavior.
The conclusion of this study is BMI, body image, diet knowledge, and mass media influence have significant association with dieting behavior. The author suggest to do the intervention through education or training related to balance nutrition, diet, BMI measurment to girl adolecents and also cooperation with mass media.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Hapsari Heriyanto
"Masalah berat badan lebih (overweight) dan obesitas merupakan masalah gizi yang sedang dihadapi dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang. Para wanita dan pria dengan berat badan normal namun persen lemak tubuhnya tinggi, akan mengalami proses inflamasi yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan para wanita dan pria dengan berat badan dan persen lemak tubuh yang normal dan berisiko besar terkena penyakit kardiovaskular.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan gizi, indeks massa tubuh, aktivitas fisik, pengetahuan gizi, dan gaya hidup dengan persen lemak tubuh di mahasiswi. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan desain studi cross sectional dan dilakukan pada 173 mahasiswi Program Studi Gizi dan Komunikasi UI pada tahun 2012 angkatan 2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil Bioelectrical Impedance Analysis (BIA), 31.8% mahasiswi tergolong kedalam persen lemak tubuh tinggi. Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan persen lemak tubuh adalah indeks massa tubuh dan asupan lemak. Penulis menyarankan agar IMT dan persen lemak tubuh diupayakan selalu berada pada kondisi yang normal dengan mengontrol serta mengurangi jajanan yang mengandung tinggi lemak seperti gorengan dan meningkatkan aktivitas fisik.

Overweight and obesity issue are commonly happen in either developed or developing country. Males and females with normal weight but high body fat percentage, will has higher inflammation process than males and females with normal weight and body fat percentage, and also can give a high risk of cardiovascular diseases. The focus of this study is the body fat percentage of female students of Nutritional Science and Communication UI 2012.
The purpose of this study is to understand the association between nutrient intakes, body mass index, physical activity, nutritional knowledge, and lifestyle to body fat percentage in females students. This study using cross sectional design. Data were collected from 173 female students at Nutritional and Communication Study Program, badge 2009.
The result shows that based on measured by Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) method, 31.8% of the respondents belong to have a high body fat percentage. BMI and fat intake are significantly associated to body fat percentage. The author suggests that female students should control the BMI and body fat percentage on the normal level by reducing fat intake especially from fried food and also increasing physical activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Diana Galman
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran densitas mineral tulang (DMT) pada mahasiswi Reguler Gizi dan Komunikasi UI angkatan 2009. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yang dilakukan dengan sampel penelitian total sampling sebesar 161 responden. Penelitian ini dilakukan pada April sampai Juni 2012. Data variabel dependen yang diteliti yaitu DMT menggunakan alat quantitative ultrasound (QUS). Sedangkan data variabel independen meliputi IMT melalui pengukuran antropometri (berat badan menggunakan timbangan seca dan tinggi badan menggunakan stadiometri), pengetahuan dan merokok menggunakan kuesioner, aktivitas fisik menggunakan GPA Questionnaire, asupan kalsium, fosfor, vitamin D, dan protein melalui wawancara food recall 24 hour sebanyak 3 kali (1 kali pada hari libur dan 2 kali pada hari biasa), kebiasaan minum kopi, teh, dan minuman berkarbonasi, yang didapat melalui pengisian FFQ. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square dan T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 21,7% responden memiliki DMT tidak normal dan terdapat hubungan yang signifikan (nilai p < 0,05) antara IMT dengan DMT tidak normal, dan ada perbedaan rata-rata antara pengetahuan dan kebiasaan konsumsi kopi dengan DMT normal dan DMT tidak normal. Disarankan untuk melakukan intervensi melalui peningkatan pengetahuan mengenai status gizi dan kesehatan tulang serta pemeriksaan DMT secara berkala.

This study aim's to know the description of bone mineral density (BMD) of regular class female student majoring nutrition and communication University of Indonesia for the class of 2009. This is a quantitative study with study design cross sectional performed by total sampling 161 respondents. The study was conducted from April to June 2012. Data collected were BMD (measured by quantitative ultrasound), BMI was measured by anthropometric measurements (using seca and stadiometry for measuring weight and height), knowledge and smoking were measured by filling a questionnaire, intake of calcium, phosphor, vitamin D, and protein were measured by 3 times interviewed food recall 24 hour (1 day for weekend and 2 days for weekday), drinking coffee, tea, and soft drink frequency which was measured by filling FFQ. Data was analyzed by Chi-square and T-test. The result of this study showed 21,7% of respondent having abnormal BMD. The result showed that BMI was significantly associated (p value < 0,05) with BMD and there're mean average differences of knowledge and drinking coffee frequency with BMD normal and BMD abnormal. It's recommended to do an intervention by increasing knowledge of nutrition status and bone health, and checking BMI levels regularly."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Oktaviani
"Perawat mempunyai resiko mengalami status gizi berlebih yang dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan kesehatan serius, seperti penyakit jantung, hipertensi dan diabetes melitus. Intervensi konseling gizi dan diet diduga dapat menurunkan berat badan pada orang dengan status gizi berlebih. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas Konseling Gizi dan penerapan Diet Rendah Energi Seimbang Teratur (REST) terhadap penurunan berat badan pada perawat dengan status gizi berlebih di rumah sakit. Penelitian dilakukan di RSUD Kesehatan Prov. Jabar dengan subjek penelitian 22 orang perawat yang mempunyai status gizi berlebih, melakukan intervensi Konseling Gizi dan penerapan Diet REST TM serta menggunakan kuesioner Bouchard, kuesioner OSI-RTM dan lembar food record. Rata-rata penurunan berat setelah mendapatkan Konseling Gizi dan melaksanakan Diet RESTM paling besar terjadi pada minggu ke-12 akhir pengamatan sebesar 2,6 kg dengan 95% IK=1,3-3,9 kg. Berdasarkan analisa bivariat didapatkan jenis kelamin memberikan pengaruh yang bermakna terhadap rata-rata penurunan berat badan. Perawat laki-laki memiliki rata-rata penurunan yang lebih besar dibandingkan perempuan (p=0,038). Rata-rata penurunan berat badan perawat laki-laki 3,1 ± 1,7kg dan perawat perempuan 1,6 ± 1,3kg. Sedangkan pengaruh faktor pekerjaan terhadap penurunan berat badan setelah mendapatkan Konseling Gizi dan menjalankan Diet RESTTM tidak menunjukkan pengaruh yang bermakna, yaitu jabatan pekerjaan (p=0,948), jumlah jam kerja (p=0,220), pembagian shift kerja (p=0,692) dan stres kerja (p=0,813).
Kesimpulan dari penelitian ini terdapat pengaruh Konseling Gizi dan Diet RESTTM selama 12 minggu terhadap penurunan berat badan pada perawat dengan status gizi berlebih di rumah sakit.

Nurse has a risk to get an excessive weight nutritional status that can increase the risk of serious health problems, such as heart disease, hypertension and diabetes mellitus. The intervention of nutrition counseling and diet are expected to lose weight in people with excessive nutritional status. Purpose of this study is to determine the effectiveness of nutrition counseling and the implementation of Rendah Energi, Seimbang dan Teratur (REST) diet on weight loss among hospital nurses with excessive weight nutritional status in the hospital. The study was conducted at Occupational Health Hospital of West Java with 22 nurses as study subjects with excessive weight nutritional status, implemented nutrition counseling intervention, a RESTTM Diet and also used the Bouchard questionnaire, OSI-RTM questionnaire and food record sheets. The greatest average weight loss after receiving nutrition counseling and implementing a RESTTM Diet occurred in the 12th week of the last observation. It was 2.6 kg with 95% CI=1.3-3.9 kg. Based on the bivariate test showed gender had a significant effect on the average weight loss. The male nurses had greater average weight loss than female nurses (p=0.038). The average weight loss of male nurses was 3.1 ± 1.7kg and female nurses 1.6 ± 1.3kg. Meanwhile, the effect of occupational factors on weight loss after receiving nutrition counseling and implementing the RESTTM Diet did not show a significant effect, such as job position (p=0.948), the number of working hours (p=0.220), work shift schedule (p=0.692) and work stress (p=0.813). The conclusion of this study is there was an effect of nutrition counseling and a RESTTM Diet in 12 weeks on weight loss among nurses with excessive weight nutritional status in the hospital."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasha Larissa
"Latar belakang: Seiring bertambahnya usia, kemungkinan kehilangan gigi juga akan semakin banyak. Kehilangan gigi terutama pada bagian posterior menyebabkan berkurangnya zona dukungan gigi posterior yang akan menyebabkan perubahan fungsi mastikasi (kemampuan mengunyah makanan) dan akan memiliki pengaruh signifikan terhadap kesehatan umum sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Hal ini yang pada akhirnya membuat seseorang merasa membutuhkan suatu bentuk perawatan. Permintaan seseorang terhadap pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor pendorong (predisposing) yang meliputi pengetahuan, sikap, dan perilaku.
Tujuan:Menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan pada pra-lansia dan lansia.
Metode: Penelitian ini dilakukan secara cross sectional pada 82 subjek yang berusia lebih dari 45 tahun yang mengikuti bakti sosial di Puskesmas Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Pada subjek dilakukan pemeriksaan klinis intraoral, pengisian kuesioner pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut, dan lembar isian permintaan gigi tiruan. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square.
Hasil Penelitian: Terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan (p=0,000).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan pada pra-lansia dan lansia, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan.

Background: As we get older, the possibility of tooth loss will also increase. Missing teeth in the posterior area will reduce the number of occlusal support zones and will cause changes in the masticatory function. These changes may have impact on general health and affect the quality of life. This is what ultimately makes a person need some form of care. A person's demand for health services is influenced by predisposing factors which include knowledge, attitude, and practice.
Obejctives: To analyze the relationship between oral health knowledge, attitude, and practice toward denture demand in the pre- elderly and elderly.
Methods : This research was conducted with a cross sectional design on 82 subjects aged over 45 years old who attended social services at the public health center located on Panggang Island, Kepulauan Seribu. Oral examination were performed, and interview for oral health knowledge, attitude, and practice and denture demand questionnaire were conducted. Data were analyzed using Chi-Square test.
Results: Oral health knowledge gave a statistically significant difference towards denture demand (p=0,000).
Conclusion: Oral health knowledge gave a statistically significant difference towards denture demand whilst oral health attitude and practice did not.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Ramawan Adipura
"Ecological citizenship, sebagai konseptualisasi dari pemahaman hak dan tanggung jawab terhadap lingkungan, diasumsikan memlilki pengaruh terhadap perilaku lingkungan. Kajian ini melihat pendidikan lingkungan formal sebagai faktor pembeda dalam melihat hubungan antara ecological citizenship dan perilaku lingkungan. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survei sampel. Pemilihan responden dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 98 orang dari populasi mahasiswa Program Sarjana Reguler FISIP UI angkatan 2009, kemudian membagi rata menjadi dua kategori, yaitu yang telah mengikuti mata kuliah lingkungan dan tidak mengikuti mata kuliah lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan dengan asumsi awal penelitian yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara ecological citizenship dan perilaku lingkungan. Pendidikan lingkungan formal terbukti tidak menjadi pembeda pada penelitian ini.

As a conceptualization of rights and responsibilites comprehension toward environment, ecological citizenship is assumed that affects environmental behavior. This study observes the formal environmental education as a factor that differentiate the relation between ecological citizenship and environmental behavior. The research method being used is quantitative approach with sample survey technic. Respondents is drawn by taking 98 samples of FISIP UI batch 2009 undergraduate students, then splitted to two categories, the ones who have got environmental course and the ones who have not got. The result shows that the difference from early assumption which is not found any relation between ecological citizenship and environmental behavior. Formal environmental education as a variabel control is proven not a differential factor at this study.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47717
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melia
"Kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan dapat mempengaruhi asupan makanan seseorang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan terhadap status nutrisi. Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang pada 129 subjek berusia 34-80 tahun. Subjek diperiksa kehilangan giginya kemudian diwawancara menggunakan kuesioner Mini Nutritional Assessment (MNA). Data dianalisis menggunakan piranti lunak statistik. Hasil uji analisis chi-square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kehilangan gigi dan status nutrisi (p=0,712) dan antara pemakaian gigi tiruan dan status nutrisi (p=0,252). Ditemukan hubungan bermakna antara usia dan status nutrisi, tingkat pendidikan dan status nutrisi, serta usia dan pemakaian gigi tiruan.
Teeth loss and denture wearing can affect a person's food intake. The purpose of this study was to analyze the relation of tooth loss and denture wearing on nutritional status. The study was conducted with a cross-sectional method on 129 subjects aged 34-80 years. Subjects had their teeth checked and interviewed using Mini Nutritional Assessment (MNA) questionnaire. Data was analyzed using statistical software. The result of chi-square analysis showed no significant relation between tooth loss and nutritional status (p = 0.712) and between denture wearing and nutritional status (p = 0.252). Relation was found between age and nutritional status, educational level and nutritional status, and the age and denture wearing."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lihawa, Wahyudin
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran hubungan antara intensitas bising dengan gangguan pendengaran terhadap pekerja.Penelitian dilakukan terhadap 349 responden di bagian Steel Melting dan Rolling Mills PT X pada bulan Maret - Juni 2014 menggunakan desain cross-sectional, data primer berupa hasil pengukuran intensitas bising dan audiogram, data sekunder berupa gambaran umum perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52 responden (14,9%) mengalami gangguan pendengaran, responden yang mengalami gangguan pendengaran terbanyak yaitu sebesar 59,6% (31 responden) adalah responden yang bekerja di Area Steel Melting yang memiliki intensitas kebisingan >85 dB. Penelitian menunjukkan gangguan pendengaran tidak berhubungan dengan pajanan debu, riwayat penyakit Diabetes melitus dan riwayat penyakit Hipertensi (p-value>α(0,05). Untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran kepada pekerja lainnya, perlu dilakukan upaya pengendalian risiko dengan melakukan pengendalian teknis, pengendalian administratif dan perlindungan kepada pekerja yang bekerja di area tersebut.

This study aims to provide an overview of the relationship between the intensity of noise with a hearing loss of workers. Study was conducted on 349 respondents at the Steel Melting and Rolling Mills PT X in March - June 2014 using cross-sectional design, the primary data in the form of noise intensity measurement results and results of audiometric measurement, secondary data from a general overview of the company. The results showed that 52 respondents (14.9%) had hearing loss, respondents who have a hearing loss that is equal to 59.6% (31 respondents) of respondents who work in Steel Melting areas that have noise intensity > 85 dB. Research showed hearing loss is not related to dust exposure, history of diabetes mellitus and a history of hypertension (p-value> α (0.05). To prevent hearing loss to other workers, risk control efforts should be made to perform technical control, control administrative and protection to employees who work in the area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priscilla Clarissa
"Latar Belakang: Untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut, selama puluhan tahun para ahli studi epidemiologi kesehatan komunitas menggunakan indeks Decayed, Missing, and Filled Teeth (DMF-T). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018, rerata skor indeks DMF-T penduduk Indonesia sebesar 7,1 yang tergolong tinggi. Kehilangan gigi merupakan kondisi oral ireversibel yang dideskripsikan sebagai indikator final mengenai keparahan kondisi kesehatan gigi dan mulut. Kehilangan gigi menyebabkan kerusakan fungsional, estetika, dan sosial-psikologis serta berdampak sangat besar terhadap kualitas hidup individu. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Maka dari itu, diperlukan data mengenai pengaruh berbagai faktor risiko terhadap kehilangan gigi pada berbagai kelompok usia.
Tujuan: Memperoleh data hubungan faktor risiko dan rerata jumlah kehilangan gigi pada subjek usia 31-75 tahun dari radiograf panoramik digital.
Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa 375 sampel radiograf panoramik digital subjek usia 31-75 tahun di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indoneisa (RSKGM FKGUI). Subjek dibagi menjadi 3.
kategori: 31-45 tahun, 46-60 tahun, dan 61-75 tahun. Untuk mendapatkan jumlah kehilangan gigi dan data mengenai faktor risiko umur, jenis kelamin, karies/jumlah restorasi/lesi periapikal, dan kehilangan tulang/penyakit periodontal, dilakukan interpretasi radiograf panoramik digital. Kemudian dilakukan uji reliabilitas intraobserver dan interobserver dengan t-test dan Bland Altman.
Hasil: Median, nilai minimum, dan nilai maksimum jumlah kehilangan gigi pada kelompok usia 31-45 tahun sejumlah 1 (0-5) gigi, usia 46-60 tahun sejumlah 5 (0-19) gigi, dan usia 61-75 tahun sejumlah 10 (2-28) gigi. Jumlah kehilangan gigi antar kelompok usia berbeda bermakna (p<0.05 berdasarkan uji Kruskal Wallis). Jumlah kehilangan gigi bertambah seiring penuaan usia. Analisis korelasi faktor-faktor risiko terhadap kehilangan gigi menunjukkan bahwa usia dan status periodontal berhubungan sangat kuat dengan kehilangan gigi, jumlah karies gigi dan lesi periapikal memiliki hubungan sedang dengan kehilangan gigi, dan jenis kelamin dan jumlah restorasi gigi memiliki hubungan lemah dengan kehilangan gigi.
Kesimpulan: Jumlah kehilangan gigi pada usia 31-45 tahun berbeda bermakna dibandingkan pada usia 46-60 dan 61-75 tahun. Kehilangan gigi cenderung bertambah seiring penuaan usia. Faktor risiko yang hubungannya sangat kuat dengan kehilangan gigi adalah usia dan kehilangan tulang.

Background: To assess community oral health status, for several decades, epidemiologists have always used Decayed, Missing, and Filled Teeth (DMF-T) index. Based on the 2018 Basic Health Research, the mean of DMF-T index of Indonesia’s population was 7.1, which was considered high. Tooth loss is an irreversible oral condition that is often described as the final indicator of oral health status that causes functional, aesthetics, and social-psychological damage that greatly affects life quality. Tooth loss is a multi-factorial phenomenon. Thus, a concrete data is needed to assess the impact of risk factors on tooth loss in several age categories.
Objective: To obtain the data of tooth loss risk factors and the mean of missing teeth in 31-75-year-old subjects from digital panoramic radiograph.
Methods: This study was completed using secondary data of 375 digital panoramic radiographs in Universitas Indonesia Dental Hospital (RSKGM FKGUI). The subjects were devided into 3 categories: 31-45 years old, 46-60 years old, and 61-75 years old. In order to obtain the data of tooth loss and its risk factors: age, gender, caries/restoration/periapical disease, and periodontitis, the digital panoramic radiographs were interpreted. Then, the reliability test for both intraobserver and interobserver were conducted using t-test and Bland Altman test.
Results: The median, minimum, and maximum of tooth loss in the 31-45 years old group is 1 (0-5) teeth, 46-60 years old group is 5 (0-19) teeth, and 61-75 years old group is 10 (2-28) teeth. The number of tooth loss in all age groups are statistically different (p<0.05 in Kruskal Wallis test). The number of tooth loss increases as aging continues. Correlation analysis of the tooth loss risk factors showed that age and periodontitis have a very strong correlation with tooth loss, the number of tooth caries and periapical disease have a moderate correlation with tooth loss, and gender and restoration have a weak correlation with tooth loss.
Conclusion: The number tooth loss occurred in 31-45 years old group subject is significantly different compared to the number of tooth loss in 46-60 and 61-75 years old group. Tooth loss is strongly correlated with age and bone loss.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Nur Ramadhani
"Penelitian membahas tentang peranan media sosial dalam pelaksanaan diet penurunan berat badan pada klien obesitas di PT. Gizi Sehat Indonesia tahun 2022. Beberapa faktor penentu keberhasilan penurunan berat badan yang digali dalam penelitian ini meliputi gambaran penggunaan media sosial, kepatuhan terhadap preskripsi diet dan rekomendasi aktivitas fisik, motivasi, dukungan sosial, dan pengetahuan gizi. Penelitian kualitatif dilaksanakan dengan desain Rapid Assesment Procedure. Pengambilan data dilaksanakan dengan wawancara mendalam terhadap 4 orang klien obesitas yang berhasil menjalankan diet penurunan berat badan dan pada 2 klien obesitas yang belum berhasil. Triangulasi dilaksanakan dengan mewawancarai 6 orang ahli gizi dari klien terkait dan melalui telaah laporan asupan makan dan laporan tingkat aktivitas fisik klien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari aspek gambaran penggunaan media sosial, tidak terdapat perbedaan terkait jenis, alat, dan durasi menggunakan media sosial antara kedua kategori informan. Perbedaan terletak pada waktu paling aktif menggunakan media sosial serta bentuk engagement informan terhadap konten di media sosial. Peranan dari media sosial terhadap kepatuhan dalam mematuhi preskripsi diet dan rekomendasi aktivitas fisik, serta untuk memperoleh motivasi bergantung pada masing-masing individu terlepas dari kedua jenis kategori informan. Dari aspek dukungan sosial, terdapat perbedaan atas kebutuhan jenis dukungan di media sosial dari kedua kelompok informan. Dari aspek pengetahuan gizi, tidak terdapat perbedaan gambaran pengetahuan dari kedua kelompok informan. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar dapat dilakukan pada subjek yang memiliki penurunan >5% berat badan awal dan telah berhasil mempertahankannya selama setidaknya 1 tahun untuk memperoleh hasil yang lebih presisi.

The study discusses the role of social media in the implementation of a weight loss diet for obese clients at PT. Gizi Sehat Indonesia in 2022. Some of the critical success factors for weight loss explored in this study include an overview of social media use, adherence to dietary prescriptions and recommendations for physical activity, motivation, social support, and nutritional knowledge. Qualitative research was carried out with a Rapid Assessment Procedure design. Data collection was carried out by in-depth interviews with 4 obese clients who succeeded in losing weight and 2 obese clients who had not succeeded. Triangulation was carried out by interviewing 6 nutritionists from related clients and by reviewing reports on food intake and reports on the client's physical activity level. The results showed that from the aspect of the description of the use of social media, there were no differences related to the types, tools, and duration of using social media between the two categories of informants. The difference lies in the time they are most active in using social media and the form of engagement of informants on social media content. The role of social media in complying with dietary prescriptions and physical activity recommendations, as well as for obtaining motivation depends on each individual regardless of the two types of informant categories. From the aspect of social support, there are differences in the type of support needed on social media from the two groups of informants. From the aspect of nutritional knowledge, there is no difference in the description of the knowledge of the two groups of informants. It is recommended for further research to be carried out on subjects who have lost >5% initial body weight and have managed to maintain it for at least 1 year to obtain more precise results. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>