Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153858 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ginting, Desi Ermaleni Br.
"Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terjun dikelola dengan sistem open dumping, sehingga akan menghasilkan lindi yang dapat mencemari air tanah. Salah satu efek dari kualitas air yang buruk adalah diare. Ditujukan untuk menganalisis hubungan kualitas bakteriologis air bersih terhadap kejadian diare pada penduduk sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah.
Studi cross sectional dilakukan selama 1 bulan. 210 responden dipilih secara sampling acak proporsional stratifikasi. Memeriksa kualitas air bersih secara fisika, kimia dan bakteriologis berdasarkan jarak dari TPA kurang dari 300 meter, 300-600 meter, lebih dari 600 meter, dan melakukan wawancara.
Studi ini menunjukan hubungan yang signifikan antara kualitas bakteriologis air dengan kejadian diare, nilai p = 0,004, OR=3,188. Faktor lain yang mempengaruhi kejadian diare adalah jarak tempat tinggal ke TPA kurang dari 300 meter, nilai p=0,0046, OR=2,607, jarak tempat tinggal ke TPA 300-600 meter, nilai p= 0,006, OR=2,324, perilaku cuci tangan, nilai p=0,000, OR = 5,154 dan pendidikan, nilai p=0,019, OR = 2,059.
Kualitas bakteriologis air bersih berhubungan dengan kejadian diare. Disarankan melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang mencegah kontaminasi air bersih dan mengolah air gambut untuk air minum.

Final Disposal Place managed by open dumping system, so will produce leachate that can pollute ground water. Diarrhea is one of the bad water quality impacts. The purpose of this study is to analyze correlation of quality bacteriological clean water with the incidence of diarrhea in the society around Final Disposal Place in Terjun Medan Marelan.
Cross sectional study was done by one month. 210 respondents selected by proportionated stratification. To investigate the clean water quality physically, chemically and bacteriologically, based on the distance from the landfill less than 300 meters, 300-600 meters, more than 600 meters, and interviews.
The study shows the significant correlation of bacteriology water quality and diarrhea, the p-value= 0,004, OR=3,188. Other factors causing diarrhea are living place distance to Final Disposal Place with p= 0,0046, OR=2,607, for less than 300 metres, p-value = 0,006, OR=2,324, for 300-600 metres, handwashing behavior, pvalue=0,000, OR = 5,154, and education with p-value = 0,019, OR = 2,059.
The bacteriology water quality shows the significant correlation with the incidence of diarrhea. Suggested to socialization about preventing contamination of clean water and treat water peat for drinking water."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erza Nur Afrilia
"ABSTRAK
Masyarakat yang tinggal dalam kondisi yang tidak memenuhi syarat atau dalam
lingkungan yang buruk dapat menarik lalat untuk hidup berkembang dan
mentransmisikan penyakit di dalamnya. Dalam perlindungan terhadap penyakit,
rumah harus memiliki yang sarana atau fasilitas aman dan bersih serta tercegah dari
vektor yang berperan dalam menularkan penyakit, seperti lalat. Pemukiman
penduduk di Kelurahan Cipayung , khususnya sekitar Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) sampah Cipayung, Depok dengan radius 200 m dari TPA berpotensi untuk
menjadi tempat hinggapnya lalat karena jangkauan terbang lalat sekitar 200-1000
m. Penelitian ini merupakan penelitianan berdesain cross sectional study yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rumah sehat dengan kepadatan lalat.
Hasil sayaan menunjukan tidak ada tidak ada hubungan yang signifikan antara
kriteria rumah dengan kepadatan lalat dalam rumah p value 0,659 (OR 0,7; 95% CI
: 0,136 ? 3,920), dan terdapat hubungan yang signifikan antara kriteria rumah
dengan kepadatan lalat luar rumah, rumah dengan kriteria tidak sehat berisiko 4,2
kali memiliki kepadatan lalat tinggi disbanding rumah dengan kriteria sehat p value
0,011, (OR 4,273; 95% CI : 1,414 ?12,909). Upaya pengendalian lalat dapat
dilakukan dengan menyehatkan lingkungan permukiman.

ABSTRACT
People who live in a not qualified condition of house or in a bad environment
quality can attract flies to thrive and transmit disease. In the protection against
disease, the house should have safe and clean facilities and being prevented from
vector that has role in transmitting the disease, such as housefly. Residential area in
Cipayung village , especially around Cipayung final waste disposal Cipayung,
Depok with a radius of 200 meters from the landfill of final waste disposal has the
potential to become perching place of housefly , because of flight range of housefly
can reach around 200-1000 meters. This research is a cross sectional study design
that aims to determine relation between healthy house with the density of housefly.
The results showe that there was no significant relation between house criteria with
housefly density inside house with p value 0.659 (OR 0.7; 95% CI: 0.136 to 3.920),
and there is a significant relation between house criteria with housefly density
outside house, house with unhealthy house criteria has risk 4.2 times higher
houseflies density rather than house with healthy house criteria p value 0.011, (OR
4.273; 95% CI: 1.414 -12.909). Housefly control can be executed through making
healthy housing and environtmental."
2016
S62819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinni Hanifah
"Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya pemeliharaan kesehatan bagi diri sendiri dan keluarga. Beberapa penelitian menunjukkan tingkat PHBS di Indonesia masih rendah, terutama di daerah kumuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan faktor-faktor perilaku terhadap pelaksanaan PHBS pada keluarga di lingkungan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Kecamatan Bantargebang.
Desain penelitian adalah deskriptif korelatif dengan metode cross sectional. Sampel adalah 86 keluarga yang dipilih dengan teknik proportional kluster random sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan 55,8% responden ber-PHBS baik. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan, keterpaparan media promosi PHBS dan pelayanan kader terhadap pelaksanaan PHBS (p<0,05, α=0,05). Penelitian ini dapat menjadi evidence bass dalam menyusun rencana kegiatan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

The clean and healthy behavior (PHBS) is a health maintenance effort for everybody and their families. Several studies have shown the level of PHBS in Indonesia is still low. The research objective was to discover the factors related to implementation of clean and healthy behavior in family at around the final disposal of waste, Bantargebang.
The research design was a descriptive correlative while the method was cross sectional. The samples are 86 respondents of family who were chosen according to a cluster random sampling method. The result found that as many as 55,8% respondents have a good behavior about clean and healthy behavior.
The research result showed a significant relation between the respondents’ work status, the health promotion media exposure of clean and healthy behavior, a service cadres to implementation of clean and healthy behavior (p<0,05, α=0,05). This study could become an evidence base in developing action plans to improve the practice of clean and healthy behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47320
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayub Muktiono
"Pengelolaan sampah di kota besar di Indonesia seperti Jakarta merupakan salah satu masalah yang cukup serius. Masalah sampah tersebut tidak hanya menjadi masalah penyelenggara kota namun melibatkan seluruh masyarakat. Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) diperlukan sebagai lokasi akhir pembuangan dari suatu wilayah kota. Pengolalian sampah dilakukan secara terpusat di lokasi TPA dengan sistem pengolahan yang sudah ditentukan.
Tempat pembuangan akhir sampah di Bantargebang menjadi lokasi pembuangan akhir sampah bagi kota Jakarta berdasarkan SK Gubernur Sawa Barat No. 593.821SK.11661AGR-DAI26-1987. dengan luas lahan 108 ha. Jumlah sampah yang ditampung stiap hari di TPA Bantargebang mencapai ribuan meter kubik. Pada tahun 2003 tercatat 25.540 meter kubik. Sampah yang dianggap sebagai barang yang sudah tidak diperlukan lagi oleh pemiliknya ternyata dapat dimanfaatkan oleh bagian masyarakat yang lain. Dengan keberadaan TPA Bantargebang, kelompok masyarakat yang mencari barang dart sampah untuk dimanfaatkan menjadi Iebih mudah karena lokasi sudah tetap sehingga mereka tidak perlu mendatangi tempat-tempat sampah. Masyarakat tersebut biasa disebut sebagai pemulung. Mereka akhirnya bermukim menetap di sekitar TPA Bantargebang. Pada tahun 2003 diperkirakan mencapai 5.200 pemulung.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis kontribusi keberadaan TPA Bantargebang terhadap kesejahteraan masyarakat pemulung, apa dan bagimana hubungan faktorfaktor yang mempengaruhi serta kesesuaiannya dengan kualitas huniannya. Untuk mengetahuinya dilakukan observasi human pemulung di lapangan, wawancara menggunakan kuesioner dan wawancara berpedoman dengan sumber informasi dari pihak pejabat, pengelola TPA dan tokoh pemulung.
Hasil analisis menunjukkan bahwa keberadaan TPA Bantargebang mampu memberikan kesejahteraan kepada pemulung dan keluarganya. Sebagian besar pemulung adalali pendatang yang mempunyai rumah di daerah ass), tetapi telah menetap di sekitar TPA lebih dari 5 tahun. Secara ekonomi TPA Bantargebang mampu memberikan kontribusi sebesar lebih dari 4,1 milyard rupiah setiap bulan kepada 5.200 pemulung.
Hasil penelitian juga menunjukkan sebagian besar pemulung mampu menyisihkan penghasilan setiap bulannya. Walau demikian pada basil analisis didapat bahwa penghasilan pemulung tidak berhubungan dengan kualitas huniannya. Sehingga teori Maslow yang menyebutkan bahwa semakin tinggi penghasilan akan semakin balk kualitas huniannya, pada kasus pemulung di TPA Bantargebang temyata tidak berlaku. Dalam hal kesehatan pemulung, data menunjukkan bahwa walaupun pemulung setiap had bergaul dengan sampah namun sebagian besar mengalami sakit flu 6 bulan sekali.
Penelitian pada kualitas hunian juga menunjukkan unsur hunian yang paling penting menurut masyarakat pemulung adalah kdberadaan air bersih. Sedangkan unsur human yang dianggap paling tidak penting adalah kepemilikan lahan. Kesesuaian antara hunian dengan harapan kepentingan pemulung secara global sudah cukup sesuai (85,5 %). Kesesuaian yang paling tinggi adalah pada penerangan, karena hampir seluruh hunian menggunakan penerangan lampu listrik. Sedangkan kesesuaian antara hunian dengan harapan kepentingan pemulung yang paling rendah adalah ventilasi/penghawaan. Sebagian besar hunian pemulung tidak mempunyai jendela. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat kesesuaian pemulung terhadap hunian yang sehat sebesar 64,2 %. Temyata sebagian pemulung tidak menganggap penting terhadap lahan yang ditempati, persepsi yang deinikian menyebabkan pemulung cenderung menempati lahan di pinggir kali atau rel kereta api.

Waste management in a big cities in Indonesia such as Jakarta, is a serious problem. It is not only problem for city government but also for dwellers. A final Disposal Site (TPA) is needed as a final location for receiving waste from the city. The waste management is centrally done at final disposal site location with established processing system.
The Final Disposal Site in Bantargebang has been legal since the issuance of The Governor of West Java's Decree No. 593.821SK 11661AGR DA/26-1987, with 108 acres wide area. Final disposal site is able to receive more than thousands meter cubic waste per day. In 2003 there was 25540 meter cubic. Although most people think that waste is useless some others are able to recycle it. Because of the existence of pinal disposal site Bantargebang some group people who look for useful waste become easier to do their work because final disposal site has been a fix location so that they do not have to circle around to find out other waste cans. The people are called scavengers. Finally, They live around Final Disposal Site Bantargebang. in 2003, it was estimated there were about 5.200 scavengers.
This study aims to analyze the contribution final disposal site Bantargebang to the scavengers's welfare, factor and harmonization which influence the quality of their settlement. To obtain information about the quality of sacvengers's settlement I observed and interview them at the location using questionnaires. The interview held on to the government officers, Final Disposal Site manager, and scavenger's leader.
The result of analysis showed that the existence Bantargebang Final Disposal Site could provide welfare to the scavengers' and their family. Most of the scavengers were urban (migrants) who has house in their origin. They have been living around Final Disposal Site more than 5 years. Bantargebang Final Disposal Site has economically contributed on their daily life. Through 5.200 scavengers there was financial stream that costs more than 4.1 billion rupiahs every month. The result depicted that most of them could save their earnings monthly. However, the analysis revealed that there was no correlation between scavengers' earnings and their settlement. According to Maslow theory that the more earnings the more quality of someone's settlement, in this case, it did not go into effect. Regarding to scavengers' health, data showed, they got influenza only once in six months, even though the waste contaminated them everyday.
The study on quality of settlement expiained that the most important of settlement element was availability of clean water. Inversely, the most unimportant was ownership of land. Generally, harmonization between settlement and scavengers' interest expectation was in line (85,5%). The highest harmonization was electricity, because most of them use it. Meanwhile, the Iowest harmonization between settlement and scavengers' interest expectation was ventilation. Mostly, their houses do not have window.Conclusion of the study was Bantargebang Final Disposal Site provided money of billion rupiahs every month so that it attracted some people. In addition, scavengers did not care about the land they live in. It made them had a tendency to take up land close to the riverbank or the railway. The precentages of the analogies of scavengers against healthy residence
are 64,2 %.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14895
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukanda
"Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk hidup dan menjadi faktor penentu dalam kasehatan dan kesejahteraan manusia. Dalam memenuhi kebutuhan air minum masyarakat lebih meyukai air minum dalam kanasan(AMDK) yang ini adalah ada hubungan antara kualitas bakteriologis air minum depot dengan kejadian diare pada bayi di Kecamatan Cimanggis Kota Depok tahun 2008. Data yang dihasilkan dianalisa secara univarial, bivariat, multivariat dan uji interaksi. Secara staristik faktor berisiko yang menyebabkan terjadinya diare di Kecamatan Cimanggis Kota Depok adalah 1.) Higiene dan sanitasi makanan dan minuman 2). Perilaku cuci tangan ibu/pengasuh bayi, dan 3). Sumber air bersih lain. Pada multivaxiat faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian diare Serta model akhir terjadinya diare pada bayi di Kota Depok tahun 2008 adalah "Faktor Perilaku Cuci Tangan Ibu yang berinteraksi dengan hygiene sanitasi makanan-minuman secara bersamaan", dengan OR sebesar 4,554 kali diproduksi oleh industri besar dan mewah melalui proses yang otomatis sem disertai pengujian laboratorium sebelum air tasebut diedarknn sehingga dianggap lebih praklis dan higienis. Namun AMDK semakin mahal dan masyarakat beralih pada air minum dari depot air minum yang harganya 1/3 dari AMDK walaupun masyarakat masih meragukan kualitasnya karena belum ada informasi yang jelas mengenai proses, perizinan dan peraturan tentang peredaran dan pengawasannya. Sedangkan pesyaratan kualitas air untuk keperluan minum dan rumah tangga haruslah memenuhi persyaratan fisik, kimia, bakteriologis dan radioaktif. Persyaraian bakteriologis mempunyai peranan yang sangat penting dalam menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit gangguan saluran pencernaan karena sifatnya yang akut seperti diare bila kualitas bakteriologis tidak tapenuhi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kualitas bakteriologis (Ecoly air minum depot, sarana sanitasi lingkungan (sarana air bersih, Jamban keluarga dan sarana pembuangan sampah), higiene dan sanitasi makanan/minuman, perilaku cuci tangan ibu/pengasuh bayi, karakteristik bayi (status gizi, stmus irnunisasi, ) dan karakteristik keluarga bayi (pendidikan ibu dan pmdapatan keluarga) dengan kejadian diare pada bayi di Kecamatan Cimanggis Kota Depok tahun 2008. Disain penelitian adalah kasus komrol, dengan jumlah sampel pada kasus sebesar 75 responden dan kontrol 75 responden. Hipomis dalam penelitian.

Dringking Water is one ofthe main needs for people to live and a key factor in the health and welfare of human, In meeting the needs of drinking water, more people like drinking water in the packaging (AMDK) produced by big industry and has been through automatic process and testing laboratory before distributed so that it is considered more practical and hygienic. However AMDK the more expensive and people move on drinking water from drinking water depot price of 1 / 3 of AMDK Although people are still doubting to the quality because there is no clear information about the process, licensing and regulation of circulation and control. While the requirements of water quality for drinking and household must meet the requirements of the physical, chemical, bacteriological and radioactive. Terms of bacteriological (E.eoli) has a "very important roie inthe cause health or disease interference charutel is due to the digestion such as acute diarrhea if the quality is not met. This study aims to examine the relationship between the quality of bacteriological (E.coIi) depot drinking water, environmental sanitation facilities (water, toilet facilities and household waste disposal), hygiene and sanitation, food / beverage, hand-washing behavior of U18 mother / baby sitter, characteristics baby (nutrition status, immunization status,) and family characteristics of infants (maternal education and family income) with diarrhea outbreak in infants in the District Cimanggis Depok City in 2008. Research design is the case with 75 cases and 75 control. Hypothesis in this research is: is there any relation between water quality (E. coli) &om water reilling station with incidence of baby diarrhea 7 Data taken from observation is analyzed by univariate, bivariate, interaction test and of multivariate. From statistical view the risk factors that cause diarrhea in District Cimanggis Depok are; 1). Hygiene and sanitation, food and beverages. 2). Hand-washing behavior ofthe mother/ baby sitter, and 3). Another source of clean water. The most dominant factor related to the diarrhea outbreak and the end of a model of diarrhea in infants in the city oflakarta in 2008 is a "factor ofwashirrg Hands with Mother of Hygiene, sanitation, food drink together" with the OR of 4.554 times.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T33860
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nursuci Fatmawati Perwendha
"Air merupakan kebutuhan esensial yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup manusia. Namun, pelayanan air bersih di wilayah Bekasi khususnya Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang sebagian besar menggunakan sumur sebagai sumber air minum dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Mangan dan besi merupakan zat gizi esensial yang dibutuhkan oleh tubuh tetapi apabila dikonsumsi dengan jumlah berlebih dapat bersifat toksik. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko kesehatan lingkungan untuk mengestimasi pajanan mangan dan besi dan tingkat risiko kesehatan yang diterima dari air minum pada penduduk dewasa di pemukiman sekitar tempat pembuangan akhir Bantargebang, Kota Bekasi. Selain itu, penelitian ini juga menguji korelasi antara mangan, besi, TDS, DHL, dan pH sehingga ditemukan persamaan linear untuk memperkirakan keberadaan mangan atau besi. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk usia dewasa yang tinggal di sekitar TPA Bantargebang. Penentuan sampel dengan menentukan kriteria inklusi yaitu penduduk usia lebih dari 18 tahun dan mengonsumsi air sumur minimal 2 bulan. Pengambilan sampel dengan cara non random sampling dan quota sampel. Sampel lingkungan adalah air sumur yang berada di rumah tangga terpilih sebagai responden. Selain itu, dilakukan pengambilan data antropometri berupa laju asupan, durasi pajanan, dan berat badan. Jumlah asupan mangan dan besi pada populasi penelitian belum memenuhi angka kecukupan gizi masing-masing yaitu 0,26 dan 0,02 mg/l. Dari hasil perhitungan estimasi risiko didapatkan hasil bahwa tingkat risiko mangan dan besi di sekitar TPA Bantargebang tidak berisiko atau aman. Selain itu, diperoleh dari uji korelasi hubungan yang signifikan antara mangan dengan pH, DHL, dan TDS (p<0,05) sehingga ditemukan persamaan linear sederhana untuk masing-masing variabel.

Water is an essential requirement that must be met for human survival. However, water services, especially in the area of Bekasi Well Batu Village, District Bantargebang mostly using wells for drinking water and other daily needs. Manganese and iron are essential nutrients needed by the body. However, when consumed in excessive amounts can be toxic. This research uses environmental health risk analysis methods to estimate exposure levels of manganese and iron and acceptable health risks of drinking water in the adult population in the settlements around landfills Bantargebang, Bekasi. In addition, this study also tested the correlation between the manganese, iron, TDS, DHL, and so the pH found a linear equation to predict the existence of manganese or iron. The study population was the entire adult population living around the landfill Bantargebang. The samples to determine inclusion criteria ie the population aged over 18 years and consume well water at least 2 months. Sampling by way of non-random sampling and quota sampling. Environmental samples is well water that is in the selected households as respondents. In addition, anthropometric data collection is done in the form of intake rate, duration of exposure, and weight. Total intake of manganese and iron in the study population not meet nutritional adequacy rate each ie 0.26 and 0.02 mg / l. From the calculation of risk estimates showed that the level of risk of manganese and iron around the landfill Bantargebang not risky or safe. In addition, the correlation obtained from a significant relationship between manganese with pH, DHL, and TDS (p <0.05) thus found a simple linear equation for each variable.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"Anak-anak merupakan kelompok berisiko untuk terkena anemia akibatpaparan Pb timbal . Pb dalam darah dapat mengganggu sistem biosintesis hemedimana berfungsi sebagai pembentuk sel darah merah dan dapat memperpendekumur eritrosit sehingga berisiko anemia. Pb telah mencemari air sumur yangdikonsumsi masyarakat Kelurahan Bagan Deli.
Penelitian ini bertujuan untukmelihat pengaruh kadar Pb darah Dengan anemia pada anak. Penelitian inimenggunakan desain studi cross sectional dengan sampel 60 anak diambil .Pemeriksaan kadar Pb darah dilakukan dengan metode Atomic AbsorptionSpectrophotometer. Hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan yangsignifikan antara kadar Pb darah dan anemia pada anak P value 0,000 < 0,05 PR,2,2 95 CI: 1,39 - 3,55 dan juga terdapat hubungan signifikan antara intake danlaju asupan dengan anemia pada anak, tidak terdapat hubungan signifikan antarakadar Pb air dan lama konsumsi air sumur yang tercemar Pb dengan anemia.
Hasil analisis multivariat didapatkan bahwa ada variabel counfounding yaitu intake danlaju asupan. Adanya pengaruh kadar Pb darah dengan anemia menunjukan bahwaperlunya penanganan Pb pada air sumur sehingga mencegah anemia sertapenyakit lanjutan akibat pajanan Pb.

Children are a group at risk for anemia due to exposure of Pb lead . Pb inblood can disrupt the heme's biosynthesis system which serves as a framer of redblood cells and shorten the life of the erythrocyte so that can cause of anemia. Pbhave polluted well water consumed Bagan Deli Village community.
This study aims to look at the effect of blood lead levels in children with anemia. The designof this study is a cross sectional study of 60 children as sample. The examinationof Blood's Lead Level BLL is conducted by Atomic AbsorptionSpectrophotometer.
The result of statistical test showed that there is a significantrelationship between blood's lead level and anemia in children P value 0.000.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Nuraini Santi
"Salah satu dampak penting yang diakibatkan pembangunan industri adalah perubahan kualitas udara yang disebabkan oleh pencemaran udara. Bahan pencemar yang telah bercampur dengan udara disebut ambien ini akan masuk ke dalam rumah, terutama rumah penduduk yang berada disekitar lokasi industri tersebut. Sebagai lingkungan mikro, rumah merupakan tempat yang berpotensi sebagai tempat pemajanan terhadap pencemaran udara, Hasil survey masyarakat Indonesia mendapatkan bahwa ISPA menduduki urutan pertama dari 10 penyakit terbesar. Masalah ISPA ini juga merupakan kontribusi dari beberapa faktor resiko, yaitu faktor kualitas udara dan faktor kondisi fisik rumah maka yang menjadi rumusan masalah adalah belum diketahuinya hubungan kualitas udara dalam rumah dan kondisi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita yang tinggal di pemukiman sekitar Kawasan Industri Medan Tahun 2003.
Tujuan dari studi ini untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kualitas udara dalam rumah dan kondisi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita yang tinggal dipemukiman sekitar Kawasan Industri Medan pada tahun 2003. Disain studi yang digunakan adalah Cross Sectional. Kualitas udara yang diukur pada penelitian ini adalah PMio, temperatur, dan kelembaban, dan parameter fisik rumah yang dilihat adalah bangunan rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian dan sumber pencemaran dalam rumah, sedangkan karakteristik individu sebagai faktor pengganggu.
Sebanyak 112 anak yang diteliti, 66,1% menderita ISPA dalam 2 minggu terakhir. PM10 dalam rumah, ventilasi rumah dan letak dapur mempunyai hubungan yang bermakna secara signifikan dengan kejadian ISPA pada balita yang tinggal di pemukiman tersebut Kadar PM10 dalam rumah yang lebih besar atau sarna dengan 90 µgram/m3 meningkatkan resiko balita terkena infeksi saluran pernapasan sebesar 9,1 kali dari pada balita yang tinggal dirumah dengan kadar PM10 dalam rumah lebih kecil dari 90 µgram/m3. Balita yang tinggal di rumah dengan ventilasi rurnah yang tidak memenuhi syarat mempunyai resiko terkena ISPA 13,2 kali daripada balita yang tinggal dirumah dengan ventilasi memenuhi syarat. Rumah dengan letak dapur yang tidak terpisah dengan ruangan lain mempunyai resiko untuk rnenyebabkan infeksi saluran pemapasan akut pada balita sebesar 8,2 kali dibanding dengan rumah yang letak dapurnya terpisah. Kualitas udara ambien dapat mempengaruhi kualitas udara dalam rumah dengan kekuatan hubungan sedang (r-0,288). Setelah dikontrol dengan PM10 dalam rumah dan letak dapur, ventilasi rumah merupakan variabel yang paling kuat hubungannya dengan kejadian ISPA pada balita.
Disimpulkan bahwa ada hubungan antara kualitas udara dalam rumah PM10 dan kondisi fisik rumah (ventilasi dan letak dapur terpisah) dengan kejadian ISPA pada balita. Meningkatnya kadar PM10 ambien akan meningkatkan kontribusi terhadap kadar PM1O dalam rumah, Perlu menjadi perhatian oleh pemerintah setempat untuk melakukan upaya-upaya yang lebih intensif dalam mengontrol seluruh kegiatan yang berpotensi menghasilkan polutan pencemar udara dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai kondisi lingkungan pemukiman.

Relationship between Indoor Air Quality and House Physical Condition and ARI Incidence among Infant and Under five in Residential Area Close to Medan Industrial Area Year 2003One important impact caused by industrial development is negative changes in air quality due to air pollution. Pollutant that mixed up with air called ambient will enter the house, particularly housing near by the industries location. There is an indication of potential health danger in not only ambient air quality but also indoor air quality. Health survey in Indonesia showed that ARI was in number one position of 10 major diseases. ARI also caused by several risk factors, like air quality and house parameter, the problem is the relationship between air quality and house parameter with ARI prevalence among infant and under five children lived in residential area close to Medan Industrial Area year 2003 is unknown.
This study aimed to investigate the relationship between indoor air quality and house physical condition and ARI prevalence among infants and under five children lived in residential area close to Medan Industrial Area in year 2003. The design of this study was cross sectional. Air Quality was measured by PM10, temperature, and humidity. While the house parameter included house building, house ventilation, house density, and contamination sources in house. Individual characteristics played role as confounders.
Out of 112 children, 66,1% suffered from ARI in the last two weeks. The study showed that indoor PM10, house ventilation, and kitchen location were significantly associated to ISPA prevalence. The level of indoor PM10 similar or higher than 90 µg/m3 would increase the risk of ARI 9,1 time higher compared to level of indoor PM10 less than 90 µg/m3. Infant and under five living in house with improper ventilation had risk of ARI 13,2 higher than those who living in house with improper ventilation. Those living in house kitchen inseparably located to other room had 8,2 times higher risk of ARI compared to those who living in house with separate kitchen location. Correlation analysis showed a moderate (r 0,288) correlation between ambient air quality and indoors air quality. After controlled by indoor PM 1 0 and kitchen location variables, house ventilation was the strongest variable related to ARI prevalence among infant and under five children.
The study concluded, indoor PM1O and house parameter (house ventilation and separated kitchen location) related to ARI prevalence among infant and under five children. Increased ambient PMIO can give a contribution to indoor PM10. The government must give an attention to control all the activities potential produces pollutant air pollution and give an education to community who live in that area about the house environmental condition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12939
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Nurraini
"ABSTRAK
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung Depok terletak di Kelurahan Cipayung, merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang berasal dari Kota Depok. TPA sampah Cipayung beroperasi dengan sistem control landfill sehingga berpotensi untuk mencemari air tanah dangkal di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spatial kualitas air tanah dangkal dengan parameter TDS, DHL, nitrat (NO3), amoniak (NH3-N), dan fosfat (PO4)-3 di sekitar TPA, serta menggambarkan perbedaan dan persamaan kualitas airtanah dangkal berdasarkan waktu hujan dan tidak hujan, jarak dari TPA, penggunaan tanah, jenis tanah, dan jenis batuan daerah penelitian. Dalam penelitian ini, pengukuran kualitas air dari 33 titik penentuan yang diambil dengan menggunakan teknik systematic random sampling, dengan batasan jangkauan hingga 500 meter dari pusat TPA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas airtanah untuk konsentrasi nitrat dan fosfat diatas baku mutu atau tercemar. Pola spatial untuk setiap parameter kualitas airtanah membentuk pola acak atau tidak seragam saat kondisi hujan dan tidak hujan dan tidak dipengaruhi oleh jarak dari TPA, jenis tanah, jenis batuan dan penggunaan tanah.

ABSTRACT
Garbage Dump (GD) of Cipayung Depok which is located at the the Village of Cipayung, district is dump of garbage coming from the City of Depok. Garbage Dump of cipayung operates with control landfill so that it is potential to pollute the surrounding shallow ground water. his study aims to determine the spatial pattern of shallow ground water quality with TDS parameter, DHL, nitrate (NO3), ammonia (NH3-N) and phosphate (PO4)-3 around the landfill, and explains the differences and similarities shallow ground water quality based on the time it did n rain and not rain, distance from the landfill, land use, soil types and rock types of research areas. In this study, measurement of water quality determination of the 33 points taken using systematic random sampling technique, with coverage limits up to 500 meters from the center of the landfill. The results showed that the quality of ground water for nitrate and phosphate concentrations above the standard quality or contaminated. Spatial patterns of soil water quality parameters for each pattern is not random or uniform when the rain and wet conditions did not exist and is not influenced by the distance from the landfill, soil types, rock types and land use. "
Universitas Indonesia, 2011
S989
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rumita Kadarisman
"Tesis ini membahas tentang kelayakan rujukan oleh bidan Puskesmas Poned Kota di RSUD Pirngadi Medan Tahun 2012. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh kasus rujukan yang dirujuk ke RSUD Pirngadi berjumlah 136 kasus rujukan, dan dilengkapi dengan informasi dari 17 orang bidan di 6 Puskesmas Poned. Data primer diambil dengan wawancara menggunakan kuesioner, daftar ceklist dan data sekunder menggunakan data rekam medis RSUD Pirngadi Medan. Ada 75,7% kasus rujukan persalinan yang layak dirujuk dan 24,3% kasus rujukan persalinan yang tidak layak dirujuk.

This study analyzed the referral feasibility by Poned Health Centres midwives in Pirngadi Medan Hospital in 2012. This is a quantitative research using cross sectional design. Sample in this study are all referral cases referred to Pirngadi Hospital 136 cases and supplemented by information from 17 midwives in 6 Poned Health Centre. Data used a questionnaire, checklist, and medical record. There were 75,7% of the cases referred to decent referral and 24,3% of cases referral is not feasible referenced."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>