Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23625 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagus Takwin
"Kota besar ditandai dengan populasinya yang padat, ruang terbatas, dan mobilitas tinggi. Riset terdahulu menunjukkan bahwa warga DKI Jakarta merasa cukup bahagia. Oleh karena itu perlu untuk meningkatkan kebahagiaan (subjective well-being) warga DKI Jakarta. Subjective well-being berkaitan dengan bagaimana individu mengelola dirinya dalam menjalankan berbagai kegiatan. Individu dengan
subjective well-being yang baik cenderung untuk terlibat dalam aktivitas bernilai produktif tinggi. Riset ini bertujuan untuk memahami peran manajemen-diri dalam subjective well-being warga DKI Jakarta. Sejumlah 638 warga DKI Jakarta (laki-laki = 329, perempuan = 309; usia rata-rata = 36) berpartisipasi dalam studi ini. Data dikumpulkan melalui lima set kuesioner, yaitu Skala Kepuasan Hidup (SWLS),
Skala Afek Positif dan Negatif Skala (PANAS), Skala Ranah Kepuasan, Kuesioner Manajemen-Diri, dan Kuesioner Demografi. Analisis data menggunakan regresi berganda mengkonfirmasi bahwa mana
jemen-diri secara positif berhubungan dengan kepuasan hidup (R = 0,391, p = 0,05) dan afek positif (R = 0,108, p = 0,05).

Abstract
Big cities are characterized by their dense population, limited
space, and high mobility. Past research has shown that the
citizens of DKI Jakarta feel quite unhappy. Therefore it is necessary to improve the happiness (subjective well-being)
level of DKI Jakarta?s population. Subjective well-being relates to how an individual self-manages his/her activities.
Individuals with good subjective well-being tend to engage in
activities of high productive values. This research aims to
understand the role of self-management in the subjective we
ll-being of the population of DKI Jakarta. 638 citizens of
DKI Jakarta (males = 329, females = 309; mean age = 36) participated in the study. Data was collected through five sets of questionnaires, i.e., the Satisfaction With Life Scale
(SWLS), the Positive Affect and Negative Affect Schedule Scale
(PANAS), The Domains of Life Satisfaction Scale, Self-Management Questionnaire, and the Demograhic Questionnaire. Analysis of data using multiple regression confirmed that self-management is positively associated with life satisfaction (R = 0.391, p = 0.05) and positive affects (R = 0.108, p = 0.05). "
[Fakultas Psikologi Universitas Indonesia; Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia], 2012
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Takwin
"Big cities are characterized by their dense population, limited space, and high mobility. Past research has shown that the citizens of DKI Jakarta feel quite unhappy. Therefore it is necessary to improve the happiness (subjective well-being) level of DKI Jakarta?s population. Subjective well-being relates to how an individual self-manages his/her activities. Individuals with good subjective well-being tend to engage in activities of high productive values. This research aims to understand the role of self-management in the subjective well-being of the population of DKI Jakarta. 638 citizens of DKI Jakarta (males = 329, females = 309; mean age = 36) participated in the study. Data was collected through five sets of questionnaires, i.e., the satisfaction with life scale (SWLS), the positive affect and negative affect schedule scale (PANAS), The domains of life satisfaction scale, self-management questionnaire, and the demograhic questionnaire. Analysis of data using multiple regression confirmed that self-management is positively associated with life satisfaction (R = 0.391, p = 0.05) and positive affects (R = 0.108, p = 0.05).

Kota besar ditandai dengan populasinya yang padat, ruang terbatas, dan mobilitas tinggi. Riset terdahulu menunjukkan bahwa warga DKI Jakarta merasa cukup bahagia. Oleh karena itu perlu untuk meningkatkan kebahagiaan (subjective well-being) warga DKI Jakarta. Subjective well-being berkaitan dengan bagaimana individu mengelola dirinya dalam menjalankan berbagai kegiatan. Individu dengan subjective well-being yang baik cenderung untuk terlibat dalam aktivitas bernilai produktif tinggi. Riset ini bertujuan untuk memahami peran manajemen-diri dalam subjective wellbeing warga DKI Jakarta. Sejumlah 638 warga DKI Jakarta (laki-laki = 329, perempuan = 309; usia rata-rata = 36) berpartisipasi dalam studi ini. Data dikumpulkan melalui lima set kuesioner, yaitu skala kepuasan hidup (SWLS), skala afek positif dan negatif skala (PANAS), skala ranah kepuasan, kuesioner manajemen-diri, dan kuesioner demografi. Analisis data menggunakan regresi berganda mengkonfirmasi bahwa manajemen-diri secara positif berhubungan dengan kepuasan hidup (R = 0,391, p = 0,05) dan afek positif (R = 0,108, p = 0,05)."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The quality of people’s relationships with and interactions with other people are major influences on their feelings of well-being and their evaluations of life satisfaction. The goal of this volume is to offer scholarly summaries of theory and research on topics at the frontier of the study of these social psychological influences—both interpersonal and intrapersonal—on subjective well-being and life satisfaction. The chapters cover a variety of types of relationships (e.g., romantic relationships, friendships, online relationships) as well as a variety of types of interactions with others (e.g., forgiveness, gratitude, helping behavior, self-presentation). Also included are chapters on broader social issues such as materialism, sexual identity and orientation, aging, spirituality, and meaning in life. Subjective Well-Being and Life Satisfaction provides a rich and focused resource for graduate students, upper-level undergraduate students, and researchers in positive psychology and social psychology, as well as social neuroscientists, mental health researchers, clinical and counselling psychologists, and anyone interested in the science of well-being."
New York: Routledge, 2017
e20534419
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Tining Amalia Suryani
"ABSTRAK
Seiring dengan kemajuan wanita di berbagai sektor, pilihan bidang pekerjaan bagi kaum wanita semakin luas belakangan ini. Namun, tidak dapat dipungkiri kenyataan bahwa masih ada pemisahan bidang pekerjaan berdasarkan jenis kelamin, dimana pria dan wanita bekerja di bidang pekerjaan yang berbeda. Pemisahan bidang pekerjaan ini berasal dari sosialisasi streotipi peran jenis kelamin tradisional yang sudah diperkenalkan sejak masih kanak-kanak melalui keluarga, televisi, buku-buku dan sekolah. Stereotipi peran jenis kelamin adalah sekumpulan keyakinan masyarakat tentang karakteristik pribadi wanita dan pria. Sosialisasi stereotipi peran jenis kelamin ini kemudian mengarahkan wanita untuk memilih bidang pekerjaan yang dianggap sebagai bidang pekerjaan wanita, demikian pula sebaliknya bagi pria. Bidang pekerjaan tradisional wanita merupakan bidang pekerjaan yang dianggap sesuai dengan stereotipi peran jenis kelamin wanita sedangkan bidang pekerjaan non tradisional wanita adalah bidang pekerjaan yang dianggap tidak sesuai dengan Stereotipi peran jenis kelamin wanita (Unger dan Crawford, 1992).
Salah satu bidang pekerjaan non tradisional wanita adalah polisi (Unger dan Crawford, 1992). Pekerjaan sebagai polisi, menuntut wanita untuk memiliki kualitas pribadi yang sesuai dengan peran jenis kelamin pria seperti obyektif, memiliki kemampuan memimpin, tugas, rasional, fisiknya kuat, aktif, berorientasi pada tugas atau prestasi, ambisius, bersedia menerima resiko dan lain-lain. Tuntutan pekerjaan sebagai polisi yang tidak sesuai dengan stereotipi peran jenis kelamin wanita membutuhkan penyesuaian diri bagi individu yang menjalaninya. Jika para polisi wanita ini tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik maka hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan psikologis (psychofogical well-being)nya. Menurut Ryff (1989), kesejahteraan psikologis (psychofogical well-being) merupakan keadaan yang menunjukkan kemampuan individu dalam menerima dirinya apa adanya, memiliki hubungan positif dengan orang lain, memiliki otonomi, menguasai Iingkungan memiliki tujuan hidup dan mengembangkan pribadinya secara berkesinambungan.
Pendapatan yang lebih besar dan status pekerjaan yang lebih tinggi merupakan keuntungan-keuntungan yang didapat para wanita yang bekerja di bidang pekeraan non tradisional bila dibandingkan dengan apa yang diperoleh wanita yang bekerja di bidang tradisional [Unger dan Crawford, 1992). Namun, mereka juga harus menghadapi tantangan yang lebih besar untuk membuktikan kemampuan mereka karena stereotipi peran jenis kelamin yang tidak mendukung mereka dalam bekerja di bidang pekerjaan non tradisional (Pertmutter dan Hall, 1992).
Penelitian ini berusaha mengungkap perbandingan kesejahteraan psikologis (psychological well-being) antara wanita yang bekerja di bidang pekerjaan non tradisional (polisi wanita) dengan wanita yang bekerja di bidang pekerjaan tradisional (guru Sekolah Dasar}.
Penelitian ini dilakukan di DKI Jakarta dan Tangerang terhadap 86 responden dengan pengambilan sampel menggunakan tehnik incidental sampling. Sampel penelitian ini adalah para bintara polisi wanita dan guru Sekolah Dasar, berusia antara 20-55 tahun dan berpendidikan minimal SMU dan yang sederajat. Alat pengumpul data yang digunakan adalah Skala Psychological Well-Being dari Ryff (1989, 1995) yang telah dimodifikasi menjadi skala lima titik dengan pernyataan sejumlah 60 item.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara rata-rata Bintara Polisi Wanita dan Guru Wanita Sekolah Dasar memiliki kesejahteraan psikologis psychological well-being) yang memadai dan tidak ada perbedaan profil kesejahteraan psikologis (psychologiod well-being) wanita yang bekerja sebagai polisi (Bintara Polisi Wanita) dan Guru Sekolah Dasar di daerah sekitar DKI Jakarta dan Tangerang.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan pengelompokkan polisi wanita yang lebih rinci berdasarkan fungsi-fungsi yang ada di lingkungan Kepolisian Republik Indonesia dengan sampel yang lebih besar agar lebih terlihat perbedaan profil kesejahteraan psikologis (psychological well-being) antara satu kelompok polisi wanita dengan kelompok polisi wanita lainnya. Sebaiknya dilakukan penelitian kelompok-kelompok subyek penelitian yang memiliki jenis pekerjaan yang berbeda dengan pengontrolan terhadap tiga variabel lainnya yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yaitu usia, status sosial ekonomi dan budaya.

"
2000
S2973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairil Anwar
"Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Jakarta II adalah institusi yang menghasilkan tenaga kesehatan di bidang radiografi. Seiring dengan perkembangan ilmu, teknologi dan globalisasi, lulusannya dituntut mempunyai kualitas yang memadai. Lulusannya sebagai output dari sistem pendidikan yang diselenggarakan institusi ini tentunya berhubungan dengan komponen input dan proses. Salah satu aspek pada komponen proses adalah pelayanan proses pembelajaran. Peningkatan pelayanan proses pembelajaran secara terus menerus harus dilakukan agar kualitas lulusan juga meningkat. Langkah awal untuk melakukan perbaikan kualitas tersebut adalah melakukan pengukuran dan evaluasi kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan yang diselenggarakan. Penilaian kepuasan mahasiswa merupakan salah satu bentuk pemantauan mutu proses pembelajaran (Wijono, 1999). Mutu proses pembelajaran dapat dikatakan baik jika mahasiswa merasa puas (Tampubolon, 2000).
Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan proses pembelajaran dan aspek pelayanan proses pembelajaran yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki pada Jurusan Teknik Radiodiagnostik Politeknik Kesehatan Jakarta 11, menggunakan desain cross sectional, dengan analisis diagram kartesius.
Hasil penelitian menunjukkan Kepuasan mahasiswa tertinggi adalah terhadap keharmonisan penampilan dosen ketika mengajar (84,5 %). Sedangkan ketidakpuasan tertinggi adalah terhadap kebersihan di laboratorium (47,8 %).
Hasil analisis diagram kartesius menunjukkan aspek pelayanan yang paling banyak mempunyai prioritas utama untuk perbaikan adalah pada pelayanan administrasi, paling banyak dipertahankan adalah pada pelayanan perpustakaan, mempunyai paling banyak prioritas rendah untuk diperbaiki adalah pada pelayanan dosen dan paling banyak aspek pelayanan yang tidak efisien adalah pada pelayanan laboratorium.
Daftar bacaan : 40 (1976 - 2002)

Relationship Between Student's Characteristics and Satisfaction on Learning Process Services in Department of Radiodiagnostics and Radiotherapy Technique in Jakarta Health Polytechnic II year 2003Department of Radiodiagnostics and Radiotherapy Technique in Jakarta Health Polytechnic II is an institution producing health personnel in radiography area. in accordance to science and technology development as well as globalization, quality of the graduates is to be improved. As an output of education system, the graduates are closely related to input and process components. One aspect within the process component is learning process services, which should be enhanced continuously as to improve the quality of graduates. First step to be taken is to conduct measurement of and evaluate student's satisfaction rate regarding the service. Assessment of student's satisfaction rate is one form of quality monitoring of learning process (Wijono, 1999). Learning process quality could be graded as good if students are satisfied (Tampubolon, 2000).
This study discussed the relationship between student's characteristics and satisfaction towards learning process service; using cross sectional design, employing chi-square test and multiple logistic regressions enter method as statistical analysis tools.
The study showed that only 5.9% students who satisfied with the administrative service; 73% were satisfied with lecturers' service; 6.8% were satisfied with laboratory service; and 6.4% were satisfied with library service. Overall, there were only 5.9% of students who satisfied with learning process services.
Statistical analysis found significant relationship between gender and satisfaction towards library service (p=0.02) and towards overall services (p=0.04); between grade and satisfaction towards administrative service (p--0.00), towards lecturers (p-0.00), towards laboratory (p=0.00), towards library (p=0.00), and towards overall services (p=0.00); and between study achievement and satisfaction towards overall services (p=0.04).
The multiple logistic regressions showed that grade was independent variable with strongest relationship with satisfaction towards administrative process (p).02), towards lecturers' service (p=0.00), towards laboratory service (p=0,00), towards library service (p--0.01), and towards overall learning process services (p-O.OO).
It is suggested to (l) conduct continuous evaluation and satisfaction measurement to know the quality of learning process services organized by the department, (2) to refresh and to train human resources in their working areas, (3) to implement monitoring and evaluation of administrative personnel and lecturers in providing services, (4) to re-arrange the situation and accessories of library considering more the needs of students and (5) to conduct meeting between department's management and students of all grades in the beginning of new academic year.
References: 38 (1980-2002).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dinar Primaharini
"Tujuan penulisan ini untuk menganalisis apakah kepuasan karyawan mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan pada Bank Muamalat Indonesia. Sampel responden berjumlah 100 karyawan BM (50 karyawan outsourcing dan 50 karyawan tetap). Variabel bebas kepuasan sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja. Metode yang digunakan untuk mengestimasi regresi adalah ordinary least square (OLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh antara kepuasan dengan kinerja yaitu sebesar 0,672 dan hubungannya sebesar 0,820. Kepuasan karyawan outsourcing lebih mempengaruhi terhadap kinerja karyawan sebesar 27,022 dibandingkan dengan kepuasan karyawan tetap terhadap kinerja karyawan sebesar 2,609. kepuasan yang dihasilkan karyawan outsourcing lebih tinggi dibandingkan dengan kepuasan karyawan tetap sebesar 0,500, dan kinerja yang dihasilkan oleh karyawan tetap lebih besar dibandingkan dengan outsourcing, yaitu sebesar 4,1734 > 3,2754. Faktor dari variabel kepuasan yang lebih mempengaruhi kinerja karyawan adalah pimpinan yaitu sebesar 0,187.

The aim of thesis is examine the impact of employee satisfaction on employee performance. A number of respondents are 100 BMI employees (50 outsourcing employee and 50 non outsourcing employees). Independent variable is satisfaction and dependent variable is performance. Regression equation is estimate by using ordinary least square (OLS).
The research show is the correlation is significant, between satisfaction and performance. Outsourcing employee satisfaction is more influence 27,922 than non outsourcing satisfaction. Outsourcing employee satisfaction is higher than non outsourcing employee satisfaction as 0,500. Employee performance is higher than employee non outsourcing as 4,1734 > 3, 2'54. The most influence employee performance is satisfaction variable is leadership as 0,187.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20473
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Putri Fadhilah
"Tren penurunan kebahagiaan wanita dibandingkan dengan pria menjadi perhatian mengingat peluang dan tingkat partisipasi kerja wanita yang terus bertambah. Para wanita yang bekerja tidak hanya memiliki peran pada pekerjaannya, melainkan juga pada keluarganya sebagai istri bahkan seorang ibu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran kepuasan kerja dan kepuasan pernikahan sebagai prediktor subjective well-being pada istri yang bekerja. Terdapat 117 istri bekerja dengan rentang usia 21–56 tahun yang menjadi responden penelitian ini. Hasil analisis hierarchical multiple regression mengindikasikan bahwa kepuasan kerja (β = .30, p < .01) dan kepuasan pernikahan (β = .65, p < .01) berhubungan secara positif dengan subjective well-being. Kepuasan pernikahan (ΔR² = .43, F = 85.8, p < .01) juga merupakan prediktor yang lebih dapat menjelaskan subjective well-being pada istri bekerja dibandingkan kepuasan kerja (ΔR² = .08, F = 58.6, p < .01).

The decreasing trend of women's happiness compared to men is a concern considering the increasing opportunities and level of women's work participation. Working women not only have a role in their work but also in their families as wives and even mothers. This study aims to examine the role of job satisfaction and marital satisfaction as predictors of subjective well-being in working wives. There were 117 working wives with an age range of 21–56 years who were respondents in this study. The results of the hierarchical multiple regression analysis indicated that job satisfaction (β = .30, p < .01) and marital satisfaction (β = .65, p < .01) were positively related to subjective well-being. Marital satisfaction (ΔR² = .43, F = 85.8, p < .01) was also a better predictor that could explain subjective well-being in working wives than job satisfaction (ΔR² = .08, F = 58.6, p < .01)"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Lauditta Chairunnisa
"ABSTRAK
Isu kesetaraan hak gender telah berkembang di masyarakat dunia selama beberapa dekade terakhir ini, yang membuat kini lebih banyak perempuan yang mampu menyelesaikan pendidikan tinggi serta semakin adilnya kesempatan kerja antara pria dan wanita. Hal ini pun menyebabkan adanya pergeseran peran pada wanita, seperti lebih banyak bekerja di rumah tangga, memiliki lebih sedikit anak, dan menunda pernikahan. Namun, hal ini menimbulkan masalah baru berupa timbulnya double burden wanita dalam rumah tangga serta motherhood wage penalty di tempat kerja. Di beberapa negara, fenomena ini memiliki korelasi terhadap penurunan tingkat kebahagiaan wanita secara absolut maupun secara relatif dibandingkan dengan laki-laki. Di Indonesia, sebanyak 73% wanita yang berstatus menikah juga aktif mencari nafkah. Jika partisipasi wanita menyebabkan turunnya tingkat kebahagiaan wanita di Indonesia, tentu hal ini bisa menjadi masalah. Dengan menggunakan data yang diperoleh dari Indonesia Family Life Survey, penulis melakukan analisis Ordered Probit untuk menganalisis apakah status ketenagakerjaan mempengaruhi tingkat kebahagiaan wanita di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status ketenagakerjaan mempengaruhi tingkat kepuasan hidup wanita menikah di Indonesia secara negatif. Penelitian juga menemukan bahwa anak merupakan faktor yang penting dalam menentukan kebahagiaan wanita menikah, serta persepsi tentang bagaimana sang individu mengartikan hidupnya dan bersyukur juga menjadi faktor yang penting dalam menentukan kepuasan hidupnya.

ABSTRACT
The issue of gender equality has developed over the past decades, which makes women now have more equal opportunities in career and education compared to men. Because of this, women roles in the household are now shifting; more women now are working outside the household, having less children, and also postponing marriage. However, this phenomenon leads to some new problems for women, such as facing double burden in the household and also motherhood wage penalty in the workplace. In some countries, this phenomenon has caused womens happiness level to decrease both absolute and relative to men. In Indonesia, about 73% of married women are also actively working outside the household. If working also causes womens happiness level decreases in Indonesia, this will lead to bigger problems. Using data from Indonesia Family Life Survey, the author conducted Ordered Probit analysis to see whether employment status decreases married womens happiness level in Indonesia. The result of the study shows that employment status does decrease the happiness level of married women in Indonesia. It is also found that children is an important factor in determining happiness level of married women; as well as perceptions about their life."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedek Primadana Nazara
"ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan etis terhadap kesejahteraan karyawan dan kepuasan hidup dengan kepuasan kerja sebagai faktor mediasi yang diperoleh karyawan yang bekerja di DKI Jakarta sebagai sampel penelitian. Subjek penelitian menggunakan 210 responden yang bekerja di DKI Jakarta. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan diolah dengan menggunakan metode SEM (Structural Equation Modeling). Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa keberadaan kepemimpinan etis berpengaruh positif tidak langsung terhadap kesejahteraan karyawan dan kepuasan hidup yang diperoleh karyawan, dan kepuasan kerja merupakan faktor penghubung / mediasi antara kepemimpinan etis dengan kesejahteraan karyawan dan kepuasan hidup yang diperoleh. oleh karyawan tersebut.
ABSTRACT
This thesis aims to determine the effect of ethical leadership on employee welfare and life satisfaction with job satisfaction as a mediating factor obtained by employees who work in DKI Jakarta as the research sample. The research subjects used 210 respondents who worked in DKI Jakarta. Data were collected using a questionnaire and processed using the SEM (Structural Equation Modeling) method. From the results of this study it was found that the existence of ethical leadership has an indirect positive effect on employee welfare and life satisfaction obtained by employees, and job satisfaction is a mediating factor between ethical leadership and employee welfare and life satisfaction obtained. by these employees."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>