Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91624 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Handayani
"Poliester sukrosa merupakan senyawa ester karbohidrat yang memiliki berbagai fungsi, dari surfaktan hingga produk makanan rendah kalori.
Esterasam lemak sukrosa dengan derajat substitusi 1-3 dapat digunakan sebagai emulsifier pada makanan dan kosmetik. Sintesis poliester sukrosa secara enzimatik dilakukan dalam pelarut organik dan dalam keadaan terdapat sedikit air. Pada penelitian ini, ester sukrosa disintesis melalui reaksi esterifikasi antara sukrosa dengan asam lemak dari minyak kelapa dan kelapa sawit menggunakan lipase
Candida rugosa dalam n-heksana. Optimasi reaksi esterifikasi
dilakukan terhadap waktu inkubasi, temperatur, dan rasio substrat. Hasil optimasi menunjukkan bahwa waktu inkubasi optimum adalah 18 jam untuk minyak kelapa dan 12 jam untuk minyak kepala sawit, temperatur optimum pada 30 derajat celcius untuk minyak kelapa dan kelapa sawit, dan rasio mol asam lemak terhadap sukrosa optimum adalah 40:1 untuk minyak kelapa dan 64:1 untuk minyak kelapa sawit. Produk hasil esterifikasi dikarakterisasi menggunakan FT-IR. Spektrum
FT-IR menunjukkan telah terbentuknya ikatan ester, yang ditunjukkan dengan adanya serapan pada bilangan gelombang 1739,79/cm. Produk esterifikasi memiliki derajat esterifikasi 2.

Abstract
Sucrose polyester (SPE) is a carbohydrate ester compound that has diverse functions, from surfactant to low-calorie
food products. Sucrose fatty acid ester with the degree of
substitution 1-3 can be used as emulsifier in foods and
cosmetics. The enzymatic synthesis of sucrose polyesters can be carried out using lipase in organic solvent and contain
small amount of water. In these studies sucrose esters were
synthesized by esterification reaction between sucrose with
fatty acids from coconut and palm oil using Candida rugosa
lipase in n-hexane. Optimization esterification reaction
carried out for parameters of incubation time, temperature, and the ratio of the substrate. The optimum incubation time is at 18 hours for coconut oil and 12 hours palm oil, the optimum temperature is 30 C for coconut and palm oil, and the mole ratio of fatty acid to sucrose is 40:1 for coconut oil and 64:1 for palm oil. Esterification products were
characterized by FT-IR. The FT-IR spectrum showed the ester bond was formed as indicated by the wave number 1739.79/cm. Esterification products have 2 substitution degrees."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2012
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Novianingsih
"ABSTRAK
Ester sukrosa adalah emulsifier ramah lingkungan, yang dapat disintesis melalui reaksi esterifikasi antara sukrosa dengan asam lemak secara kimiawi maupun secara enzimatik. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sintesis ester sukrosa secara enzimatik dapat dilakukan dengan menggunakan lipase dalam kondisi terdapat pelarut organik dan kandungan air yang sedikit. Pada penelitian ini, ester sukrosa disintesis melalui reaksi esterifikasi antara sukrosa dengan asam lemak hasil hidrolisis minyak sawit menggunakan lipase Candida rugosa dengan pelarut heksana. Optimasi reaksi esterifikasi dilakukan pada beberapa parameter seperti waktu inkubasi, suhu, dan rasio substrat untuk menghasilkan persentase konversi tertinggi. Kondisi optimum diperoleh pada waktu inkubasi 12 jam, suhu reaksi 30 0C, dan rasio mol asam lemak dengan sukrosa 64:1. Identifikasi produk menggunakan instrumen FT-IR memberikan serapan gugus ester pada bilangan gelombang 1739 cm-1. Pada uji emulsi sederhana, produk yang dihasilkan dapat bertindak sebagai emulsifier. Pada hasil analisis menggunakan HPLC, diperoleh puncak monoester sukrosa pada waktu retensi 5,39; 5,71; 5,98; 6,11; 6,42 menit, puncak diester sukrosa pada waktu retensi 7,49 dan 7,85 menit, puncak triester sukrosa pada waktu retensi 12,93 menit, dan puncak tetraester sukrosa pada waktu retensi 18,12 menit. Analisis kuantitatif HPLC menunjukkan bahwa komposisi tertinggi yang terbentuk merupakan ester sukrosa dengan diester sukrosa, yaitu sebesar 77,22%.

ABSTRACT
Sucrose esters are biodegradable emulsifiers, that may be synthesized by numerous methods which involve the use of either chemical or enzymatic esterification between fatty acids and sucrose. A previous study showed that enzymatic synthetis of sucrose ester could be carried out in organic media and minimum amount of water with lipase as biocatalyst. In this study, sucrose esters were synthesized by enzymatic esterification between hydrolyzed palm oil fatty acids and sucrose using lipase from Candida rugosa with hexane as solvent. Optimization of esterification reaction including incubation time, temperature reaction, and substrate molar ratio for a high conversion of sucrose ester. The optimum conditions were achieved at incubation time 12 h, temperature 30 0C, substrate fatty acid to sucrose molar ratio 64:1. Identification of products using FT-IR instrument gave an ester band at wave number 1739 cm-1. In a simple emulsion test, the synthesized product could be act as emulsifier. Analysis using HPLC gave sucrose monoester peak at the retention time of 5.39; 5.71; 5.98; 6.11; 6.42 minutes, sucrose diester peak at retention time 7.49 and 7.85 min, peak sucrose triester at retention time 12.93 minutes, and peak tetraester sucrose at retention time 18.12 minutes. Quantitative analysis using HPLC, the highest composition formed was diester sucrose, that is equal to 77.22%."
Universitas Indonesia, 2011
S683
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hawa
"Karbonidrat, merupakan senyawa organik yang ditemukan di alam dengan unsur utama penyusunnya karbon, nidrogen, dan oksigen. Salah satu jenis senyawa karbonidrat yang paling sering dijumpai adalan sukrosa. Sukrosa memiliki banyak gugus nidroksil seningga sukrosa dapat membentuk senyawa ester apabila direaksikan dengan senyawa yang memiliki gugus karboksilat Salan satu conton senyawa yang memiliki gugus karboksilat ialan senyawa asam vanilat yang terbentuk dari reaksi oksidasi senyawa vanilin. Pada penelitian ini senyawa ester bernasil disintesis dari sukrosa dan asarn vanilat. Asarn vanilat yang digunakan berasal dari vanilin yang telan dioksidasi olen Ag2O yang terbentuk dari reaksi AgNO3 dengan NaOH yang berlebin Asam vanilat yang dinasilkan pada percobaan seberat 2,8866 g dengan rendemen sebesar 85,89%. Kemudian esteritikasi sukrosa dengan asam vanilat pada percobaan ini sama-sama dilakukan dengan menggunakan DCC dan D|\/IAP sebagai aktivator dan katalis, tetapi keduanya dibuat dengan Cara berbeda. Selain itu jumlan sukrosa dan asam vanilat yang digunakan pada masing-masing reaksi pun berbeda pula. Ester pertama dibuat dengan menggunakan perbandingan mol sukrosa ternadap asam vanilat satu banding delapan, menggunakan D|\/IF sebagai pelarut, serta melalui proses pengadukan 24 jam pada temperatur ruang. Sedangkan ester kedua dibuat dengan menggunakan perbandingan mol sukrosa ternadap asam vanilat satu banding tiga, menggunakan piridin sebagai pelarut, serta melalui proses refluks 24 jam pada temperatur 6O°C. Ftendemen ester yang diperoleh sebesar 9,22% untuk ester pertama dan 15,03% untuk ester kedua. Kedua ester yang diperoleh diuji dengan KLT dan FTIFL"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisty Paramitha
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi sukrosa terhadap aktivitas anti-Candida albicans dari Aspergillus flavus UICC 360. Sebanyak (1,33--2,58) x 107 CFU/ml inokulum berisi hifa dan konidia Aspergillus flavus UICC 360 dengan 1,96% (v/v), diinokulasikan ke dalam medium Czapek?s Dox Broth dengan konsentrasi sukrosa yang berbeda. Proses fermentasi dilakukan selama 7 hari pada suhu 27--30 °C. Konsentrasi sukrosa yang digunakan adalah 0 mM, 58,5 mM, 73 mM, 87,7 mM, 102,3 mM, dan 116,9 mM. Pengujian aktivitas anti-Candida albicans dilakukan dengan metode Paper Disk Assay.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan aktivitas dari masingmasing ekstrak dalam etil asetat. Ekstrak E4 (sukrosa 102,3 mM) dalam etil asetat menunjukkan aktivitas anti-Candida albicans tertinggi, sedangkan ekstrak kontrol (sukrosa 0 mM) dalam etil asetat tidak menunjukkan aktivitas anti- Candida albicans. Ekstrak E4 menghasilkan diameter zona hambat terbesar, yaitu 8,33 mm, setara dengan aktivitas antibiotik nystatin pada konsentrasi 1.515,2 ppm.

The research aims to determine sucrose concentration effect on anti-Candida albicans activity of Aspergillus flavus UICC 360. (1.33--2.58) x 107 CFU/ml inoculum containing hyphae and conidia of Aspergillus flavus UICC 360 1.96% (v / v) was inoculated into the Czapek's Dox Broth medium with different concentrations of sucrose. The fermentation process was carried out for 7 days at 27--30 °C. Sucrose concentrations were 0 mM, 58.5 mM, 73 mM, 87.7 mM, 102.3 mM and 116.9 mM. Test for anti-Candida albicans activity was performed by Paper Disk Assay method.
The results showed that there were differences in the activity of each extract in ethyl acetate. Extracts E4 (sucrose 102.3 mM) in ethyl acetate showed the highest anti-Candida albicans activity, whereas extracts of control (sucrose 0 mM) in ethyl acetate showed no anti-Candida albicans activity. E4 extracts produced the largest zone of inhibition diameter, which was 8.33 mm, equivalent to the activity of antibiotics nystatin at 1515.2 ppm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1860
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Maharani Irliana
"Ester asam lemak-gula banyak menarik perhatian karena aplikasinya yang luas di berbagai bidang. Ester asam lemak-gula diketahui memiliki aktivitas antimikroba, aktivitas antitumor, dan kemampuan sebagai pengemulsi. Penelitian ini mempelajari pengaruh penggunaan asam lemak yang berbeda terhadap aktivitas antibakteri dan kemampuan zat pengemulsi senyawa. Asam lemak yang digunakan adalah asam lemak jenuh asam stearat dan asam lemak tak jenuh asam linoleat, dengan gula berupa sukrosa. Perbandingan mol antara asam lemak dengan sukrosa adalah 1:6. Reaksi esterifikasi dilakukan secara enzimatik menggunakan enzim lipase Novozym Eversa Transform 2.0 sejumlah 20% dari total massa substrat selama +48 jam pada suhu 40oC dengan pelarut n-heksana. Sintesis produk ester asam lemak-gula berhasil dilakukan dibuktikan dengan adanya pergeseran puncak serapan gugus C=O ester dari kisaran panjang gelombang 1700—1715 cm-1 ke panjang gelombang 1730-1750 cm-1 pada karakterisasi dengan spektrometer FT-IR. Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap bakteri . Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Aktivitas antibakteri ester asam linoleat-sukrosa lebih baik dibandingkan dengan ester asam stearat-sukrosa dan kedua produk ester memiliki aktivitas yang lebih baik terhadap bakteri gram positif S. aureus. Hal ini menunjukkan perbedaan tingkat kejenuhan asam lemak mempengaruhi aktivitas antibakteri. Akan tetapi, perbedaan asam lemak yang digunakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tipe dan stabilitas emulsi ester asam lemak-sukrosa.

Fatty acid-sugar esters have attracted a lot of attention due to its wide application in various fields. Fatty acid-sugar esters are known to have antimicrobial activity, antitumor activity, and ability as emulsifiers. This research studied the effect of using different fatty acids on antibacterial activity and its ability as an emulsifier. The fatty acids used were stearic acid as saturated fatty acid and linoleic acid as unsaturated fatty acid, with sucrose as sugar. The mole ratio between fatty acid and sucrose is 1:6. The esterification reaction was carried out enzymatically using Novozym Eversa Transform 2.0 lipase around 20% of the total substrate mass for +48 hours at 40oC. N-hexane was utilized as solvent. The synthesis of fatty acid-sugar ester products was successfully carried out as evidenced by characterization with an FT-IR spectrometer that shows a shift in the absorption peak of the C=O ester group from the wave number 1700-1710 cm-1 to 1730-1750 cm-1. The antibacterial activity was tested toward Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Results shows that linoleic acid-sucrose ester was shown to have better antibaterial activity than that of stearic acid-sucrose ester and both of the sugar fatty acid esters shows better activity toward the Gram positive bacteria S. aureus. This indicates that different levels of fatty acid saturation affect the antibacterial activity of fatty acid-sucrose esters. However, results shows that the difference fatty acid does not cause significant difference in emulsion type and stability"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsy Imanda N. Raswati
"Poliester sukrosa merupakan senyawa ester karbohidrat yang memiliki berbagai fungsi. Sintesis poliester sukrosa secara kimiawi dapat dilakukan menggunakan katalis basa anorganik. Pada penelitian ini, ester sukrosa asam lemak disintesis melalui reaksi transesterifikasi antara metil ester asam lemak minyak kelapa dan minyak sawit menggunakan katalis K2CO3.di dalam pelarut DMSO. Kemudian dilakukan uji antimikroba menggunakan metode kertas cakram terhadap bakteri Gram Positif Staphylococcus aureus dan bakteri Gram Negatif Escherichia coli pada berbagai variasi molar ester sukrosa. Persentase hasil analisis asam lemak metil ester yang terbentuk sebesar 57,91% untuk minyak sawit dan 55,55% untuk minyak kelapa. Analisis menggunakan GC-MS terhadap metil ester menunjukkan dua puncak tertinggi untuk metil ester minyak sawit, yaitu 31,97% metil palmitat dan 52,18% metil stearat. Sementara pada metil ester minyak kelapa diperoleh satu puncak tertinggi, yaitu metil laurat sebesar 31,75%. Analisis dengan IR menunjukkan produk hasil transesterifikasi ester sukrosa memiliki gugus ester yang ditunjukkan dengan adanya pita serapan pada bilangan gelombang 1739/cm. Hasil pengujian aktivitas antimikroba menunjukkan hanya ester sukrosa asam lemak dari minyak kelapa yang memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus, dengan diameter zona hambat terbesar pada variasi molar sukrosa terhadap asam lemak metil ester adalah 1 : 0,78 yang mencapai 17 mm. Kedua produk ester sukrosa tidak memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri Escherichia coli.

Sucrose Polyester (SPE) is a carbohydrate ester compound that has diverse functions. The chemical synthesis of sucrose polyester can be carry out using anorganic base. In this study sucrose esters were synthesized by transesterification reaction between sucrose with fatty acid methyl esters from coconut and palm oil using K2CO3 in DMSO. Antimicrobial activity of sucrose esters were tested by paper disk method using Staphylococcus aureus and Escherichia coli with the ratio molar variation of sucrose esters. Yield analysis showed that the fatty acid methyl ester products were 57.91% for palm oil and 55.55% for coconut oil. Analysis of methyl products was done by GC-MS showed that the highest composition of methyl ester in palm oil were 31.97% for methyl palmitate and 52.18% for methyl stearate. The highest composition of methyl ester in coconut oil was 31.75% for methyl laurate. Identification of products using FT-IR instrument gave an ester bond at wave number 1739/cm. Test result of antimicrobial activity showed that only sucrose ester from coconut oil which has an antimicrobial activity on Gram Positive bacteria. The molar ratio of sucrose : fatty acid methyl ester 1 : 0.78 gave the largest inhibition zone diameter which reached 17 mm. Both esters do not have antimicrobial activity on Gram Negative bacteria."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66889
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria
"

Surfaktan ester sukrosa telah berhasil disintesis dari molase dan limbah minyak jelantah. Sintesis surfaktan ester sukrosa telah dilakukan melalui reaksi transesterifikasi antara metil ester dan molase. Metil ester telah didapatkan dari minyak jelantah melalui reaksi transesterifikasi menggunakan katalis homogen basa NaOH dengan yield sebesar 78,67% dan kadar metil ester 99,59%. Reaksi transesterifikasi metil ester dan molase telah dilakukan menggunakan pelarut dimetil sulfoksida (DMSO) dan katalis Na2CO3 sebanyak 13 mol% ester dengan variasi rasio mol molase terhadap metil ester 3:1, 5:1, dan 8:1 pada suhu 90oC selama 4 jam. Surfaktan ester sukrosa yang dihasilkan adalah sukrosa mono-linoleat dan sukrosa mono-oleat yang dikarakterisasi menggunakan instrument analisis LC-MS. Surfaktan ester sukrosa dihasilkan paling banyak pada rasio mol molase terhadap metil ester 8:1.


Sucrose ester surfactants have been successfully synthesized from molasses and waste cooking oil waste. Synthesis of sucrose ester surfactants was carried out through a transesterification reaction between methyl esters and molasses. Methyl ester has been obtained from waste cooking oil through a transesterification reaction using a homogeneous base catalyst NaOH with a yield of 78.67% and FAME content of 99.59%. Transesterification reactions of methyl esters and molasses have been carried out using dimethyl sulfoxide (DMSO) as solvent and Na2CO3 as catalyst as much as 13 mol% of esters with variations of molasses to methyl ester mole ratio 3:1, 5:1, and 8:1 at 90oC for 4 hours. The sucrose ester surfactant produced were sucrose mono-linoleic and sucrose mono-oleic which were characterized using LC-MS analysis instruments. Sucrose ester surfactants with highest production produced at molasses to ester mol ratio of 8: 1.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Pembuatan serat poliester kekuatan tinggi dengan cara modifikasi struktur supermolekuler telah diteliti dengan perlakuan pemanasan, penarikan, dan pendinginan mendadak. Serat yang diperoleh dengan cara pemanasan menggunakan variasi suhu, penarikan dengan variasi rasio penarikan (draw ratio), dan pendinginan mendadak untuk mendapatkan kristalinitas dan orientasi yang berbeda. Gabungan perlakuan pemanasan, penarikan dan pendinginan mendadak yang dilakukan secara berulang pada suhu yang lebih tinggi akan menghasilkan kristalinitas yang semakin tinggi. Makin tinggi kristalinitas, makin tinggi kekuatan dan kestabilan dimensinya, tetapi persen mulur cenderung berkurang. Kristalinitas dan orientasi serat poliester juga banyak berpengaruh terhadap titik leleh, entalpi pelelehan, dan sifat termomekanika."
MPI 2:1 (1999)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Permata Ramadhani
"Penelitian ini menganalisis pengaruh pemberian sukrosa pada visualisasi inti oosit domba garut (Ovis aries) pascamaturasi dan pascakriopreservasi. Koleksi ovarium domba garut dilakukan di rumah potong hewan Sentul, Jawa Barat. Slicing ovarium dilakukan untuk dikoleksi oositnya. Grading dilakukan pada oosit yang terkoleksi. Oosit dengan gradeA dan B dimaturasi menggunakan media maturasi TCM-199 dan diinkubasi selama minimal 24 jam di dalam inkubator. Total jumlah oosit yang telah mencapai metafase II (M II) setelah maturasi dibagi menjadi dua untuk dilanjutkan ke tahap kriopreservasi dalam waktu minimal satu minggu dan untuk diberi perlakuan inkubasi pada media sukrosa dengan konsentrasi 0%, 1%, 3%, dan 5% dalam waktu ±10 menit persetiap perlakuan. Setelah diberi perlakuan, oosit diamati pembengkakan pada bagian intinya dengan menggunakan mikroskop fluoresens. Hasil uji statistik Kruskal-wallis menunjukkan (P ≤ 0,05). Konsentrasi sukrosa 3% menjadi konsentrasi yang optimum untuk menginduksi pembengkakan inti oosit domba garut pascamaturasi dan pascakriopreservasi.

This study analyzed the effect of sucrose addition on sheep oocyte (Ovis aries) for visualization of oocyte nucleus after maturation and post-cryopreservation. Sheep ovaries was collected from rumah potong hewan Sentul, Jawa Barat. Ovaries were sliced and oocyte was collected from ovaries. The collected oocytes were grading. Grade A and B oocytes were matured using maturation media TCM-199 and incubated for at least 24 hours in the incubator. The total number of oocytes that have reached metaphase II (M II) after maturation is divided into two for development to the cryopreservation stage in at least one week and to be given an incubation treatment on sucrose media with concentrations of 0%, 1%, 3%, and 5% in time ± 10 minutes per each treatment. After being treated, the oocyte was observed for swelling at its core using a fluorescence microscope. Kruskal-wallis test showed that (P ≤ 0,05). The concentration of sucrose 3% becomes the optimal concentration to induce swelling of the oocyte core of garut sheep after maturation and post-cryopreservation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>