Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111085 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kamal A. Arif
Bandar Baru: Pustaka Bustanussalatin, 2008
729 KAM r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Evelyn Widjaja
"Tesis ini merupakan penelitian mengenai memori kolektif kota Jakarta yang direpresentasikan dalam restoran Cina. Penelitian ini bertujuan mendokumentasikan memori kolektif dari restoran Cina di Jakarta yang mulai berdiri dalam kurun waktu tahun 1930-1950an dan menelaah representasi praktik kultural yang terjadi serta tarik-menarik kepentingan didalamnya. Sumber data adalah pemilik dan pengelola restoran Cina dan restoran Cina. Kerangka berpikir yang melandasi penelitian adalah kajian memori kultural (cultural memory studies). Landasan metodologi adalah pendekatan Cultural Studies, yaitu pendekatan etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa restoran Cina memegang peranan dalam pembentukan memori kolektif kota Jakarta.

This thesis is a study on the city?s collective memory represented in a Chinese restaurant in Jakarta. This study aims to documented the collective memory of a Chinese restaurant in Jakarta, which started up in the period of 1930-1950s and analises the representation of cultural practices that occurred as well as attract the interest therein. Data source is the owner and manager of the Chinese restaurants and Chinese restaurants. Framework of thinking that underlies this research is the study of cultural memory. The methodology used is the approach of Cultural Studies, which is ethnographic approach. The results showed that Chinese restaurant plays a role in shaping the collective memory of Jakarta."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27882
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agseora Ediyen
"Tesis ini menganalisa proses pemaknaan dari memorialisasi pemerintah kota dalam mengkonstruksi citra Kota Sawahlunto yang diartikulasikan dalam Museum Goedang Ransoem dan Lubang Tambang Mbah Soero. Penelitian memfokuskan pada persilangan pemaknaan dari ingatan masyarakat, memorialisasi pemerintah kota, dan penulisan sejarah. Data diperoleh dari pendekatan etnografi di Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat dari bulan Januari 2016 sampai dengan Februari 2017. Penelitian menggunakan konsep memori kolektif dan warisan budaya.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kompleksitas pemaknaan memorialisasi pemerintah sebagai pemaknaan dominan. Pemerintah membentuk makna dominan melalui penamaan situs pariwisata, dan benda material museum yang ditanggapi secara beragam oleh masyarakat. Masyarakat menggunakan justifikasi kedekatan dengan keseharian dan sejarah lisan. Penulis menemukan pemaknaan dominan pemerintah kota berbeda dengan penulisan sejarah. Pemegang otoritas memiliki kuasa dalam mengkonstruksi memori kolektif menjadi pemaknaan dominan. Kompleksitas dari pemaknaan dominan memperlihatkan bahwa tidak ada wacana dominan yang mutlak. Penelitian ini menunjukkan akan selalu ada pemaknaan berbeda yang terbentuk.

This thesis analyzes the process of how the dominant meaning by the city government in constructing Sawahlunto rsquo s branding articulated in Museum Goedang Ransum and Lubang Tambang Mbah Soero. There are various meanings encoded in the museums, which are the society rsquo s memory, how the government constructs memory, and the writing of history. The data were obtained through ethnographic research in Sawahlunto, West Sumatera Province, from January 2016 to February 2017. Exploring the dynamics of the construction of the dominant meaning reflects how collective memory, representation, and cultural heritage could be further problematized in these case studies.
The results of this study indicate the complexity of how the government constructs memory as a dominant forces in the transformation of Sawahlunto. The government enforce a dominant meaning through, for example, naming of tourism sites and museum representation, which is responded differently by the society. Society uses the justification of stheir daily life and also its oral history. The dominant meaning is increasingly visible when compared to the writing of history and this reveals its position in the construction of the city 39 s branding. The government has the power to construct a particular collective memory as the dominant meaning. The complexity of the chosen studies shows that there is no absolute dominant discourse. This study shows that there will always be other different meanings."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T49109
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Khairuni
"Citra merupakan buah ingatan seseorang terhadap sebuah kejadian yang disampakan kembali melalui kenangan. Kenangan yang dihadirkan kembali mengungkapkan citra sebuah kota dan hal ini menjadi tajuk kajian. Pendataan kembali ingatan masyarakat terhadap sebuah kota menjadi hal yang sangat penting. untuk mencapai pencitraan secara objektif maka, perlu dilakukan untuk mengumpulkan ingatan secara kolektif. Sehingga ingatan?ingatan tersebut akan melahirkan sebuah pencitraan bagi sebuah kota. Banda Aceh memiliki begitu banyak kajadian besar, sehingga menghasilkan sebutan dan ingatan yang banyak pula atara lain : Kutaraja pada masa silam, kota Serambi Mekkah, Kota Konflik, kota Tsunami dan kota Sejarah. untuk mengetahui bagaimana terciptanya citracitra tersebut, maka perlu kiranya untuk kembali menengok kembali sejarah kota Banda Aceh. Setiap individu memiliki pencitraan masing-masing terhadap sebuah kota, tergantung kejadian apa yang dirasa. Kejadian besar yang menjadi ingatan masyarakat tak hanya meninggalkan sebuah kenangan namun juga meninggalkan jejak lain seperti bangunan peninggalan sejarah yang turut memperkuat citra dan manjadi bukti bahwa kejadian tersebut pernah terjadi. Salah satu bangunan tersebut adalah: Masjid Raya Baiturrahman, Pendopo Gubernur Aceh(Meuligo), Gunongan, Museum Aceh serta Museum Tsunami. Skripsi ini akan mencoba mengulas tentang Sejarah Aceh,Citra Kota Banda Aceh yang dihasilkan oleh ingatan kolektif masyarakat, Warisan dan Ragam Budaya Aceh yang akan memaparkan bangunan serta alasan mengapa Citra dan Bangunan tersebut pantas di sandang oleh kota Bnada Aceh.

An image, is someone memories about an event that convery through memory. The memory represented told an image of a city and it is become an heading assessment. Data Collection people memories about a city become an important things.to reach an objectifly image need to collected a memories collectifly. So the memories can reborn an image for a city. Banda aceh has so many big events, that created a lot of memories. Some of them: Kutaraja an a moslem age, Serambi Mekah, Conflict City,Tsunami City and History City. To know how that images can be, so we have to look the history of Banda Aceh. Every individu has their own image about a city depends on what events she has. A big event that makes people memories not only left an memory but also left other things, like historical buildings become a prove that events trully exist. One of that buildings are Baiturrahman mosque, Governor's Pendopo,Gunongan, Aceh Moseum, and also Tsunami Moseum. This skripsi try to tells about an aceh history, Banda Aceh image that created by the people's memory collectifly, legacy and culture of aceh that tells the building and also why the image and those buildings deserves to have by banda aceh city."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S42223
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rusdi Sufi
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1986
909.080 7 RUS t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Surya Kurnia
"Tesis ini membahas transformasi pada ruang kota Pancoran Glodok sebagai kawasan Pecinan di Kota Tua Jakarta yang bersejarah. Hubungan Glodok dan Pancoran berdasarkan penelusuran memori kota menghantar penelitian pada Peranan pasar Glodok dan jalan Pancoran. Interpretif-Historis menjadi metode penelitian dalam penyusunan narasi yang dilengkapi dengan simulasi sebagai representasi atas memori masa lalu. Masa kolonial, Orde Lama, Orde Baru, dan pasca Orde Baru merupakan periodesasi waktu yang digunakan untuk menilik transformasi Pancoran-Glodok. Narasi sejarah arsitektur berdasarkan interpretasi memori dan kota menampilkan perubahan bentuk ruang kota Pancoran Glodok dari masa ke masa, yang dipengaruhi oleh citra sosial terhadap masyarakat Cina.

This thesis discusses the transformation of the urban space at Pancoran Glodok as Chinatown in the Jakarta Historic City. Linkage Glodok and Pancoran which search by city memory leads the research on the architecture relationship between Glodok market with Pancoran road. Interpretive-Historic research is method in narration preparation that comes with simulation to support the representation of past memory. Colonial period, the Old Order, the New Order, and the post-New Order are periodization of time which is used to view the transformation of Pancoran-Glodok. Narrative history of architecture based on the interpretation of memory and the city view changes the city form of Pancoran Glodok from time to time, which is influenced by the social image of Chinese society."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T30019
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Dwi Kurniawan
"ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memahami fenomena media sosial dalam kaitannya mengenai konstruksi memori kolektif mengenai PKI dan komunisme. Penelitian ini mencoba menjelaskan cara kerja memori kolektif di media sosial, konstruksi narasinya, dan bentukan identitas. Dengan mengumpulkan data dari sebelas komunitas mnemonik, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga bentuk konstruksi memori di media sosial, yakni memori dominan, memori penanda kosong, dan kontra memori. Identitas yang terbentuk ada dua, yakni antikomunis yang partikularis dan kontra antikomunis yang universalis. Sementara itu terdapat dua wacana besar yang digunakan untuk mengonstruksikan narasi masa lalu mengenai PKI dan komunisme, yakni wacana antikomunis yang melihat Peristiwa Enam Lima sebagai pembunuhan para perwira militer dan wacana HAM yang melihatnya sebagai pembunuhan massal anggota dan simpatisan PKI.

ABSTRACT
This qualitative research aims to understand the phenomenon of social media as sites of memory construction of PKI and communism. This research tries to give explanation on how collective memory works on social media and its narrative and identity construction. By collecting and analyzing eleven mnemonic communitites, this research shows that the memory of PKI and communism in social media takes three forms in general, which are the dominant memory, the empty signifying memory, and the counter memory. The constructed collective identity is divided by two the particularists from which come the anticommunist groups and the universalists from which come the counter anticommunist groups. Furthermore this research argues that there are two big discourse constantly in contestation with one another, the anticommunist discourse and the human right discourse, within which the twos are used to view the 1965 Event mdash the former seeing it as the murder of seven military general and the latter seeing it as a mass murder towards the members of PKI."
Lengkap +
2017
S67596
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alva Maula Rahman
"Penulisan ini mengeksplorasi peran atmosfer dan memori kolektif dalam pembayangan ruang di masa lalu. Manusia dapat mengingat kejadian di masa lalu melalui pengalaman ruang, tulisan ini bertujuan menelusuri bagaimana atmosfer dan memori kolektif dapat menghadirkan pengalaman ruang yang membantu manusia untuk membayangkan kejadian bersejarah yang ada di masa lalu. Penulisan ini menggunakan kasus pengalaman ruang yang ada di Museum Sejarah Jakarta untuk menganalisis proses pembayangan ruang masa lalu melalui dua aspek, yaitu pengalaman emosional yang hadir melalui atmosfer, dan konteks sejarah yang terkandung dalam memori kolektif. Kedua aspek ini harus hadir secara bersamaan dan melengkapi satu sama lain, tanpa adanya salah satu dari kedua aspek ini, pembayangan pada ruang tidak akan terasa secara emosional (tidak ada atmosfer) atau tidak memiliki konteks peristiwa (tidak ada memori kolektif). 

This writing explores the role of atmosphere and collective memory in envisioning spaces in the past. Humans can recall past events through spatial experiences, and this writing aims to investigate how atmosphere and collective memory can create spatial experiences that assist individuals in envisioning historical events from the past. The study utilizes the case of spatial experiences in the Jakarta History Museum to analyze the process of envisioning spaces from the past through two aspects: the emotional experience evoked by atmosphere and the historical context embedded in collective memory. Both aspects are interdependent and complement each other; the absence of either aspect would result in a lack of emotional impact (absence of atmosphere) or a lack of contextual events (absence of collective memory) in the envisioning of spaces."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh Subair
"Artikel ini merupakan hasil penelitian kualitatif dengan fokus kajian pada memori kolektif masyarakat Bugis tentang perjumpaan Islam dan tradisi lokal. Dengan melakukan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan analisis dokumen, penelitian ini memperlihatkan bahwa tradisi mallappessang olok-kolok ternyata memicu kontroversi dalam masyarakat. Realitas tradisi berbasis cerita lisan masyarakat ini kemudian dianalisis secara naratif. Mallappessang olok-kolok adalah tradisi “tolok bala” yaitu cara lokal yang dilakukan sebagai aksi pencegahan terhadap bahaya bencana. Contoh praktik Tolak bala Mallappessang olok-kolok dalam masyarakat Bugis adalah dengan cara melepas hewan di hutan dalam rangka mengharapkan kesembuhan dari suatu penyakit. Ternyata ada yang memandang tradisi itu sebagai hal yang bertentangan dengan Islam dalam aspek kesinambungannya dari animisme, dinamisme dan pelaksanaannya yang dinilai tidak masuk akal. Pada sisi lain, ada juga kelompok yang menganggap mallappessang olok-kolok sebagai tradisi yang sesuai dengan ajaran Islam. Seperti melepas hewan di hutan untuk memberi makan hewan buas dimaknai masyarakat Bugis sebagai ungkapan persahabatan manusia dengan alam, melepas hewan dapat menjadi pengikat hubungan dengan leluhur melalui tata-cara pelaksanaannya yang disesuikan dengan petunjuk leluhur, dan melepas hewan di hutan juga menjadi pengikat kebersamaan yang ditandai dengan keikutsertaan keluarga, kerabat, dan tetangga dalam proses pelaksanaannya. Narasi perbedaan cara pandang ini kemudian bergulir menjadi diskusi atau dialog antara Islam dan budaya lokal yang kemudian berdampak pada lahirnya tradisi penghormatan terhadap keberadaan tradisi tersebut. Dialog Islam dan budaya lokal merupakan tanda kemajuan pemikiran masyarakat Islam yang tidak sekedar menerima tradisi sebagai warisan, tetapi juga sebagai ilmu pengetahuan yang berdampak pada penguatan hubungan manusia dengan alam."
Lengkap +
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2023
900 HAN 7:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Assyifa Faradita
"Kota Banda Aceh merupakan kota yang sempat dijadikan kota garnisun pada masa Belanda dan menyimpan bukti sejarah terkait Perang Aceh. Perang Belanda di nusantara terlama yang menghabiskan banyak biaya dalam proses penaklukkan dan pembangunannya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan tata Kota Banda Aceh 1873-1942 beserta faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini merupakan kajian arkeologi sejarah dengan teori urban morphology, yang berfokus pada persebaran unsur-unsur fisik pembentuk tata kota Banda Aceh. Tahapan dalam penelitian ini terdiri atas pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan interpretasi data. Pengumpulan data meliputi data primer bangunan-bangunan kolonial dan peta-peta lama, data sekunder berupa sejarah dan gambar-gambar lama. Pengolahan data dilakukan dengan mengklasifikasikan bangunan ke dalam beberapa kategori fungsi. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif komponen kota dengan pendekatan keruangan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa sejak Belanda mendarat di kota Banda Aceh terdapat dua corak kebudayaan pada tata Kota Banda Aceh. Corak tradisional Islam sederhana yang terlihat sejak abad 16 M-tahun 1874 dan corak kota kolonial yang semakin kompleks pada tahun 1874 -1942. Perkembangan ini muncul dari arah selatan kediaman gubernur ke berbagai arah. Perkembangan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, faktor politik, ekonomi, lingkungan, dan sosial kebudayaan.

The city of Banda Aceh is a city that was used as a garrison city during the Dutch era and has historical evidence related to the Aceh War. The longest Dutch war in the archipelago which cost a lot of money in the process of conquest and development. This study aims to explain the development of urban planning in Banda Aceh from 1873 to 1942 and the factors that influenced it. This research is a study of historical archeology with the theory of urban morphology, which focuses on the distribution of physical elements forming the urban planning of Banda Aceh. The stages in this study consisted of data collection, data processing, data analysis, and data interpretation. Data collection includes primary data on colonial buildings and old maps, secondary data in the form of history and old pictures. Data processing is done by classifying buildings into several function categories. This study uses a comparative analysis of city components with a spatial approach. The results of the study explain that since the Dutch landed in the city of Banda Aceh, there have been two cultural patterns in the layout of the city of Banda Aceh. The simple traditional Islamic style that was seen since the 16th century AD-1874 and the increasingly complex colonial city style in 1874-1942. These developments emerged from the south of the governor's residence in various directions. This development was influenced by several factors, namely, political, economic, environmental, and socio-cultural factors."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>