Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53087 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lina Karlinasari
"Informasi sifat akustik untuk kayu tropis Indonesia masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa sifat akustik dari jenis kayu
Sonokeling (Dalbergia latifolia), Mahoni (Swietenia mahagony), Akasia (Acacia mangium) dan Manii (Maesopsiseminii). Paramater sifat akustik yang diuji terdiri dari kapasitas damping berupa logarithmic decrement, penyerapan suara, dan kecepatan gelombang suara; selain itu diuji pula
kerapatan dan sifat kekakuan atau modulus elatisitas kayu. Pengujian dilakukan pada contoh uji dari 3 pola kayu gergajian yaitu radial, tangensial, dan campuran (quarter-sawn,flat-sawn, and plain-sawn) dengan menggunakan metode vibrasi longitudinal dan waktu tempuh rambatan gelombang suara ultraonik untuk pengujian sifat akustik. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh yang nyata dari pola penggergajian terhadap nilai sifat akustik kayu. Berdasarkan sifat akustik yang diuji maka jenis kayu Mahoni dan Sonokeling memiliki sifat akustik logarithmic decrement yang rendah, kecepatan gelombang suara ultrasonik yang tinggi, dan rasio kekakuan bahan terhadap kerapatannya yang besar; sehingga jenis kayu tersebut direkomendasikan baik untuk komponen alat musik. Sementara itu, jenis kayu Akasia dan Manni lebih cocok digunakan sebagai
komponen akustika bangunan, kaitannya dengan sifat penyerapan bunyinya yang lebih baik.

Abstract
The acoustical properties of four Indonesian tropical hardwood species were evaluated in this study. The objectives of
this study were to determine acoustical parameters e.g. l
ogarithmic decrement, sound absorption, sound velocity as well
as density and wood stiffness; and to evaluate the potential of those species for acoustical purposes. Sonokeling (Dalbergia latifolia), Mahoni (Swietenia mahagony), Acacia (Acacia mangium) and Manii wood (Maesopsis eminii) were selected in this research. Three
different cutting plane patterns of sawn tim
ber (quarter-sawn, flat-sawn, and plain-sawn) were converted into small specimens. The methods for determining acoustical properties were longitudinal vibration testing and time of flight of ultrasonic wave method. The result showed no significant difference (α=0.05) of
acoustical properties in logarithmic decrement, sound absorption, and ultrasonic velocity means on quarter-sawn, flat-sawn, and plain-sawn for all wood species tested. We found that Mahoni and Sonokeling had good acoustical properties of logarithmic decrement, ultrasonic wave velocity, and ratio of wood stiffness to wood density; and is preferred for crafting musical instruments. Acacia and Manii woods are
recommended for developing acoustic panels in building
construction because those species possess higher sound absorption values."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Institut Pertanian Bogor. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Fakultas Kehutanan], 2012
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Takeuchi, Kenji
Baltimore: The John Hopkins University , 1974
338.476 KEN t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jonathan Aditomo
"Keramik berpori merupakan jenis keramik yang terdiri dari material berongga tahan panas dengan bidang aplikasi yang luas, yaitu mencakup filter logam cair, filter gas suhu tinggi, penyangga katalis, dan insulator. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki pengaruh adisi serbuk kayu terhadap morfologi, sifat mekanis, dan sifat termal dari keramik berpori berbasis mullite sebagai filter aluminium cair. Bahan baku yang digunakan mencakup kaolin dan chamotte sebagai bahan dasar, serbuk kayu sebagai agen pembentuk pori, serta carboxymethyl cellulose (CMC) dan air sebagai pengikat keramik. Penelitian dimulai dengan mencampur bahan baku dengan variabel kandungan serbuk kayu: 0%, 5%, 10%, dan 15%. Hasil campuran kemudian dicetak dengan metode dry press, dibakar selama 120 menit hingga suhu 650 °C, assembly dengan kaolin tipis, dibakar lanjut selama 120 menit hingga suhu 1200 °C, dan filter lokal berbasis mullite didapat. Filter kemudian dikarakterisasi, menunjukkan hasil bahwa adisi serbuk kayu berpengaruh membentuk pori berbentuk serat bertipe terbuka pada mikrostruktur keramik dengan jumlah meningkat, tidak terdeteksinya perubahan panas signifikan akibat dekomposisi, peningkatan koefisien ekspansi termal (dari 0,0071–0,0371%) dan permanent linear change (dari 0,0025–0,0345%), peningkatan porositas semu (dari 33,29–47,95%) dan peresapan air (dari 18,27–33,05%), serta penurunan pada kuat lentur (dari 13,48 - 6,33 MPa) dan densitas (dari 1,82–1,43 g/cm3), dengan adisi serbuk kayu dari 0% hingga 15% pada filter lokal. Kandungan serbuk kayu optimum pada filter lokal ada pada nilai 15.

Porous ceramic is a ceramic type consisting of heat-resistant porous material with widespread application, which includes liquid metal filters, high temperature gas filters, catalyst supports, and insulators. This research was conducted to investigate the effect of wood sawdust (WSD) addition on the morphology, mechanical properties, and thermal properties of mullite-based porous ceramics as molten aluminum filter. The ceramic raw materials used include kaolin and chamotte as base material, WSD as pore-forming agent (PFA), as well as carboxymethyl cellulose (CMC) and water as binder. The research was started by mixing the raw materials with a variety of WSD content: 0%, 5%, 10%, and 15%. The mixture was then formed using the dry press method, sintered for 120 minutes to 650 °C, assembled with thin kaolin, further sintered for 120 minutes to 1200 °C, and a mullite-based local filter was obtained. Filter was then characterized, showing results that addition of WSD had an effect on the formation of open-type pores in the form of fibers on the ceramic microstructure with an increasing number, no significant heat exchanges from decomposition were detected, increased coefficient of thermal expansion (from 0.0071–0.0371%) and permanent linear change (from 0.0025–0.0345%), increased apparent porosity (from 33.29–47.95%) and water infiltration (from 18.27-33.05%), as well as decreased flexural strength (from 13,48 - 6,33 MPa) and density (from 1.82–1.43 g/cm3), with increased content of WSD from 0% to 15% on the local filter. The optimum sawdust content in the local filter is at a value of 15%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Farah Indrianti
"Perpustakaan di zaman ini sudah banyak yang memiliki fungsi lain selain fungsi utamanya yaitu untuk membaca dan belajar. Kedua fungsi tersebut memiliki kebutuhan aural yang berbeda. Untuk itu diperlukan pertimbangan akustik dalam mendesain sebuah perpustakaan. Skripsi ini membahas permasalahan akustik yang sering dirasakan oleh pengguna perpustakaan. Metode yang dilakukan dalam mengetahui permasalahan akustik adalah dengan pendekatan soundscape. Pendekatan ini dilakukan untuk menganalisis persepsi dan pengalaman pengguna pada suatu ruang. Setelah mendapatkan permasalahan akustiknya, dapat dianalisis kriteria akustik yang diperlukan untuk mendesain suatu perpustakaan. Kriteria akustik yang dibutuhkan bagi perpustakaan di era modern adalah dengan mempertimbangkan penggunaan material yang dapat menyerap gelombang bunyi dan susunan tata letak ruang yang dapat memisahkan dua fungsi dengan kebutuhan akustik yang berbeda.

Libraries in this era have many other functions besides their main function, namely to read and study. The two functions have different aural needs. For this reason, acoustic considerations are needed in designing libraries. This thesis discusses acoustic problems that are often felt by library users. The method used to find acoustic problems is the soundscape approach. This approach is used to analyze the user's perception and experience in a space. After finding the problem in acoustic, the acoustic criteria needed to design a library can be analyzed. The acoustic criteria needed for libraries in the modern era is to consider the use of materials that can absorb sound waves and the arrangement of space layouts that can separate two functions with different acoustic needs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Oktarina
"Penelitian deskripsi jenis dan analisis jumlah kromosom beberapa tumbuhan suku Asteraceae di Kampus UI Depok telah dilakukan pada bulan September 2012 hingga Maret 2013. Sampel diambil secara purposive sampling dan diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi menggunakan kunci determinasi buku Flora of Java. Diperoleh 21 jenis Asteraceae yang tersebar di Kampus UI Depok yang berhasil diidentifikasi, 8 jenis di antaranya berhasil diketahui jumlah kromosomnya, satu jenis Asteraceae yaitu Tridax procumbens dapat digunakan dalam pembuatan kariotipe. Lima jenis Asteraceae yang memiliki variasi jumlah kromosom yaitu Elephantopus scaber (2n=x=9, 2n=x+2=11, 2n=2x-4=14, 2n=2x=18, 2n=2x+1=19, 2n=2x+2=20, 2n=2x+4=22), Tridax procumbens (2n=x= 9, 2n=2x=18, 2n=4x=36), Bidens pilosa (2n=2x+8, 2n=32, 2n=3x=36, 2n=4x =48), Mikania micrantha (2n=x=18, 2n=x+6=24, 2n=2x-4 =32, 2n=2x=36) dan Sphagneticola trilobata (2n=2x=28, 2n =2x-4=32, 2n=2n-8=36). Tiga jenis Asteraceae tidak memiliki variasi jumlah kromosom adalah Cosmos sulphureus (2n=24), Emilia sonchifolia (2n=10), dan Sonchus arvensis (2n=18).

Species description and analysis of chromosomes number on the several plant belongs to Asteraceae that located in University of Indonesia was conducted during September 2012 to March 2013. The study was held using purposive sampling method and samples were identified based on morphological characters using determination keys in Flora of Java book. Twenty one species of Asteraceae scattered in University of Indonesia, Depok were successfully identified. Chromosomes number of eight species were known and one species can be used in karyotyping. The research also suggested that five species of Asteraceae have variation in chromosomes number. They are Elephantopus scaber (2n=x=9, 2n=x+2=11, 2n=2x-4=14, 2n=2x=18, 2n=2x+1=19, 2n=2x+2 = 20, 2n=2x+4=22), Tridax procumbens (2n=x=9, 2n=2x=18, 2n=4x=36), Bidens pilosa (2n=2x+8, 2n=32, 2n=3x=36, 2n=4x=48), Mikania micrantha (2n=x=18, 2n=x+6=24, 2n=2x-4=32, 2n=2x=36) and Sphagneticola trilobata (2n=2x=28, 2n=2x-4=32, 2n=2n-8=36). On the contrary, three species of Asteraceae does not have variation in chromosomes number. They are Cosmos sulphureus (2n=24), Emilia sonchifolia (2n=10), and Sonchus arvensis (2n=18). "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Zahra
"Tulang adalah jaringan tubuh yang dapat menyembuhkan dirinya sendiri apabila mengalami kerusakan. Namun pada beberapa kasus cacat tulang, cangkok tulang (bone graft) atau material pengganti tulang dibutuhkan untuk membantu penyembuhan jaringan. Terdapat tiga jenis cangkok tulang yaitu autograf, allograf, dan xenograf. Karena terbatasnya sumber tulang untuk cangkok tulang, peneliti mencari material alternatif sebagai pengganti tulang. Biokeramik telah banyak diteliti karena dinilai sebagai material yang paling menjanjikan sebagai pengganti tulang. Bifasik kalsium fosfat (BCP), tersusun atas hidroksiapatit (HA) dan b-trikalsium fosfat (b-TCP), menunjukkan potensi besar sebagai material pengganti tulang karena sifatnya yang bioaktif, biokompatibel, dan laju degradasi yang cocok dengan laju pertumbuhan tulang. Hidroksiapatit di sintesis dengan metode presipitasi gelombang mikro. Serbuk hidroksiapatit dicampurkan ke dalam larutan polivinil alkohol yang bertujuan untuk menghasilkan hidroksiapatit dengan mikrostruktur berpori. Selanjutnya, serbuk hidroksiapatit dipadatkan dan disintering dengan variasi temperatur sintering mulai dari 800 °C hingga 1300 °C untuk mempelajari perubahan fasa dan mikrostruktur dari hidroksiapatit. Fase kristal, gugus fungsi, morfologi, dan sifat mekanik diuji dengan X-ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infrared FTIR, Scanning Electron Microscope (SEM), dan Mikro Vickers. XRD menunjukkan terjadi perubahan fase HA menjadi b-TCP pada temperatur 1000 – 1300 °C. Hasil FTIR menunjukkan tidak ditemukannya gugus vinil yang berarti PVA telah sepenuhnya terdegradasi akibat sintering dengan temperatur tinggi. Pori yang dihasilkan memiliki bentuk spherical-like dengan ukuran yang semakin besar seiring dengan peningkatan temperatur sintering. Nilai kekerasan maksimal sebesar 4,166 GPa dihasilkan oleh hidroksiapatit yang disintering pada temperatur 1200 °C dan kekerasan menurun pada temperatur diatasnya karena peningkatan dekomposisi HA.

Bone is a tissue that can heal by itself. However, for some cases of bone defects, a bone graft or bone substitute is needed to help bone tissue to heal. There are three kinds of bone grafting which is autograft, allograft, and xenograft. Due to the limited source of bone for bone grafting, researchers eager to find an alternative material for bone substitution. Bioceramic has been widely studied because they are considered the most promising material for bone tissue substitution. Biphasic calcium phosphate (BCP), composed of hydroxyapatite (HA) and b-tricalcium phosphate (b-TCP), has shown great potential as a bone substitute material due to its bioactive, biocompatible properties and the rate of degradation that corresponds to the growth rate of bone. Hydroxyapatite nanocrystal was synthesized through the microwave-assisted precipitation method. Hydroxyapatite powder was later added into a polyvinyl alcohol solution, which is aimed to produced hydroxyapatite with a porous microstructure. Hydroxyapatite powder was compacted and sintered at various temperatures, from 800 – 1300 °C, to study the transformation of phase and microstructure of hydroxyapatite. The crystal phase, functional groups, morphology, and hardness of biphasic calcium phosphate were determined through X-Ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infrared (FTIR) Spectroscopy, Scanning Electron Microscope (SEM), and Vickers Microhardness Tester. XRD result shows that the b-TCP phase appears due to the decomposition of HA at 1000 – 1300 °C. FTIR result shows there is no sign of a vinyl functional group, which means that PVA has fully degraded due to sintering with high temperature. Produced pores have a spherical-like shape and become larger as the sintering temperature reaches up to 1300 °C. The maximum hardness value of 4,166 GPa obtained from the hydroxyapatite sintered at 1200 °C and slightly decreased at 1300 °C due to increased decomposition of HA"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Dwithasari
"Pemilihan material furnitur pada suatu ruangan berpengaruh terhadap besarnya bahaya yang mungkin terjadi pada saat kebakaran. Dalam hal ini furnitur berfungsi sebegai bahan bakar sehingga penyebaran api dapat terus berlangsung. Setiap jenis material furnitur memiliki sifat ketahanan terbadap api yang berbeda· beda. Sifat ini terlihat jelas dari jumlah laju produksi kalor yang dimilikinya (Babrauskas & Peacock, 1992]. Laju produksi kalor suatu benda dapat diukur berdasarkan konsumsi okaigennya pada saat proses pembakaran. Teknik. pengukuran ini mengacu kepada prinsip dasar bahwa panas yang dilepaskan perunit oksigen yang dibutuhkan adalah kurang lebih sama untuk bahan bakar organik " umum yang sering ditemui sebagai bahan bakar dalam kebakaran, yaitu 13.1 kJ/gram o, [Hugget, 1980]. Makalah ini mernbabas hasil penelittan berupa fenomena dan karakteristik berbagai jenis material kayu beserta pengaruh. variabel ketebalannya terbadap proses pembakaran berdasarkan prinsip pengukuran laju produksi kalor. Peralatan eksperimental yang digunakan adalah kalorimeter api dengan skala laboratorium, yang terdiri dari conical heater berdaya 4000 Watt pada tegangan 220 V, load cell, sistem gas buang berbahan dasar slainless·steel, sistem pengarnbilan sampel gas buang, sistem pengukuran dan kontrol ternperatur, sistem pengukuran tekanan, specimen holder, dan sistem akuisisi data. Dengan menggunakan calorimeter api ini, parameter selain laju produksi...

Furniture materials in a room affect the hazard which might be appeared in fire condition. In this case, furniture acts as the fuels so that flames can spread to the entire room. Every furniture material has its own type of fire resistance characteristic. It can be estimated by the rate of heat released [Babrauskas & Peacock, 1992]. Heat release rate of material can be measured based on its oxygen consumption rate when combustion takes place.. This measurement technique based on principle that per unit of oxygen consumed is approximately the same for a wide range organic fuels commonly encountered in fires, which is 13.1 kJ/gram 02 [Hugget, 1980]. This paper reports the experimental results such as phenomenon and fire-resistance characteristic studies of certain type furniture. materials in fire condition based on heat release rate principle. Basically, the experimental set-up are : a fire calorimeter in laboratory scale which consist of conical heater "filed 4000 Wall at 220 V. load cell, stainless-steel exhaust system, gas sampling system; and its associated system such as , temperature measurement and control system, pressure measurement system, data acquisition system, Using this fire calorimeter, other parameters like mass loss rate ·and exhaust gas combustion products concentration can be estimated too from the same run. The present work studies the effects of wood's variety and its thickness to visualization and other parameters..."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37512
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dila Muliasari
"Telah dilakukan penelitian terhadap kayu Syzygium aqueum Syzygium cumini dan Syzygium jambos di FMIPA UI kampus Depok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas serat kayu Syzigium tersebut sebagai kayu substitusi bahan baku kertas Kualitas serat kayu diketahui dengan cara mengukur dimensi serat dan menghitung nilai turunan dimensi serat Preparat maserasi kayu dibuat untuk pengukuran dimensi serat Kemudian nilai turunan dimensi serat dihitung berdasarkan data pengukuran dimensi serat Hasil pengukuran dimensi serat dan penghitungan nilai turunan dimensi serat dibandingkan dengan tabel standar kriteria Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah ketiga serat kayu Syzygium tersebut masuk ke dalam kelas III Karakteristik serat kelas III yaitu serat pendek dan dinding serat relatif tebal

Research about wood fiber of Syzygium aqueum Syzygium cumini and Syzygium jambos in FMIPA UI Depok had been conducted This research is aimed for knowing the wood fiber quality of those three Syzygium wood as substitute wood for paper pulp making raw material Wood fiber quality can be analyzed by measuring fiber dimensions and calculate the fiber dimensions derived values Wood maseration slide preparations were made for measuring fiber dimensions Fiber dimension derivate value were calculated based on the measuring data of fiber dimensions The resulting data of fiber dimensions and their derived values were compared with the table of criteria standard The result shows that those three Syzygium wood are grouped in class III the fibers are short and have thick fiber wall "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S53373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Twelve mollusc species have got protection status under some legislation in Indonesia. Recently, their exixtences in Indonesian waters are progressively difficult to be found. Brief descriptions of those molluscs are given in this article."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>