Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157034 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Winarti
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26489
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Peni Puji Lestari
"Vasektomi adalah salah satu KB pria yang paling efektif dan aman. Berdasarkan data SDKI (2002-2003), minat serta motivasi pria terhadap vasektomi di Indonesia sangat rendah yaitu jumlah penggunanya hanya 1,3% dari seluruh pengguna jenis KB di Indonésia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan faktor ekstrinsik yaitu imbalan, keamanan, dan lingkungan dengan motivasi pria melakukan vasektomi. Metode penelitian adalah deskripsi korelatif.
Penelitian dilakukan kepada 63 peserta vasektomi di kecamatan Pasar Minggu dengan metode pengambilan sampel total random sampling. 68,3% pesena vasektomi puas dengan imbalan yang diberikan, 63,5 % peserta vasektomi memiliki rasa aman yang tinggi terhadap vasektomi, dan 77,2 % dari rnereka memiliki Iingkungan yang mendukung terhadap vasektomi Mayoritas peserta vasektomi mempunyai motivasi yang tinggi melakukan vasektomi yaitu 58,7%.
Hasil penelitian menunjukkan tidal: ada hubungan imbalan dengan motivasi, tidak ada hubungan keamanan dengan motivasi dan tidak ada hubungan lingkungan dengan motivasi. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor ekstrinsik tersebut tidak berhubungan dngan motivasi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5452
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sabuna, Joel
"Gerakan Keluarga Berencana ( KB ) di Indonesia adalah gerakan masyarakat yang menghimpun segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan NKKBS dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia ( Suyono Haryono, 1958 ). Berdasarkan pengertia n Gerakan KB Nasional diatas, maka tujuan gerakan KB di Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam upaya mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS), sekaligus menciptakan masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
Program nasional KB yang telah dilaksanakan selama empat Pelita, yakni sekitar tahun 1970-an sampai akhir tahun 1989, telah menunjukkan hasil-hasil menggembirakan, seperti yang terlihat dari kenaikan jumlah peserta KB, baik peserta KB baru maupun peserta KB aktif.
Keberhasilan Program Nasiona1 KB juga dapat dilihat dari hasil survey prevalensi Indonesia tahun 1987 yang menunjukkan bahwa sakitar 95 % wanita berstatus kawin mengetahui sedikitnya satu jenis alat kontrasapsi KB modern. Juga diungkapkan bahwa lebih dari 93 % berstatus kawin telah mengetahui tempat pelayanan KB yang diinginkannya. Selajutnya, bahwa gerakan nasional KB cukup mendapat dukungan telihat dari fakta bahwa lebih dari 63 % wanita berstatus kawin pernah menggunakan salah satu alat kontrasepsi KB modern, dan sekitar 46 % wanita berstatus kawin sedang menjadi peserta KB aktif.
Selain itu sekitar 54 % dari wanita berstatus kawin tidak menginginkan anak lagi, dan 26 % ingin menunda, kelahiran anaknya sampai dua tahun lagi. Tingkat fertilitas (TFR ) pun telah turun dari 5,6 % pada tahun 1971 menjadi 3,6 % pada tahun 1987. Tingkat kelahiran kasar (CBR) turun dari 44 permil pada tahun 1977 menjadi 29 permil pada tahun 1985 ( PKNI, 1988 ).
Keberhasilan program KB di Indonesia tersebut juga tampak dari penghargaan-penghargaan yang diberikan dunia Internasional kepada pemerintah Indonesia berupa penghargaan Global Statement Award in Population Institute Washington D.C. Amerika Serikat tahun 1985, dan panghargaan United Nation Population Award dan PBB tahun 1989 (Kompas, 20 3anuari 1991).
Tercapainya keberhasilan tersebut ialah karena berbagai upaya dan usaha telah dilaksanakan melalui berbagai program dan kebijaksanaan khususnya yang berkaitan dengan program. KB, sejak awal Gerakan KB Nasional dilaksanakan yakni tahun 1972 oleh BKKBN yang dikenal dengan " Strategi tiga dimensi " yakni perluasan jangkauan, pembinaan, pelembagaan/pembudayaan program KB pada masyarakat ( Suyono Haryono 1988 )."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boston: Allyn and Bacon, 1972
613.942 FOO
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Wiradharma
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Vasektomi adalah salah satu cara sterilisasi yang mempunyai kemungkinan timbulnya efek samping imunologis. Oleh karena itu, antibodi terhadap sperma yang timbul sebagai respons imun acak terhadap produk penghancuran sperma perlu diteliti arti klinisnya. Serum vasektomi yang pada umuninya mengandung antibodi antisperma dapat digunakan sebagai pelacak untuk mencari antigen yang memegang peranan utama teijadinya infertilitas imunologis. Di samping itu dapat dilihat pula ada tidaknya hubungan antara uji Mixed Antiglobulin Reaction (MAR) yang menilai antigen perinukaan sperma dengan metode Western blot yang melihat reaktivitas terhadap seluruh antigen sperma.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya antigen utama sperma dan berat molekul relatifnya yang bereaksi dengan antibodi dalam serum pria yang divasektomi. Di samping itu juga untuk memperkirakan adanya hubungan antara lama vasektoini dan usia pada waktu vasektomi dilakukan dengan keadaan antibodi antisperma tersebut. Dalam penelitian ini telah dilakukan penentuan antigen yang bereaksi dengan antibodi antisperma menggunakan metode Western biol. Sumber antigen diperoleh dari donor sperma sehat yang analisis spermanya normal dan sumber antibodi diambil dan serum pria sehat yang telah divasektomi minimal satu tahun.
Hasil dan Kesimpulan: Dari 44 serum vasektomi yang direaksikan dengan antigen sperma, tidak dijumpai suatu antigen utama. Nampaknya tidak ada hubungan antara antibodi antisperma yang diuji dengan MAR dan yang direaksikan secara Western blot. Lainnya vasektomi dan usia pada waktu tindakan dilakukan tidak berhubungan dengan terdeteksinya antibodi antisperma dalam serum vasektomi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Ayu Lestari
"Produk injeksi steril membutuhkan kebersihan dan sterilisasi yang tinggi agar keamanan dan efektivitas produk yang dihasilkan juga terjamin dengan tetap memenuhi standar Good Manufacturing Practice (GMP). Proses pembersihan peralatan produksi dapat dilakukan dengan metode cleaning in place (CIP) dan sterilization in place (SIP) yang penerapannya tanpa harus melepas ataupun memindahkan peralatan produksi. Pada proses akhir pembersihan tangki mixing, yaitu pengeringan, PT CKD OTTO Pharmaceuticals menggunakan gas nitrogen sebagai pengering yang membutuhkan biaya lebih tinggi karena penyimpanan gas nitrogen sendiri harus dalam tekanan tinggi, menggunakan tangki khusus. Clean air sterile dapat dipertimbangkan untuk digunakan sebagai pengganti gas nitrogen karena lebih cost effective, lebih aman untuk personil dan lingkungan. Dari hasil pengkajian terkait penggantian gas nitrogen menjadi clean air sterile untuk proses pengeringan pada proses Cleaning in Place (CIP) – Sterilization in Place (SIP) didapatkan bahwa penggantian gas nitrogen menjadi clean air sterile dapat dilakukan dengan penambahan selang penghubung antara selang compressed air dengan selang nitrogen, beserta penambahan katup pada masing-masing selang penghubung dan selang nitrogen; penggantian gas ini juga relatif aman dalam pembersihan dan sterilisasi permukaan interior tangki mixing, serta seluruh risiko yang mungkin terjadi dapat dikendalikan oleh sistem yang ada; serta dapat dilakukan penggantian apabila memenuhi parameter dari uji keberterimaan, yaitu memenuhi uji inspeksi visual setelah proses CIP-SIP.

Sterile injection products require high cleanliness and sterilization to ensure the safety and effectiveness of the resulting products while maintaining Good Manufacturing Practice (GMP) standards. The cleaning of production equipment can be achieved using the cleaning in place (CIP) and sterilization in place (SIP) methods, which can be applied without the need to disassemble or relocate the production equipment. In the final stage of cleaning the mixing tank, which is drying, PT CKD OTTO Pharmaceuticals employs nitrogen gas as a drying agent, incurring higher costs due to the need for high-pressure nitrogen gas storage in specialized tanks. The consideration of using clean sterile air as a replacement for nitrogen gas is deemed more cost-effective and safer for personnel and the environment. The assessment regarding the replacement of nitrogen gas with clean sterile air for the drying process in the Cleaning in Place (CIP) – Sterilization in Place (SIP) process revealed that this replacement can be achieved by adding a connecting hose between the compressed air and nitrogen hoses, along with the addition of valves to each connecting hose and the nitrogen hose. This gas replacement method is also relatively safe for cleaning and sterilizing the interior surfaces of the mixing tank, and any potential risks can be controlled by the existing system. Additionally, the replacement can proceed if it meets the acceptance criteria parameters, including passing a visual inspection after the CIP-SIP process.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Hendroyono
"ABSTRAK
Dalam rangka meningkatkan daya saing rumah sakit di-era pasar global, perlu dilakukan reformasi manajemen perumahsakitan yang diharapkan dapat menyelesaikan berbagai masalah manajemen dalam efficiency, productivity, quality and patient responsiveness. Pengendalian infeksi nosokomial sangat bergantung pada kinerja sterilisasi rumah sakit, khususnya pada penatalaksanaan pembedahan dan kegiatan pelayanan medik lain yang menggunakan alat-alat steril.
Pelayanan sterilisasi Instalasi Bedah Sentral merupakan pusat pelayanan sterilisasi RSUD Kota Bekasi. Instalasi ini menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan, menyimpan, mendistribusikan instrumen operasi ke kamar bedah dan alat medik ke ruangan-ruangan yang membutuhkan produk steril.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi dengan kapasitas 261 tempat tidur, BOR 67,1 - LOS 3,7 - TOI 1,83 - BTO 65,54 - jumlah operasi 350 pasien per bulan (OK IGD: 100, OK IBS: 250); mempunyai pelayanan sterilisasi yang masih bergabung dengan OK IBS dengan berbagai masalah dan mendapat banyak keluhan dari pengguna jasa pelayanannya terutama para ahli bedah dan petugas kamar bedah yang lainnya.
Banyaknya komplain dan masalah tersebut membuat OK IBS ingin memperbaiki diri, karena OK IBS merupakan bagian dari Rumah Sakit, dan merupakan penggalan jalur panjang dari "moment of truth" mulai dari pasien masuk ke halaman parkir hingga pasien pulang yang harus selalu diperbaiki dan disempumakan demi kepuasan dan keselamatan berobat pasien. Untuk mendapatkan gambaran pelayanan sterilisasi OK IBS menurut kacamata penyedia pelayanan (provider), perlu dilakukan suatu penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving Approach) dengan tujuan menyusun plan of action perbaikan kualitas layanan sterilisasi dari OK IBS RSUD Kota Bekasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara FGD (Focus Group Discussion), wawancara mendalam (indepth interview), expert panel dan observasi langsung, serta telaah data sekunder.
Penelitian ini menghasilkan suatu prioritas masalah dan prioritas penyelesaian masalah. Tiga masalah utama pada sterilisasi OK IBS adalah mesin sterilisator yang kurang dalam kualitas dan kuantitas, luas tempat bekerja yang terbatas dan kemampuan SDM sterilisasi di OK IBS yang masih belum cukup memadai.
Kurangnya kualitas mesin sterilisator bermula dari tidak adanya monitoring dan pengawasan berkala pada mesin sterilisator yang ada dan karena tuntutan volume pekerjaan yang meningkat dari tahun ketahun, sehingga petugas terbiasa bekerja dengan mesin sterilisator uap berkapasitas 500 liter pengadaan tahun 1980 yang dalam keadaan rusak; dengan produk linen operasi yang selalu basah dan rusaknya instrumen operasi serta linen operasi oleh sterilisator panas-kering yang merupakan andalan OK IBS selama ini. Masalah mesin sterilisator ini dapat dipecahkan dengan menetapkan bahwa mesin steam sterilisator yang lama sebagai mesin tidak layak pakai dan menggantikannya dengan mesin baru untuk sementara atau pembentukan instalasi CSSD dengan kelengkapan sarana dan prasarananya.
Perkembangan OK IBS yang terwujud dari beberapa kali renovasi tidak disertai dengan perkembangan dan renovasi atau perbaikan kinerja seksi sterilisasi; sehingga luas ruang bekerja dan sarana sterilisasi yang ada sejak tahun 1980 dengan 2 kamar operasi tidak disiapkan untuk keadaan sekarang dengan 5 kamar operasi dan frekuensi operasi 250 pasien per bulan. Masalah ruang kerja sterilisasi ini dapat dipecahkan dengan pembangunan gedung CSSD baru sebagai instalasi yang mandiri di-area belakang RSUD sebelah Unit Laundry.
Paradigma pembelajaran (learning paradigm) perlu dibangun di kalangan petugas OK IBS, khususnya petugas sterilisasi; kurangnya kualitas dan kuantitas SDM sterilisasi OK IBS dapat disebabkan oleh terbiasanya bekerja tanpa SOP, tanpa pengawasan, dan tanpa koreksi dimana keterbatasan pengetahuan tentang sterilisasi dari pimpinan dan pelaksana OK IBS dalam beaurocratic paradigm akan menjadi hambatan dari suatu usaha perbaikan dan pergembangan kinerja organisasi sterilisasi. Masalah kualitas dan kuantitas SDM ini dapat dipecahkan dengan menambah SDM baru yang siap untuk ditingkatkan kualitasnya melalui pendidikan berkala dan berlanjut bagi staf CSSD yang dilaksanakan oleh RS.Sardjito di Yogyakarta.
Kualitas pelayanan sterilisasi di OK IBS dipengaruhi juga oleh kinerja unit-unit lain di RSUD Kota Bekasi dan dipengaruhi oleh kebijakan manajemen, sehingga masalah-masalah yang muncul merupakan masalah yang terjadi juga di seluruh rumah sakit. Pemecahan masalah di OK IBS tidak dapat dilaksanakan hanya oleh OK IBS sendiri tetapi harus ada intervensi Manajemen Rumah Sakit.
Perlunya melakukan advokasi kepada DPR-D Kota Bekasi, agar masalah sterilisasi yang pada akhirnya menentukan kualitas pelayanan RSUD kota Bekasi dapat dimaklumi juga menjadi tanggung jawab pemerintah kota Bekasi sebagai stake-holder rumah sakit.

ABSTRAK
Reformation of the hospital management is necessary to improve the competitiveness of hospitals in global market era so that managerial problems in efficiency, productivity, quality and patient responsiveness could be solved. Control of nosocomial infection depends heavily on the performance of the sterilization unit in the hospital, especially in surgical treatment and other medical services which utilize sterile instruments.
Sterilization service of IBS Operating Theatre (OT) is the center for sterilization services at RSUD kota Bekasi which receives, processes, produces, sterilizes, stores and distributes surgical instruments to the operating theatre and medical instruments to units which needed them.
Bekasi City Regional Hospital (RSUD kota Bekasi) with the capacity of 261 beds, BOR 67,1 - LOS 3,7 - TOl 1,83 - BTO 65,54 - 350 monthly surgical procedure (Emergency OT: 100, Central OT: 250); has sterilization service combined within IBS OT with various problems and getting complaints from service users, especially the surgeons. Due to the high complaint rate, IBS OT strives to improve its service since it is an integral part of the hospital and part of the "moment of truth" for patient?s wellness and satisfaction. This study is conducted to obtain a picture of IBS OT's sterilization service from the provider's perspective.
This is a qualitative study with problem solving approach which aims to draft a plan of action to improve the quality of sterilization service at IBS OT RSUD kota Bekasi. Data collection was conducted through FGD (Focus Group Discussion), in-depth interview and direct observation and secondary data analysis.
This study results in problem and problem-solving priorities. The three main problems during IBS OT sterilization are: poor quality and quantity of sterilizatormachines, limited working area and human resources capability in IBS OT that not yet sufficient.
The poor quality of sterilizator machine started with the absence of regular monitoring and maintenance, and also due to the increasingly workload. The operator became used to work with the damaged 500-litre steam sterilization machine from 1980; with wet surgical lines and the damaged surgical instruments and linens by the hot-dry sterilizator which is the mainstay of IBS OT. The problem of sterilizator could be solved by discharging the damaged steam sterilizator and replacing it with a new machine; or the formation of CSSD unit complete with the necessary equipment.
The development of IBS OT from several renovations is not accompanied by the development and renovation or improvement of the sterilization unit; therefore the available working area and sterilization unit since 1980 with 2 operating theatres is not ready for the current condition with 5 operating theatre and 250 surgical procedures per month. This problem could be solved with the development of a new, contained CSSD building in the area at the back of RSUD, next to the Laundry Unit.
Learning paradigm needs to be socialized amongst IBS OT personnel, especially those handling the sterilization; the poor quantity and quality of sterilization personnel at IBS OT could be caused by the comfort of working without SOP, control and correction due to the limited knowledge about sterilization of the management of IBS OT. All of these and the bureaucratic paradigm will hinder the effort of performance improvement of the sterilization organization. The problem of human resources quantity and quality could be solved with the addition of new personnel who is ready to be developed through periodic continuing education for CSSD staff at Sardjito Hospital in Yogyakarta.
Sterilization service quality at IBS OT is also influenced by the performance of other units at RSUD kota Bekasi and management's decision, therefore the arising problems are also common problems at the hospital. Problem solving at IBS OT could not be conducted solely by IBS OT but need intervention from hospital management.
It is also important to approach Bekasi City Parliament (DPRD) to ensure that sterilization problem, which will ultimately determine the service quality of Bekasi City Regional Hospital, also falls under responsibility of Bekasi City government as one of the hospital's stake-holders.
"
2007
T19096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukmawati
"Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai peranan yang besar dalam meningkatkan status kesehatan wanita, dan berperan penting dalam menyelamatkan kehidupan, terutama untuk menurunkan Angka Kematian Maternal. KB memungkinkan seorang wanita dapat merencanakan kehamilannya sehingga dapat menghindari kehamilan yang tidak diharapkan, seperti umur terlalu tua atau terlalu muda serta jumlah persalinan yang terlalu sering. Masalah penelitian adalah masih rendahnya pemanfaatan kontrasaepsi IUD diantara Akseptor KB, serta masih terbatasnya informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kontrasepsi IUD diantara akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Samarang Kabupaten Garut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dan dominan dalam pemanfaatan pelayanan kontrasepsi IUD diantara akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Samarang Kabupaten Garut. Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional dengan jumlah sampel seluruhnya 194 orang. Analisa data dilakukan dengan Chi Square dan Regresi Logistik.
Hasil penelitian memberikan indikasi bahwa akseptor KB berpeluang untuk memanfatkan pelayanan Kontrasepsi IUD apabila pendidikannya makin tinggi, akseptor mempunyai pekerjaan, jumlah keluarga sedang, persepsi aman tentang alat kontrasepsi IUD, tidak merasa malu, persediaan alat kontrasepsi IUD banyak, alat pemasangan IUD lengkap, petugas pelaksana KB lebih tua, petugas sangat terlatih, privasi dari petugas sangat terjamin prosedur pelayanan sesuai dan sikap petugas yang baik.
Untuk mempertahankan kelestarian akseptor KB yang sudah memanfaatkan pelayanan kontrasepsi IUD dan meningkatkan cakupan kontrasepsi IUD, maka perlu dilakukan beberapa cara antara lain; berupaya memberikan penyuluhan pada kelompok sasaran tentang keuntungan alat kontrasepsi IUD, serta meningkatkan berbagai kompetensi petugas KB.

The Factors Related to The Use of IUD Service among Accepter in The Working area of Samarang Sub District Center of District of Garut 2001The family planning program has important role in developing the quality of woman's life, especially by decreasing the maternal mortality related to pregnancy and giving birth. Having followed the program, it would be possible for woman to make a plan for her pregnancy and avoid an unexpected pregnancy, such as too young or too old of age of pregnancy that is dangerous for her for giving birth. The research problem is that among reproductive age of female there is a consider low of use of IUD and lack of information about the factors associated to this issue in the working area of Samarang Sub District center of District of Garut.
The aim of the research is to get information the main factors in retting to the use of IUD service for user of the program in the working area of Samarang Sub District center of District of Garut. The research design is a Cross Sectional with 194 samples. The data analysis is through Chi Square and Logistic Regression.
The result of the research indicates that the accepter will be possibly to use the IUD service in they have higher education, have a job, have safe perception on IUD, not to feel shy, there are adequate supplies of IUD, complete equipment for installing IUD, more adult and skillful officials for the program, guaranteed privacy from the officials, good procedures and good attitude of the officials.
To keep the user having use IUD services continuously and to increase the number of IUD users, there for the health provider need to have others activity such as to give complete information to the target group and to improve skills of Family Planning officials.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8299
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Diandra Gita Barokah
"Rendahnya angka partisipasi laki-laki Indonesia pada kontrasepsi vasektomi disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah pandangan bahwa vasektomi menghilangkan maskulinitas laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna maskulinitas oleh akseptor vasektomi di perkotaan. Premis penelitian ini adalah para akseptor vasektomi sudah tidak lagi mempertimbangkan maskulinitasnya ketika ingin melakukan vasektomi karena mereka sudah hidup di wilayah perkotaan yang heterogeny dan toleran. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara mendalam kepada ketiga akseptor vasektomi yang tinggal di tiga kota: Depok, Bogor, dan Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiganya tidak mempertimbangkan nilai maskulinitas dan ketiganya tidak menyetujui gagasan maskulintias yang selama ini hadir di dalam masyarakat. Demikian disebabkan bukan karena mereka tinggal di wilayaha perkotaan, melainkan faktor pendidikan yang mereka tempuh. Masyarakat kota pada nyatanya masih memegang nilai-nilai maskulinitas tersebut. Pada penelitian ini juga ditemukan interseksi antara maskulinitas, patriarki, dan kekukasaan

The low participation rate of Indonesian men in vasectomy contraception is the result of a complex interplay of factors. One of these is the perception that vasectomy is a form of emasculation. This study aims to elucidate the concept of masculinity as perceived by vasectomy acceptors in urban areas. The underlying assumption of this research is that vasectomy acceptors No. longer consider their masculinity when seeking a vasectomy because they reside in a heterogeneous and tolerant urban environment. This research was conducted through in-depth interviews with three vasectomy acceptors who live in three cities: Depok, Bogor, and Surabaya. The results of this study demonstrate that all three individuals do not consider the value of masculinity and all three do not agree with the prevailing societal definition of masculinity. This is not a consequence of their urban residence, but rather a reflection of their educational backgrounds. In fact, urban society continues to uphold these traditional notions of masculinity. The study also identified intersections between masculinity, patriarchy and power."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>