Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158511 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nunung Kurniasih
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26427
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rani
"Pajanan bising di tempat kerja merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penurunan fungsi pendengaran seseorang. PT. Indomobil Suzuki International (PT. ISI) Plant Cakung sebagai salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang otomotif khususnya dalam memproduksi dan merakit komponen-komponen engine kendaraan roda dua dan roda empat dalam jumlah yang besar setiap harinya, tidak terlepas dari pajanan bising akibat penggunaan mesin mesinindustri yang mengeluarkan bising dalam setiap proses produksi.
Section Produksi Assembling (2W) merupakan salah satu section di PT. ISI Plant Cakung yang memiliki pajanan bising yang berpotensi menimbulkan gangguan pendengaran pada pekerjanya. Berdasarkan data pengukuran kebisingan ruang kerja Bulan Maret tahun 2008, beberapa area kerja di section ini, khususnya area pencucian crank case Assembling Line 1 dan Sub Assy Crank Shaft memiliki tingkat bising > 85 dBA. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat dosis pajanan bising harian yang diterima pekerja dan keluhan pendengaran yang dirasakan pekerjaselama bekerja di section tersebut.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain studi cross sectional dan dilakukan di PT. ISI Plant Cakung khususnya di section produksi Assembling (2W), yang berlokasi di Jl. Raya Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur dan dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2008 selama 1 bulan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang terlibat secara langsung dalam proses perakitan komponen engine kendaraan bermotor roda dua yaitu operator perakitan di Assembling Line 1, 2, 3, 4, dan Sub Assy Crank Shaft,dengan besar sampel sebanyak 146 orang.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengukuran dosis pajanan bising pada pekerja, yang secara langsung dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan alat ukur Noise Dosimeter Quest-400 dan pembagian kuisioner kepada pekerja yang telah dinyatakan sebagai sampel penelitian. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa gambaran umum PT. ISI Plant Cakung beserta alur proses produksi dan deskripsi lokasi penelitian, aktivitas kerja, waktu kerja, shift kerja, dan jumlah pekerja secara keseluruhan, yang diperoleh dari dokumen tertulis dan Indomobil Suzuki Operational Standard (ISOS) yang terdapat di Section Produksi Assembling (2W).
Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu nilai dosis pajanan bising harian pada seluruh sampel pekerja yang diukur, melebihi 100 %. Terdapat sekitar 21,9 % pekerja yang dijadikan sebagai sampel penelitian, mengalami keluhan pendengaran subjektif. Jenis keluhan pendengaran yang secara subjektif sering dirasakan oleh pekerja adalah telinga berdenging, kesulitan berkomunikasi baik secara langsung maupun melalui telepon, dan perbedaan persepsi daya dengar antara sebelum dan sesudah bekerja. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya keluhan pendengaran yang dirasakan pekerja pada masing-masing area kerja adalah usia dan masa kerja. Saran-saran yang dapat diberikan peneliti dalam menurunkan kejadian keluhan pendengaran pada pekerja akibat pajanan bising ini adalah dengan menerapkan Program Pemeliharaan Pendengaran (Hearing Conservation Programme)."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanik Prihartini
"Perkembangan industri di Indonesia maju berkembang dengan pesat untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia yang tidak bisa dipungkiri membutuhkan bahan kimia sebagai bahan baku maupun bahan campuran. Meskipun bahan kimia dibutuhkan keberadaanya tetapi di lain pihak bahan kimia tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungannya jika tidak ditangani secara baik dan benar . Salah satunya adalah industri sepatu yang dalam proses pembuatannya memerlukan bahan perekat yang mengandung toluen. Toluen merupakan salah satu senyawa volatile organic compound (voc) yang pada umumnya mengakibatkan gangguan kesehatan seperti pusing, vertigo, iritasi pada mata, iritasi pada kulit, gangguan pernafasan, gangguan hepar, gangguan ginjal serta gangguan susunan syaraf pusat.
Penelitian ini menggunakan desein cross sectional dengan pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) bertujuan untuk mengestimasi tingkat risiko kesehatan pada pada pekerja di bengkel sepatu X akibat pajanan toluen di kawasan Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung Jakarta Timur dan dilakukan pada bulan Maret - Mei 2010 dengan subyek penelitian pekerja sepatu di bengkel sepatu X di kawasan PIK Pulogadung Jaktim dan sebagai pembanding adalah pegawai BLUD Pengelola Kawasan PIK Pulogadung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi toluen di bengkel sepatu X sudah melebihi dosis respon (11,28mg/m3) dengan konsentrasi tertinggi di bagian finishing (27,2 mg/m3) sedangkan pada pembanding masih di bawah dosis respon (0.0006mg/m3). Jika dibandingkan dengan NAB, konsentrasi toluen masih di bawah batas normal. Konsentrasi asam hipurat urin pada pekerja dan pembanding masih di bawah batas normal yaitu masing-masing 0.73gr/gr kreatinin dan 0.25gr/gr kreatinin.
Hasil uji t menunjukkan adanya perbedaaan bermakna antara rata-rata konsentrasi toluen dan asam hipurat urin pada pekerja bengkel sepatu X dan pembanding (p<0.05). Tingkat risiko individu realtime dengan RQ>1 sebesar 8% (2 orang), perhitungan RQ pada tiap bagian, proyeksi 10 tahun ke dapan bagian finishing berisiko terhadap toluen.Tingkat risiko populasi sebesar 0,08 yang berarti belum berisiko terhadap pajanan toluen. RQ populasi proyeksi menunjukkan pada 20 tahun mendatang pekerja bengkel sepatu berisiko terhadap pajanan toluen."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T30822
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yana Irawati
"Uji petik udara lingkungan kerja di Bengkel Sepatu 'X' menunjukkan konsentrasi xylene melampaui dosis referensi menurut IRIS (0,1 mg/m3). Pekerja bengkel menjadi kelompok rentan yang beresiko mendapatkan efek merugikan akibat pajanan xylene dari udara lingkungan kerja. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat risiko pajanan xylene pada pekerja Bengkel Sepatu 'X' di Kawasan PIK Pulogadung Jakarta Timur 2010. Studi ini menggunakan pendekatan analisis risiko kesehatan yang meliputi 4 langkah penting: identifikasi bahaya, analisis dosis-respon, analisis pajanan dan karakterisasi risiko. Jumlah sampel sama dengan jumlah populasi yaitu 26 orang. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dan pengukuran langsung, tingkat risiko dihitung dengan cara membagi asupan dengan dosis referensi xylene. Rata-rata konsentrasi xylene di udara lingkungan kerja 0,05 mg/m3 dengan konsentrasi tertinggi di bagian upper/mukaan (0,18 mg/m3).
Data antropometri menunjukkan rata-rata berat badan pekerja 57 kg. Pola aktivitas pekerja meliputi ratarata 14,58 jam/hari waktu pajanan, 301,08 hari/tahun frekuensi pajanan dan rata-rata lama tinggal di lokasi studi 3,48 tahun. Tingkat risiko pekerja, baik individu maupun populasi berada di bawah dosis referensi IRIS. Proyeksi pajanan 20 tahun ke depan menunjukkan risiko individu pekerja terpajan xylene sebesar 19% yang meningkat 35% pada lima tahun berikutnya. Peningkatan risiko pada pekerja bagian upper/mukaan ditandai dengan nilai RQ hampir mendekati 1 pada proyeksi pajanan 30 tahun. Masukan batas aman konsentrasi xylene untuk 8 jam kerja adalah 0,36 mg/m3. NAB xylene sebesar 434 mg/m3 menurut SNI perlu dikoreksi karena hasil simulasi menggunakan konsentrasi tersebut mendapatkan nilai RQ di atas satu. Konsentrasi xylene di udara lingkungan kerja Bengkel Sepatu 'X' belum menimbulkan risiko efek kesehatan akibat pajanan xylene.

Pre-eliminary study of xylene exposure in the occupational air of Workshop 'X' had found the exceed xylene's concentration compared to the International Risk Information System reference dose (0,1 mg/m3). The footware workers had a risk to exposed by xylene. The aim of this study is to determine the risk quotient (RQ) of xylene exposure on footware's workers using health risk assessment approach with its four important steps: hazard identification, dose-response assessment, exposure assessment and risk characterization. Sample is 26 equal to number of population. Data is collected by interview and direct measurement. Risk assessment calculated by deviding intake with the reference dose of xylene. The mean concentration of xylene in the occupational air of Workshop 'X' is 0,05 mg/m3 with the higest concentration in the upper section (0,18 mg/m3).
Anthropometric data showed 57 kilogram as the weight average of footware's workers. Activity pattern including the average of 14,58 hours a day as time exposure, 301,08 days a year as a frequency of exposure and 3,48 years as time living in the workshop. Risk Quotient for both individual and the population is still below the reference dose of IRIS. Prediction of individual risk quotient for 20 years ahead showed that 19 % workers will be exposed to xylene and became increased to 35% in the next five years. The workers who work at upper section supposed to get adverse effect of xylene exposure with the indicator value of risk quotient almost close to 1 based on 30 years prediction. Suggestion for safe concentration of xylene during 8 hours exposure is 0,36 mg/m3. Using xylene concentration which establlished in SNI give RQ>1. Xylene concentration in the occupational air of Workshop 'X' is still below the IRIS reference dose.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28454
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meliana Sari
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26517
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sapta Viva Wibowo
"Gangguan pendengaran pada pekerja minyak dan gas bumi merupakan penyakit akibat kerja utama sampai saat ini. Gangguan pendengaran antara lain disebabkan oleh pajanan bahaya fisik berupa bising. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pajanan bising dan fungsi pendengaran pada pekerja di Platform KE-5 Kodeco Energy. Jenis penelitian adalah penelitian observasional dengan rancangan cross sectional yaitu meneliti sekaligus variabel independen, variabel dependen, dan vaiabel perancu pada waktu yang bersamaan. Analisis data adalah tabel dengan menggunakan analisis data univariat.
Didapatkan gambaran tingkat bising di platform KE-5 yang melebihi NAB yaitu pada rentang 81 dBA sampai dengan 103 dBA, dan tingkat pajanan bising di platform KE-5 melebihi NAB dengan dosis pajanan bising yang diterima pekerja terdapat di bawah NAB yaitu pada rentang 70,4 dBA sampai dengan 77,5 dBA, serta didapatkan tujuh pekerja dengan gangguan fungsi pendengaran.

Hearing impairment in oil and gas workers is the main occupational diseases. Hearing impairment, among others caused by exposure to physical hazards of noise. This study aims to know the description of noise exposure and hearing impairment in workers at KE-5 Kodeco Energy Platform. The type of research is observational with cross sectional design which examined as well as the independent variable, dependent variable, and confounding variable at the same time.
Obtained noise level at KE-5 Platform which exceeds the TLV is in the range of 81 dBA to 103 dBA, noise dose of exposure that received by workers are still under the TLV is still in range of 70.4 dBA to 77.5 dBA, the level of noise exposure in KE-5 Platform exceeds the TLV by noise dose exposure that received by workers less than the TLV and obtained seven workers with impaired hearing function.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T29467
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Nuraini
"Kebisingan merupakan suatu bahaya fisik yang masih menjadi masalah di dunia industri. Pajanan bising intensitas tinggi dapat mempengaruhi fungsi pendengaran dan non pendengaran pekerja. PT. X merupakan suatu industri semen yang memiliki bahaya bising di area produksi, khususnya area raw mill, pembakaran, dan finish mill. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran pajanan bising, serta melihat gambaran fungsi pendengaran dan keluhan subjektif non pendengaran yang dirasakan oleh pekerja. Penelitian dilakukan dengan metode cross sectional, dengan subjek penelitian adalah seluruh pekerja patrol untuk area raw mill, pembakaran, dan finish mill sebanyak 20 orang.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kebisingan area produksi (raw mill, pembakaran, dan finish mill) secara keseluruhan berkisar antara 75,4-108,2 dBA, pajanan bising yang diterima pekerja berkisar antara 81,5 ? 92,8 dBA. Terdapat 2 orang (10%) pekerja mengalami tuli ringan berdasarkan Permenakertrans No. 25 Tahun 2008 dari hasil rata-rata frekuensi 500, 1000, 2000 dan 4000 Hz, dan terdapat 2 orang (10%) mengalami NIHL berdasarkan frekuensi 4000 Hz. Faktor yang berkontribusi pada kejadian gangguan pendengaran pada pekerja antara lain, usia, masa kerja, penggunaan alat pelindung telinga yang tidak disiplin dan penggunaannya tidak tepat, riwayat pekerjaan dan perilaku merokok. Keluhan subjektif non pendengaran terkait bising yang paling banyak dirasakan oleh pekerja yaitu, perasaan tidak nyaman (85%).

Noise is a physical hazard which still a problem in the industrialized world. Exposure to high intensity of noise can affect hearing function and non-hearing function. PT. X is a cement industry possessing the noise hazard in the production area, especially at raw mill, kiln and finish mill area. The purpose of this study is to provide an overview of the noise exposure, as well as the auditory function and subjective complaints of non auditory perceived by workers. This study was conducted by cross sectional method, and the subjects of this study were all patroler workers for raw mill, kiln and mill finish area, which all 20 subjects participated in the study.
The results showed that overall noise level at production area (raw mill, kiln and mill finish) ranged from 75.4 to 108.2 dBA, noise exposure to workers ranged from 81,5 ? 92,8 dBA. There are 2 workers (10%) suffering mild deafness from the calculation of the average frequency of 500, 1000, 2000 and 4000 Hz based on Permenakertrans No. 25 Tahun 2008, and there are two workers (10%) suffering NIHL based on frequency of 4000 Hz. Factors contributing to the incidence of hearing loss in workers are age, working period, undisciplined and improper use of ear protection, work history and smoking behavior. The majority subjective complaints of non auditory related noise perceived by workers is annoyance (85%).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astuti Dwi Lestari
"Kebisingan di tempat kerja merupakan bahaya yang berisiko menimbulkan dampak terhadap kesehatan bagi pekerja. Pekerja yang terpajan kebisingan dan tidak diatasi dapat menyebabkan gangguan non-auditory berupa gangguan fisiologis, gangguan psikologis, dan gangguan komunikasi. Oleh karena itu, survei ini bertujuan untuk melihat efek kesehatan yang ditimbulkan oleh kebisingan serta hubungan pajanan bising tersebut dengan gangguan non-auditory pada pekerja bagian produksi PT. Tokai Dharma Indonesia. Variabel yang diteliti diantaranya intensitas kebisingan di unit produksi, penggunaan Alat Pelindung Telinga pada pekerja, dan keluhan subjektif gangguan non-auditory. Gangguan non-auditory diukur menggunakan kuesioner berdasarkan gejala yang dirasakan pekerja. Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pajanan kebisingan dengan gangguan fisiologis, gangguan psikologis, dan gangguan komunikasi pada pekerja bagian produksi PT. Tokai Dharma Indonesia.

Noise in the workplace is a health risk that can impact to the workers. If this noise can’t be managed, it will cause non-auditory effects like physiological effect, psychological effect, and communication disturbance. Therefore, the purposes of this survey are to see the occurrence of non-auditory effects and correlation of noise level to non-auditory effects of production’s workers in PT. Tokai Dharma Indonesia. Variables examined include noise level in production unit, use of Hearing Protection Device, and subjective symptom of non-auditory effects. Non- auditory effects based on self administered questionnaire. The analytical result indicated that there is a significant relationship between the level of noise exposure with physiological effect, psychological effect, and communication disturbance of production’s workers in PT. Tokai Dharma Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S53287
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erma Yusniarti
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26451
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Indriati Fatonah
"Industri sepatu di Indonesia berperan penting pada perekonomian masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam proses produksinya, industri sepatu menggunakan lem mengandung pelarut organik berbahaya seperti benzena. Penelitian ini dilakukan untuk memperkirakan risiko kesehatan akibat pajanan benzena dan manejemen risiko yang harus dilakukan. Tempat penelitian adalah bengkel sepatu "X" di kawasan Perkampungan Industri Kecil Pulogadung, Jakarta Timur. Pengukuran konsentrasi benzena di udara dalam empat bagian proses produksi sepatu, yaitu bagian sol, upper, open, finishing, dan satu ruang administrasi, pengukuran karakteristik antropometri terhadap dua puluh enam pekerja, yang meliputi berat badan, lama pajanan, frekuensi dan durasi pajanan, serta analisis biomarker trans,trans-muconic acid (t,t-MA) dalam urin telah dilakukan. Risiko kesehatan non karsinogenik dinyatakan dengan Risk Qoutient (RQ) yang didapatkan dengan membagi rata-rata asupan harian non kanker sepanjang hayat dengan konsentrasi referen (RfC), sementara risiko karsinogenik dinyatakan dengan Excess Cancer Risk (ECR) yang didapatkan dari perkalian antara asupan harian kanker sepanjang hayat dengan cancer clope factor (CSF) benzena.
Didapatkan bahwa konsentrasi rata-rata benzena pada bagian sol, upper, open, finishing, dan administrasi secara berurutan adalah 0,058 mg/m3, 0,008 mg/m3, 0,045 mg/m3, 0,076 mg/m3, 0,085 mg/m3, and 0,014 mg/m3. Dengan konsentrasi benzena demikian dan karakteristik antropometri serta laju asupan sepanjang hayat bagi para pekerja bengkel "X" didapatkan bahwa bagian sol, upper dan administrasi tidak terindikasi adanya risiko kesehatan non karsinogenik terhadap para pekerja (RQ 1), tetapi pada bagian open dan finishing, risiko kesehatan non karsinogenik telah terindikasi (RQ > 1). Pada perkiraan risiko karsinogenik semua pekerja memiliki ECR melebihi batas yang diperbolehkan (ECR > 1 x 10-4) yang berkisar antara 1,09 x 10-4 hingga 18 x 10-4. Analisa konsentrasi biomarker t,t-MA dalam urin menunjukkan bahwa konsentrasi t,t-MA dalam urin adalah 4.795 hingga 68.062 µg/g kreatinin atau lebih tinggi 9,6 hingga 136 kali dibanding batas konsentrasi referen. Manajemen risiko terhadap risiko kanker merekomendasikan batas aman konsentrasi benzena adalah 0,01 mg/m3.
Disimpulkan bahwa risiko kesehatan non karsinogenik hanya terjadi pada sebagian pekerja di bagian open dan finishing, sementara pada perkiraan risiko kesehatan karsinogenik seluruh pekerja telah melebihi batas yang diperbolehkan.

In Indonesia, footware industry has been contributing to the economy of lowincome community. Footware industry uses extensively adhesive glue containing hazardous organic solvent such as benzene. To estimate health risks from exposure to benzene and formulate management options, an environmental health risk assesment has been conducted in a shoes industry at Center of Small Industry (PIK) in Pulogadung, East Jakarta. Benzene concentrations were measured in indoor air af four processing room (sol, upper, open, finishing) and office room, twenty six workers were subjected to anthropometric measurement for body weight, contact rate survey for exposure time, frequency, and duration, and biomarkers analysis for urin trans, transmuconic acid (t,t-MA). Non Carcinogenic health risk is expressed as Risk Qoutient (RQ) and estimated by dividing average of lifetime daily non cancer intake by benzene reference concentration (RfC), while carcinogenic risk exppressed as Excess Cancer Risk (ECR) calculated by multiplying lifetime daily cancer intake by benzene cancer slope factor (CSF).
It was found that the mean concentration of benzene in sol, upper, open, finishing room and office room are 0.058 mg/m3, 0.008 mg/m3, 0.045 mg/m3, 0.076 mg/m3, 0.085 mg/m3, and 0.014 mg/m3, respectively. Exposing to these benzene concentration with current anthropometric and contact rate characteristics, RQ 1 was found in sol, upper and office room, whereas RQ > 1 was found in open and finishing room. On the other hand, all workers have ECR > 1 x 10-4, ranging from 1.09 x 10-4 to 18. 10-4. Meanwhile, urin t,t-MA concentration ranges from 4,795 to 68,062 µg/g creatinine, or 9.6 to 136 folds higher than the reference value of 500 µg/g creatinine. Management options for ECR > 1 x 10-4 suggests that safe concentration of benzene is 0.01 mg/m3, while the existing national threshold value is 32 mg/m3.
It is concluded while non carcinogenic risks are only suffered by workers in open and finishing unit, carcinogenic risks for all workers are unacceptable.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T30559
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>