Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 210641 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Mila Camelia
"Latar Belakang: Saat ini dunia sedang menghadapi pandemi COVID-19, yaitu penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki kasus COVID-19 cukup tinggi. Maka, perlu upaya pencegahan untuk mengurangi penyebaran COVID-19 di wilayah ini, salah satunya adalah perilaku mencuci tangan pakai sabun. Perilaku pencegahan COVID-19 dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti akses terhadap air bersih dan rumah sehat. Tujuan: Mengetahui hubungan antara perilaku mencuci tangan, akses terhadap air bersih, dan rumah sehat dengan prevalensi COVID-19 di Kabupaten Bogor pada tahun 2020. Metode: Desain studi ekologi dengan unit analisis kecamatan di Kabupaten Bogor yang berjumlah 40. Data didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan data terbuka BOGA PETA (Bogor Geodatabase untuk Satu Data Pemetaan). Data tersebut kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil: Uji korelasi menunjukkan nilai p=0,045 dan r=0,318 untuk cakupan rumah tangga yang mencuci tangan pakai sabun dengan prevalensi COVID-19, nilai p=0,091 dan r=0,271 untuk cakupan akses terhadap air bersih dengan prevalensi COVID-19, nilai p=0,137 dan r=0,239 untuk cakupan rumah sehat dengan prevalensi COVID-19. Kesimpulan: Variabel cakupan rumah tangga yang mencuci tangan pakai sabun memiliki hubungan signifikan yang berpola positif dengan prevalensi COVID-19, sedangkan variabel lain tidak menunjukkan hubungan signifikan.

Background: The world, including Indonesia, is facing a COVID-19 pandemic, which is a disease caused by SARS-CoV-2. Bogor Regency has a high number of COVID-19 cases. So, preventions are needed to reduce the spread of COVID-19, one of these is washing hands with soap. Besides that, COVID-19 prevention behavior can be influenced by access to clean water and healthy homes. Objective: Determine the relationship between hand washing behavior, access to clean water, and healthy homes with the prevalence of COVID-19 in Bogor Regency in 2020. Methods: Ecological study with 40 sub-district analysis units in Bogor Regency. Data obtained from the Health Office Bogor Regency and open data BOGA PETA (Bogor Geodatabase untuk Satu Data Pemetaan). Then, the data were analyzed by univariate and bivariate. Results: The correlation test showed p=0.045 and r=0.318 for the coverage of households washing hands with soap with prevalence of COVID-19, p=0.091 and r=0.271 for the coverage of access to clean water with prevalence of COVID-19, p=0.137 and r=0.239 for healthy home coverage with prevalence of COVID-19. Conclusion: The coverage of households washing hands with soap has a significant positive relationship with prevalence of COVID-19, while other variables do not show a significant relationship."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Okta Priyani
"Tujuan penelitian ini adalah menganalisis gambaran maupun identifikasi perbedaan secara spasial keterkaitan antara faktor-faktor risiko penyakit DBD, khususnya lingkungan fisik yaitu variasi iklim (suhu udara, kelembaban udara, dan curah hujan) dan demografi (kepadatan penduduk) terhadap penyebaran kejadian penyakit DBD di wilayah Kota Depok, Kota Bogor, dan Kabupaten Bogor tahun 2008-2010.
Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan pendekatan spasial. Untuk mencari besarnya hubungan digunakan metode ekologi, yaitu penelitian epidemiologik analitik observasional yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen (kepadatan penduduk, suhu udara, kelembaban udara, curah hujan) dengan variabel dependen yaitu penyakit DBD. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kecamatan di wilayah Kota Depok, Kota Bogor, dan Kabupaten Bogor pada tahun 2008-2010."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Billy A.
"Pengembangan sub-sektor peternakan terutama peternakan sapi di Kota Dumai menjadi
salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh pemerintah sebagai contoh dapat terlihat dari
program-programnya yang dibuat untuk membantu rakyat kecil dengan memberi bantuan ternak
sapi bantuan dan juga pengecekan kesehatan sapi dari penyakit menular. Salah satu penyakit
yang cukup merebak dan menjadi prioritas pemerintah Kota Dumai pada tahun 2008 yaitu
penyakit menular parasit darah. Penyakit menular parasit darah ditularkan oleh vektor seperti
nyamuk, lalat penghisap darah, dan caplak. Habitat vektor menjadi unsur variabel penting
sebagai pedoman untuk mengetahui dimana wilayah rawan penyakit. Hal ini diketahui melalui
situs habitat vektor penular seperti pemukiman, tutupan vegetasi, dan genangan air. Tujuan dari
penelitian ini adalah ingin mengetahui persebaran jumlah sapi terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi penyakit parasit darah dengan basis kandang dihubungkan dengan wilayah rawan
habitat vektor penyakit parasit darah di Kota Dumai. Menggunakan metode pendekatan
keruangan dan deskriptif dengan mengelompokan penyebaran wilayah rawan penyakit parasit
darah ke dalam 3 kelas, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Hasil yang didapat dari penelitian ini
yaitu persebaran jumlah sapi terinfeksi penyakit parasit darah per titik kandang dihubungkan
dengan wilayah rawan habitat vektor dan iklim sebagai variabel."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34202
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Ginanjar
"Dalam GBHN 1993 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas hidupnya. Pada Repelita VI tercantum bahwa tujuan pokok dari pembangunan kesehatan antara lain pengurangan angka kesakitan, kecacatan dan kematian serta peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, terjangkau dan dapat diterima masyarakat. Salah satu target yang ingin dicapai dengan pembangunan kesehatan adalah penurunan angka kesakitan dan kematian pada kelompok rentan, salah satunya pada kelompok anak-anak di bawah lima tahun. Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survey yang dilakukan, angka kesakitan diare pada sumua golongan umur adalah 280/1000 penduduk dan pada golongan balita adalah 1,5 kali pertahun (Depkes RI. 2000). Secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita yaitu 55%. Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survey yang dilakukan, angka kesakitan diare pada semua golongan umur pada tahun 2000 adalah 301/1000 atau 3,01%, cenderung meningkat dibanding angka kesakitan diare pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk (Depkes RI, 2002).
Berdasarkan Profil Kesehatan kasus diare di Puskesmas Sukmajaya pada golongan semua umur sebanyak 3.265 kasus dengan jumlah prevalensi sebesar 5,36%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis sumber air bersih dan kondisi fisik air bersih dengan kejadian diare. Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Sumber data adalah data primer yang didapatkan dengan cara observasi langsung dan wawacara menggunakan kuesioner dan data sekunder berasal dari laporan tahunan program kesehatan lingkungan Puskesmas Sukmajaya. Populasi penelitian adalah warga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sukmajaya dan sampel yang dianalisis adalah 90 ibu rumah tangga (responden) dengan menggunakan cara simple random sempling dan menggunakan analisis statistik untuk mengetahui frekuensi dan kebermaknaan hubungan.
Hasil penelitian menunujukkan bahwa kejadian diare 51,1%, Jenis sumber air bersih 88,9% yang menggunakan sumber air bersih dari air tanah, Kondisi fisik air bersih 88,9% yang kondisi fisik air bersihnya tidak baik, sedangkan untuk analisis bivariat didapat hubungan yang signifikan antara jenis sumber air bersih, kondisi fisik air bersih, jenis jamban, umur dan pendidikan dengan kejadian diare. Saran ditujukan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar Wilayah Kerja Puskesmas Sukmajaya agar selalu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), Dinas Kesehatan dan Puskesmas setempat untuk melakukan program intervensi dan implementasi penyuluhan tentang hidup sehat mencegah diare beserta penjelasan tentang diare dari etiologi, proses terjadi diare, tanda dan gejala,serta penanganannya dan perlu intervensi program untuk penyediaan fasilitas sumber air bersih, kondisi fisik sarana air bersih dan jamban yang baik."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Savitri
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S33863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosi Purnama Sari
"Pada tahun 2018, KLB diare di DKI Jakarta sebanyak 124 kasus yang tersebar di beberapa Kecamatan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan menganalisis secara statistik faktor lingkungan, permukiman kumuh dan bantaran sungai, kepadatan penduduk dengan kasus KLB diare di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018. Desain penelitian yang digunakan yakni studi ekologi dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari data Potensi Desa Tahun 2018 dan data Kependudukan yang berasal dari Dinas Dukcapil Provinsi DKI Jakarta dan menampilkan hasil dengan analisis spasial, meliputi variabel-variabel kasus KLB diare, pembuangan sampah, tempat pembuangan sampah sementara (TPS), jamban keluarga, tempat pembuangan akhir tinja, pembuangan limbah cair, sumber air bersih dan air minum, permukiman kumuh dan bantaran sungai, dan kepadatan penduduk. Hasil penelitian ini ditemukan hubungan signifikan antara permukiman kumuh dengan kasus KLB diare tahun 2018 di DKI Jakarta. Secara spasial mengindikasikan adanya hubungan antara keberadaan TPS, sumber air minum, permukiman kumuh, permukiman bantaran sungai dan kepadatan penduduk dengan kejadian KLB diare. Kesimpulan dari penelitian ini yakni kondisi sanitasi secara umum di DKI Jakarta memiliki kondisi yang lebih baik dari angka nasional, namun tingkat kepadatan peduduk di DKI Jakarta melebihi tingkat kepadatan nasional. Daerah tingkat kerawanan terjadi KLB diare yang tinggi terdapat pada 5 kecamatan. 
.....In 2018, outbreaks of diarrhea in DKI Jakarta were 124 cases spread across several districts. This research aims to provide an overview and statistically analyze environmental factors, slums and riverbanks, population density with the case of diarrhea outbreaks in DKI Jakarta in 2018. The design of the study uses an ecological study using secondary data from Potensi Desa BPS 2018 data and Population data and presented the result with spatial analysis, including case variables Outbreaks of diarrhea, waste management, temporary landfills (TPS), family latrines, fecal landfills, disposal waste water, clean water, drinking water, slums, riverbank settlements, and population density. The results from this research found a significant association between slums and diarrhea outbreaks in 2018 in DKI Jakarta. Spatially indicate a relationship between the existence of temporary landfills, drinking water sources, slums, riverbank settlements and population density with the occurrence of diarrhea outbreaks.The conclusion from this research is that sanitation conditions in DKI Jakarta have better conditions than the national rate, but the population density in DKI Jakarta exceeds the national density level. Areas with high levels of vulnerability occur outbreaks of diarrhea that are high in 5 districts.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Sari Wanodya
"Penyakit diare pada balita merupakan salah satu masalah ancaman kesehatan global. Kematian balita di Indonesia paling tinggi disebabkan oleh diare pada tahun 2019. Berdasarkan kasus yang dilayani di fasilitas kesehatan di tahun 2019, Provinsi Jawa Barat berada di urutan pertama sebesar 347.078 diare pada balita. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui secara spasial kejadian diare balita di wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2019. Data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersifat open source dari Dinas Kesehatan Jawa Barat dan BPS Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan analisis spasial. Persentase diare balita tertinggi berada di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan diikuti oleh Kabupaten Garut. Faktor yang menjadi penentu diare balita berbeda di tiap wilayah meliputi faktor fasilitas pelayanan kesehatan, faktor perilaku, faktor lingkungan, dan faktor indeks pembangunan manusia. Beragamnya faktor penentu diare balita di tiap wilayah menyebabkan perlunya intervensi dan kebijakan yang berbeda-beda di tiap wilayah sesuai dengan faktor penentu yang paling berpengaruh terhadap diare balita.

Diarrhea in children under five is one of the global health threats. The highest under-five mortality in Indonesia was caused by diarrhea in 2019. Based on cases served at health facilities in 2019, West Java Province was in first place with 347,078 diarrhea in children under five. The purpose of this study was to find out spatially the incidence of diarrhea in children under five in the district/city in West Java Province in 2019. The data in this study used opensource secondary data from the Dinas Kesehatan and BPS. This research uses an ecological study design with spatial analysis. The highest percentage of under-five diarrhea was in Bogor Regency, Sukabumi Regency and followed by Garut Regency. Factors that determine diarrhea in children under five are different in each region, including health care facilities, behavioral factors, environmental factors, and human development index factors. The various factors of toddler diarrhea in each region lead to the need for different interventions and policies in each region according to the most influential factors of toddler diarrhea."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asnah Rumiawati
"Pesanggrahan Singkarak merupakan tempat wisata yang terletak di tepi Danau Singkarak. Tempat ini terpilih sebagai lokasi penerapan teknologi air bersih dan sanitasi Pusperkim pada permukiman tepi Danau Singkarak. Tahun 2019 oleh kantor Balai Litbang Perumahan Wilayah 1 Medan. Sebelum melakukan penerapan teknologi dilakukan survei untuk mengetahui kondisi masyarakat, wisatawan dan pedagang yang terdapat di daerah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi karakteristik masyarakat, wisatawan, dan pedagang di kawasan Pesanggrahan Singkarak sebagai calon pengguna teknologi air bersih dan sanitasi. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data primer terkait aspek fisik dan non fisik dengan kuesioner, wawancara serta dokumentasi teradap wisatawan, pedagang dan masyarakat."
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2020
690 MBA 55:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fider Tendiardi
"Candi sebagai salah satu tinggalan arkeologis dapat menjadi suatu petunjuk telah berlangsungnya aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat. Menurut kitab India, Shilpa Shastra dan Manasara, pembangunan candi memiliki aturan-aturan yang harus ditaati, termasuk salah satunya mengenai penilaian terhadap kondisi dan kemampuan lahan yang akan dijadikan tempat bangunan suci tersebut. Di Indonesia karakterisitik fisik suatu wilayah dapat menjadi suatu pertimbangan tersendiri di dalam proses pembangunan suatu candi. Persebaran candi di Indonesia meliputi beberapa daerah, yaitu Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah, merupakan wilayah di Indonesia yang memiliki tinggalan budaya masa klasik berupa candi cukup banyak. Pola persebaran candi di Jawa Tengah cenderung mengelompok pada satu lokasi, yaitu Magelang. Pola persebaran candi yang mengelompok di Jawa Tengah ini memperlihatkan bahwa penempatan candi di Jawa Tengah sudah dalam batas-batas tertentu mengikuti aturan umum, seperti yang tertulis dalam kitab India, yang berlaku dalam masyarakat. Lokasi candi di Jawa Tengah umumnya berada di ketinggian 100 - 500 mdpl, lereng 2- 15%, bentuk wilayah volkan, jenis tanah andisol dengan batuan penyusun extrusive intermediate, dan berada dekat dengan sungai.

Candi as one of the archaeological remains can be a clue already on going activities under taken by a community. According to the book of India, Shilpa Shastra and Manasara, the construction of Candi has rules that must be adhered to,including the one on the assessment of the condition and the ability of the land to be used as a place of sacred buildings. In Indonesia,the physical characteristics of an area can be a separate consideration in the process of construction of a Candi. Distribution temple covers some areas in Indonesia, like Sumatra, Java, Bali and Borneo. Java, especially Central Java,is an area in Indonesia which has a pretty much a period of cultural remains the classic form of Candi. The spatial pattern of Candi in Central Java tend to cluster in one location, namely Magelang. Clumped spatial pattern Candi in Central Java shows that Candi in Central Java placement is within the limits specified following the general rule, as writtenin the book of India, prevailing in society. Locations temple in Central Java based on the physical characteristics of the region are at an altitude of 100-500 meters above sea level, slopes 2-15%, form volcanic region, soil type andisol with extrusive rock intermediate constituent, and is close to the river.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T36744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>