Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181588 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Septiono
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26620
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Anas
"Populasi penyandang autis di berbagai belahan dunia dalam beberapa dekade ini menunjukkan peningkatan yang sangat tajam, tak luput di Indonesia juga mengalami peningkatan yang sama. Dampak dari kehadiran penyandang autis ini dirasakan oleh keluarga, di satu sisi keluarga harus menghadapi tantangan global yang semakin menekannya di sisi lain keluarga yang memiliki anak autis harus mempersiapkan anak tersebut agar dapat mandiri pada jamannya kelak. Oleh karena itu mau tidak mau keluarga harus membekali mereka dengan pendidikan yang cukup sejak dini.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penyandang autis pada masa mendatang mau tidak mau lembaga pendidikan akan terkena dampaknya. Namun tidak semua lembaga pendidikan mau menerima penyandang autis untuk dapat mengenyam pendidikan di lembaganya, menerima penyandang autis berarti menanggung suatu resiko. Dengan kondisi demikian inilah dilakukan penelitian dengan mempertanyakan bagaimana adaptasi penyandang autis di lingkungan sekolah.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Permata Harapan Jakarta Timur dan Sekolah Dasar Negeri Tebet Timur 11 Pagi Jakarta Selatan. Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran mengenai pola adaptasi penyandang yang dilihat pada kemampuan interaksi, kemampuan bahasa, perilaku khas dan kemampuan akademik serta peran guru maupun orang tua
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang menfokuskan pada 3 penyandang autis yang memiliki gangguan penyerta yang berbeda. Sedangkan jenis penelitian yang dipakai adalah explorasi, pengumpulan data
dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 11 orang, yang terdiri dari 3 ibu dari penyandang autis dan 8 orang guru. Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah purposive (non probability), yakni atas dasar penilaian bahwa informan tersebut mengetahui dan terkait dengan permasalahan yang sedang dikaji.
Untuk menganalisa pola adaptasi penyandang autis di sekolah pada penelitian ini menggunakan teori Merton yaitu pola-pola adaptasi individu dalam situasi tertentu.
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan terdapat dua pola adaptasi, yang pertama berbentuk conformity pada kedua kasus dan yang kedua berbentuk retreatisme pada satu kasus. Pala adaptasi conformity pada kedua kasus tidaklah terlepas dari perhatian dan bimbingan guru maupun orang tua sejak dini dan terus menerus. Sedangkan pola adaptasi retreatisme pada satu kasus tidaklah terlepas dari menurunnya perhatian orang tua dan pendekatan guru yang kurang tepat.
Dari hasil penelitian telah muncul beberapa saran baik kepada guru maupun orang tua. Guru perlu mengupayakan sarana belajar yang efektif sesuai dengan karakteristik penyandang autis, guru perlu mencatat kebutuhan khusus penyandang autis, guru perlu merubah pendekatan yang selama ini belum tepat atau mengikuti pelatihan tentang penanganan anak autis. Sedangkan saran kepada orang tua perlu bekerjasama dengan guru untuk memantau perkembangan penyandang autis."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belonia Prihandini Utami
"Hidup membuat anak penyandang autis kebingungan ketika tidak ada pola yang bisa dijadikan acuan. Lingkungan terprediksi perlu dihadirkan dalam rangka memberi pola acuan yang bisa dibaca dengan mudah oleh mereka. Rumah sebagai sebuah setting dimana derajat terprediksi ditemukan, dari segi ruang, waktu dan keberadaan keluarga menjadi penting untuk diungkap. Lingkungan terprediksi ternyata dicapai melalui penyediaan sebuah pola yang konsisten dan stabil lewat spatial sequencing of functions dan visual attributes. Kebutuhan khusus ruang ini mendukung tercapainya kebutuhan akan stimulasi, keamanan, dan identitas yang bersama koreografi spasial keluarga mengoptimalkan dan membantu anak penyandang autis mandiri dalam kesehariannya di rumah.

Life is bewildered when autistic child found no set pattern. The need for a predictable environment is a concern on autistic child life?s to provide them the set pattern, easy to read. Home as a setting where the predictability degree exists, on its space, time and family presence become important to be revealed. Predictable environment is achieved by providing a consistency and stability through spatial sequencing of functions and visual attributes. These special needs of space support the needs for spatial stimulation, security, and identity, moreover collaborate with family?s spatial choreography to optimize and support autistic child?s independence on their daily life at home."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42664
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rozala Ria
"Penelitian ini membahas tentang hubungan antara family functioning dan psychological well-being ibu dari anak autis usia kanak-kanak menengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode lapor diri (self-report). Lima puluh satu orang ibu yang memiliki anak autis usia 6-12 tahun mengisi dengan lengkap kuesioner family functioning dan psychological well-being. Pengukuran family functioning dilakukan dengan menggunakan modifikasi alat ukur Family Assessment Device (FAD) yang dikembangkan Epstein, Bishop dan Levin (1976) dan untuk mengukur psychological well-being menggunakan modifikasi alat ukur Psychological Well-being Scale yang dikembangkan oleh Ryff (1989).
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara family functioning dengan psychological well-being pada ibu dari anak autis (r = 0.756 ; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin efektif keberfungsian keluarga berdasarkan persepsi ibu, maka semakin tinggi psychological well-being individu, dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat King, King, Rosenbaun & Goffin (1999) bahwa family functioning sebagai salah satu faktor sosial-ekologis merupakan prediktor yang signifikan pada psychological well-being orang tua dengan anak autis.

This study discusses the relationship between family functioning and psychological well-being of mothers of autistic children in middle childhood. Fifty one mothers who have autistic children with age 6-12 years, complete the family functioning and psychological well-being questionnaires. Family functioning was measured by using a modification of the Family Assessment Device (FAD) instrument developed by Epstein, Bishop, and Levin (1976) and to measure the psychological well-being using a modified Psychological Well-being Scale developed by Ryff (1989).
The results of this study indicate there is a significant positive relationship between family functioning with psychological well-being of mothers of autistic children (r = 0756; p = 0.000, significant at the LoS 0.01). Therefore, the more effective functioning of the family, the higher psychological well-being of individuals. This is in accordance with the opinion of King, King, Rosenbaun & Goffin (1999) that the family functioning as a social-ecological factors are significant predictors of psychological well-being of parents with autistic children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irin Oktafiani
"ABSTRAK
Skripsi ini menjelaskan mengenai pola pengasuhan dua anak laki-laki bergejalaautis dalam keluarga Batak. Perasaan sayang yang dirasakan oleh orangtua kemudian terbentuk menjadi perilaku dalam pengasuhan anak mereka. Walaupun lahir dengan keadaan berbeda, anak laki-laki bergejala autis tetap diasuh seperti anak normal lainnya dalam rangka mempertahankan nilai budaya dalam masyarakat Batak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara in-depth interview dan pengamatan untuk mendapatkan data yang menjelaskan keterkaitan pengasuhan dua keluarga dengan anak laki-laki bergejala autis, terhadap nilai budaya masyarakat Batak, yaitu hamoraon, hagabeon, dan hasangapon.

ABSTRACT
This thesis explains about upbringing patterns of two male child with autism symptoms in Batak’s family. The love felt by the parents then, becomes into behaviors to raise their children. Although born in different being like others, but these male child with autism symptoms still treated like normal children to keep the Bataknese cultural values. Datas collected by in-depth interview and observation way to explain about the connection between the upbringings of two families of boys with autism symptoms towards Bataknese cultural values of hamoraon, hagabeon, and hasangapon."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wendelinus Imus
"Kehadiran anak autis dalam suatu keluarga dapat mempengaruhi seluruh kehidupan anggota keluarga. Permasalahan tersebut menimbulkan keinginan peneliti untuk membantu dengan cara menggali permasalahan orangtua, tahapan penerimaan anak dan bentuk dukungan yang mereka perlukan. Melalui Focus Group Discussion (FGD) keinginan ini terwujud.
Dari hasil analisis focus group discussion tampak bahwa pennasalahan orangtua berkisar pada tingkah Iaku anak, kemampuan anak, pendidikan dan terapi bagi anak, biaya terapi dan alat yang tinggi. Hal baru yang ditemukan dalam penelitian ini adalah disamping menyimpan harapan akan anak-anaknya, orangtua juga menyimpan rasa kekhawatiran akan masa depan anak.
Awalnya hampir semua orang tua terkejut, menolak diagnosis, sedih dan marah dan bertanya mengapa hal itu menimpa mereka hingga berupaya mencari informasi yang lebih Iengkap. Ada orangtua yang merasa tak berdaya namun ada yang mengalami emosi negatif terutama bila memikirkan masa depan anak hingga menerima keadaan anaknya. Orangtua tidak terlalu berharap dan sebaliknya mereka berusaha untuk menata lingkungan anaknya sesuai kemampuan anak. Akhimya, orangtua lebih memperhatikan bagaimana harapan dan kehidupan anaknya kelak dan bagaimana menanggulangi dampak pada orangtua dan keluarga secara keseluruhan.
Tampak pula bahwa umumnya orangtua menyadari bahwa untuk meringankan beban, mereka membutuhkan dukungan sosial dari lingkungannya, termasuk dari orang-orang terdekat seperti keluarga dan sahabat. Keterlibatan anggota keluarga secara lebih nyala sangat diharapkan. Demikian pula keterlibatan instansi untuk memfasilitasi penemuan orangtua.
Dengan memperhatikan pemmsalahan orangtua diatas, tahapan penerimaan anak serta dukungan sosial yang mereka butuhkan maka sangat diperlukan suatu wadah yang dapat menampung, membantu para orangtua memecahkan pemmasalahan mereka melalui parent support group. Tujuannya adalah memberikan kesempatan untuk mempraktekkan ketrampilan interaksi sosial dengan orang lain. Mereka menceritakan komitmen untuk berubah, dorongan bagi orang lain yang bermutu, dan dapat dipertanggungjawabkan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38567
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Elisa
"Membesarkan anak penyandang autisme merupakan tantangan bagi ibu dan dapat menjadi sebuah pemicu terjadinya stres dikarenakan karakteristik anak, kebutuhan terapi dan keterlibatan ibu dalam tugas perawatan anak sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran tingkat stres ibu yang memiliki anak penyandang autisme. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional) menggunakan sampel ibu dari anak penyandang autisme di Rumah Autis Bekasi sebesar 40 responden yang dipilih dengan teknik total sampling.
Instrumen yang digunakan adalah Parental Stress Scale (PSS) untuk mengukur tingkat stres yang dialami orangtua karena kehadiran anak. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari sebagian ibu mengalami tingkat stres rendah. Hal ini diperkirakan berkaitan dengan beragamnya perolehan data demografi yang berpotensi untuk memengaruhi tingkat stres ibu selama mengasuh anak.
Saran bagi penelitian selanjutnya adalah melihat tingkat stres ibu berdasarkan tingkat keparahan anak dan faktor lain yang memengaruhi tingkat stres selama mengasuh anak.

Raising a child with autism is a challenge for the mother and can be a trigger of high stress due to the characteristics of the children, therapy needs and the mother?s involvement in the daily child care tasks. This study aims to identify the stress levels among mothers of children with autism. The design of this study was a descriptive cross-sectional approach used a sample of mothers who have autistic children at the Rumah Autis Bekasi, 40 respondents were selected with a total sampling technique. The instruments used were the Parental Stress Scale (PSS) to measure the level of stress experienced by parents because of the presence of children. The results of this study showed more than most mothers experience lower levels of stress. It is expected to be related to the demographic diversity of the data acquisition with the potential to affect the level of mothers? stress during parenting. Suggestions for future research are to see the mother's stress levels
based on the severity of the child and other factors that affect the levels of stress during parenting."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khodijah Salimah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang anak autis yang mengalami permasalahan pada
penerimaan dan pemrosesan integrasi sensori. Permasalahan ini dapat di-treatment
dengan penyesuaian pada pengalaman sensori dan integrasinya melalui aspek
arsitektural berupa penyesuaian atribut sensori dan narasi sequence. Penanganan ini
juga dapat dilakukan melalui game komputer. Skripsi ini menganalisis game Rufus
Goes to School dan keterkaitan aspek arsitektural tersebut dengan ruang game. Atribut
sensori visual hadir melalui representasi game komputer dengan treatment sensori
secara spesifik. Sedangkan narasi sequence diciptakan dari sifat yang muncul dalam
assigned qualities yaitu pengoperasian ruang game dan elemen game sebagai
penanaman adaptasi terhadap karakter repetitif dari anak autis

ABSTRACT
This thesis discusses the autistic child who had problems with sensory processing and
integration. This problem can be treated with sensory experience and integration with
architectural aspects such as adjustment of sensory attributes and narrative sequences.
The teratment can be conducted through computer games. This thesis analyzes the
game Rufus Goes to School by exploring the architectural aspects in the game space.
Visual sensory attributes are present through representation of computer games with
sensory specific treatment. While the narrative sequence is present in the characters
that appear in the assigned qualities, namely the operation of gaming space and
elements of the game as a learning treatment for adaptation to repetitive character of
children with autism.
"
2016
S64015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wafi Nubli Izazi
"ABSTRAK
Gangguan tidur yang kerap dialami oleh anak autis akan berdampak pada penyimpangan perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran gangguan tidur dan perilaku pada anak autis usia sekolah dan usia remaja. Penelitian ini menggunakan desain descriptif dengan pendekatan cross sectional. Responden sebanyak 41 anak autis di 7 sekolah formal maupun sekolah khusus autisme yang ada di Depok dipilih dengan teknik sampling snowball. Gangguan tidur diukur menggunakan Children?s Sleep Habits Questionnaire (CSHQ) dan perilaku menggunakan Child Behavior Checklist (CBCL) yang ditanyakan kepada orang tuanya. Hasil penelitian ini berdasarkan cut of point menunjukan bahwa 30 % anak autis mengalami gangguan tidur dan 10 % mengalami perilaku menyimpang. Perawat perlu memberi asuhan yang tepat terkait masalah tersebut.

ABSTRACT
Sleep disorders that are often experienced by children with autism will have an impact on deviant behavior. This research aimed to describe sleep disorders and behavioral disorders among school age children and adolescence suffering autism. This research was a quantitative research with descriptive cross sectional design. The data was collected from 41 children in School. The children?s sleep disorders and behavioral disorders were measured with Children?s Sleep Habits Questionnaire (CSHQ) and Child Behavior Checklist (CBCL) which was rated by their parents. This research was conducted at seven inclusive schools and special schools for autism children in Depok. The result based on cut of point showed that 30% autism children experience sleep disorders and 10 % of them experiencing behavioral disorders. It is recommended that nurses provide nursing care to overcome sleep disorders and behavioral disorders among autism children."
2015
S61160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelina Syarif
"Autisma adalah salah satu gangguan yang dialami dalam masa perkembangan anak. Islilah ‘autisme’, baru dikenal di Indonesia secara luas semenjak tahun 1995-an, dan beberapa tahun terakhir merupakan suatu istilah atau fenomena yang cukup membuat khawatir kebanyakan orang tua. Belakangan ini jumlah anak yang dicliagnosa menyandang autisma semakin bertambah banyak seiring dengan meningkatnya faktor pemicu munculnya gangguan ini seperti faktor lingkungan (termasuk polusi udara) dan pola hidup. Menurut catatan pakar autis, di Amerika Serikat jumlah penyandang autis meningkat tajam dari tahun ke tahun bila dibandingkan dengan kelahiran normal. Pada tahun 1987 dikatakan I diantara 5000 anak menunjukkan gejala autisme maka I0 tahun kemudian tercatat l diantara 500 kelahiran. Bahkan pada 3 tahun terakhir meningkat menjadi l dari |50 kelahiran dan pada tahun 2001 jumlah ini meningkat menjadi 1 dalam 100 kelahiran. Jumlah penyandang autis di Indonesia kurang diketahui secara pasti tetapi di iperkirakan tidakjauh Dari perbandingan di Amerika tersebut. Banyak masyarakat yang belum memahanli istilah autis ini secara luas dan seringkali terjadi salah pengertian terhadap istilah ini. Perasaan bersalah, stres dan menghukum diri sendiri sering terjadi pada orang ma yang anaknya didiagnosa sebagai penyandang autisme ini karena belum memahami benar apa sebenamya autisma ini. Sebagai suatu gangguan perkembangan yang baru dikenal luas masyarakat, pemahaman terhadap istilah autisma sering kurang tepat. Bahkan para p rofcsional yang menangani anak yang mengalami gangguan perkembangan pun kadang masih mengalami kesulitan dalam rnendiagnosa seorang anak yang menunjukkan ciri-ciri autisme, sehingga orangtua harus mendatangi beberapa orang ahli sampai mendapatkan kesimpulan bahwa anaknya ternyata menyandang gangguan autisme. Terkadang suatu gejala sudah dianggap menunjukkan kelainan tenentu dan penangananya hanya untuk mengatasi keterlambatan yang ada tanpa melihat faktor lain yang mungkin menjadi penyebabnya. Seorang anak yang menunjulckan gejala yang hampir sama dapat menghasilkan diagnosa yang berbeda. Seorang anak yang menyandang autisma ini akan mengalami masalah, terutarna saat memasuki usia sekolah. Mereka sulit mengikuti kegiatan di sekolah umum biasa karena liclak clapat mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru, berperilaku seenaknya dan dianggap mengganggu tata trtib sekolah. Gejala autisma sudah bisa terlihat dalam 30 bulan pertama kehidupan seorang anak. Jadi sebelum mereka berusia 3 tahun, gangguan autisma ini sudah bisa dideteksi bahkan sebagian dari mereka sudah menunjukkan gejala semenjak lahir, namun seringkali luput dari perhatian orangluanya (Sutadi, 1997). Beberapa ahli masih memperdebatkan pengklasifnkasian autisme ini, namun mereka sepakat dengan istilah Autistic Spectrum Disorder (ASD) atau ganggguan dengan spektrum autistik. Gejala autistik muncul dalam berbagai tingkatan dari yang ringan sampai yang berat dan tampak Iebih sebagai spektrum karena ternyata ditemukan anak yang tidak hanya menampakkan gejala autis melainkan juga anak dengan gangguan mmbuh kembang. Seperti anak yang rnengalami gangguan dalam perkembangan bahasa tetapi memiliki keterampilan motorik yang relatif baik sehingga istilah autis yang dikenal luas di masyarakat tidak hanya ditujukan pada anak yang menyandang autis murni. Gangguan autisme ini diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan dari yang ringan hingga gangguan yang berat. Pengklasifikasian ini dapat dilakukan dengan menggunakan ‘alat’ antara lain dengan CARS ( Childhood Autism Rating Scale- bisa dipergunakan unluk mendiagnosa anak yang berusia 3 tahun keatas) dan GARS (Gilliam Autism Rating Scale- dapat dipakai untuk mendiagnosa penyandang autis berusia 3-22 tahun). Aspek-aspek yang diungkap dalam CARS dan GARS secara garis besar adalah sama. Perbedaannya keduanya adalah CARS masih menggunakan pengertian dari DSM-III dan cenderung mendiagnosa autis seorang anak yang memiliki keterampilan verbal yang minim, begitu juga terhadap anak yang memiliki keterbelakangan mental. Sedangkan GARS dibuat berdasarkan DSM-IV yang memuat kriteria diagnosa autis yang lebih rinci. Dalam studi ini peneliti mencoba untuk menyempurnakan instrumen berupa cheklist sebagai pedoman anamnesa dan observasi yang dapat sekaligus memberikan gambaran kemajuan seorang anak penyandang autis sejak awal diagnosa sampai saat/setelah ia menjalani terapi. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan cheklist GARS, dengan menambahkan sejumlah aspek-aspek pertanyaan dalam anamnesa dan observasi yang belum terdapat dalam GARS sebagai pelengkap. Cheklist yang baru ini diberi nama GARS Plus. Cheklist ini diharapkan dapat memudahkan pembuatan diagnosis dalam waktu yang relatif singkat dan terutama ditujukan untuk panyandang autis yang berusia dibawah 5 tahun. Pemakaian terutama untuk usia balita, agar anak dapat didiagnosa secara tepat semenjak dini karena pada usia balita terjadi perkembangan otak yang pesat. Anak dapat diberi stimulasi untuk meningkatkan kemampuannya dan mengurangi dampak dari gangguan ini. Sampel penelitian pada penelitian ini adalah para orangtua dari 5 orang anak penyandang autis yang sedang menjalani terapi di sebuah klinik. Sampel ini dipilih dengan menggunakan teknik incidental sampling, artinya hanya terbatas pada orang tua yang bersedia ikut sebagai sampel. Hasil diagnosis anak (penyandang) autis yang sudah ada akan di cross-check dengan instrumen GARS plus, untuk melihat apakah hasil yang didapat tetap konsisten."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T37955
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>