Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106008 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vika Anggraeni
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26776
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiyyah Mutsla
"Adanya transisi epidemiologi menjadikan penyakit tidak menular menjadi masalah baru di dunia kesehatan. Kanker leher rahim merupakan salah satunya. Penelitian Globocan tahun 2008 mengungkapkan bahwa kanker leher rahim merupakan kanker kedua penyebab lebih dari 80% kematian pada perempuan yang hidup di negara-negara berkembang. Di Indonesia dilaporkan terdapat 15.000 kasus baru kanker leher rahim pada tiap tahunnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kanker leher rahim di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder di bagian rekam medis RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan desain studi kasus kontrol dan sampel sebanyak 100 orang masing-masing pada kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Faktor-faktor yang diidentifikasi dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim adalah umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah pasangan seksual, dan paritas. Diketahui bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian kanker leher rahim di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012 adalah paritas ≥3 anak (OR = 51,8; 95% CI: 14,53 - 184,67) dan berhubungan seksual pertama kali pada usia <16 tahun (OR = 40,91; 95% CI: 8,96 - 186,81).
Untuk mengurangi kejadian kanker leher rahim diharapkan bagi instansi terkait dapat lebih mengutamakan upaya pelayanan promotif dan preventif dengan meningkatkan cakupan pelayanan deteksi dini kanker leher rahim dan penyuluhan kesehatan mengenai kanker leher rahim yang lebih massal sehingga dapat mencapai semua lapisan masyarakat.

Transition of epidemiology has made a non-communicable diseases becoming the new health problems in the world. Cervical cancer is one of the problems. Globocan study in 2008 have shown that cervical cancer is the second most common cancer that leading causes more than 80% of deaths in women living in developing countries. In Indonesia there are 15.000 new cases of cervical cancer reported each year.
The purpose of this study is to know the prevalence of cervical cancer itself and risk factors that associated with cervical cancer in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, 2012. The research was conducted by taking secondary data on the medical record of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta with case-control study and the sample size is 100 subjects in the case group and control group, respectively.
Factors that have been identified to increase the risk of cervical cancer are age, education level, employment status, age at first sexual intercourse, number of sexual partners, and parity. It is known that the most dominant factors that affecting the incidence of cervical cancer in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta in 2012 are high parity (≥3) (OR = 51,8; 95% CI: 14,53 – 184,67) and first sexual intercourse at age <16 years (OR = 40,91; 95% CI: 8,96 - 186,81).
To reduce the incidence of cervical cancer the related agencies are expected to be more emphasis on promotive and preventive programs to improve the coverage of early detection of cervical cancer and health education about cervical cancer to be more mass so it can reach to all levels of society.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Zuraidah
"LATAR BELAKANG: Salah satu penyebab kematian bagi penderita kanker pada wanita adalah kanker serviks. Secara histopatologik kanker leher rahim yang banyak ditemukan adalah jenis karsinoma sel skuamosa. Pada penelitian diteliti beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan karsinoma sel skuamosa.
METODE: Desain studi ialah kasus-kontrol dengan subyek penderita kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa berdasarkan pemeriksaan histopatologik yang datang ke RSUPNCM Jakarta dan belum mendapatkan pengobatan.
HASIL: Dari 302 wanita penderita kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa yang diteliti terdapat 34,4% pada golongan umur 52 tahun sampai 62 tahun yang memiliki risiko tinggi, dengan rasio odd suaian (OR) 24,05 dan 95% interval kepercayaan 6,34 ; 91,24. Umumnya wanita berpendidikan tingkat SD dan wanita tidak sekolah memiliki risiko tinggi dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan SMP ke atas, dengan rasio odd suaian berturut-turut 17,97 dan 12,91 dan 95% interval kepercayaan berturut-turut 2,82 ; 114,66 dan 1,96 ; 84,92. Jenis kontrasepsi yang digunakan yang dapat meningkatkan risiko adalah kontrasepsi hormonal jika dibandingkan dengan yang tidak memakai kontrasepsi, dengan rsio odd suaian 2,83 dan 95% interval kepercayaan 1,34 ; 6,00.
KESIMPULAN: Pada penelitian ini terlihat bahwa faktor-faktor risiko dominan yang berhubungan dengan terjadinya kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa adalah umur yang lebih tua, tingkat pendidikan rendah dan penggunaan kontrasepsi hormonal.

Risk Factors of Cervical Squamous Cell Carcinoma in Dr. Cipto Mangunkusumo National Central Hospital Jakarta 1997-1998BACKGROUND: Mortality of cervical cancer is highest among cancer in women. The histological type of cervical cancer is mostly squamous cell carcinoma. The purpose of this study is to show the risk factors of cervical squamous cell carcinoma.
METHOD: The design is a case control study carried out in patients from Dr. Cipto Mangunkusumo National Central Hospital Jakarta during 1997-1998 confirmed histologically with cervical squamous cell carcinoma, who has not started any treatment.
RESULT: From 302 women with squamous cell carcinoma of cervix examined, the high risk groups were found to be as follows : 1) 52-62 year age group (34,4%) with adjusted odds ratio (OR) 24,05 and 95% confidence interval (95% CI) 6,34 ; 91,24 2) low education level, elementary 1 no education compare with women with higher education level showed adjusted odds ratio (OR) 17,97 and 12,91, and 95% confidence interval (95% CI) 2,82 ; 114,66 and 1,96 ; 84,92 3) hormonal contraception compared with those who didn't use any contraception showed adjusted odds ratio (OR) 2,83 and 95% confidence interval (95% CI) 1,34 ; 6,00.
CONCLUSION: This study showed that older age group, low education and hormonal contraception were dominant risk factors of cervical squamous cell-carcinoma."
2001
T10520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wresti Indriatmi
"LATAR BELAKANG: Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) merupakan masalah yang berdampak penting pada wanita hamil. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya ISR, namun jarang sekali dilakukan penelitian mengenai hal ini.
METODE: Dilakukan studi potong lintang dengan analisis kasus kontrol. Subyek ialah wanita hamil, yang tidak mengalami inkompetensia serviks, plasenta praevia, perdarahan per vaginam, ketuban pecah dini, atau karsinoma serviks, yang datang ke Poliklinik Antenatal Bagian Kebidanan dan Kandungan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Juni-September 1998. Dari duh tubuh vagina dan serviks dibuat sediaan apus dengan pewarnaan Gram, sediaan basah dengan larutan NaCl fisiologis, biakan untuk gonokokus, dan pemeriksaan enzyme immuno assay untuk deteksi infeksi Chlamydia trachomatis. Dari darah vena dilakukan tes serologi sifilis. Analisis data menu unakan cara regresi logistik multinomial.
HASIL: Dari 300 wanita hamil yang diperiksa, terdapat 28,4% menderita ISR dengan jenis terbanyak ialah kandidosis vaginalis (15%) , diikuti oleh vaginosis bakterial (9,3%), serta infeksi menular seksual (4%). Duh tubuh vagina bergumpal, dan duh tubuh vagina melekat di dinding berhubungan kuat dengan kandidosis vaginalis dengan berturut-turut odds ratio suaian (OR) 10,4 dengan 95% confidence interval (CI) 2,73 ; 39,59 dan OR suaian 4,05 (95% CI 1,16 ; 14,11) . Umur 17-24 tahun berisiko lebih tinggi mendapat PMS dengan OR suaian 9,91 (95% Cl 1,08 ; 90,68).
KESIMPULAN: Pada wanita hamil, lebih dari seperempatnya dapat ditemukan ISR, sehingga perlu dipertimbangkan untuk menjadikan skrining ISR sebagai bagian dari pemeriksaan rutin antenatal. Faktor yang paling berhubungan dengan kejadian kandidosis vaginalis pada wanita hamil ialah duh tubuh bergumpal atau melekat di dinding. Risiko penyakit menular seksual paling tinggi pada kelompok umur 17-24 tahun.

Risk factors of reproductive tract infection among pregnant women in Antenatal Clinic Dr. Cipto Mangankusumo General HospitalBACKGROUND: Reproductive tract infection (RTI) is an important problem especially for pregnant women. However, factors that can affect the occurrence of this infection are not well known.
METHODS: We analyzed data derived from cross-sectional study. Study's subjects were pregnant women, who didn't experience cervix incompetence, placenta praevia, vaginal bleeding, premature rupture of the membrane, or carcinoma of the cervix, visited Antenatal Clinic of Obstetric and Gynecology Department dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta July-September 1998, and the vaginal and cervical discharge were examined with Gram staining and wet mount, gonococcal culture, and for Chlamydia detection with enzyme immuno assay technique. Serology test of syphilis was also done. Data were then analyzed using the polytomous logistic regression.
RESULTS: From 300 pregnant women examined, RTI was found in 28,4% with vaginal candidosis being the most prevalent (15%) followed by bacterial vaginosis (9,3%), sexually transmitted infection (4%). The thick and curdy vaginal discharge, and vaginal discharge adhered to vaginal wall were strongly associated with vaginal candidosis with adjusted odds ratio (OR) 10,40 with 95% confidence interval (95% CI) 2,73 ; 39,59 and adjusted OR 4,05 (95% Cl 1,16 ; 14,11) respectively. Pregnant women aged 17-24 years has a higher risk for sexually transmitted diseases with adjusted OR 9,91 (95% Cl 1,08 ; 90,68).
CONCLUSION: RTI can be found in more than one-fourth pregnant women visiting antenatal clinic, so it was recommended to screen every pregnant women for RTI. The associated factor of candidosis vaginalis was thick and curdy vaginal discharge or discharge adhered to the vaginal wall The risk of sexually transmitted infection was more prominent among young aged pregnant women."
2001
T3161
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ingkiriwang, Elly
"Latar Belakang: Karsinoma leher rahim (KLR) menduduki urutan pertama di antara semua penyakit kanker terbanyak di Indonesia. KLR menjadi penyebab mortalitas terbanyak akibat kanker pada wanita. Kemoradioterapi dalam pengobatan kanker, mempunyai efek samping yang bermakna. Penatalaksanaan yang efektif untuk kanker termasuk bertambahnya perhatian pada faktor psikologis dengan penilaian depresi yang tepat, dapat meningkatkan angka kesembuhan dan harapan hidup.
Obyektif: Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh kemoradioterapi terhadap peningkatan frekuensi dan derajat gangguan depresi pada pasien KLR yang menjalani kemoradioterapi, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya gangguan depresi. Penelitian dilaksanakan di RS Dr. Ciptomangunkusumo, antara bulan Desember 2005 - Juli 2006.
Metode: Penelitian merupakan studi the one group pretest-posttest design. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Instrumen yang digunakan SCID-1 (Structured Clinical Interview for DSM--IV Axis 1 disorders) versi bahasa Indonesia dan Hamilton Rating Scale for Depression (HRS-D). Analisis data statistik menggunakan program SPSS versi 11,5.
Hasil: Derajat depresi dari rerata HRS-D 18,68 sebelum kemoradioterapi, meningkat menjadi rerata HRS-D 22,69 sesudah kemoradioterapi. Subyek yang bekerja mempunyai peluang menderita depresi 0,17 kali dibandingkan yang tidak bekerja pada saat sebelum kemoradioterapi. Gangguan depresi sebelum kemoradioterapi ditemukan pada 26 subyek (65%). Sesudah kemoradioterapi, subyek yang menderita gangguan depresi ada 26 subyek terdiri dari 19 subyek yang sebelumnya depresi dan 7 orang yang sebelumnya tidak depresi sedangkan 7 orang yang sebelumnya depresi menjadi tidak ditemukan depresi lagi.
Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan peningkatan derajat gangguan depresi pada pasien karsinoma leher rahim yang sebelum kemoradioterapi telah menderita gangguan depresi. Hal menarik yang didapatkan dalam penelitian ini adalah ditemukannya 7 subyek yang menjadi tidak depresi setelah dilakukan kemoradioterapi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui respons tubuh subyek terhadap kemoradioterapi yang telah dilakukan. Diperlukan penelitian tentang dampak psikologis untuk pasien yang menjalani kemoradioterapi. Sampel yang lebih bervariasi dalam pendidikan dan penghasilan perlu dipertimbangkan.

Background: Cervical cancer is the most common cancer in Indonesia. Cervical cancer is the most frequent cause of cancer mortality in women. Chemo radiotherapy of cancer treatment has significant adverse effect. Effective cancer management, including enhanced attention on psychological factors through appropriate evaluation of depression, may increase patients' cure and survival rate.
Objectives: The objectives of this study are to know the effect of chemo radiotherapy on Increased depression frequency and severity in patients with cervical cancer who have been treated by chemo radiotherapy, and factors related to depression disorder. This study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital in the period of December 2005 - July 2006.
Methods: This study used one group pretest posttest design. The samples were taken by consecutive sampling. Instrument utilized was SCID-1 (Structured Clinical Interview for DSM 1V Axis 1 disorders) in Indonesian language version and Hamilton Rating Scale for Depression (HRS-D). Analysis of statistic data was using SPSS program version 11.5.
Results: Depression severity of HRS-D mean value was 18.68 before chemo radiotherapy, increased to HAS-D 22.69 after chemo radiotherapy. The working subjects have 0.17 times possibility to have depression compared to the non-working subjects before chemo radiotherapy period. Depression disorders before chemo radiotherapy were found in 26 subjects (65%). After chemo radiotherapy, there were 26 subjects with depression disorder, i.e. 19 subjects who had previous depression, and 7 subjects without any previous depression. There were 7 subjects who had previous depression and turned to have no depression anymore.
Conclusions: Based on the result of this study, there is increased depression severity in patients with cervical cancer who already had depression disorder before chemo radiotherapy. It is interesting that in this study, there is 7 subjects who have not carried out depression after their chemo radiotherapy treatment. We need further study to recognize the subject's response to chemo radiotherapy and further study on psychological impact in patients who undertake chemo radiotherapy. Further sample with more variation in education and income should be considered.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18182
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Ani Purnamawati
"Infertilitas merupakan masalah yang cukup berat bagi pasangan suami istri karena mempunyai keturunan merupakan harapan yang paling mendasar ketika mereka memutuskan untuk melangsungkan pernikahan. Berbagai respons psikologis akan dialami oleh pasangan suami istri ketika menghadapi masalah infertilitas, seperti rasa kecewa, camas, sedih, perasaan iri melihat pasangan lain mempunyai anak, marah dan depresi. Ketika mereka rnemutuskan mencari pertolongan medis, sering kali mereka akan nengalami kegagalan terapi yang berulang. Hal-hal tersebut mengakibatkan pasangan suami istri dengan masalah infertilitas mempunyai risiko yang tinggi mengalami gangguan depresi dan diduga istri akan mengalami gangguan depresi lebih berat dibandingkan suami.
Tujuan penelitian ini ingin membuktikan bahwa derajat depresi pada istri lebih tinggi bila dibandingkan dengan suami pada pasutri dengan masalah infertilitas, mencari proporsi depresi, serta faktor-faktor risiko yang mungkin berperan terhadap terjadinya gangguan depresi pada pasutri dengan masalah infertilitas.
Jumlah subyek penelitian sebanyak 46 pasang suami istri.diambil di Poliklinik Kebidanan Departemen Obstetri Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Instrumen yang digunakan SCID-I, HRS-D, kuesioner stresor psikososial dari Holmes and Rache.
Hasil analisis data mendapatkan derajat depresi pada istri lebih tinggi secara bemakna dibandingkan dengan suami, jadi hipotesis penelitian ini diterima. Proporsi depresi pada suami 15,2% dan pada istri 43,5%. Diagnosis gangguan depresi yang dialami oleh suami: episode gangguan depresi berat saat uti 8,7%, gangguan depresi minor 6,5% dan pada istri episode gangguan depresi berat saat ini 32,6% gangguan depresi minor 10,9%. Faktor risiko gangguan depresi yang bermakna secara statistik pada suami adalah stresor psikososial, sedangkan pada istri adalah lama menikah (lama infertilitas) dan lama terapi infertilitas.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan kondisi emosi pasutri dengan masalah infertilitas, hendaknya ditatalaksana sejak dini, tanpa menunggu munculnya gangguan mental yang memenuhi kriteria diagnosis."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliarni Syafrita
"Latar Belakang dan Tujuan Salah satu masalah dalam penanggulangan epilepsi ialah menegakkan diagnosis dan salah satu cara yang dapat dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis adalah membuat rekaman EEG. Adanya aktivitas epileptiform pada rekaman EEG interiktal sadar merupakan suatu petunjuk yang hampir pasti kearah diagnosis epilepsi Temuan aktivitas epileptiform pada EEG interiktal lebih tinggi pada pasien dengan frekwensi serangan yang sering atau pada rekaman yang segera dibuat dalam beberapa saat setelah serangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gambaran klinis dan lokasi aktivitas epileptiform, pengaruh jarak waktu antara serangan terakhir dan frekwensi serangan terhadap munculnya aktivitas epileptiform pada rekaman EEG interiktal sadar pada penderita epilepsi parsial. Metodologi: Telah diteliti 84 orang penderita epilepsi parsial yang memenuhi persyaratan, berumur 15 - 60 tahun. Rekaman EEG interiktal sadar dilakukan satu kali selama 20 menit dengan menggunakan elektrode tempel menurut sistem 10-20, disertai prosedur aktivasi hiperventilasi dan perangsangan fotik. Semua hasil dianalisis dengan program SPSS dan uji X² test. Hasil Terdapat perbedaan yang bermakna mengenai lokasi aktivitas epileptiform antara kelompok dengan gejala klinis saat awitan berasal dari lobus temporal dibandingkan kelompok dengan gejala klinis saat awitan berasal dari lobus ekstratemporal (p-0,0018) Temuan aktivitas epileptiform pada kelompok yang direkam dalam waktu 6 x 24 jam setelah serangan lebih tinggi dibandingkan kelompok yang direkam setelah waktu tersebut (p = 0,016). Temuan aktivitas epileptiform pada kelompok yang mengalami serangan >1 kali/bulan dan kelompok yang mengalami serangan < 1 kali/bulan, tidak bisa dianalisa karena data yang tersedia tidak cukup. Kesimpulan: Ada hubungan gambaran klinis saat awitan dan lokasi aktivitas epileptiform pada mereka dengan gejala fokal saat awitan berasal dari lobus temporal. Temuan aktivitas epileptiform lebih tinggi pada kelompok yang direkam dalam waktu 6 x 24 jam setelah serangan, dibandingkan kelompok yang direkam setelah waktu tersebut. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57310
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Reza Tiansah
"ABSTRAK
Latar Belakang: Keguguran berulang memiliki dampak psikologis yang besar, didefinisikan sebagai keguguran dua kali atau lebih. Sekitar 10-15% dari semua kehamilan yang secara klinis berakhir dengan keguguran. Sekitar 2% wanita mengalami dua kali keguguran dan 0,4-1% wanita mengalami tiga kali secara berturut-turut. Prevalensi dan variasi data di setiap negara berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola karakteristik subjek di poliklinik kebidanan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. Metode : Data dikumpulkan selama 5 tahun dari 2013 hingga 2017. Peserta adalah pasien dengan riwayat keguguran berulang yang tercatat di poliklinik Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo kemudian data dianalisis secara statistik deskriptif. Hasil: Prevalensi keguguran berulang sebesar 28 kasus. Usia termuda yang mengalami keguguran berulang adalah 25 tahun sedangkan usia tertua 46 tahun. 80% kasus merupakan keguguran berulang primer, 20% kasus merupakan keguguran berulang sekunder. Terdapat 30% kasus dengan Indeks massa tubuh normal, 6.67% underweight, 36.67% overweight dan 26.67% dengan obesitas. Pemeriksaan ACA didapatkan 7.1% hanya ACA IgG positif, 14.3% hanya ACA IgM positif, 7.1% ACA IgG dan IgM positif dan 71.4% ACA IgG dan IgM negatif. Kesimpulan:. Karakteristik pasien keguguran berulang pada penelitian ini sangat beragam.

ABSTRACT
Background: Recurrent miscarriage has a large psychological impact, defined as twice or more miscarriages. About 10-15% of all pregnancies that clinically end in miscarriage. About 2% of women experience two miscarriages and 0.4-1% of women experience three times in a row. The prevalence and variation of data in each country is different. This study aims to describe the pattern of subject characteristics in polyclinic of the National Center General Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo. Method: Data was collected for 5 years from 2013 to 2017. Participants were patients with a history of recurrent miscarriages recorded in the polyclinic of the National Center General Hospital Cipto Mangunkusumo then the data were analyzed descriptively. Results: The prevalence of recurrent miscarriages was 28 cases. The youngest age to experience a recurrent miscarriage is 25 years while the oldest age is 46 years. 80% of cases are primary recurrent miscarriages, 20% of cases are secondary recurrent miscarriages. There are 30% of cases with a normal body mass index, 6.67% underweight, 36.67% overweight and 26.67% with obesity. ACA examination found 7.1% only ACA IgG positive, 14.3% only ACA IgM positive, 7.1% ACA IgG and IgM positive and 71.4% ACA IgG and IgM negative. Conclusion:. The characteristics of recurrent miscarriage patients in this study are very diverse."
2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yenni Syafitri
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang kejadian lesi prakanker leher rahim pada wanita yang
melakukan papsmear di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta tahun 2006-2010. Desain
studi yang digunakan adalah kasus control dengan unit kasusnya adalah wanita yang
positif lesi prakanker leher rahim dan unit kontrolnya adalah wanita yang negatif lesi
prakanker leher rahim. Variabel independen yang memiliki hubungan yang bermakna
dengan kejadian lesi prakanker leher rahim adalah umur (OR=2,702; CI 95% 1,212-
6,025; p value= 0,021) dan paritas (OR= 2,490; CI 95% = 1,089-5,696, p value =
0,047).

ABSTRACT
This paper discusses the incidence of precancerous lesions of cervix in women who
do the papsmear in Yayasan Kanker Indonesia Jakarta on 2006-2010. Study design
used was the case with the case control with the unit case is the woman who positive
precancerous lesions of cervix dan the unit control is the woman who negative
precancerous lesions of cervix. Independent variables that have a significant
association with the incidence of precancerous lesions of cervix are age . (OR=2,702;
CI 95% 1,212-6,025; p value= 0,021) dan parity (OR= 2,490; CI 95% = 1,089-5,696,
p value = 0,047)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Tam Tomo
"ABSTRAK
Krisis ekonomi yang mulai terjadi sejak awal tahun 1997, telah memberi dampak dalam pembiayaan sektor kesehatan dalam hal ini rumah sakit. Dilema yang dihadapi disatu pihak rumah sakit dengan segala keterbatasan dana, rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dengan biaya yang terjangkau. Pengelolaan rumah sakit membutuhkan biaya yang cukup besar, terus menerus, disisi lain kemampuan sumber dana dari pemerintah sangat terbatas. Pengelolaan rumah sakit dalam hal ini manajemen keuangan rumah sakit perlu mendapat perhatian terutama masalah piutang pasien yang merupakan salah satu masalah yang dapat mempengaruhi likuiditas rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem penatalaksanaan piutang pasien umum rawat inap di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang menyebabkan terjadinya piutang dari faktor internal, dengan pendekatan sistem yaitu : Input, Proses, Output Penelitian ini bersifat diskriptik analitik dengan melakukan pengamatan tangsung dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian disimpulkan bahwa sistem penatalaksanaan piutang pasien umum rawat inap yang terdiri dari Tahap pra penerimaan, Tahap Penerimaan, Tahap Perawatan, Tahap Penataan Rekening, Tahap Penagihan, Tahap Penutupan Rekening, belum berjalan sebagaimana mestinya. Tahapan pra penerimaan yang merupakan tahapan yang penting ternyata belum ada. Kegiatan informasi yang seharusnya dilakukan pada tahap tersebut, pada tahap berikutnya juga tidak dilakukan. informasi biaya belum dapat disampaikan kepada pasien/keluarganya secara berkala, sehingga pasien/keluarganya tidak dapat memperkirakan jumlah biaya yang harus disiapkan, sistem komputerisasi yang belum terpadu.
Saran-saran yang dapat diberikan adalah penetapan prosedur pemberian kredit pada tahap pra penerimaan, pencatatan biaya pada tahap perawatan dilakukan setiap hari sehingga informasi biaya dapat diinformasikan secara berkala, kerja sama antara tahap perawatan dart tahap penataan rekening dalam hal biaya dengan sistem komputerisasi yang terpadu, aktifnya bagian penagihan.

ABSTRACT
System Analysis on Credit Arrangement for In-patient at RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo, Year 1999/2000Economic crisis that overwhelmed Indonesia since 1997 has impact on health sector budgeting, especially for hospital. The dilemma that is faced by hospital in their limitation budget nowadays is that hospital shall provide quality of health service with affordable cost for the patient. In other side, the management of hospital needs huge and continuous budget support, while the ability of central government to give budget support to hospital is very limited, Hospital management, in this case refers to the hospital financial management, needs to have special attention especially on credit arrangement for in-patient that become a major problem that can influence hospital liquidity.
The objective of this research is to analyze the credit arrangement system for in-patient at RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo that can lead into credit from internal factor, with the system approach of Input, Process and Output This is a descriptive analysis research by conducting direct observation and in-depth interview.
The result of this research has assumed that the credit arrangement for in-patient consists of some phases. There are: Pre-initial Phase, Initial Phase, Treatment Phase, Accounting Phase, Billing Phase and Billing Closing Phase, which have not run appropriately yet. Pre-initial phase, which is the most important phase, is not existing. The information activity that should be conducted at that phase in fact is not conducted also in the next phase. Information regarding health service cost still can not be delivered regularly to the patient and their family, so that they can not estimate the service cost that should be paid by them, in more the computerized system still not integrated.
Some suggestions are to formulate procedure for providing credit arrangement for in-patient at Pre-initial Phase, daily medical cost recording at Treatment Phase so that information cost is available and can be informed regularly, coordination at Treatment Phase and Accounting Phase in costing with integrated computerized system, and active participation of billing division."
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>