Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87446 dokumen yang sesuai dengan query
cover
B. Suprianto
"Dalam makalah ini dipresentasikan Adaptive Neuro Fuzzy Inference Systems (ANFIS) yang digunakan pada konverter dc-dc paralel non identik. Skema pengendalian master-slave dimanfaatkan untuk distribusi arus pada setiap konverter yang disusun paralel, sebagai referensi arus adalah arus keluaran konverter pertama dikurangi dengan arus keluaran konvereter ke dua dan ketiga, sehingga di hasilkan Error 1= I1-I2 dan Error 2= I1-I3 kemudian error tersebut di gunakan sebagai masukan kontroller, konsep inilah yang diusulkan dalam makalah ini. Tujuan lain dalam makalah ini penerapan ANFIS, pengembangan dan pembuktian secara matematika dan keuntungannya melalui perbandingan hasil simulasi, sehingga dihasilkan Root Mean Square Error (RMSE) sekecil mungkin. Struktur ANFIS yang digunakan sebanyak 45 parameter yang dibagi menjadi dua yaitu 27 parameter linier dan 18 parameter non linier dan 9 rules. Jumlah data sebanyak 30005. Hasil simulasi menunjukkan RMSE trn=0.000465492, RMSE chk= 0.0202974 dengan pengulangan 30 kali dan pada pengulangan 15 kali RMSE trn=0.000484379, RMSE chk= 0.020331. Hasil ini menunjukkan terjadi perbaikan sistem dalam keseimbangan distribusi arus yang diberikan oleh masing-masing konverter yang memiliki parameter tidak sama.

In this paper is presented an Adaptive Neuro Fuzzy Inference Systems (ANFIS) for parallel connected dc-dc converters non identic. Scheme controlling the master-slave be used for the current distribution at each parallel converter, where as reference is the first converter current output lessened with the second converter current output and third converter current output, become the error 1 yielded from I 1-I2 and error 2 from I1-I3, then used as input controller, this is model proposed in the article. The objective of the paper is to introduce an ANFIS application, develop the associated mathematical theory and prove the concept and its advantages through comparative simulation with its existing, so that reached the RMSE as minimum as possible. Structure anfis use 45 parameter which is divided become 27 linear parameter, 18 parameter non linear and also 9 rules. Amount of data is 30005 pairs. Result of simulation of rmse trn = 0.000465492, rmse chk= 0.0202974 at 30 epochs and at 15 epochs mrse trn=0.000484379, rmse chk= 0.020331. This matter show there is system repair in well-balanced current distribution though converter used unegual of its parameter."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Sekar Asih
"Rekonfigurasi jaringan distribusi dan instalasi distributed generation DG dengan tujuan mengurangi rugi-rugi daya aktif saluran dan memperbaiki profil tegangan sistem IEEE 33 bus telah disimulasikan pada skripsi ini. Rekonfigurasi jaringan diselesaikan dengan algoritma Binary Particle Swarm Optimization pada MATLAB dan penentuan lokasi dan kapasitas DG diselesaikan dengan analisis aliran daya pada ETAP. Rugi-rugi daya aktif setelah rekonfigurasi berkurang sebesar 33,357 dari sebelumnya 208,4 kW menjadi 138,9 kW dan tegangan minimum sistem meningkat dari 0,9107 pu menjadi 0,9423 pu. Penginstalasian DG pada lokasi yang tepat dan besar kapasitas yang tepat dapat mengurangi rugi-rugi daya aktif saluran dan memperbaiki tegangan sistem.
Berdasarkan hasil simulasi, lokasi terbaik pemasangan satu DG adalah pada bus 30 dengan kapasitas DG sebesar 1250 kW. Lokasi terbaik pemasangan dua DG adalah pada bus 30 dengan kapasitas DG sebesar 1250 kW dan pada bus 8 dengan kapasitas DG sebesar 900 kW. Lokasi terbaik pemasangan tiga DG adalah pada bus 30 dengan kapasitas DG sebesar 1250 kW, bus 8 dengan kapasitas DG sebesar 900 kW, dan bus 24 dengan kapasitas sebesar 950 kW. Setelah sistem direkonfigurasi dan diinstalasi tiga DG diperoleh rugi-rugi daya aktif terendah yaitu 20,7 kW dan tegangan minimum terbaik yaitu 0,9820 pu.

Distribution network reconfiguration and distributed generation DG installation for reducing power losses and improving voltage profile on IEEE 33 bus system have been simulated in this thesis. Network reconfiguration simulated using Binary Particle Swarm Optimization algoritm in MATLAB and placement and sizing DG simulated using power flow analysis in ETAP. After reconfiguration, power losses decreased by 33,357 from 208,4 kW to 138,9 kW and minimum system voltage increased from 0,9107 pu to 0,9423 pu. DG installation at the right place and right capacity can reduce power losses and improve system voltage.
Based on simulation, the best location for installing one DG is at bus 30 with capacity of 1250 kW. The best location for installing two DG is at bus 30 with capacity of 1250 kW and at bus 8 with capacity of 900 kW. The best location for installing three DG is at bus 30 with capacity of 1250 kW, at bus 8 with capacity of 900 kW, and at bus 24 with capacity of 950 kW. After configuring the system and installing DG with number of DG is three at the system, the lowest power losses obtained is 20.7 kW and the best minimum voltage obtained is 0.9820 pu.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiyanto
"Sumber energi terbarukan merupakan sumber energi yang potensial untuk dikembangkan, seperti tenaga angin, matahari, dan air. Perkembangan teknologi elektronika daya seperti invertor memberikan solusi atas penggunaan energi terbarukan pada sistem jaringan listrik mikro (microgrid) arus bolak - balik, namun sistem ini sering mengalami persoalan pada frekuensi, tegangan, daya aktif dan daya reaktif saat dua buah atau lebih invertor bekerja bersamaan, sehingga perlu peralatan sinkronisasi dan pengendali yang rumit. Pengembangan sistem jaringan listrik miko arus searah (JLMAS) juga dikembangkan seiring dengan perkembangan peralatan rumah tangga yang dapat dioperasikan dengan sumber arus searah, hal ini juga merupakan solusi dari keterbatasan pada jaringan listrik mikro arus bolak - balik. Dalam sistem JLMAS penggabungan dua buah atau lebih sumber energi terbarukan dapat dengan mudah diparalel, dengan syarat tegangan dan polaritanya sama. Sehingga ini menjadikan peluang untuk mengembangkan sistem JLMAS.
Pembangkit energi terbarukan seperti sel surya dan turbin angin sangat dipengaruhi oleh kondisi alam sehingga produksi listrik yang dihasilkan tidak stabil dan bahkan terhenti sama sekali, untuk itu perlu dilengkapi dengan baterai yang fungsinya selain sebagai penyimpan energi juga untuk menjaga agar pasokan daya listrik ke jaringan listrik mikro menjadi lebih kontinyu. Saat baterai mengalami penurunan dan tidak mampu dalam memberikan suplai energi maka perlu adanya baterai cadangan yang dapat memasok energi ke sistem jaringan. Agar baterai cadangan dapat bekerja maka perlu ada pengendali untuk mengatur kerja baterai tersebut. Beberapa penelitian tentang pengendali tegangan dari pembangkit energi terbarukan telah dilakukan, namun masih dalam satu sistem pembangkit. Penelitian ini bertujuan untuk mengendalikan sistem JLMAS dari dua atau lebih sumber energi terbarukan dan satu baterai cadangan yang mensuplai ke jaringan lisrtik mikro.
Dalam penelitian ini didapatkan sistem pengendali JLMAS yang dapat mendeteksi besarnya tegangan baterai PV dan baterai cadangan pada tegangan 10,8 - 13,6 Vol, yang berfungsi untuk mengatur SOCmin dan SOC maks pada baterai. Tegangan yang digunakan pada sistem JLMAS adalah 254 Vas, tegangan ini dihasilkan dari pengembangan invertor menjadi konvertor penaik tegangan AS-AS dari 12Volt menjadi 254 Volt. Hasil analisa dan perencanaan JLMAS dengan kapasitas daya 1200 VA, dengan penempatan beterai secara terintegrasi besarnya kapasitas pembangkit sel surya pada masing - masing sebesar 9729,42 Wp, sedangkan besarnya kapasitas baterai lokal (baterai PV) sebesar 850 Ah dan baterai cadangan 5000 Ah dengan lama waktu penyimpanan energi 3 hari. Dalam sistem JLMAS beban yang digunakan adalah beban arus bolak - balik berbasis swiching (SMPS) sehingga tanpa harus mengunakan invertor.

The renewable energy source is a source of potential energy to be developed, such as wind, solar, and water energy. The development of power electronics technology such as inverter provides a solution for the use of renewable energy on an AC micro grid system (microgrid), but this system often has problems on frequency, voltage, active power and reactive power when two or more inverters work together, so synchronization and controlling complex equipment are needed. The developing of DC micro grid systems (JLMAS) is also done along with the development of household appliances that can be operated with direct current source. It is also a solution of the limitations on AC micro grid. In JLMAS system combining two or more sources of renewable energy can be easily paralleled, on conditions that the voltage and polarity are the same. So it creates the opportunity to develop a system JLMAS.
The renewable energy such as solar cells and wind turbine are strongly influenced by natural conditions so that electricity production is not stable and even stopped altogether, for it needs to be equipped with a battery that has functions not only as an energy storage but also to ensure the supply of electrical power to the micro grid becomes more continuous. When the battery has decreased and is not able to provide energy supplies, it needs a backup battery that can supply energy to the network system. For backup battery in order to work properly it needs a voltage controller for controlling the battery operation. Some researches on controlling the voltage of renewable energy generation has been done, but still in a generating system. This research aims to control the JLMAS system from two or more sources of renewable energy and a battery backup supplying to the micro electric network.
In this research, it is obtained that the control system of JLMAS that can detect the magnitude of voltage of PV battery and a spare battery at a voltage of 10,8 to 13.6 Volt, which works to regulate SOC min and max on the battery. The voltage used in the JLMAS system is 254Vdc, this voltage is resulted from the development of an inverter to become a boost converter from 12 Volt to 254 Volt. Results of analysis and planning JLMAS with 1200 VA power capacity, with placement of battery in integrating, the magnitude of solar cell generation capacity on each amounting to 9729,42 Wp, while the magnitude of the local battery capacity (battery PV) of 850Ah and a 5000 Ah of battery backup with the duration of energy storage time is 4 days. In JLMAS system is used alternating current load based on switching (SMPS) without using inverter.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
D1489
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Abu Bakar Salam
"Kestabilan sistem tanaga listrik adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga untuk mencapai kondisi kesetimbangan kembali setelah terjadi gangguan. Salah satu parameter yang sangat penting untuk dipertahankan dan diusahakan agar selalu dalam rentang normal adalah frekuensi. Lepasnya saluran interbus dan beberapa pembangkit tidak beroperasi, menyebabkan sistem kekurangan pasokan daya sehingga terjadi penurunan frekuensi. Pengembalian nilai frekuensi ke nilai yang diizinkan dapat dicapai dengan skema pelepasan beban dengan UFR laju penurunan frekuensi, dengan berbantuan perangkat lunak DIgSILENT 15.1.7.
Pada skripsi ini dibuat pelepasan beban secara bertahap, dengan jumlah tahapan yakni 7. Skema pelepasan beban dengan metode UFLS Under Frequency Load Shedding menggunakan rele under frequency relay laju penurunan frekuensi dapat menjaga kestabilan nilai frekuensi dan kesimbangan daya. Dari simulasi yang dilakukan didapat kondisi terbaik dicapai pada skenario 1 saat PLTGU GT2 dan PLTGU ST1 tidak beroperasi, dengan steady state frekuensi 49,994Hz.

The stability of electrical power system is the ability of a system to reach back its equilibrium condition after a experiencing a disturbance. One of the most important parameters for a system to maintain and cultivate in its normal range is frequency. The loose of interbus channel in Cilegon subsystem and an out of service generator led to a decrease in frequency because the system lacks of sufficient power. Recovering the frequency back to its permitted value can be attained by load shedding with UFR frequency decrease speed scheme and with the help of DIgSILENT 15.1.7 software.
In this bachelor thesis, a seven step gradual load shedding scheme is designed. Load shedding scheme with UFLS method using relay under frequency decrease speed is able to maintain the power balance and the frequency stability. From the simulation conducted, the best condition is achieved in the first scenario when PLTGU GT2 and PLTGU ST1 out of service, with the steady state frequency value of 49.994Hz.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irana Krisiana
"Kebutuhan energi listrik untuk kehidupan sehari-hari akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Kebutuhan energi listrik tersebut dipenuhi oleh pembangkit-pembangkit listrik berkapasitas besar yang umumnya terletak jauh dari titik beban. Dengan melewati sistem transmisi dan sistem distribusi, tak jarang akan menimbulkan banyak gangguan baik dari faktor internal maupun eksternal. Hal ini akan menurunkan tingkat keandalan sistem tenaga listrik dalam menyediakan kebutuhan listrik kepada konsumen. Demi meningkatkan keandalan sistem distribusi, dipasanglah pembangkit terdistribusi atau Distributed Generation sebagai alternatif pembangkit yang berkapasitas kecil dan dapat dipasang di jaringan distribusi. Menghitung keandalan sistem distribusi ini dilakukan menggunakan metode simulasi menggunakan ETAP dengan hasil peningkatan keandalan yang paling bagus sebesar 78,23 pada SAIFI dan 57,44 pada SAIDI ketika DG dipasang di setiap feeder yang berbeda di dalam satu gardu distribusi yang sama.

The need for electrical energy for everyday life will continue to increase along with population growth. The demand for electrical energy is met by large capacity power plants that are generally located far from the load point. By passing the transmission system and distribution system, sometimes there will be many disturbances both from internal and external factors. To reduce disturbance in order to improve the reliability of the distribution system, a Distributed Generation is installed as an alternative to a small capacity plant and can be installed in a distribution network. Calculating the reliability of the distribution system was performed using a simulation method using ETAP with the best result of reliability improvement of 78.23 at SAIFI and 57.44 on SAIDI when DG installed in each different feeder in the same distribution substation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guru Pamosik Wibowo
"Pembangkitan tersebar Distributed Generation seperti PLTS dan PLTB menggunakan peralatan elektronika daya yaitu invertor agar dapat terhubung dengan sistem jala-jala grid. Invertor merupakan peralatan elektronika daya berbasis sistem pensaklaran, sehingga penggunaannya dapat menyebabkan permasalahan kualitas daya pada sistem tenaga listrik yakni harmonisa. Harmonisa yang dihasilkan dari invertor bergantung dari jumlah pulsa yang digunakan.
Pada Penelitian ini, jenis dari invertor berdasarkan jumlah pulsanya akan divariasikan untuk mengindentifikasi fenomena harmonisa pada sistem tenaga listrik yang terjadi dari tiap-tiap jenis invertor tersebut. Besar dari THD dan IHD akan didapatkan dari sumlasi yang kemudian akan dibandingkan dengan standar harmonisa IEEE 519-1992.
Untuk mereduksi distorsi harmonisa yang terjadi pada sistem, selain memvariasikan jenis invertor berdasarkan jumlah pulsanya akan dirancang dua jenis filter yaitu single-tuned passive filter dan highpass damped filter sesuai dengan orde yang akan direduksi. Filter tersebut akan dipadukan dengan masing-masing invertor 6,12,24, dan 48 pulsa, jika distorsi harmonisa masih tidak sesuai dengan standar. Berdasarkan simulasi harmonisa yang telah dilakukan dari tiap tiap invertor, diketahui penggunaan invertor 6,12, dan 24 pulsa membutuhkan filter pasif sedangkan invertor 48 pulsa tidak membutuhkan filter pasif.

Distributed generation such as photovoltaic and wind turbine use inverter to connect them to the grid. An Inverter is a power electronic equipment that is based on a switching system, so the usage of inverter causes harmonic. The harmonic distortion produced by an inverter depends on the number of the invertor pulses.
In this research, the invertor are going to be varied based on the pulse number to identify the harmonic phenomenon from each of the numbers of the pulses. The percentage of THD and IHD will be obtained and compared to the harmonic standard, IEEE 519 1992.
To reduce the harmonic that still occurs on the system after the variation of the inverter types, two types of filters, single tuned passive filter, and highpass damped filter will be designed. The designed filter will be combined with each type of the inverter. Based on the simulation that has been done, it is known that the usage of 6,12, and 24 pulse inverter require a harmonic filter while 48 pulse inverter does not require a harmonic filter.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: IEEE Press, 1998
621.31 ELE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Missrani Bangun
"ABSTRAK
Kebutuhan listrik saat ini semakin meningkat, namun produksi batubara sebagai pembangkit konvensional semakin menipis. Jadi pemerintah sedang menggalakkan penggunaan energi baru dan terbarukan. Sebagai contoh adalah PLTS. Pada penelitian ini akan mengembangkan penelitian sebelumnya dengan fokus pada studi hubung singkat pada sistem tenaga listrik Lombok khususnya pada 3 titik yang berbeda yaitu GI 150 kV Kuta, GI 150 kV Paokmotong, dan 150 kV GI Sengkol. Dimana akan dibandingkan antara tanpa PLTS dan menggunakan PLTS. Beberapa skenario dilakukan dengan memvariasikan kapasitas PV, yaitu 5 MWp, 10 MWp, 15 MWp, dan 20 MWp. Pada penelitian ini dilakukan simulasi dengan bantuan ETAP 12.6.0. Hasil studi yang diperoleh untuk analisis hubung singkat tanpa PLTS adalah 2.546 pada 150 kV GI Kuta; 3.021 di GI Paokmotong; dan 2.861 pada 150 kV GI Sengkol. Pada analisis gangguan hubung singkat menggunakan PLTS didapatkan hasil maksimal sebesar 2.599 pada 150 kV GI Kuta; 3.027 pada 150 kV GI Paokmotong; dan 2.873 pada 150 kV GI Sengkol. Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa tidak ada perubahan yang signifikan pada gangguan hubung singkat.
ABSTRACT
The demand for electricity is currently increasing, but coal production as a conventional generator is running low. So the government is promoting the use of new and renewable energy. An example is PLTS. This study will develop previous research with a focus on short circuit studies on the Lombok electric power system, especially at 3 different points, namely GI 150 kV Kuta, GI 150 kV Paokmotong, and GI Sengkol 150 kV. Where will be compared between without PLTS and using PLTS. Several scenarios are carried out by varying the PV capacity, namely 5 MWp, 10 MWp, 15 MWp, and 20 MWp. In this study, a simulation was carried out with the help of ETAP 12.6.0. The study results obtained for short circuit analysis without PLTS are 2,546 at 150 kV GI Kuta; 3,021 at GI Paokmotong; and 2,861 at 150 kV GI Sengkol. In the short circuit analysis using PLTS, the maximum result is 2,599 at 150 kV GI Kuta; 3,027 at 150 kV GI Paokmotong; and 2,873 at 150 kV GI Sengkol. From the results obtained, it can be seen that there is no significant change in the short circuit fault."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Budi Santoso
"Peralatan-peralatan listrik sekarang ini seperti lampu, telah menerapkan teknologi Switched Mode Power Supply (SMPS) pada rangkaian catu dayanya dalam mengkonversi tegangan AC menjadi tegangan DC. Proses konversi pada beban elektronika ini menimbulkan adanya rugi-rugi konversi. Sehingga muncul peluang DC microgrid untuk meminimalisir rugi-rugi daya yang dimanfaatkan untuk mensuplai beban - beban AC tersebut.
Seiring dengan berjalannya waktu, DC microgrid mulai di ujicoba untuk diparalel dengan DC microgrid lainnya, agar dapat ikut membantu membagi beban-beban penggunaan oleh konsumen, dan menjaga agar ketersediaan listrik tetap terjaga apabila terjadi gangguan pada salah satu DC microgrid.
Ketika dilakukan paralel DC-DC konverter dengan seluruh komponen dan peralatan yang identik didapatkan yaitu terjadi ketidakseimbangan dalam pembagian arus antar konverter terhadap beban yang digunakan. Ketidakseimbangan arus ini terjadi karena faktor toleransi komponen dalam konverter yang tidak mungkin sama. Faktor lain yang pada akhirnya menyebabkan perbedaan arus adalah faktor penggunaan kabel atau konduktor listik dimana karakteristik kabel yang tidak identik dari konverter ke beban akhir.
Kemudian muncul penggunaan komponen pasif sebagai penyeimbang arus berupa induktor toroid, sehingga menjadikan selisih keseimbangan arus antar konverter menjadi lebih baik dan efisien.

Current electrical equipment such as lights, have implemented technology Switched Mode Power Supply (SMPS) on the power supply circuit converts the AC voltage into DC voltage. The conversion process in this electronic load losses gave rise to conversion. So there is an opportunity DC microgrid to minimize power losses are used to supply the AC load.
Over the time, the DC microgrid started in trials for paraller DC microgrid with others, in order to help to divide the load by consumers used, and to keep the availability of electricity is maintained in the event of interference on one DC microgrid.
When done parallel DC-DC Converter with all components and equipment that are identical obtained is an imbalance in current sharing between the konverter to the load being used. This occurs because the current imbalance tolerance factor components in konverter that not be the same. Another factor that ultimately led to the current difference is a factor of the use of wires or conductor electric cable in which the characteristics are not identical from the konverter to the load end.
Then came the use of passive components such as balancing current toroid inductors, making the difference between the current balance konverter becomes better and more efficient.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58954
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Nafiys Ismail
"Proses sistem kendali adalah proses penting yang terjadi di dunia perindustrian, salah satunya di ranah industri hulu migas. Salah satu instrumen utama pada proses upstream migas adalah separator yang memiliki fungsi untuk memisahkan kandungan fluida minyak mentah yang mengalir melalui pipa menjadi beberapa wujud fase. Pada kenyataanya hampir semua proses pengendalian separator pada fasilitas produksi PT. Pertamina EP masih menggunakan model pengendalian PID konvensional yang harus terus dimonitoring oleh sumber daya manusia selama 24 jam per hari. Oleh karenanya, pada penelitian ini dirancang sebuah metode pengendalian berbasis intelligent system, yaitu simulasi pengendalian Neuro Fuzzy. Metode pengendalian Neuro-Fuzzy ini didesain menggunakan algoritma ANFIS dengan input berupa setpoint, error, dan selisih error dari proses variabel fluida separator, yaitu level (h) fluida. Penelitian dilakukan menggunakan aplikasi Simulink/MATLAB dengan memasukkan fungsi transfer dari model matematis separator lalu melakukan perbandingan dengan melihat grafik respon dan parameter antara model pengendali PID dan ANFIS. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa performa pengendali model ANFIS secara rata-rata memiliki overshoot yang jauh lebih baik dari model PID karena selalu mendekati nol dalam tiap kondisi set point serta model ANFIS memiliki nilai error yang lebih baik pada saat set point bernilai 5 dengan perbedaan error 0,712 dari error model pengendali PID.

The control system process is an important process that occurs in the industrial world, one of which is in the upstream oil and gas industry. One of the main instruments in the upstream oil and gas process is a separator which has afunction to separate the crude oil fluid content flowing through the pipe into several phases. In fact, almost all separator control processes at PT. Pertamina EP still uses the conventional PID control model which must be continuously monitored by human resources 24 hours per day. Therefore, in this study, a control method based on intelligent systems is based on Neuro Fuzzy control of the level (h) of the fluid. The research was conducted using the Simulink/MATLAB application by entering the transfer function of the separator mathematical model and then making comparisons by looking at the response and parameter charts between the PID and ANFIS controller. The results of the study show that the ANFIS model controller performance on average has a much better overshoot than the PID model because it is always close to zero in each set point condition and the ANFIS model has a better error value when the set point is 5 with an error difference of 0.712. of the PID controller model error."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>