Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147179 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Nurlaela Ramdhani
"Fabrikasi film polielektrolit terhadap permukaan padatan dengan menggunakan metode adsorpsi layer by layer adalah teknik yang menjanjikan untuk memodifikasi permukaan. Sifat penting Polyelectrolyte Bilayer Modified Zeolite (PEB-MZ) adalah bahwa PEB-MZ memiliki kelebihan muatan positif dan negatif. Kelebihan muatan ini memungkinkan adsorpsi berbagai macam senyawa dengan interaksi elektrostatik.
Penelitian ini memberikan usulan model untuk mengatasi masalah limbah surfaktan dengan metode adsorpsi surfaktan pada adsorben Polyelectrolyte Bilayer Modified Zeolite (PEB-MZ) PAH/PSS. Pembuatan PEB-MZ PAH/PSS dibuat dengan membuat Polymer Modified Zeolite (PMZ) PAH terlebih dahulu pada kondisi optimum hasil penelitian sebelumnya, kemudian melapisi PSS dengan memvariasikan konsentrasi PSS, pH dan kuat ion. Kondisi optimum PEB-MZ PAH/PSS didapat pada konsentrasi PSS 5,0x10-5 M, pH 3 dan konsentrasi kuat ion pada 0.06 M,% PSS yang diadsorpsi sebesar 45.45%. PEB-MZ PAH/PSS diaplikasikan untuk mengadsorpsi HDTMA-Br dan SDS.
Hasil HDTMA-Br 2,0x10-2 M yang diadsorpsi PEB-MZ PAH/PSS sebesar 93.5% dan SDS 3,5x10-2 M yang diadsorpsi pada PEB-MZ PAH/PSS sebesar 32%. Hasil karakterisasi spektrum FTIR PEB-MZ PAH/PSS terlihat adanya puncak serapan pada í = 714,3 cm-1 yang menunjukkan vibrasi regang S-O dari PSS. Hasil karakterisasi spektrum FTIR HDTMA-Br yang teradsorpsi pada PEB-MZ PAH/PSS terlihat adanya puncak serapan pada í = 2923,29 dan 2851,64 cm-1 yang menunjukkan vibrasi regang alifatik sp3 CH dari HDTMA-Br dan pada í = 1473,27 cm-1 yang menunjukkan vibrasi N-H bending dari HDTMA-Br."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
KIM.028/08 Ram s
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Theodorus Ramando Revandika
"Zeolit alam yang dimodifikasi dengan HDTMA-Br dan polistirena dapat digunakan sebagai adsorben minyak solar. Pembuatan adsorben melalui mekanisme polimerisasi admisel terdiri dari pembentukan admisel, adsolubilisasi monomer, polimerisasi, dan pencucian lapisan atas surfaktan. Admisel terbentuk pada penambahan HDTMA-Br pada zeolit dengan konsentrasi 70 mM. Konsentrasi optimum adsolubilisasi monomer stirena yang dapat diukur dengan spektrofotometer UV-Vis adalah 1,6x10-3 M. Polimerisasi stirena menggunakan inisiator kalium persulfat dengan konsentrasi 1,6 x 10-3 M. Karakterisasi FTIR menunjukkan bahwa polimer stirena telah terbentuk pada zeolit termodifikasi surfaktan. Dispersi solar-air dibuat dengan sonikasi dan diperoleh kondisi paling stabil pada perbandingan volume solar-air 1:90 selama 5 menit sonikasi pada suhu 30oC. Pengukuran dengan turbidimeter menunjukkan nilai turbiditas sebesar 370 NTU dan pengukuran dengan PSA menunjukkan ukuran partikel homogen dengan ukuran 89 nm yang mengindikasikan bahwa dispersi minyak-air tersebut stabil. Berdasarkan massa solar yang teradsorpsi, zeolit admisel polistirena yang telah dicuci memiliki daya adsorpsi yang paling baik dibandingkan zeolit-Na dan zeolit admisel dengan massa solar teradsorpsi 182,5 mg/g adsorben pada massa adsorben 0,2 g. Optimasi pada zeolit admisel polistirena yang telah dicuci dilakukan untuk memperoleh kondisi paling optimum untuk mengadsorpsi solar yaitu pada dosis 0,3 g dengan waktu pengadukan 5 menit pada suhu 29oC yaitu sebesar 165 mg/g adsorben.

Natural zeolite which modified by HDTMA-Br and polystyrene can be used as an adsorbent of diesel oil. Fabrication of the adsorbent through admicellar polymerization consists of admicelle formation, monomer adsolubilization, polymerization, and removal the top layer of surfactant. Admicelle formed with addition of HDTMA-Br at zeolite by 1,6x10-3 M. The optimum concentration for adsolubilization of the styrene monomer which can measured by UV-Vis spectrophotometer is 1,6x10-3 M. Styrene polymerization use potassium persulfate as an initiator by 1,6x10-3 M. FTIR characterization showed that styrene polymer formed at surfactant modified zeolite. Dispersion of diesel oil-water made by sonication and formed the most stable at diesel oil : water volume ratio 1 : 90 with 5 min sonication time at 30 oC. The turbidity measurement showed the turbidity point of 370 NTU and PSA measurement showed the homogenous particles with 89 nm which indicates that the oil-water dispersion is stable. The mass ratio of adsorbed diesel oil showed that washed polystyrene admicelle zeolite has better adsorption capability than Na-zeolite and admicelle zeolite with adsorbed diesel oil mass of 182,5 mg/g adsorbents at 0,2 grams dosage. Optimation of washed polystyrene admicelle zeolites treated at the optimum state with 0,3 grams dosage during 5 min stirring time at 29oC with 165 mg/g adsorbents."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernat Hie
"Fabrikasi Polyelectrolyte Bilayer - Modified Zeolite (PEB - MZ) dilakukan dengan mengadsorpsikan zeolit aktif Clinoptilolite dengan polikation Polyallylamine Hydr°Chloride (PAH) dan polianion Polystyrene Sulfonate (PSS) menggunakan teknik Layer by Layer (LbL). PEB - MZ ini dimanfaatkan untuk mengadsorpsi surfaktan kationik exadecyltrimethyl ammonium Bromide (HDTMA-Br) dan anionik Sodium Dodecyl Sulfate (SDS).
Proses adsorpsi antara polyelectrolyte bilayer dengan surfaktan kationik dan anionik diamati menggunakan Spektrofotometer UV - Vis dan FT - IR. Penelitian ini untuk memfabrikasi PEB - MZ dengan teknik LbL , mencari kondisi optimum adsorpsi HDTMA+ pada PEB - MZ, menentukan metode urutan adsorpsi surfaktan dan mempelajari kestabilan interaksi polielektrolit - surfaktan. PEB - MZ telah berhasil dibuat ditandai dengan spektrum FTIR yang menunjukkan gugus - gugus fungsi dari PAH dan PSS.
Didapatkan kondisi optimum adsorpsi surfaktan kationik pada PEB - MZ pada konsentrasi HDTMA-Br 0,04 M (93,92% teradsorpsi), waktu pengadukan 60 menit, pH 8,0. Jika dibandingkan, daya adsorpsi HDTMA+ pada PEB - MZ 5,35 kali lebih besar daripada nilai ECEC zeolit aktif saja. Interaksi surfaktan dengan polielektrolit sangat kuat, dibuktikan dengan % desorpsi hanya mencapai 6,59% dengan pencucian menggunakan HCl 0,01 N sebanyak 3 kali pada temperatur ruang, dan 4,82% dengan HCl 0,01 N sebanyak 1 kali pada temperatur 60°C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30403
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Zeolit dan γ-alumina yang telah mengadsorpsi surfaktan kationik
secara bilayer dapat dimanfaatkan sebagai penukar anion dan adsorpsi
senyawa organik non polar. Mekanisme pembentukan bilayer surfaktan pada
adsorben sangat bergantung kepada kerapatan muatan permukaan
adsorben. Untuk permukaan dengan kerapatan muatan permukaan tinggi,
adsorpsi surfaktan diawali dengan adsorpsi surfaktan berupa agregat yang
menyerupai misel. Untuk adsorben dengan kerapatan muatan permukaan
rendah diawali dengan adsorpsi surfaktan berupa monomer.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme pembentukan
bilayer pada adsorpsi Hexadecyltrimethylammonium–Br (HDTMA-Br) pada
zeolit alam Clinoptilolite dan pada γ-alumina. Juga untuk mengetahui laju
adsorpsi dan desorpsi dengan cara model kinetika difusi parabola.
Mekanisme pembentukan bilayer dapat ditentukan dari pengukuran
konsentrasi kesetimbangan terhadap variasi waktu adsorpsi. Laju adsorpsi
dapat ditentukan dari harga konstanta laju adsorpsi dan desorpsi dari
HDTMA+ dan Br-. Konsentrasi awal HDTMA-Br divariasikan mulai dari ECEC
sampai lebih besar dari CMC adsorpsi.
Pada penelitian ini untuk zeolit diperoleh nilai ECEC pada konsentrasi
75 μmol/L adalah sebesar 95,65 meq/Kg, nilai CAC = 125 μmol/L dan nilai
CMC adsorpsi = 175 μmol/L. Untuk γ-alumina diperoleh nilai PZC (Point of
Zero Charge) dengan metode titrasi adalah sebesar 7,5. Nilai ECEC berada pada konsentrasi 75 μmol/L. Nilai CAC berada pada konsentrasi 125 μmol/L.
Nilai CMC adsorpsiberada pada konsentrasi 175 μmol/L.
Penyerapan HDTMA pada zeolit Clinoptilolite sebelum waktu transisi
menghasilkan penurunan konsentrasi kesetimbangan HDTMA, maupun
konsentrasi Br-. Hal tersebut menunjukkan bahwa adsorpsi HDTMA pada
permukaan zeolit diawali dengan adsorpsi dalam bentuk agregat misel dan
proses adsorpsi berlangsung cepat. Pada γ-alumina, sebelum waktu transisi
menghasilkan penurunan konsentrasi HDTMA tetapi tidak disertai dengan
penurunan konsentrasi Br-. Hal ini berarti pada adsorpsi HDTMA pada
permukaan HDTMA diawali dengan adsorpsi dengan bentuk monomer. Dari
harga konstanta laju adsorpsi dan desorpsi yang dihitung dengan
menggunakan model kinetika difusi parabola, diperoleh bahwa proses
adsorpsi awal berlangsung dengan cepat, sedangkan proses selanjutnya
berlangsung dengan lebih lambat."
Universitas Indonesia, 2006
S30629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Widyastuti
"Zeolit dan y-alumina yang telah iliengadsorpsi surfaktan kationik secara bilayer dapat dimanfaatkan sebagai penukar anion dan adsorpsi senyawa organik non polaL Mekanisme pembentukan bilayer surfaktan·pada adsorben sangat bergantung kepada kerapatan muatan permukaan . adsorb en .. Untuk permukaan dengan kerapatan muatan permukaan tinggi, . adsorpsi surfaktan .diawali dengan adsorpsi surfaktan · berupa ·agregat yang menyerupai misel. Untuk, adsorben dengan kerapatan muatan permukaan · rendah diawali dengan adsorpsi surfaktan berupa monomer. Penelitian ini bertujuan t:Jntuk mengetahui mekanisme pembentuk"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widajanti Wibowo
"ABSTRACT
Zeolite Clinoptilolite from Lampung, located in South of Sumatra, had
been modified with surfactant hexadecyltrimethylammonium bromide (HDTMA-Br) as chromate anion exchanger. Surfactant modified zeolite (SMZ) Clinoptilolite in particle size range of 1.5 - 2.0 mm, which contained 196.7 mmol HDTMA-Br/kg zeolite, was used for anion exchange of chromate at neutral pH. This experiment was conducted in a glass column filled with 5 gram SMZ. The breakthrough chromate exchange capacity was found 1.262 mg/g SMZ, while the total capacity was found 2.107 mg/g SMZ. The regeneration of SMZ saturated with chromate was conducted using a mixed solutions of 0.28 M Na2CO3 and 0.5 M NaOH, compared with using a solution of 0.01 M Na2S2O4. The desorption of chromate achieved 92% with the mixed solutions of Na2CO3 and NaOH and 90% with the Na2S2O4 solution. The regenerated SMZ with Na2CO3-NaOH solutions was prior washed with HCl solution to remove the carbonate from SMZ, before being used for chromate sorption again. Its breakthrough capacity was reduced to 1.074 mg/g SMZ, and to 0.724 mg/g SMZ when regenerated with Na2S2O4
solution. These results indicated that regeneration of SMZ affected its exchange capacity for anion chromate. However, it is still could be acceptable, when Na2CO3/NaOH solutions were used for the regeneration
of SMZ saturated with anion chromate. "
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2011
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Mardiani
"Dewasa ini, peningkatan penggunaan senyawaan sulfat dan nitrat mengakibatkan terjadinya peningkatan pencemaran senyawaan sulfat dan nitrat di lingkungan perairan. Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi permukaan ??-alumina dengan surfaktan HDTMA-Br membentuk bilayer (admisel) dan mempelajari aplikasinya sebagai penukar anion sulfat dan nitrat. Dalam penelitian ini, ??-alumina diperoleh dari pembakaran campuran amonium sulfat dan kaolin pada suhu 400oC selama 10 jam. Pzc (point of zero charge) yang diperoleh dengan metode titrasi adalah sebesar 7,5. Nilai CAC (Critical Admicelle Concentration) dan CMC (Critical Micelle Concentration) diperoleh dari kurva isoterm adsorpsi melalui variasi konsentrasi HDTMA-Br. Nilai CAC ??-alumina yang diperoleh berada pada konsentrasi awal HDTMA-Br 300 ??mol/L dan nilai CMC berada pada konsentrasi awal HDTMA-Br 600 ??mol/L. pH optimum dari adsorpsi alumina terhadap HDTMA-Br yang terbesar berada pada pH 10. Uji desorpsi dilakukan untuk mengetahui kekuatan adsorpsi HDTMA-Br pada alumina, hasil yang diperoleh sebesar 0,73%. Pertukaran anion sulfat dan nitrat dengan anion bromida dari admisel dilakukan dengan metode batch. Kemampuan tukar anion sulfat yang diperoleh sebesar 31,004 x 10-4 mek/g dan untuk anion nitrat sebesar 26,510 x 10-4 mek/g. Adsorpsi sulfat dan nitrat pada admisel mengikuti persamaan isoterm adsorpsi Freundlich. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Qurrota A`yun
"Adsorpsi merupakan salah satu metoda yang dapat digunakan untuk menangani masalah limbah emulsi minyak solar.Pada penelitian ini digunakan adsorben admisel zeolit HDTMA-Br teradsolubilisasi polimetil metakrilat (PMMA) untuk demulsifikasi dan adsorpsi solar. Kondisi optimum pembuatan model limbah emulsi solar adalah konsentrasi SDS 0,002 M, perbandingan minyak : air yaitu 5x10-4:1, kecepatan pengadukan 450 rpm selama 15 menit. Hasil uji kestabilan emulsi minyak dalam air dengan turbidimeter didapatkan nilai turbiditas 388 NTU dan uji ukuran partikel dengan PSA didapatkan 337,9 nm. Pembuatan adsorben zeolit admisel-PMMA dilakukan dengan melalui tahapan: adsorpsi surfaktan HDTMA-Br pada permukaan zeolit membentuk admisel, mengadsolubilisasikan monomer metil metakrilat (MMA) ke dalam admisel dan polimerisasi MMA dengan menambahkan inisiator kalium persulfat (K2S2O8). Keberhasilan pembentukan zeolit admisel-PMMA tersebut dibuktikan dengan spektrofotometer FTIR. Analisis kuantitatif adsorpsi minyak solar oleh zeolit admisel-PMMA digunakan metode ekstraksi gravimetri dan adsorpsi SDS menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Kondisi optimum adsorpsi adalah massa adsorben 0,6 gram, waktu pengadukan 45 menit dan pH 7,3. Kapasitas adsorpsi optimum untuk solar adalah 97,46 mg/gram dan untuk SDS 16,52 x 10-4 mmol/L.
Adsorption and demulsification is the one solution to handle waste diesel oil emulsion. Therefore, in this research, applications of zeolite admicelle HDTMA - Br adsolubilized polymethyl methacrylate (PMMA) for demulsification and adsorption waste of diesel oil emulsion. The optimum condition of fuel emulsion waste includeof SDS concentration of 0.002 M, the variation ratio of oil:water is 5x10- 4:1, stirring 450 rpm for 15 minute. Result of stabilized emulsion with turbidimeter is 388 NTU as amount of turbidity and 337,9 nm of particle test with PSA. Making adsorption zeolite admicelle-PMMA through the stages of HDTMA-Br surfactant adsorption on the surface of the zeolite, adsolubilized methyl methacrylate monomer into the zeolite admicelle and polymerization initiator admicelle by adding calium persulfate (K2S2O8).The success of the modifications proved by FTIR spectrophotometer showed that the spectrum of PMMA has appeared on zeolite admicelle-PMMA. The efficiency of zeolite admicelle PMMA forming was proven by FTIR spectrophotometer. On the other hand, quantitative analysis of fuel emulsion adsorption by zeolit was using gravimeter extraction method while SDS adsorption was using UV-Vis spectrophotometer. The optimum condition of adsorption are 0,6 gram adsorbent mass, 45 minutes agitation time and pH 7,3. Optimum adsorption capacity of fuel is 97,46 mg/gram and 16,52 x 10-4 mmol/L for SDS."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S53919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>