Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141530 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djamhari Sirat
"Keakuratan pointing merupakan hal penting dalam komunikasi satelit. Akibat jarak satelit dengan permukaan bumi yang sedemikian jauh, maka selisih pointing 1 derajat dapat menyebabkan antena tidak dapat mengirimkan data ke satelit. Untuk mengatasi hal ini dibuatlah kontroler auto-tracking satelit. Sistem ini menggunakan mikrokontroler sebagai pengontrol, GPS sebagai input lokasi dari antena, digital compass sebagai input arah pointing awal antena, rotari encoder sebagai sensor pergerakkan azimut dan elevasi, serta modem untuk melihat besar Eb/No sinyal. Kontroler ini menggunakan dua tahapan dalam proses tracking satelit. Tahapan awal ialah metode Elevasi-Azimut dengan menggunakan masukkan dari GPS, digital compass, serta posisi satelit (baik koordinat, maupun ketinggiannya) yang tersimpan dalam mikrokontroler. Kontroler menghitung besar sudut azimut dan elevasi antena terhadap satelit, kemudian mengerakkan antena sesuai dengan sudut azimut dan elevasinya. Tahapan selanjutnya ialah koreksi modem dimana pada tahapan ini hanya masukan modem yang digunakan (keempat masukan lain diabaikan), dan pergerakkan antena diatur hingga didapat nilai Eb/No sinyal yang terbesar. Berdasarkan hasil pengoperasian kontroler, terjadi perubahan nilai pada input level dari semula -81,7 dB menjadi -30,2 dB dengan nilai Eb/No akhir sebesar 5,7 dB.

Pointing accuracy is an important thing in satellite communication. Because the satellite?s distance to the surface of the earth's satellite is so huge, thus 1 degree of pointing error will make the antenna can not send data to satellites. To overcome this, the auto-tracking satellite controller is made. This system uses a microcontroller as the controller, with the GPS as the indicator location of the antenna, digital compass as the beginning of antenna pointing direction, rotary encoder as sensor azimuth and elevation, and modem to see Eb/No signal. The microcontroller use serial communication to read the input. Thus the programming should be focused on in the UART and serial communication software UART. This controller use 2 phase in the process of tracking satellites. Early stages is the method Elevation-Azimuth, where at this stage with input from GPS, Digital Compass, and the position of satellites (both coordinates, and height) that are stored in microcontroller. Controller will calculate the elevation and azimuth angle, then move the antenna according to the antenna azimuth and elevation angle. Next stages is correction modem, where in this stage controller only use modem as the input, and antenna movement is set up to obtain the largest value of Eb/No signal. From the results of the controller operation, there is a change in the value of the original input level from -81.7 dB to -30.2 dB with end of Eb/No value, reaching 5.7 dB."
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Himawan Sidharta
"Tugas akhir ini ialah perancangan dan pembuatan perangkat lunak untuk sistem auto-tracking (arti: sistem pengontrol pergerakkan antena untuk menjejak satelit) satelit pada antena mobil. Sistem ini menggunakan microcontroller sebagai pengontrolnya, dengan GPS sebagai input lokasi dari antena, digital compass sebagai input arah pointing awal antenna, rotari enkoder sebagai sensor pergerakkan azimuth dan elevasi, serta modem untuk melihat besar Eb/No sinyal. Inputan ini menggunakan komunikasi serial untuk berhubungan dengan mikrokontroller. Sehingga pemrograman harus difokuskan dalam komunikasi serial UART dan software UART, yang digunakan untuk pengadaan komunikasi serial pada port I/O. Kontroller ini menggunakan 2 tahapan dalam proses tracking satelit.
Tahapan awal ialah metode Elevasi-Azimuth, dimana pada tahapan ini dengan menggunakan inputan dari GPS, digital compass, serta posisi satelit (baik koordinat, maupun ketinggiannya) yang tersimpan dalam mikrokontroller. Kontroller akan menghitung besar sudut azimuth dan elevasi antena terhadap satelit, kemudian mengerakkan antena sesuai dengan sudut azimuth dan elevasinya. Tahapan selanjutnya ialah koreksi modem, dimana pada tahapan ini hanya inputan modem yang digunakkan (keempat inputan lain diabaikan), dan pergerakkan antena diatur hingga didapat nilai Eb/No sinyal yang terbesar.

This final task is the design and creation software for auto-tracking system satellite antenna on the car. This system uses a microcontroller as the controller, with the GPS as the indicator location of the antenna, digital compass as the beginning of antenna pointing direction, rotary encoder as sensor azimuth and elevation, and modem to see Eb/No signal. The microcontroller use serial communication to read the input. Thus the programming should be focused on in the UART and serial communication software UART. This controller use 2 phase in the process of tracking satellites.
Early stages is the method Elevation-Azimuth, where at this stage with input from GPS, Digital Compass, and the position of satellites (both coordinates, and height) that are stored in microcontroller. Controller will calculate the elevation and azimuth angle, then move the antenna according to the antenna azimuth and elevation angle. Next stages is correction modem, where in this stage controller only use modem as the input, and antenna movement is set up to obtain the largest value of Eb / No signal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51394
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Cakra Megasakti
"Skripsi ini membahas bagaimana membuat antena penerima dengan posisi yang berubah-ubah untuk diaplikasikan pada kapal laut agar dapat selalu pointing ke satelit yang digunakan(satelit cakrawarta-2). Agar antena dapat bergerak mengikuti arah azimuth satelit dibentuklah suatu rancang bangun dengan komponen-komponen didalamnya seperti GPS untuk menentukan posisi antenna penerima, motor penggerak yaitu digunakan motor DC, digital compass untuk mengetahui arah azimuth antenna penerima, satfinder untuk mencari sinyal satelit yang dimaksud dan mikrokontroler untuk mengendalikan pergerakan antena tersebut.

This essay explores how to make the receiving antenna with an arbitrary position mounted on a ship in order to always be pointing to a satellite that is used (satellite cakrawarta-2). So that the antenna can move to follow the satellite azimuth direction formed a design with the components therein such as a GPS receiver to determine the antenna position, the motor of the DC motor is used, a digital compass to determine direction of receiver antenna azimuth, satfinder to search for satellite signals and the microcontroller is to control the movement of the antenna."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51355
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Filbert Hilman Juwono
"Sekarang televisi berlangganan via satelit telah menjadi salah satu tren gaya hidup masyarakat perkotaan. Tetapi permasalahan yang muncul adalah ketika antena penerima berubah-ubah posisinya terhadap satelit seperti ketika antena dipasang pada kapal laut. Pembuatan sistem penjejakan pada antena penerima adalah solusi untuk permasalahan di atas, dimana antena dapat bergerak mengikuti arah kuat sinyal sehingga dapat terjadi sinkronisasi antara antena penerima dan satelit. Namun satelit Cakrawarta-1 yang digunakan tidak mempunyai sinyal penjejak, sehingga dilakukan percobaan menggunakan sinyal siaran satelit tersebut sebagai sinyal penjejak. Komponen-komponen yang akan digunakan adalah suatu sensor kuat sinyal yaitu satfinder, motor penggerak yaitu digunakan motor stepper, penggerak motor stepper, dan mikrokontroler untuk mengendalikan pergerakan antena tersebut.

Nowadays, satellite TV service has become a lifestyle trend for urban societies. A problem exists when the position of the dish changes to the satellite, for example when the satellite TV is operated for the ship?s cruise service. The design of the azimuth tracking system is the solution for the problem. The antenna is able to follow the signal strength thus synchronize the receiver antenna and the satellite. But, satellite Cakrawarta-1 does not have the tracking signal. Thus, it is carried out an experiment using the broadcasting signal instead of the tracking signal. Components used are signal strength meter, stepper motor, stepper motor driver, and microcontroller as the controller of antenna?s movement."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S40379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Syirajuddin S.
"Untuk pemerataan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia yang negaranya berbentuk negara kepulauan, maka dibutuhkan media transmisi yang bisa menyatukan banyak pulau di Indonesia. Di samping menggunakan SKKL (Sistem Komunikasi Kabel Laut), media lain yang memungkinkan adalah menggunakan sistem komunikasi satelit. Sistem komunikasi satelit lebih disuka karena proses instalasi lebih cepat, cakupan area lebih luas dan perawatan relatif lebih mudah dibandingkan dengan SKKL. Meskipun demikian, sistem komunikasi satelit bukannya tanpa kekurangan, karena Indonesia merupakan daerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi yang bisa menggangu sistem komunikasi satelit. Untuk menjaga kestabilan link pada sistem komunikasi satelit tersebut bisa dengan melakukan proses monitor parameter receive di modem seperti Eb/No (Energi bit per Noise), BER, dan Rx Level.
Dalam tugas akhir ini akan dibahas tentang rancang bangun piranti lunak untuk memonitor kerja modem satelit IDR (Intermediate Data Rate) Comtech CDM600 untuk memonitor beberapa parameter receive dan melakukan pelaporan (alerting) bila ada parameter yang nilainya diluar ambang batas normal. Di samping melakukan monitor, juga bisa melakukan kontrol pada modem untuk merubah beberapa parameter untuk menjaga kestabilan link seperti melakukan perubahan level daya pada sisi transmit atau melakukan tes diagnostik misalkan loop.
Dalam tugas akhir ini juga akan memanfaatkan fasilitas Remote Control dan EDMAC (Embedded Distant-end Monitor And Control) yang memungkinkan proses monitor dan kontrol modem pada sisi jauh dilakukan secara remote dari modem sisi dekat. Pengujian sistem yang dibuat telah berhasil memonitor setiap perubahan kondisi link saat keluar dari batas normal dan ketika link telah kembali normal dari sebelumnya berada di luar batas normal dengan waktu yang dibutuhkan rata - rata 13,5 detik. Untuk melakukan kontrol, sistem membutuhkan waktu rata - rata 22,5 detik. Waktu yang dibutuhkan baik untuk monitor maupun kontrol sangat terpengaruh kondisi jaringan GSM yang digunakan untuk mengirim SMS.

For distribution telecommunication insfrastructure in Indonesia which an archipelago country, it is necessary to have transmission media that can unite many island. In addition to using Submarine Communication Cable, other media that can be used is Satellite Communication System. Satellite communication system is more preferred because the fast installation process, more widespread coverage area dan easy to maintenace compared with Submarine communication cable. However, the satelite communication system is not without its outages, because Indonesia have high rainfall wich could interfere with satellite communication system. To maintain the link's stability, monitor some parameters such as Eb/No (Energy bit per Noise), BER, and Rx Level is absolutely necessary.
This paper will examine the design of software for monitor satelite modem operation that support IDR (Intermediate Data Rate) Comtech CDM600 to monitor some receive parameters and reporting/alerting if there is a parameter whose value is beyond the normal threshold. In additon to monitor, can also control the modem to change some parameter to stabilize link such as levelling power for transmitter or perform diagnostic test such as loop.
In this paper will also utilize the Remote Control and EDMAC (Embedded Distant-end Monitor And Control) which allows monitoring and control (M&C) on far-end modem remotely from near-end modem. Testing system created successfully monitor any changes in link conditions while out of the normal limits and when the link was back to normal from the previous abnormal state by the time it takes the average time in 13.5 seconds. To perform the control, the system takes the average time in 22.5 seconds. The time needed both to monitor and control conditions was depend on the GSM network used to send SMS.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51123
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leonard Mardhika Pranedya
"Informasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat modern saat ini. Tingkat mobilitas manusia modern yang begitu tinggi menuntut adanya pemenuhan yang tidak terbatas akan ruang dan waktu. Perkembangan teknologi untuk menunjang kebutuhan ini pun sudah berkembang dengan sangat cepat. Lahirnya teknologi penyampaian informasi singkat melalui Short massage Service (SMS) pada jaringan telepon seluler telah melahirkan budaya baru dalam penenuhan kebutuhan manusia modern saat ini. Short Massage Service (SMS) merupakan teknologi yang mudah (easy), murah (cheap), cepat (fast), kapan saja (anytime) dan dimana saja (anywhere) sehingga begitu banyak orang yang menyukai dan menggunakan teknologi ini. Pengembangan Sistem Informasi Akademik berbasis SMS dilakukan untuk memberikan salah satu solusi penyajian informasi bagi mahasiswa dan dosen. Sistem ini bersifat auto response dalam memberikan tanggapan atas permintaan dari pengguna. Sistem ini menggunakan basis data sebagai tempat sumber informasi. Sistem ini menggunakan telepon seluler yang berperan sebagai Modem GSM untuk melakukan komunikasi dengan jaringan GSM. Sistem ini bersifat fleksibel dan scalable sehingga dapat mengakomodasi pertumbuhan permintaan layanan dan aktivasi layanan baru. Sistem ini juga memiliki kompatibilitas dengan eksisting database seperti SIAK ataupun SISKA. Sistem Informasi Akademik berbasis SMS dibangun dengan bahasa Microsoft Visual Basic 6.0 dan basisdata Microsoft Office Access 2003. Sistem ini dapat menghadirkan informasi-informasi singkat seperti informasi jadwal kuliah, informasi nilai semester dan informasi masal dari dosen pengajar kepada peserta mata kuliah. Berdasarkan hasil pengujian bahwa kecepatan waktu tanggap ketika off time lebih cepat sekitar 6 - 14 % dibandingkan ketika pek time. Penggunaan telepon seluler sebagai modem GSM memiliki kelemahan yaitu pengiriman pesan tidak dapat dilakukan secara bersamaan (paralel) melainkan secara satu per satu (seri) sehingga menimbulkan keterlambatan (delay) untuk pengiriman lebih dari satu pesan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsan Mulia
"Waktu merupakan hal yang penting khususnya bagi mahasiswa, oleh karena itu dibuatlah aplikasi bikunin untuk memperkirakan waktu datangnya bikun pada setiap halte, sehingga waktu yang digunakan untuk menunggu bikun dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. Selain itu, aplikasi bikunin juga memiliki fitur lain seperti pesan dan tracking bikun untuk lebih memudahkan user mengetahui kondisi dan lokasi bikun.
Dari hasil pengujian didapatkan bahwa hasil eksekusi waktu untuk fitur tracking bikun membutuhkan waktu 656,2 milisecound, fitur pengiriman pesan broadcast 1143,5 milisecond, pengiriman pesan personal 798,3 milisecond, estimasi waktu dan jadwal 13971,9 milisecond serta hasil pengujian responden menunjukkan bahwa tingkat kepuasan responden sebesar 83,1% untuk fungsi utama, 77,1% untuk fitur-fitur serta 74,6% untuk tampilan antarmuka.

Time is important, especially for students, therefore we made an bikunin application to estimate the arrival time of bikun (Bis Kuning) at each bikun shelter, so the time spent waiting bikun can be used for better use. The bikunin application also has other features such as messaging and bikun tracking to make it easier for the user to find out the condition and location of the bikun. Bikunin Application using Arduino hardware as "core" of system. Arduino is prototyping platform based on hardware and software which easy to use.
Performance tests show that the average processing time for Arduino initialitation using millis() function is 656.2 milisecond. The subjective user measurement tests point out that satisfactory level is 83.1 percent for main feature function, 77.1 percent for other feature and 74.6 percent for user interface.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Riza Darmawan
"Penelitian ini mengusulkan rancang bangun antena mikrostrip array linear dengan bentuk patch segiempat sebagai antena pencatu pada sistem antena parabola di stasiun bumi penerima data satelit Himawari-8. Antena dirancang bekerja pada rentang frekuensi 3,8-4,2 GHz. Simulasi menggunakan perangkat lunak CST Microwave Studio 2019. Antena mikrostrip array linear dirancang dengan menggunakan bahan substrat Rogers RT/Duroid-5880 dengan nilai konstanta dielektrik 2,2 yang mempunyai ketebalan 1,575 mm. Teknik dan metode yang digunakan yaitu teknik proximity coupled feed, teknik corporate feed, metode Dolph-Chebyshev, metode Wilkinson Unequal Power Divider, substrat double layer, dan juga Reflektor Parabola. Simulasi antena microstrip array 1x8 dengan bahan Rogers RT/Duroid-5880 menghasilkan bandwidth selebar 721,9 MHz pada frekuensi 3,7069 – 4,4288 GHz, gain sebesar 16,17 dB pada frekuensi 4,148 GHz, direktivitas sebesar 16,56 dB pada frekuensi 4,148 GHz, efisiensi sebesar 97,65%, Half Power Beamwidth (HPBW) untuk arah horizontal sebesar 6,5° dan HPBW untuk arah vertikal sebesar 46,5°, dan pola radiasi yang dihasilkan adalah direksional. Ketika antena antena mikrostrip array 1x8 bahan rogers RT/Duroid-5880 sebagai antena pencatu dengan Reflektor Parabola 2,4 meter menghasilkan bandwidth selebar 721,9 MHz pada frekuensi 3,7069 – 4,4288 GHz, gain sebesar 30,69 dB pada frekuensi 4,148 GHz, direktivitas sebesar 31,08 dB pada frekuensi 4,148 GHz, efisiensi sebesar 98,75%, Half Power Beamwidth (HPBW) untuk arah horizontal sebesar 7,7° dan HPBW untuk arah vertikal sebesar 1,4°, dan pola radiasi yang dihasilkan adalah direksional. Hasil pengukuran untuk antena mikrostrip 1x8 dengan bahan Rogers RT/Duroid-5880 memiliki bandwidth 44 MHz dari frekuensi 3,761-3,805 GHz dan memiliki bandwidth 92 MHz dari frekuensi 4,804-4,896 GHz, gain sebesar 10,42 dB pada frekuensi 3,8 GHz, dan pola radiasi yang dihasilkan adalah direksional.

This study proposes the design of a linear array microstrip antenna with a rectangular patch shape as a feed antenna for a parabolic antenna system at the Himawari-8 satellite data receiving earth station. The antenna is designed to work in the 3.8-4.2 GHz frequency range. Simulation using CST Microwave Studio 2019 software. Linear array microstrip antenna is designed using Rogers RT/Duroid-5880 as a substrate with a dielectric constant value of 2.2 which has a thickness of 1.575 mm. The techniques and methods used are proximity coupled feed technique, corporate feed technique, DolphChebyshev method, Wilkinson Unequal Power Divider method, double layer substrate, and also Parabolic Reflector. Simulation of a 1x8 microstrip array antenna with Rogers RT/Duroid-5880 material produces a bandwidth of 721.9 MHz at a frequency of 3.7069-4.4288 GHz, a gain of 16.17 dB at a frequency of 4.148 GHz, a directivity of 16.56 dB at a frequency of 4.148 GHz, efficiency of 97.65%, Half Power Beamwidth (HPBW) for the horizontal direction of 6.5° and HPBW for the vertical direction of 46.5°, and the resulting radiation pattern is directional. When the 1x8 rogers RT/Duroid-5880 microstrip array antenna as a feed antenna with a 2.4 meter Parabolic Reflector produces a bandwidth of 721.9 MHz at a frequency of 3.7069-4.4288 GHz, the gain is 30.69 dB at a frequency of 4.148 GHz, directivity of 31.08 dB at a frequency of 4.148 GHz, efficiency of 98.75%, Half Power Beamwidth (HPBW) for the horizontal direction of 7.7° and HPBW for the vertical direction of 1.4°, and the resulting radiation pattern is directional. The measurement results for a 1x8 microstrip array antenna with Rogers RT/Duroid-5880 material have a bandwidth of 44 MHz from a frequency of 3.761-3.805 GHz and a bandwidth of 92 MHz from a frequency of 4.804-4.896 GHz, a gain of 10.42 dB at a frequency of 3.8 GHz, and a pattern of he radiation produced is directional."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nofrizal
"Pengukuran medan dekat merupakan salah satu metode pengukuran karakteristik antena. Ada tiga macam pengukuran medan dekat, yaitu planar, silindris, dan bola. Diantara ketiga metode tersebut, metode planar merupakan metode yang mempunyai bentuk matematis yang sederhana sehingga mudah diimplementasikan dalam pemograman. Dalam pengukuran medan dekat metode planar, data medan dekat antena tes diambil oleh antena probe ketika antena tes berada pada wilayah radiasi medan dekatnya. Data medan dekat tersebut akan ditransformasikan ke data medan jauh sehingga didapat pola radiasinya. Pengukuran medan dekat metode planar dengan koreksi probe, tidak hanya mengambil data medan dekat dari antena tes tetapi juga data medan jauh dari antena probe.
Secara matematis pengukuran medan dekat metode planar dengan koreksi probe merupakan fungsi gabungan dari hasil bentuk fourier data medan dekat dan fungsi invers dari data medan jauh antena probe. Program transformasi medan dekat ke medan jauh (NF-FF) telah dibandingkan hasilnya, baik dengan electromagnetic (EM) simulator yang komersil maupun pengukuran secara langsung.
Hasil perbandingan medan jauh dari hasil transformasi dengan EM simulator menunjukkan nilai penyimpangan rata-rata 1.25 dB. Selanjutnya, perbandingan antara medan jauh pengukuran secara langsung dan hasil transformasi tanpa mempertimbangkan faktor respon probe diperoleh nilai penyimpangan sebesar 9.33 dB. Adapun hasil transformasi dengan mempertimbangkan faktor respon probe berhasil memperbaiki nilai penyimpangan menjadi rata-rata 4.4 dB.

Near field measurement is one method to measure antenna performance. There are three methods to measure near field antenna; they are planar, cylindrical, and spherical methods. The simplest method for near field measurement is the planar method because its simplicity in the mathematical form and implementation in programming. The planar near field method receives near field data with near field antenna distance. The near field data will be transformed into far field data to get the antenna performance. The transformation from near field to the far field data is achieved by using Fast Fourier transform (FFT). The function of planar near field antenna measurement with probe correction or namely coupling function is equal to the product of the far field transformation with the far field probe correction simulation. The antenna coupling function consists of far field antenna under test (AUT) and data far field of the probe.
In this paper we will discuss about the probe correction effect in the planar near field antenna measurement and the computation of algorithm scheme for planar near field measurements with probe correction. The software development near field to far field (NF-FF) transformation was compared with simulation and measurement result. First, the developed software was compared between NF-FF transformation with far field electromagnetic (EM) software simulator.
The comparison between EM simulator and the developed software for the radiation pattern Ef=0 shows an average error of 1.25 dB. Second, the comparison between measured far field and transformation without probe correction, this shows an average error of 9.33 dB, and at last with probe correction, shows an improvement with average error of 4.4 dB.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51250
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Ibrahim
"Nelayan-nelayan kecil yang berada di tengah laut memiliki risiko besar karena tidak adanya saluran komunikasi yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai cuaca yang ada di lokasinya dan anomali cuaca yang dapat berubah secara tiba-tiba serta ekstrem. Salah satu solusi masalah tersebut adalah dengan sebuah sistem yang dapat memantau cuaca secara otomatis. Penelitian ini berfokus pada pembuatan perangkat lunak untuk sistem tersebut yang berbasis citra dari satelit NOAA dan menggunakan library OpenCV.
Perangkat lunak yang telah dibuat dapat memberikan informasi keadaan cuaca di lokasi dan sekitar pengguna berada. Pada pengujian didapatkan hasil bahwa akurasi yang dimiliki adalah sebesar 91,25%. Dari segi waktu, lamanya waktu eksekusi rata-rata dari perangkat lunak ini adalah sebesar 0,211 detik. Pada pengujian ketahanan terhadap noise dengan menggunakan Gaussian noise μ = 0 dan σ yang divariasikan antara 26, 64, dan 128 didapatkan akurasi secara berturut-turut sebesar 82,5%, 60%, dan 52,5%. Uji fungsional serta tampilan antarmuka, mendapatkan nilai rata-rata sebesar 75%.

Traditional fishermen who are in the middle of the sea have great risk because of the absence of communication channels that can be used to obtain information about weather in the location and weather anomalies that may change suddenly and extreme. One solution to the problem is with a system that can monitor the weather automatically. This research will focus on the software development for the system based on imagery from NOAA satellites and it uses OpenCV library.
The software has been created to provide information about the weather conditions on the user’s location and around of its location. On testing, it showed that the accuracy is at 91.25%. In terms of time, the length of the average execution time of this software is at 0.211 seconds. In the resistance to noise testing by using a Gaussian noise μ = 0 and σ which varied between 26, 64, and 128 obtained accuracy in a row amounted to 82.5%, 60%, and 52.5%. Functional testing and interface, obtain an average value of 75%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61276
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>