Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92461 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Kaswanti Purwo
"Penelitian yang saya lakukan semenjak bulan Juli 1976 ini merupakan usaha saya untuk mendalami dan memahami bahasa Indonesia; apa yang saya lihat dalam bahasa Indonesia itu kemudian saya tuangkan dalam karya tulis yang terdiri dari tujuh bab. Ada berbagai alat yang dapat dipergunakan untuk melihat atau mengamati sesuatu. Dalam mengamati bahasa Indonesia ini saya memilih memakai kerangka teori deiksis. Namun, kecondongan penelitian ini tidak saya tujukan pada usaha untuk mengembangkan teori deiksis itu sendiri (dengan memakai bahan-bahan yang ada dalam bahasa Indonesia) melainkan lebih saya arahkan pada pemergunaan teori deiksis sebagai alat untuk menyingkapkan seluk-beluk yang ada dalam bahasa Indonesia. Untuk tujuan penyingkapan itu saya perbandingkan pula beberapa fenomena dalam bahasa Indonesia dengan yang ada dalam bahasa-bahasa tak serumpun (seperti bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Latin, Rusia) dan bahasa-bahasa serumpun (seperti bahasa Tagalog, Batak Toba, Sunda, Jawa, Aceh).
Saya memulai penelitian dengan mengkhasanahkan leksem-leksem persona, ruang, dan waktu dalam kaitannya dengan deiksis. Kata-kata yang berhubungan dengan persona, ruang, dan waktu itu saya daftar dan saya perikan aspek semantis leksikalnya dalam Bab II. Uraian dalam Bab II membatasi diri pada bidang semantis leksikal karena yang dibahas dalam bab ini adalah masalah deiksis luar-tuturan (eksofora). Pembatasan bidang yang dianalisis ini membawa akibat adanya beberapa persoalan-antara lain hubungan antara bentuk verbal di- dengan kata ganti persona--yang tidak dapat diuraikan lebih lanjut dalam Bab II; persoalan-persoalan itu kemudian dipaparkan secara terpisah dalam bab lain.
Kalau dalam Bab II yang dibicarakan adalah deiksis luar-tuturan (eksofora), dalam Bab III yang dibahas adalah deiksis dalam-tuturan (endofora). Uraian dalam Bab III menyangkut salah satu aspek sintaksis, yaitu perihal koreferensi. Salah satu akibat dari penyusunan konstituen﷓konstituen bahasa secara linear adalah kemungkinan adanya konstituen tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya.mengalami penyebutan ulang, Kedua konstituen tersebut karena kesamaannya lazim dinyatakan sebagai dua konstituen yang berkoreferensi (memiliki referee yang sama). Ada tiga macam strategi dalam peristiwa koreferensi ini: {i) mempronominalkan salah satu konstituennya (masalah anafora termasuk ke dalam jenis pertama ini), (ii) melesapkan (menghilangkan) salah satu konstituennya, dan (iii) menyebut ulang konstituen yang telah disebutkan sebelumnya. Bahasa Indonesia menempuh strategi yang berbeda dengan strategi yang ditempuh oleh bahasa lain yang tak serumpun (misalnya bahasa Inggris). Bahasa seperti bahasa Inggris lebih banyak menempuh strategi daripada bahasa Indonesia; bentuk-bentuk pronominal dalam bahasa Indonesia tidak sebanyak yang ada dalam bahasa seperti bahasa Inggris. Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sama-sama dapat menempuh strategi tetapi kendala (constraint) yang mendasari struktur ini berbeda. Strategi lazim ditemukan dalam bahasa Indonesia tetapi tidak dalam bahasa seperti bahasa Inggris. Masalah seperti ini-karena menyangkut bidang sintaksis yang lebih luas-tidak diuraikan lebih lanjut pada Bab III melainkan pada Bab VII.
Percampuran antara deiksis luar-tuturan dan deiksis dalam-tuturan diuraikan dalam Bab IV; peristiwa percampuran ini dalam penelitian ini termasuk dalam apa yang disebut pembalikan deiksis (deictic reversal). Pembalikan deiksis dalam hal persona dapat dijumpai misalnya dalam kalimat kutipan tidak langsung bahasa Rusia (Brecht 1974:513 ff.). Pembalikan deiksis dalam hal waktu dapat ditemukan misalnya dalam fenomenon yang lazim disebut epistolary tense (misalnya dalam bahasa Latin Klasik) dan historical present (misalnya dalam bahasa Inggris). Bahasa Indonesia selain menunjukkan adanya fenomenon pembalikan deiksis dahal persona dan waktu, juga memperlihatkan adanya fenomenon pembalikan deiksis dalam hal ruang, seperti yang dapat dijumpai dalam pembicaraan dengan telepon dan dalam penulisan surat.
Aspek semantis situasional dari kata ganti persona dalam bahasa Indonesia yang belum dibahas dalam Bab II (karena dalam bab itu kerangka pembicaraannya terbatas pada aspek semantis leksikal saja) dipaparkan dalam Bab V. Aspek semantis situasional yang disoroti dalam Bab V ini dikritkan dengan masalah kepekaan-konteks (context-sensitivity) yang dapat dijumpai dalam struktur yang bermodus imperatif, adhortatif, dan dubitatif.
Beberapa leksem ruang dan waktu ada yang belum dapat dibahas secara tuntas dalam Bab II karena leksem-leksem yang bersangkutan memiliki permasalahan yang menyangkut salah satu aspek dalam bidang sintaksis, yaitu susunan beruntun (sequential order). Perihal pemetaan kronologis (chronological mapping), struktur beku (freezes), dan struktur korelatif ikut dibahas dalam Bab VI sehubungan dengan kaitannya pada susunan beruntun. Hal ini dilakukan demi pemahaman beberapa leksem ruang dan waktu yang perlu ditelusuri lebih lanjut.
Sebetulnya penulisan hasil penelitian saya dapat ditutup atau diakhiri pada Bab VI. Akan tetapi, karena ada beberapa masalah yang belum terselesaikan penguraiannya dalam bab-bab sebelumnya, dan. masalah tersebut hanya disinggung sepintas lalu saja, padahal masing-masing masalah tidak terkumpul menjadi satu karena pemaparannya tersebar ke dalam kelima bab terdahulu secara terpisah-pisah, maka kesemuanya itu saya kumpulkan menjadi satu dalam Bab VII. Beberapa masalah tersebut dikumpulkan menjadi satu dalam Bab VII karena mempunyai suatu kerangka kesatuan tersendiri, kerangka yang menyangkut bidang sintaksis yang lebih luas (daripada yang ditelaah dalam bab-bab sebelumnya). Penelusuran permasalahan bidang sintaksis yang lebih luas ini ternyata menyeret saya lebih jauh ke salah satu aspek sintaksis yang penting dalam linguistik, yaitu tipologi bahasa. Akan tetapi, persoalan ini tidak ditelaah untuk dipecahkan dalam Bab VII karena, apabila ditelusuri lebih lanjut, hasilnya dapat menjadi suatu disertasi tersendiri. Oleh karena itu, apa yang dipaparkan dalam Bab VII hanyalah pemerian permasalahannya saja. Persoalan ini perlu dipecahkan bukan hanya demi pemahaman dari sudut pandang deiksis (karena hanya sedikit sekali kaitannya dengan deiksis) tetapi terlebih-lebih demi penyingkapan "misteri" dalam bidang sintaksis (terutama dalam bahasa Indonesia), suatu bidang studi linguistik yang hingga kini masih merupakan daerah yang "rawan". "
Depok: Universitas Indonesia, 1982
D264
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian yang saya lakukan semenjak bulan Juli 1976 ini merupakan usa_ha saya untuk mendalami dan memahami bahasa Indonesia; apa yang saya li_hat dalam bahasa Indonesia itu kemudian saya tuangkan dalam karya tulis yang terdiri dari tujuh bab. Ada berbagai alat yang dapat dipergunakan untuk melihat atau mengamati sesuatu. Dalam mengamati bahasa Indonesia ini saya memilih memakai kerangka teori deiksis. Namun, kecondongan penelitian ini tidak saya tujukan padausaha untuk mengembangkan teori deiksis itu sendiri (dengan memakai bahan-bahan yang ada dalam bahasa Indonesia) melainkan lebih saya arahkan pada pemergunaan teori deiksis sebagai alat untuk menyingkapkan seluk-beluk yang ada dalam bahasa Indonesia. Untuk tujuan penyingkapan itu saya perbandingkan pula beberapa fenomena dalam bahasa Indonesia dengan yang ada dalam bahasa-bahasa tak serumpun (seperti bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Latin, Rusia) dan bahasa-bahasa serumpun (seperti bahasa Tagalog, Batak Toba, Sunda, Jawa, Aceh). Saya memulai penelitian dengan mengkhasanahkan leksem-leksem per_sona, ruang, dan waktu dalam kaitannya dengan deiksis. Kata-kata yang berhubungan dengan persona, ruang, dan waktu itu saya daftar dan saya perikan aspek semantis leksikalnya dalam Bab II. Uraian dalam Bab II membatasi diri pada bidang semantis leksikal karena yang dibahas dalam bab ini adalah masalah deiksis luar-tuturan (eksofora). Pembatasan bidang yang dianalisis ini membawa akibat adanya beberapa persoalan antara lain hubungan antara bentuk verbal di- dengan kata ganti persona--yang tidak dapat diuraikan lebih lanjut dalam Bab II; persoalan-persoalan itu kemudian dipaparkan secara terpisah dalam bab lain."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia,
D1128
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Kaswanti Purwo
Jakarta: Balai Pustaka, 1984
499.251 BAM d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Prasetiani
"Penelitian ini bertujuan tmtuk mendeskripsikan masalah deiksis dalam bahasa Arab dan untuk meugetahui kata-kata dalam bahasa Arab apa saja yang dapat diidentifikasikan bersifat deiksis juga untuk mengetahui kapan kata-kata tersebut bersifat deiktis atau nondeiktis.
Ancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah ancangan kualitatif . Penelitian ini terbatas pada analisis kosakata bahasa Arab ragam standar ahalm yang terdapat pada Al-Qur'an dan surat kabar. Data diperoleh dari beberapa sumber data seperti Al-Qur'an, beberapabuku pelajaran bahasa Arab, dan surat kabar.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa deiksis dalam bahasa Arab mencakup lima jenis deiksis yaitu deiksis persona, ruang, waktu,, social, dan wacana. Pada deiksis persona, semua bentuk pronomina persona dalam bahasa Arab dapat dikategorikan sebagai deikais, sedangkan pada deiksis ruang dan waktu, tidak semua kosakata yang mempunyai makna ruang dan waktu dapat dikategorikan sebagai deiksis. Dalam kosakata bermakna ruang, yang termasuk deiksis adalah pronomina demonstra of dan beberapa verba yang menyatakan perpindahan lokasi.
Pada deiksis waktu, bahasa Arab mengenal kosakata yang menunjukkan waktu yang absolut dan tidak absolut. Konteks kalimat sangat mempengaruhi kosakata- kosakata yang bermakna ruang atan waktu tersebut dalam menentukan sifat kedeiktisannya Acuan kata-kata yang bersifat deiktis harus bertitik labuh pada pembicara.
Bahasa Arab juga mengenal tingkatan sosial yang mempeugaruhi pegggunaan beberapa kata yang berhubungan dengan penghormatan terhadap Para petiuggi pemerintahan dan bersifat deiktis. Dalam wacana berbahasa Arab terdapat beberapa ungkapan yang merupakan penghubung antar tema dalam wacana dan penggunaan ungkapan tersebut bertitik labuh pada penulis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11702
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
MUL 2:9 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vaniadika Istamitra
"Penelitian ini membahas tentang deiksis dalam bahasa Korea. Deiksis merupakan kata rujukan yang sifatnya dinamis atau tidak tetap. Deiksis berfungsi sebagai penjelas konteks suatu tuturan atau kalimat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan deiksis dalam bahasa Korea secara umum dan penggunaannya dalam setiap jenisnya. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan yang mengambil sumber dari beberapa penelitian terdahulu. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana penggunaan deiksis dalam bahasa Korea. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima jenis deiksis paling umum dalam bahasa Korea, yaitu deiksis persona, deiksis ruang, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Dari kelima jenis ini, dapat dikemukakan bahwa terdapat dua jenis deiksis yang dapat terbagi menjadi beberapa bagian. Deiksis yang dimaksud merupakan deiksis persona yang memiliki pembagian orang pertama, kedua, dan ketiga, dan deiksis waktu memiliki pembagian deiksis kalendrikal dan deiksis non-kalendrikal.

This study discusses deixis in Korean. Deixis is a reference word that is dynamic or not fixed. Deixis functions as an explanation of the context of an utterance or sentence. This study aims to explain deixis in Korean in general and its use in each type. This research is a library research that takes sources from several previous studies. The research question is how to use deixis in Korean. The results of this study indicate that there are five most common types of deixis in Korean: persona deixis, spatial deixis, time deixis, discourse deixis, and social deixis. From these five types, it can be stated that there are two types of deixis which can be divided into several parts. The deixis in question is persona deixis which has first, second, and third-person divisions, and time deixis has calendar deixis and non-calendrical deixis divisions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifanisa Nurul Fitria
"Skripsi ini membahas deiksis bahasa Indonesia seorang anak berusia 45 bulan. Tujuannya adalah menginventarisasi dan menganalisis penggunaan deiksis pada seorang anak Indonesia usia 45 bulan. Dari penelitian ini, dapat diketahui deiksis-deiksis yang telah digunakan dan yang belum digunakan oleh seorang anak berusia 45 bulan serta penggunaannya. Deiksis yang muncul dalam data dibagi atas deiksis eksofora dan deiksis endofora. Kata-kata deiktis tersebut diklasifikasikan lagi ke dalam deiksis persona, deiksis ruang dan deiksis waktu. Kesimpulan dari analisis tersebut adalah jumlah deiksis yang muncul dalam data serta penggunaan kata-kata deiktis tersebut menggambarkan pemerolehan deiksis bahasa Indonesia pada seorang anak berusia 45 bulan.

This undergraduate-theses explains about a deixis of Indonesian language which is used by a 45-month-old child. The goal is to inventory and analyse the using of deixis of Indonesian children who their age is 45 months old. According to this research, we can know about deixis that has been used and deixis that hasn't been by a 45-month-old child, and the using. Deixis that appeared in data is classified according exophora and endophora. The deixis are classified to personal deixis, spatial deixis, and temporal deixis. The conclusion of this analysis is the quantity of deixis which are appeared in data and using of deixis, describes deixis of Indonesian language acquisition to 45-month-old child."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11057
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Juwita
"Seorang penerjemah perlu memerhatikan prosedur penerjemahan agar tetap dapat menyampaikan engagement penulis dengan proporsi yang tepat. Deiksis merupakan salah satu bagian dari engagement. Penelitian ini berfokus pada deiksis dalam penerjemahan teks akademik dari bahasa Jerman ke dalam bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis deiksis dan prosedur penerjemahannya, serta membahas pengaruh yang disebabkan oleh pergeseran deiksis pada penerjemahan sebuah buku ilmiah. Data diambil dari TSu berbahasa Jerman yang berjudul Javanische Weisheit und Ethik Studien zu einer Östlichen Moral karya Franz Magnis-Suseno dan TSa berbahasa Indonesia yang berjudul Etika Jawa yang diterjemahkan oleh penulisnya sendiri. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Analisis data menemukan adanya tiga jenis deiksis dalam TSu dan TSa dengan deiksis personal sebagai jenis deiksis terbanyak. Penelitian ini menemukan adanya lima prosedur penerjemahan yang diterapkan untuk menerjemahkan satuan terjemah berdeiksis, yaitu penghapusan, penambahan, eksplisitasi, modulasi sudut pandang, dan modulasi cakupan makna. Keberadaan deiksis mendorong penerjemah untuk menerapkan prosedur penerjemahan yang sesuai untuk menghasilkan TSa yang baik dan berterima. Penerapan prosedur penerjemahan menghasilkan pergeseran makna yang membuat TSa menjadi lebih lugas, ringkas, dan mudah dipahami.

A translator should implement the translation procedures in order to be able to express an author’s engagement in the right proportion. Deixis is part of engagement. This study focuses on deixis in the academic translation from German to Indonesian. The purpose of this study is to identify categories of deixis found in a ST-TT pair and its translation procedures, and to discuss the effect of deictic shift on the translation of an academic text. Data were taken from a German source text entitled Javanische Weisheit und Ethik Studien zu einer Östlichen Moral by Franz Magnis-Suseno and its Indonesian target text entitled Etika Jawa, which was translated by the same author. This study applies the qualitative descriptive approach with the case study method. Data analysis shows that three categories of deixis are found in the ST and TT with personal deixis as the dominant category. This study finds the application of five translation procedures to translate the deixis; deletion, addition, explicitation, modulation of point of view, and modulation through perspective shift. The existence of deixis prompted the translator to implement the suitable translation procedures. The application of those translation procedures resulted in the semantic shift which made ST more straightforward, concise, and understandable."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Atin Fitriana
"[Tesis ini mengkaji leksem deiktis dalam bahasa Jawa Kuno berdasarkan perilaku sintaktisnya. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah teks Ādiparwa. Data diolah dengan menggunakan peranti lunak Sketch Engine. Peneliti memanfaatkan menu word list (daftar kata) dan baris konkordansi pada peranti lunak Sketch Engine untuk pemerolehan dan pengolahan data. Penelitian ini menggunakan teori deiksis dari Fillmore (1975) dan menggunakan teori sintaksis Dixon (2010), serta didukung oleh penelitian mengenai bahasa Jawa Kuno oleh Zoetmulder dan Poedjawijatna (1992 dan 1993). Analisis sintaktis yang dilakukan pada penelitian ini juga tidak terlepas dari aspek semantik karena aspek semantik tidak dapat dilepaskan dari analisis sintaktis. Hasil analisis menunjukkan bahwa perilaku sintaktis leksem yang deiktis dalam bahasa Jawa Kuno pada teks Ādiparwa berbeda satu sama lain. Pada tataran frasa, leksem yang deiktis dalam bahasa jawa Kuno dapat membentuk beberapa frasa, seperti frasa pronominal, frasa nominal, frasa apositif, dan frasa preposisional. Pada tataran kalimat, leksem yang deiktis dapat mengisi fungsi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan, bergantung pada kategori sintaktis leksem yang deiktis. Berdasarkan posisinya, leksem yang deiktis dapat berada di sebelah kiri atau kanan dari kata yang ditunjuk atau dijelaskannya.
;This thesis discussed about the deictic lexeme in Old Javanese based on its syntactic behavior. This research used Ādiparwa text as the data. The data was processed by software Sketch Engine. Researcher used wordlist and concordance menu in Sketch Engine to acquire and process the data. This research also used the deixis theory by Fillmore (1975), the syntax theory by Dixon (2010), and the research of Old Javanese by Zoetmulder and Poejawijatna (1992 and 1993). The syntactic analysis in this research was related with semantic aspect, because the semantic aspect cannot be separated from the syntactic analysis. The result of the analysis showed that the syntactic behavior of deictic lexeme in Old Javanese on Ādiparwa text was different from one deixis and the others. In the phrase level, the deictic lexeme can establish some phrases, such as pronominal phrase, nominal phrase, appositive phrase, and prepositional phrase. In the sentence level, the deictic lexeme can be function as subject, predicate, object, complement, and adjunct depended on syntactic category of deictic lexeme. Based on the position, the deictic lexeme can be placed in the right or left side the word that was referenced or explained.
, This thesis discussed about the deictic lexeme in Old Javanese based on its syntactic behavior. This research used Ādiparwa text as the data. The data was processed by software Sketch Engine. Researcher used wordlist and concordance menu in Sketch Engine to acquire and process the data. This research also used the deixis theory by Fillmore (1975), the syntax theory by Dixon (2010), and the research of Old Javanese by Zoetmulder and Poejawijatna (1992 and 1993). The syntactic analysis in this research was related with semantic aspect, because the semantic aspect cannot be separated from the syntactic analysis. The result of the analysis showed that the syntactic behavior of deictic lexeme in Old Javanese on Ādiparwa text was different from one deixis and the others. In the phrase level, the deictic lexeme can establish some phrases, such as pronominal phrase, nominal phrase, appositive phrase, and prepositional phrase. In the sentence level, the deictic lexeme can be function as subject, predicate, object, complement, and adjunct depended on syntactic category of deictic lexeme. Based on the position, the deictic lexeme can be placed in the right or left side the word that was referenced or explained.
]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T44421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>