Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184204 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eva Fathul Karamah
"Limbah industri yang mengandung logam berat tidak dapat dibuang langsung ke perairan, karena berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam penelitian ini, untuk memisahkan logam dari limbah cair digunakan metode flotasi dengan dibantu bahan pengikat zeolit alam Lampung. Diffuser yang biasa digunakan dalam proses flotasi adalah udara atau oksigen. Dalam penelitian ini, ozon dipilih sebagai diffuser, karena sifat oksidasi dan kelarutannya dalam air lebih besar dari udara. Keuntungan lain adalah ozon merupakan coagulant aid dan berfungsi sebagai disinfektan. Dengan ozon sebagai diffuser diharapkan pemisahannya berlangsung lebih cepat dengan lebih efisien.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan efektivitas ozon sebagai diffuser, membandingkan ozon dengan diffuser yang lain, serta menentukan efektivitas dan konsentrasi optimum zeolit sebagai bahan pengikat dalam flotasi logam besi, tembaga dan nikel. Dari penelitian diperoleh pemisahan besi dengan diffuser udara sebesar 90,8%, diffuser udara-oksigen 95,7%, diffuser udara-ozon dari udara 99,7%, serta diffuser udara-ozon dari oksigen adalah 99,7%. Sedangkan zeolit efektif digunakan sebagai bonding agent pada proses flotasi, dengan konsetrasi optimum sebesar 2 gr/L, menghasilkan persentase pemisahan untuk logam besi sebesar 99,70%, logam tembaga sebesar 88,98% dan logam nikel sebesar 98,46%.

Industrial wastewater which contains heavy metal cannot be disposed to the environment directly, due to its toxicity. In this research, separation of metal from wastewater was conducted by sorptive flotation method, using Lampung natural zeolite as bonding agent. The most common diffuser used in the flotation process is air or oxygen. In this research, ozone is used as diffuser because it is a stronger oxidant and more dissolvable in water than oxygen. Besides, ozone is a coagulant aid and disinfectant. With ozone as diffuser, it is expected that the process become faster with higher efficiency.
This research was conducted to determine ozone effectiveness as diffuser, compared with other diffuser, and also to determine optimum concentration and effectiveness of zeolite in flotation of iron, nickel and copper. The research result shows that separation of iron with air diffuser is 90.8%, air-oxygen diffuser is 95.7%, air-ozone (from air) diffuser is 99.7%, and air-ozone (from oxygen) diffuser is 99.7%. Natural zeolite is effective as bonding agent with optimum concentration equal to 2 gram/liter, producing separation percentage for iron equal to 99.70%, copper equal to 88.98% and Nickel equal to 98.46%.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Natasya
"Penelitian telah selesai dilakukan untuk mengetahui pembentukan metakaolin menggunakan kaolin Badau, Bangka Belitung, sebagai bahan baku zeolit. Untuk dapat dimanfaatkan dalam sintesis zeolit, kaolin harus diubah terlebih dahulu menjadi metakaolin agar reaktivitasnya dapat meningkat. Dalam penelitian ini, kaolin diaktivasi menggunakan larutan kimia HNO3 3M dan 4M, lalu diagitasi selama 24 jam dengan kecepatan 300 rpm pada suhu
50°C. Kemudian, kaolin dinetralkan dan dikeringkan pada suhu 110°C. Sampel
yang sudah kering dikalsinasi pada suhu 550°C dan 650°C selama 5 jam. Sampel
dikarakterisasi luas permukaan dan porinya menggunakan
Brunauer-Emmett-Teller (
BET),
gugus fungsi dengan inframerah (FTIR), topografi permukaan dengan elektron mikroskop
yang dilengkap dengan sinar-X dispersi energi (SEM-EDS), dan kristal struktur dengan
sinar-X (XRD). Hasil FTIR menunjukkan hilangnya gugus hidroksil saat kaolin dikalsinasi
pada suhu 550°C dan 650°C, diperkuat oleh hasil SEM yang menunjukkan perbedaan
morfologi antara raw kaolin dan kaolin dengan kalsinasi. Luas permukaan dan diameter pori
paling besar, yakni 21.261 m2/g dan 3,4826 nm, terjadi pada kaolin yang dikalsinasi pada
suhu 650°C. Hasil EDS menunjukkan perbedaan kandungan pengotor berupa K, Fe, dan Zn
antara raw kaolin dan kaolin dengan aktivasi asam
HNO3 3M
. Hasil XRD menunjukkan
perubahan dari kaolinit menjadi kuarsa pada sampel yang diberikan perlakuan.

Research has been performed to determine the formation of metakaolin using Badau kaolin, Bangka Belitung, as a zeolite raw material. To be used in zeolite synthesis, kaolin must be converted into metakaolin to increase its reactivity. In this research, kaolin was activated using HNO3 3M and 4M chemical solutions, agitated for 24 hours at a speed of 300 rpm at temperature 50°C. Kaolin was then neutralized and dried at 110°C. The dry samples were calcined at 550°C and 650° C for 5 hours. The samples were characterized for surface area and pore using Brunauer-Emmett-Teller (BET), functional groups using infrared (FTIR), surface morphology using scanning electron microscope equipped with energy dispersive X-ray spectroscopy (SEM-EDS), and crystal structure using X-ray diffraction (XRD). FTIR results showed the loss of hydroxyl groups when kaolin was calcined at 550°C and 650°C, SEM results showed morphological differences between raw kaolin and kaolin with calcination. The largest surface area and pore diameter of 21,261 m2/g dan 3.4826 nm occurred in kaolin calcined at 650°C. The EDS results showed differences in the impurity content including K, Fe, and Zn between raw kaolin and kaolin with 3M HNO3 acid activation. The XRD results showed a change from kaolinite to quartz in the treated samples."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Billi Bastanta Bangun
"Komposit hibrida zeolit mikropori-mesopori NaY/ZSM5 disintesis pada permukaan kuarsa dengan pola sirkuit IDC (Interdigicated Capacitors). Zeolit ZSM-5 disintesis menggunakan teknik double template dan hidrotermal serta zeolit NaY dengan proses seeding. Rasio Si/Al yang diperoleh pada zeolit ZSM-5 yaitu 28 dan pada zeolit NaY 2. Zeolit tersebut dideposisi di atas permukaan kuarsa dengan teknik spin coating dimana sebelumnya terlebih dahulu dilakukan modifikasi dengan ion Co2+ pada zeolit NaY. Untuk melihat pengaruh konsentrasi amonia dan uap air terhadap sensitivitas sensor dilakukan dengan melihat perubahan sifat kelistrikan komposit pada rentang fekuensi 50 Hz - 1 MHz dengan metode EIS (Electrochemical Impedance Spectroscopy).
Diperoleh sensitivitas komposit yang berbeda pada rentang deteksi amonia 0 ppm-300 ppm. Dimana untuk komposit ZSM5/IDC, NaY/IDC, NaY/ZSM5/IDC, CoNaY/ZSM5/IDC diperoleh batas rentang deteksi 0-300 ppm dengan r2=0,841, 0-200 ppm dengan r2=0,913 , 0-300 ppm dengan r2=0,968 , 0-200 ppm dengan r2=0,943 berturut-turut. Adanya uap air memberikan pengaruh yang tidak terlalu signifikan terhadap sensitivitas sensor dibandingkan dengan kehadiran gas amonia sehingga dapat disimpulkan komposit ini merupakan sensor yang sensitif terhadap gas amonia pada udara terbuka.

Microporous-mesoporous Zeolite hybride NaY-ZSM-5 composite has been successfully made on interdigated circuit modified quartz. ZSM-5 zeolite was synthesized by double template and hydrothermal technique and zeolite NaY by seeding process. The Si/Al ratio in ZSM5 and NaY is 28 and 2,4 respectively. They are deposited on quartz using spin coating technique. The influence of ammonia gas and water vapor on sensitivity and resistance of sensor was observed by change in the electric properties of composite with frequency range 50 Hz-1 MHz using EIS (Electrochemical Impedance Spectroscopy) method.
It is found that each of composite has different sensitivity in range concentration of ammonia 0-300 ppm. At their maximum frequency it was obtained the range of ammonia detection for ZSM5/IDC, NaY/IDC, NaY/ZSM5/IDC, CoNaY/ZSM5/IDC. They are 0-300 ppm (r2=0,841), 0-200 ppm (r2=0,913), 0-300 ppm (r2=0,958), 0-200 ppm (r2=0,943) respectively. Water vapour is shown to give unsignificant effect on sensor sensitivity to ammonia gas so that it could be conclude this composite is a sensitive ammonia sensor in ambient atmosfer.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhafizah Putri
"Gas dinitrogen monoksida (N2O) atau yang dikenal dengan sebutan gas tawa merupakan gas rumah kaca terbanyak keempat di atmosfer, namun gas ini memberi kontribusi terbesar pada pemanasan global. Dalam rangka mengurangi emisi gas NOx yang berbahaya bagi lingkungan, diperlukan suatu cara untuk mereduksi gas tersebut dari udara.Teknologi biofilter merupakan suatu teknologi yang sangat efektif dan efisien dalam mengontrol emisi udara, ramah lingkungan, dan hanya membutuhkan biaya operasional yang murah. Pada penelitian ini digunakan peralatan sederhana dalam skala laboratorium yang dioperasikan selama 24 jam dengan laju alir gas 88 cc/menit. Medium filter yang digunakan berupa zeolit alam Lampung teraktivasi yang diinokulasi oleh Nitrobacter winogradskyi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja biofiltrasi oleh medium zeolit alam teraktivasi dan pengaruh konsentrasi larutan nutrisi sintetik terhadap kinerja biofiltrasi dengan memvariasikan %berat jumlah nutrisi dan pelarut yang digunakan dalam nutrisi sintetik agar diproleh kondisi optimum. Efisiensi tertinggi dihasilkan oleh proses biofiltrasi pada variasi konsentrasi larutan 0,31% berat wt/wt yaitu sebesar 61,5%. Proses biofiltrasi dengan penambahan bakteri menghasilkan efisiensi reduksi rata-rata lebih besar 28% dibandingkan biofiltrasi tanpa bakteri.

Nitrogen oxide (N2O) or known as laughing gas is the fourth largest greenhouse gases in the atmosphere, but it gives the biggest contribution to global warming. So, in order to reduce N2O emissions that are harmful to the environment, we need a technology to reduce these gases from the air. Biofilter technology is a technology that very effective and efficient in controlling air emission and environmentally friendly. This research used simple laboratory scale equipment that operated for 24 hours with gas flow rate measured at 88 cc/min. Zeolite Lampung that inoculated by Nitrobacter winogradskyi is a filter that used in this research.
This research aims to study ability of zeolite and the effect of nutrient solution's concentration on the performance of biofiltration by varying the %weight of total nutrient and solution in synthetic nutrients solution in order to get optimum condition. The highest efficiency obtained at variation 0,31% weight wt/wt that is equal to 61, 6%. Biofiltration process with the addition of the bacteria produce an average reduction efficiency 28% greater than biofiltration without bacteria.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43281
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nuklindana Darma Kusumah
"Limbah cair laboratorium terdiri dari limbah pekat dan limbah encer. Air buangan yang keluar melalui saluran pembuangan akhir merupakan saiah satu bentuk Iimbah encer yang dihasilkan oleh lab.DPK Walaupun konsentrasinya kecil tetapi karena adanya fluktuasi konsentrasi, maka kemungkinan konsentrasi logam berat dapat melampaui baku mutu pada air buangan Lab.DPK, sehingga perlu dipikirkan altematif penanganannya.
Air buangan Lab-DPK ditampung dari hasil cucian alat selama praktikum Kimia Dasar. Untuk mengamisipasi flukluasi konsentrasi logam berat, maka dalam melakukan peniiekatan terhadap konsentrasi air buangan Lab.DPK, dilakukan pula pengenceran terhadap limbah pekat Lab.DPK. Pengenceran didasarkan pada komposisi volume limbah cair Lab.DPK yang telah disegregasi. Air buangan Lab.DPK dan hasil pengenceran dianalisa kandungan logam beratnya. Ternyata pada beberapa sampel konsentrasi Cu dan Fe masih di aras baku mutu.
Air cucian alat Lab.DPK masuk ke dalam kolom adsorpsi dengan laju aiiran dari bawah keatas dengan kecepatan 0,1834 L/menit. Adsorpsi dilakukan selama 90 menit. Dengan wakm pengambilan sampel pada menit ke-5,l5,30,60 dan 90. Limbah cair hasil pengenceran masuk ke dalam kolom adsorpsi dengan laju aliran dari bawah keatas dengan kecepatan 0,1834 L/mcnit. Adsorpsi berlangsung seiama 240 menit. Dengan pengambilan sampel etiuent pada menit ke 2,5;1S;30;60;l20 dan 240.
Untuk mengadsorpsi logam berat secara batch, maka diiakukan perendaman zeolit dalam Iarutan biner Fe dan Cu, dengan konsentrasi sesuai dengan pengenceran limbah pckat pada berbagai variasi rasio padatan dengan cairan, yakni :3 ml../g, 5 mL/g, 10 mL/g dan 25 mL/g. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara mengambil larutan sebanyak 10 mL masing-masing pada periode waklu 10, 30, 60 dan 120 menit. Pada adsorpsi kontinu maupun batch dilakukan regenerasi dengan NaCl secara batch. Rasio cairan dan padatan (C/P) 6,5 mL/g dengan konsentrasi NaCl 11 g/L. Suhu regenerasi pada penelitian ini adalah 25° C (suhu kamar).
Pada adsorpsi kontinu, rentang waktu adsorpsi yang efektifnya sangat pendek sekitar 2,5- 77 menit, sehingga tidak efisien jika diterapkan. Sedangkan pada adsorpsi batch, waktu adsorpsi yang optimum adalah 60 menit dengan rasio cairan cairan-padaian (C/P) 5 mL/g. Adsorpsi batch menunjukkan kinerja yang Iebih baik dalam mengadsorpsi Cu dan Fc daripadu ndsorpsi konlinu pada konsenuasi influen yang beragam. Baik pada adsorpsi kontinu dan batch siklus adsorpsi yang efektif adalah sebanyak 1 % siklus (2 kali adsorpsi dan I kali regenerasi). Untuk diterapkan dalam penanganan Iogam beral pada Lab.DPK, penerapan sistem adsorpsi-regenermi kurang efisien karena ada potensi masalah dalam pembuangan regeneén NaCl hasil adsorpsi, yang memiliki bcban limbah yang cukup signifikan.
Jika sistem adsorpsi-regenerasi ingin diterapkan maka sehelum masuk ke dalam aliran yang menuju unggun zcolit, sebaiknya adsorbat melewati suatu bak pengendapan. Hal ini karena pada air buangan Lab.DPK yang keluar dari saluran pembuangan maslh keruh, sehingga dengan adanya bak pengendapan, TDS (Toral Dissolved Solid) dapat diendapkan.
Untuk mengatasi kandungan logam berat dalam air buangan Lab.DPK, yang kebanyakan berasal dari air cucian, harus dilakukan segregasi yang baik. Artinya limbah pekat hasil praktikum hams dipisahkan secara ketat yang nantinya akan dilakukan pengolahan lebih lanjut. Dan dalam pencucian alat hams dikontrol, sehingga tidak terdapat lagi limbah pekat yang dibuang Iangsung ke saluran pembuangan akhir."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nizar Yamani
"Zeolit merupakan salah satu mineral yang banyak terdapat di Indonesia dan mempunyai banyak fungsi seperti untuk penyerapan, katalis, penyaring molekul, dsb. Pada penelitian ini dikhususkan kepada fungsi zeolit sebagai desiccant yang mampu menyerap kelembaban. Zeolit serbuk dibentuk menjadi pellet melalui tahap pengayakan, aktivasi, pencampuran, kompaksi, dan kalsinasi. Tekanan kompaksi dan waktu kalsinasi menjadi dua parameter dalam penelitian ini. Karakterisasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu XRD, SEM dan sorptionisotherm. Zeolit yang memiliki kapasitas penyerapan air paling besar yaitu pada kondisi serbuk. Sedangkan dalam bentuk pellet, zeolit yang memiliki kapasitas penyerapan air paling besar yaitu pellet pada kondisi tekanan kompaksi 20 bar dan waktu kalsinasi 1 jam.

Zeoliteis available in abundant amount in Indonesia. It can be used for many functions such as adsorbent, catalyst, molecular sieve, etc. This research specifically tries to optimize the use of zeolite as a desiccant to adsorb moistures. Zeolite powders are formed into pellets by sieveing, activation, mixing, compaction and calcination with variations in compaction pressure and calcination time. The characterization are done using XRD, SEM and sorption-isotherm. Zeolite powder shows the best water adsorption capacity. As for pellet shape, the best water adsorption capacity is achieved by compaction pressure 20 bar and calcination time 1 hour."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S42640
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tilani Hamid
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Masykur Lubad
"Zeolit alam adalah sejenis bahan mineral yang dapal dimanfaatkan diberbagai bidang kehidupan, diantaranya adalah sebagai adsorben dan penukar ion. Tetapi karena mengandung pengotor-pengotor organik dan anorganik, air, serta kalion-kalion maka aklihtasnya akan berkurang. Untuk memperoleh zeolit dengan kemampuan yang tinggi, dipertukan suatu aktivasi terhadap zeolit alam tarsebut.
Pada penelitian ini digunakan metode pertukaran ion menggunakan NH4NO3 1N untuk memperoleh H-Zeolit. Zeolit hasil aktivasi tersebut kemudian digunakan untuk mengadsorpsi ammonia dari Iarutan ammonia yang konsentrasi awalnya 10 g/l.
Hasil analisa inframerah terhadap zeolit alam menunjukkan peak-peak pada frekuensi 1050 cm-1 , 790 cm-1 , 601 cm-1, 524 cm-1, dan 470 cm-1. Dua peak pertama dan peak terakhir menunjukkan struktur primer dari zeolit alam sedangkan peak Iainnya merupakan struktur sekunder.
Sedangkan hasil analisa Inframerah terhadap zeolit alam hasil pertukaran ion menunjukkan adanya pita serapan pada frekuansi 3212 cm-1 dan 1404 cm-1 yang mengidentitikasikan adanya NH4*. Hasil analisa AAS menunjukkan bahwa waktu optimum pertukaran ion adalah 49 jam dengan perbandingan 1 gram zeolit terhadap 10 ml Iarutan NH4NO3 1N.
Hasil adsorpsi terhadap ammonia menuniukkan bahwa unluk waktu adsorpsi yang pendek (kurang dari 48 jam), zeolit alam menunjukkan aktifitas yang hampir sama dengan H-zeolit, sebaliknya untuk waktu adsorpsi yang tebih lama H-zeolit mempunyai kapasitas adsorpsi yang Iebih baik. Diperoleh waktu optimum adsorpsi adalah 145 jam atau 6 hari.
Ammonia kemudian didasoipsi lagi dari NH4-zeolit. Suhu dasotpsi ammonia dengan menggunakan TPD adalah 550°C dalam waktu 11 menit. Adsorpsi ammonia dengan menggunakan H-zeolit yang tetah diregenerasi pada suhu 550°C manaikkan aktifitas sebesar 14,8 % dibandingkan dengan H-zeolit sebelumnya yang dikalsinasi pada suhu 420°C. Hal ini menunjukkan bahwa suhu ragenerasi optimum adalah 550°C yang ditunjukkan oleh hilangnya pita serapan IR pada frekuensi 3212 cm-1 dan 1403 cm-1."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48900
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Pamungkas
"ABSTRAK
Banyak korban sulit menyelamatkan diri ketika terjadi kebakaran karena terhalang asap dan tewas akibat menghirup gas berbahaya dan beracun seperti CO. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah Zeolit Alam Bayah murni dan aktivasi dapat menjernihkan asap dan mengurangi kadar CO. Zeolit Bayah diaktivasi dengan dengan cara direndam dan diaduk dalam larutan HF 2%, HCl 6M, dan NH4Cl 0,1M. Setelah itu dikalsinasi dengan suhu 500°C. Hasil uji XRF menunjukkan rasio Si/Al meningkat dari 5,25 menjadi 10,11 setelah aktivasi, sedangkan hasil uji BET menunjukkan luas permukaan meningkat dari 20,32 22 m /gr menjadi 83,15 m /gr. Daya adsorpsi Zeolit Bayah aktivasi dengan ukuran 37 μm sebanyak 3 gr memiliki nilai t*10 terkecil, yaitu 0,44 dan menurunkan rasio CO selama 20 menit sebanyak 4,47%.

ABSTRACT
Many victims are difficult to escape when the fire occurred due to blocked by smoke and died in consequence of inhaling toxic gases such as CO. This research was conducted to determine whether pure and activated Zeolite Bayah can clear up the smoke and reduce CO levels. Zeolite is activated by soaked and stirred in a solution of 2% HF, 6M HCl and 0.1 M NH4Cl. After that, calcined with temperature of 500°C. The result of XRF test showed ratio of Si/Al increases from 5.25 to 10.11 after activation, whereas result of BET test showed surface area 2 increased from 20.32 to 3.15 m /gr. Adsorption capacity of activated zeolite with amount 3 gr and size 37 μm has the smallest value, that is 0.44, and reduced CO 4,47% for 20 minutes. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S382
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Tuntutan akan kuaiitas dan kuantitas air yang baik menjadi makin sulit
dipenuhi belakangan ini. Terbatasnya sumber-sumber air bersih dan
tingginya tingkat pencemaran air membuat manusia harus bekerja keras
untuk memperoleh air yang berkualitas.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka cara yang terbaik ialah
dengan mengolah kembali air yang telah terpakai ataupun mengolah air
yang kualitasnya kurang baik menjadi air yang memenuhi persyaratan yang
kita inginkan. Salah satu proses untuk mengolah air sehingga memenuhi
syarat yang kita inginkan ialah dengan proses pertukaran ion.
Material-material tertentu baik yang alami maupun buatan (resin)
memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi ion-ion yang terdapat pada
suatu Iarutan dan mendesorpsikan ion-ion yang terdapat pada
permukaannya ke Iarutan tersebut. Proses tersebut dinamakan Proses
Pertukaran Ion.
Proses Pertukaran Ion adalah proses sikiis artinya proses tersebut
terdiri dari beberapa tahap kegiatan, dimana tahap-tahap tersebut dilakukan
secara bergantian dan berulang-ulang.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa zeolit jenis thomsonit memiliki
kemampuan untuk mempertukarkan ion Ca2+ yang sangat kecil,
dibandingkan zeolit alam yang biasa dipergunakan sebagai penukar ion.
Kecilnya kemampuan ini kemungkinan disebabkan karena zeoiit tersebut
telah memiilki kandungan counter ion Ca2+ yang cukup banyak.
Untuk mengatasi masaiah tersebut, penuIis menyarankan zeolit
tersebut direndam dalam Iarutan H2804 sebelum digunakan sebagai
penukar ion. Perendaman ini bertujuan agar counter ion Ca2+ pada
permukaannya dapat digantikan oleh ion H+."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>