Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143070 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tilaar, Astrid Fabiola
"Pemasaran produk pencerahan kulit mengalami peningkatan terutama di daerah Asia Pasifik. Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya menganggap bahwa kulit putih itu cantik, sehingga memotivasi wanita Indonesia untuk memakai produk pencerah kulit.
Tujuan dari penelitian ini untuk mencari bahan baku yang bermanfaat sebagai pencerah kulit yang berasal dari tanaman Indonesia dengan mengetahui potensi ekstrak etanol daging buah salak varietas Bongkok (Salacca edulis Reinw) terhadap aktivitas pencerahan kulit. Salak varietas Bongkok mengandung flavonoid yang diduga memiliki kemampuan dalam proses depigmentasi kulit. Studi in vitro yang dilakukan adalah uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH dan uji penghambatan tirosinase.
Dari hasil uji in vitro didapatkan bahwa ekstrak etanol daging buah salak memiliki aktivitas antioksidan pada konsentrasi 1%, 3% dan 5%, sedangkan kemampuannya menghambat tirosinase diperoleh pada konsentrasi 3% dan 5%, tidak pada konsentrasi 1%. Pada uji manfaat dengan analisis univariat, krim uji yang mengandung ekstrak etanol daging buah salak 3% dengan uji T-test terbukti ada penurunan yang signifikan pada indeks melanin kulit (p<0,001).
Dengan analisis bivariat, krim uji yang mengandung ekstrak etanol daging buah salak 3% mengalami penurunan indeks melanin yang baik dibandingkan dengan basis krim dengan signifikansi 0,001(p<0,05). Dengan hasil yang diperoleh diharapkan ekstrak etanol daging buah salak dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produk pencerahan kulit sehingga dapat mengurangi ketergantungan industri kosmetik dalam negeri terhadap bahan baku impor.

The whitening skin product market has been growing significantly in Asia Pacific. Indonesia is one of those countries which mainly thinks that having a white color skin is simply beautiful. Therefore, it motivates Indonesian women to buy more whitening product to satisfy their beauty needs.
The purpose of this research is to find raw material for whitening product from Indonesian plants that can be useful as skin lightening agents. This study investigate the potential of ethanolic extract from snake fruit in the activity as skin enlightenment. Salacca edulis Reinw (Snake fruit Bongkok varieties) contains flavonoids which have been reported to play a part in skin depigmentation. The study conducted in vitro antioxidant activity assay using DPPH and tyrosinase inhibition assay.
The test results showed that in vitro, snake fruit ethanolic extract have antioxidant activity at concentration of 1%, 3% and 5%. The ability to inhibit tyrosinase is observed at a concentration of 3% and 5%. The univariate analysis from the efficacy test, using cream containing 3% extract to T-test proved that there was a significant reduction in skin melanin index (p <0,001).
In bivariate analysis, cream containing 3% extract decrease melanin index which compares favorably with the base cream with significance 0,001 (p <0,05). The results obtained strongly suggest that snake fruit ethanol extract can be used as raw material for skin lightening so as to reduce dependence of the domestic cosmetics industry on imported raw materials."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T33129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Santi Eriyani
"Xantin oksidase berperan dalam mengkatalisis hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat, yang mana memiliki peranan penting terhadap hiperurisemia. Salah satu pengobatan hiperurisemia adalah dengan menghambat xantin oksidase sehingga produksi asam urat berkurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas fraksi teraktif dari ekstrak metanol kulit buah salak (Salacca edulis Reinw.), dalam menghambat xantin oksidase. Kulit buah salak dipilih berdasarkan penggunaannya secara empirik dalam pengobatan hiperurisemia. Serbuk simplisia dimaserasi menggunakan metanol, kemudian dilakukan fraksinasi dengan pelarut n-heksana, etil asetat, n-butanol dan metanol. Fraksi teraktif yang diperoleh adalah fraski etil asetat dengan IC50 23,435 μg/mL. Uji kinetika enzim menunjukkan bahwa fraksi etil asetat mempunyai aktivitas penghambatan kompetitif. Hasil identifikasi golongan senyawa terhadap fraksi etil asetat menunjukan adanya golongan senyawa glikosida, flavonoid, tanin, dan fenol.

Xanthine oxidase catalyses the oxidation of hypoxanthine to xanthine and then to uric acid, which plays a crucial role in hyperuricemia. One of the treatments of hyperuricemia is by inhibiting the xanthine oxidase so that the production of uric acid can be reduced. The purpose of this study was to determine the most active fraction of methanol extact from peel of snake fruit (Salacca edulis Reinw.) in inhibiting xanthine oxidase. Peel of snake fruit was selected according to the empiric medication of hyperuricemia. The simplicia powder was extracted by methanol, and then fractionated successively by n-hexane, ethyl acetat, n-butanol, and methanol. Fraction of ethyl acetat is the most active fraction. It has IC50 value 23,07 μg/mL. Kinetic enzyme assay showed that ethyl acetat fraction had competitive inhibitory activity. The result of phytochemical identification shows that the fraction of ethyl acetat contains glycosides, flavonoids, tannins, and phenols."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juwita Lestari
"Hiperpigmentasi adalah gangguan pigmen kulit karena produksi melanin secara berlebihan atau distribusi melaninnya yang tidak merata.Secara tradisional bahan alam yang diduga memiliki efek pemutih adalah kulit buah pisang muli (Musa acuminata Colla AA). Kulit buah pisang muli digunakan dengan cara digosokkan pada daerah yang hitam sehingga terbentuk warna kulit yang lebih cerah.
Untuk membuktikan bahwa kulit buah pisang muli dapat digunakan sebagai pemutih kulit, dilakukan penelitian secara in vitro dengan metode yang dilakukan sebelumnya oleh Arung (2005). Mekanisme kerja pemutih kulit yaitu menghambat enzim tirosinase pada reaksi l-tirosin dan l-dopadalam proses melanogenesis.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh ekstrak dan fraksi teraktif kulit buah pisang muli dalam menghambat tirosinase serta mengetahui golongan senyawa kimia dari ekstrak dan fraksi teraktif tersebut. Serbuk kering kulit buah pisang muli dimaserasi dengan pelarut etanol 80% kemudian difraksinasi dengan n-heksana, etil asetat, dan n-butanol secara berturut-turut hingga diperoleh fraksi air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi air dari ekstrak etanol kulit buah pisang muli merupakan fraksi teraktif dalam menghambat aktivitas tirosinase dengan nilai persen penghambatan 29,1%. Nilai IC50 dari fraksi air sebesar 58,75 µg/mL dan nilai IC50 ekstrak etanol kulit buah pisang muli yakni 63,12 µg/mL. Adapun golongan-golongan senyawa kimia yang terdapat pada ekstrak etanol yakni alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, terpenoid dan glikosida sedangkan pada fraksi air ekstrak etanol kulit buah pisang muli adalah alkaloid, flavonoid, tanin, dan glikosida. Hal ini menunjukkan bahwa kulit buah pisang muli memiliki potensi untuk digunakan sebagai pemutih kulit."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S60362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiliana Charissa
"Di daerah Kalimantan, wanita suku Dayak merawat kulit dengan bahan alam, salah satunya adalah kulit batang taya (Nauclea subdita). Tujuan penelitian adalah memperoleh ekstrak kulit batang taya dan menguji aktivitas antioksidan, penghambatan tirosinase, membuat sediaan gel yang stabil serta melakukan uji keamanan dan manfaat terhadap kulit. Hasil uji penghambatan tirosinase ekstrak menunjukkan nilai IC50 568.58 μg/mL pada L-tyrosine dan 1374.69 μg/mL pada LDOPA, lebih besar dibandingkan standar asam kojat yang memiliki IC50 15.69 μg/mL dengan L-tyrosine dan 61.38 μg/mL. Hasil uji antioksidan ekstrak memiliki nilai IC50 48.78 μg/mL dibandingkan standar kuersetin 10.12 μg/mL dan dapat dikategorikan sebagai antioksidan yang kuat (<50 μg/mL). Hasil uji sediaan gel yang mengandung ekstrak kulit batang taya selama 12 minggu menunjukkan gel stabil secara fisik. Uji keamanan dan manfaat sediaan gel menunjukkan gel aman digunakan secara topikal dan uji manfaat menunjukkan perubahan peningkatan elastisitas kulit.

In Borneo, Dayak women treat the skin with natural ingredients, one of which is taya cortex (Nauclea subdita). The research objective was to obtain taya cortex extract and test the antioxidant activity, inhibition of tyrosinase, create a stable gel formulation as well as to test the safety and efficacy of the skin. The test results showed inhibition of tyrosinase extract IC50 value of 568.58 μg/mL in L-tyrosine and 1374.69 μg/mL in L-DOPA, larger than standard kojic acid which has IC50 15.69 μg/mL with L-tyrosine and 61.38 μg/mL. The test results antioxidant extracts have IC50 value of 48.78 μg/mL compared to standard quercetin 10.12 μg/mL, and can be categorized as a powerful antioxidant (<50 μg/mL). The result of gel formulation containing taya cortex extract for 12 weeks showed physically stable gel. Safety test and efficacy test of gel preparation showed the gel is safe to use topically and shows an increase in skin elasticity changes.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T45941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utari Oemardy
"Tirosinase merupakan enzim monooksigenase yang berperan dalam katalisis dua reaksi tahap pertama pembentukan melanin. Pigmen melanin melindungi kulit dari radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan pada kulit, tetapi produksi melanin yang berlebihan dapat mengakibatkan gangguan kulit seperti melasma dan bintik-bintik hitam pada kulit. Oleh Karena itu, saat ini inhibitor tirosinase banyak digunakan dalam dunia kosmetik dan pengobatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya potensi penghambatan aktivitas tirosinase dan mengidentifikasi golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak dan fraksi teraktif kulit buah markisa. Ekstraksi dilakukan secara berturut-turut menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan metanol. Setiap ekstrak diuji penghambatan aktivitas tirosinase menggunakan spektrofotometer yang dilengkapi dengan microplate reader melalui pengukuran serapan L-dopakrom yang terbentuk pada panjang gelombang 490 nm. Ekstrak teraktif yaitu ekstrak n-heksan dipisahkan menggunakan kromatografi kolom dan dilakukan uji penghambatan tirosinase terhadap fraksi gabungan. Golongan senyawa kemudian diidentifikasi pada ekstrak n-heksan dan fraksi dengan persen penghambatan tertinggi yaitu FG 5. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan memiliki potensi penghambatan tirosinase tertinggi dengan IC50 85,46 μg/mL dan mengandung senyawa steroid-terpen; FG 5 juga mengandung senyawa steroid-terpen, namun tidak memiliki potensi penghambatan tirosinase.

Tyrosinase is monooxygenase enzyme that plays an important role in two major reactions of melanin production. Melanin pigment protects skin from free radical that may lead skin damage, but an excessive production of melanin may cause skin disorder such as melasma and freckles. Therefore, nowadays many tyrosinase inhibitor are used in cosmetic and medical field. This study was conducted to find out potential inhibition of tyrosinase activity and to identify compound group in extract and the most active fraction of passion fruit rind. Extraction was carried out sequentially using three solvents with increasing polarity; n-hexane, ethyl acetate, and methanol. Each extract was tested using microplate-reader spectrophotometer by measuring L-dopachrome absorbance at 490 nm. The most active extract, n-hexane extract was separated using column chromatography and tyrosinase inhibition assay was performed in the combined fractions. Compound group then was identified in n-hexane extract and fraction with the highest inhibition percentage, FG 5. The result showed that n-hexane extract had the highest inhibition potential with IC50 value of 85,46 μg/mL and contained steroid-terpene; FG 5 also contained steroid-terpene, but it did not have tyrosinase inhibition potential."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aes Dei Sandia
"ABSTRAK
Agen pencerah kulit yang berasal dari bahan alam kini banyak diteliti karena dinilai
lebih aman. Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai agen pencerah kulit
adalah Cassia fistula L. Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara in vitro
aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase oleh fraksi air daun Cassia fistula
L. serta uji manfaat fraksi tersebut dalam sediaan gel. Penetapan antioksidan dengan
metode DPPH dan uji penghambatan tirosinase dengan microplate reader. Uji
manfaat dilakukan pada 33 orang wanita dengan penggunaan gel dengan konsentrasi
2% selama 28 hari yag dibandingkan dengan kontrol negatif. Uji aktivitas antioksidan
didapatkan hasil IC50 118,05.1 μg/ml dibandingkan dengan vitamin C dengan nilai
IC50 2,51 μg/ml. Sedangkan aktivitas inhibisi tirosinase oleh fraksi air didapatkan
nilai IC50 165,27 μg/ml yang dibandingkan dengan asam kojat sebagai kontrol positif
dengan nilai IC50 7,12 μg/ml. Uji kinetika menunjukkan fraksi air daun trengguli
menginhibisi tirosinase secara unkompetitif. Uji manfaat dengan analisis bivariat, gel
yang mengandung fraksi air daun trengguli dengan uji T-test berpasangan terbukti ada
penurunan yang signifikan secara statistik didapati p 0,000 (p<0,05), dengan rata-rata
penurunan indeks melanin kulit sebesar 4,54 sampai dengan 5,03. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan fraksi air daun trengguli memiliki kemampuan sebagai
agen pencerah kulit.

ABSTRACT
Skin-lightening agent derived from natural materials widely researched now because
it is more secure than syntetic agent. One of the plants that have potential as a skin
lightening agent is Cassia fistula L. This researches was conducted to examine the in
vitro antioxidant activity and inhibition of tyrosinase by a water fraction of Cassia
fistula L. leaves and the efficacy test of trengguli water fraction in gel formulation.
Determination of antioxidant with DPPH and tyrosinase inhibition test with a
microplate reader. Efficacy test conducted on 33 women used the gel for 28 days with
2% concentration compared with negative controls. Antioxidant activity assay
showed IC50 118,05 μg/ml compared with vitamin C with IC50 value 2,51 μg/ml.
Activity of tyrosinase inhibition by water fraction obtained IC50 value 165,27 μg/ml
compared with kojic acid as positive control with IC50 value of 7,12 μg/ml . Enzyme
kinetics assay showed that water fraction of trengguli leaves extract inhibited
tyrosinase with uncompetitive inhibition type. Efficacy test using bivariate analysis,
gel formulation containing 2% water fraction of trengguli leaves with paired T-test
proved there was a statistically significant decrease, p- value 0,000 ( p < 0,05 ), with
an average decrease in skin melanin index of 4,54 to 5,03. Based on these results can
be concluded trengguli leaves water fraction has the ability as a skin lightening
agent ."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T39232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Khansa
"Latar belakang: Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik kronis dengan jumlah penderita tertinggi di dunia. DM tipe 2 mencakup 90% kasus DM. Hiperglikemia pada DM tipe 2 menyebabkan kerusakan sel beta pankreas dan resistensi insulin. Salah satu opsi pengobatan DM tipe 2 adalah inhibitor alfa-glukosidase seperti acarbose. Okra (Abelmoschus esculentus) merupakan tanaman obat yang digunakan untuk pengobatan diabetes melitus di Turki dan banyak ditemukan di Indonesia. Penelitian yang menguji efek inhibisi buah okra terhadap alfa-glukosidase masih belum umum. Metode: Buah okra (Abelmoschus esculentus) merah diekstraksi menggunakan 3 pelarut dengan polaritas berbeda, yaitu etanol, etil asetat, dan heksana. Selanjutnya dilakukan uji fitokimia dan uji inhibisi ekstrak terhadap alfa-glukosidase secara in vitro dengan kontrol positif acarbose untuk menentukan persentase inhibisi dan nilai IC50. Hasil: Ekstrak etanol, etil asetat, dan heksana buah okra (Abelmoschus esculentus) memiliki kandungan metabolit sekunder flavonoid, triterpenoid, alkaloid, tanin (hanya etanol), glikosida (hanya etanol), dan steroid (hanya etil asetat dan heksana). Dari ketiga ekstrak, ekstrak etanol buah okra memiliki nilai IC50 terendah sebesar 72,038 ± 27,852 μg/mL, diikuti dengan ekstrak etil asetat sebesar 107,330 ± 3,025 μg/mL, dan ekstrak heksana sebesar 193,618 ± 18,514 μg/mL dengan kontrol positif acarbose sebesar 0,978 ± 0,326 μg/mL. Kesimpulan: Ekstrak buah okra terbukti mengandung flavonoid, triterpenoid, dan alkaloid serta tambahan tanin dan glikosida pada ekstrak etanol yang berpotensi sebagai inhibitor alfa-glukosidase. Ekstrak etanol, etil asetat, dan heksana buah okra memiliki kemampuan inhibisi alfa-glukosidase namun lebih rendah dari acarbose.

Introduction: Diabetes mellitus (DM) is one of the chronic metabolic diseases with the highest number of prevalence in the world. Type 2 DM covers 90% of DM cases. Hyperglycemia in type 2 DM leads to damage to pancreatic beta cells and insulin resistance. One of the treatment options for type 2 DM is an alpha-glucosidase inhibitor such as acarbose. Okra (Abelmoschus esculentus) is a medicinal plant used for the treatment of diabetes mellitus in Turkey and is widely found in Indonesia. Studies testing the inhibition effect of okra fruit on alpha-glucosidase are still not common. Method: Red okra (Abelmoschus esculentus) fruits were extracted using 3 solvents with different polarities, namely ethanol, ethyl acetate, and hexane. Furthermore, phytochemical tests and in vitro inhibitory activity tests against alpha-glucosidase were carried out compared to acarbose to determine the inhibition percentage and IC50 value. Result: Ethanol, ethyl acetate and hexane extracts of okra fruit (Abelmoschus esculentus) contain secondary metabolites of flavonoids, triterpenoids, alkaloids, tannins (only ethanol), glycosides (only ethanol), and steroids (only ethyl acetate and hexane). Of the three extracts, okra fruit ethanol extract had the lowest IC50 value of 72.038 ± 27.852 μg/mL, followed by ethyl acetate extract of 107.330 ± 3.025 μg/mL, and hexane extract of 193.618 ± 18.514 μg/mL with acarbose as positive control of 0.978 ± 0.326 μg/mL. Conclusion: Okra fruit extract has been shown to contain flavonoids, triterpenoids, and alkaloids as well as additional tannins and glycosides in ethanol extracts that have the potential to be alpha-glucosidase inhibitors. Ethanol, ethyl acetate, and hexane extracts of okra fruit have alpha-glucosidase inhibition ability but are lower than acarbose."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bonita Risky Aprilenia
"Paparan sinar UV yang berlebih dari matahari dapat menyebabkan gangguan pigmentasi pada kulit. Radiasi UV dapat menghasilkan spesies oksigen reaktif (ROS) yang akan memicu proses pembentukan melanin pada kulit dengan mengaktivasi tirosinase. Aktivitas tirosinase dapat dihambat oleh senyawa yang bersifat antioksidan, seperti fenol dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi metode ekstraksi secara konvensional dan mengetahui penghambatan aktivitas tirosinase batang Litsea oppositifolia Gibbs. Batang Litsea oppositifolia Gibbs diekstraksi dengan metode maserasi dan refluks menggunakan pelarut etanol 70%. Penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode kolorimetri AlCl3 dengan kuersetin sebagai standar. Penghambatan aktivitas tirosinase dilakukan dengan L-DOPA sebagai substrat dan asam kojat sebagai kontrol positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstrak yang diperoleh dari metode refluks dan maserasi adalah 5,22% dan 4,64%. Kadar flavonoid total yang diperoleh dari metode maserasi dan refluks sebesar 3,870 mg EK/g ekstrak dan 3,012 mg EK/g ekstrak. Hasil uji penghambatan tirosinase dari ekstrak etanol 70% batang Litsea oppositifolia Gibbs menunjukkan bahwa ekstrak tidak mempunyai penghambatan aktivitas terhadap tirosinase. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa rendemen ekstrak metode refluks lebih tinggi dibandingkan dengan maserasi dan ekstrak etanol 70% batang Litsea oppositifolia Gibbs tidak mempunyai penghambatan aktivitas terhadap tirosinase.

Excessive exposure to UV rays from the sun can cause skin pigmentation disorders. UV light produces reactive oxygen species (ROS), which will activate tyrosinase to initiate melanin formation in the skin. Tyrosinase activity can be inhibited by antioxidants such as phenols and flavonoids. This study aimed to optimize the conventional extraction method and tyrosinase inhibitory activity of Litsea oppositifolia Gibbs stems. Litsea oppositifolia Gibbs stems were extracted by maceration and reflux methods using 70% ethanol as the solvent. Total flavonoid content was measured using the AlCl3 colorimetric method with quercetin as the standard. Tyrosinase inhibitory activity was determined using L-DOPA as substrate and kojic acid as a positive control. The yields obtained from the reflux and maceration methods were 5,22% and 4,64%, respectively. The total flavonoid content obtained from the maceration and reflux method were 3,870 mg EK/g extract and 3,012 mg EK/g extract, respectively. The ethanol extract of Litsea oppositifolia Gibbs stem showed that the extract did not have tyrosinase inhibitory activity. The results concluded that the yield value of the reflux method was higher compared to the maceration method and the 70% ethanol extract of Litsea oppositifolia Gibbs stems did not have tyrosinase inhibitory activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Eka Putri
"Hiperurisemia adalah kondisi dimana terjadi peningkatan kadar asam urat diatas normal sehingga dapat menyebabkan penumpukan kristal asam urat di jaringan. Xantin oksidase merupakan enzim yang berperan dalam mengkatalisis oksidasi hipoxantin menjadi xantin dan menjadi asam urat. Oleh karena itu, penghambatan xantin oksidase menjadi target untuk menurunkan produksi asam urat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan kulit rambutan dalam menghambat xantin oksidase dan mengidentifikasi golongan kandungan kimianya. Serbuk simplisia diekstraksi dengan cara maserasi bertingkat menggunakan tiga pelarut berdasarkan tingkat kepolaran yaitu n-heksana, etil asetat dan metanol. Pengujian penghambatan aktivitas xantin oksidase dilakukan dengan metode spektrofotometri pada λ = 274,79 nm dengan kondisi pH 7,8, konsentrasi substrat xantin 0,15 mm dan suhu inkubasi 30°C. Uji penghambatan pada Alopurinol sebagai kontrol positif memiliki nilai IC50 sebesar 0,15 µg/ml. Ekstrak kulit rambutan yang memiliki daya hambat tertinggi pada enzim xantin oksidase adalah ekstrak metanol dengan nilai IC50 sebesar 3,71 µg/ml. Penapisan fitokimia pada ekstrak teraktif menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit rambutan mengandung flavonoid, saponin, tanin dan terpenoid.

Hyperuricemia is a condition have higher uric acid levels that can cause a cumulation uric acid crystals in the tissues. Xanthine oxidase is an enzyme which catalyze the oxidation of hypoxanthine into xanthine and into uric acid.Therefore, the inhibition of xanthine oxidase will reduce ammount of uric acid. This research aims to determine xanthine oxidase inhibition activity and also to identify chemical constituent group of extract Rambutan (Nephelium lappaceum Linn.) skin. Rambutan skin was extracted by graded maceration using a three solvent, based on polarity the solvent are n-hexane, ethyl acetate and methanol. The test of inhibition xanthine oxidase activity was using a spectrophotometer at λ = 274.79 nm, pH 7.8, substrate concentration of xanthine 0.15 mM and an incubation temperature of 30° C. Inhibition on Allopurinol as positive control has IC50 0.15 µg/mL. The result showed that methanol extract of Rambutan skin had the highest inhibition percentage with IC50 3.71 µg/mL. Phytochemical screening showed that the most active extract methanol from rambutan skin contain flavonoids, saponins, tannins and terpenoids."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S62612
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Agustin
"ABSTRAK
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa ekstrak metanol 80% daun Cassia
fistula L. serta fraksi-fraksinya berpotensi sebagai antitirosinase sehingga dapat
menghambat pembentukan melanin. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
sediaan krim yang mengandung fraksi nonpolar, yaitu fraksi n-heksana dari
ekstrak etanol 96% daun trengguli, yang mempunyai aktivitas antioksidan dan
antitirosinase, stabil dan aman. Metode untuk menguji aktivitas antioksidan
adalah metode DPPH, sedangkan untuk pengujian aktivitas antitirosinase
dilakukan dengan mengukur penurunan intensitas warna yang menunjukkan
penghambatan pembentukan dopakrom dalam reaksi tirosinase-L-DOPA.
Parameter adanya aktivitas ditunjukkan oleh persentase inhibisi dan nilai IC50. Uji
stabilitas fisik terhadap krim dilakukan selama 12 minggu dan uji keamanan
kepada sukarelawan menggunakan metode single application closed patch
epicutaneous test under occlusion. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan
ekstrak etanol 96% daun trengguli dan fraksi n-heksana memiliki nilai IC50
sebesar 70,196 μg/mL dan 141,459 μg/mL secara berurutan. Pengujian aktivitas
antitirosinase menunjukkan nilai IC50 ekstrak etanol 96% daun trengguli 393,264
μg/mL dan nilai IC50 fraksi n-heksana 188,239 μg/mL. Konsentrasi fraksi nheksana
dalam krim dibuat menjadi 3 macam, yaitu 0,1; 0,5; dan 2,5%. Hasil uji
stabilitas terhadap krim selama 12 minggu menunjukkan ketiga konsentrasi krim
bersifat stabil. Uji keamanan ketiga konsentrasi krim terhadap sukarelawan tidak
menimbulkan reaksi iritasi sehingga aman diaplikasikan ke kulit.

ABSTRACT
Previous study reported that methanol 80% extract of Cassia fistula L. leaves and
its fractions have potency as antityrosinase which can inhibit melanin production.
This research was conducted to obtain nonpolar fraction (n-hexane fraction)-
containing cream from ethanol 96% extract of Cassia fistula L. leaves, which was
considered potent as antioxidant and antityrosinase, stable, and safe. DPPH
method was used to determine antioxidant activity, while antityrosinase activity
assay performed by measuring the decreasing in color intensity which inhibit
dopachrome formation resulted in tyrosinase-L-DOPA reaction. Parameter for
identifying activity were determined by inhibitory percentage and IC50. Physical
stability test was done for 12 weeks and safety test in human used single
application closed patch epicutaneous test under occlusion method. The result of
antioxidant activity test showed that ethanol 96% extract of Cassia fistula L.
leaves and n-hexane fraction had IC50 values 70,196 μg/mL and 141,459 μg/mL,
respectively. Antityrosinase test showed that IC50 value of ethanol 96% extract of
Cassia fistula L. leaves was 393,264 μg/mL, while IC50 values of n-hexane
fraction was 188,239 μg/mL. Fraction of n-hexane was formulated into cream for
3 concentrations, which are 0,1; 0,5; and 2,5%. The stability test of the creams for
12 weeks indicated that creams were stable. The result of safety test of creams
showed that creams have no irritation effect so it was safe for topical application
in human skin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T35692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>