Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155169 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Luh Putu Pitawati
"ABSTRAK
Tesis ini meneliti perbandingan efektivitas antara antibiotik topikal dengan vaselin
album untuk mencegah infeksi pada luka superfisial pasca tindakan bedah listrik (BL)
tumor jinak kulit berdiameter 1-3 mm. Penelitian analitik dengan rancangan uji klinis
acak buta ganda ini dilakukan di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FKUI/RSCM pada tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibiotik
topikal dan vaselin album memiliki efektivitas yang sama untuk mencegah terjadinya
infeksi pada luka superfisial pasca tindakan BL tumor jinak kulit berdiameter 1-3
mm. Antibiotik topikal tidak diperlukan untuk mencegah infeksi pada luka superfisial
pasca tindakan BL, khususnya pada tumor jinak kulit berdiameter 1-3 mm.

ABSTRACT
This thesis compares the effectiveness between topical antibiotics and vaseline album
to prevent superficial wound infection post electrosurgery benign skin lesions,1-3 mm
in diameter. The Analytical research, double blind randomized clinical trial was
conducted in dermatovenerology outpatient clinic, Cipto Mangunkusumo Hospital,
Jakarta. The results showed that topical antibiotics as effective as vaseline album for
preventing superficial wound infection post electrosurgery benign skin lesions, 1-3
mm in diameter. Topical antibiotics may not be necessary to prevent superficial
wound infection post electrosurgery, especially for benign skin lesions, 1-3 mm in
diameter."
2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jhauharina Rizki Fadhilla
"Pelepasan perekat medis pada lanjut usia (lansia) berisiko tinggi menyebabkan medical adhesive-related skin injury (MARSI). Pemberian bahan topikal, NaCl 0,9%, vaselin album, dan alkohol 70%, dalam proses pelepasan diduga dapat mengurangi adhesi kulit dengan plester. Untuk mengetahui apakah penambahan bahan-bahan tersebut dalam prosedur pelepasan perekat medis berbahan dasar akrilat efektif mengurangi kejadian MARSI pada lansia, suatu uji klinis acak tersamar tunggal dilakukan pada penghuni sebuah panti werdha di Jakarta. Subjek yang dipilih berdasarkan kriteria penerimaan (usia 3 60 tahun) dan penolakan (tidak memiliki kelainan kulit, tidak menggunakan obat antiinflamasi, imunosupresan, antihistamin, atau tidak ada riwayat alergi terhadap plester dan bahan uji) serta bersedia berpartisipasi menjalani penempelan perekat medis akrilat pada empat lokasi di kedua tungkai atas sisi ekstensor. Sejumlah 75 orang subjek penelitian (SP) dengan 300 lokasi uji terpilih berdasarkan teknik convenience sampling dan mengikuti seluruh rangkaian prosedur hingga penelitian selesai. Pada hari ketiga, perekat dilepas dengan atau tanpa penambahan bahan topikal sesuai dengan kode randomisasi yang tidak diketahui oleh peneliti (blinding). Perubahan skor skin irritation scoring systems (SISS), nilai transepidermal water loss (TEWL), dan indeks eritema pada mexameter yang merupakan parameter MARSI diukur pada tiap-tiap lokasi uji. MARSI teramati pada 52% SP atau 20,7% lokasi perlakuan (26,7% NaCl 0,9%, 20% vaselin album, 17,3% alkohol 70%, dan 18,7% kontrol; p=0,501). Perubahan skor SISS dan indeks eritema antar kelompok tidak bermakna secara statistik. Perubahan nilai TEWL lebih kecil pada kelompok perlakuan NaCl 0,9% (1 g/m2/jam; p<0,001) dan vaselin album (1 g/m2/jam; p<0,001) dibandingkan kontrol. Disimpulkan bahwa penambahan bahan topikal dalam proses pelepasan perekat medis akrilat di hari ketiga pada kulit lansia tidak terbukti mengurangi kejadian MARSI. Tetapi, penambahan NaCl 0,9% dan vaselin album secara bermakna mengurangi kerusakan sawar kulit yang ditimbulkannya. Waktu pengamatan penelitian ini sangat pendek karena dilakukan dalam masa pandemi Covid-19 untuk membatasi interaksi dengan lansia sebagai populasi rentan. Penelitian lebih lanjut diperlukan karena MARSI umumnya terjadi setelah pemakaian jangka panjang dan berulang.

The removal of medical adhesives in the elderly risks causing medical adhesive-related skin injury (MARSI). Application of topical agents, 0.9% NaCl, vaseline album, or 70% alcohol, could possibly reduce adhesion between the skin and the tape. To determine if application of 0.9% NaCl, vaselin album, or 70% alcohol while removing medical adhesives was effective in reducing MARSI in geriatrics, a randomized, single- blind trial was conducted in a nursing home in Jakarta. Subjects were recruited based on inclusion (age 360 years old) and exclusion criteria (having no skin disorder, not taking anti-inflammatory drugs, immunosuppressants, or antihistamines, and not known allergy to adhesives and the topical agents). Seventy-five subjects gave consent to this study. Acrylic medical adhesives were applied on four areas on extensor thighs. On day three, they were removed with or without using the topical agents based on randomized allocation code unknown to the investigators. Changes in MARSI parameters, i.e. skin irritation scoring systems (SISS), transepidermal water loss (TEWL), and erythema index by mexameter were measured in each of trial area. MARSI was observed in 52% subjects or 20.7% areas (26.7% 0.9% NaCl, 20% vaselin album, 17.3% 70% alcohol, and 18.7% control; p=0,501). Change in SISS score and erythema index among experimental groups were not statistically significant. The change of TEWL value was significantly smaller in 0.9% NaCl group (1 g/m2/hour; p<0,001) and vaselin album (1 g/m2/hour; p<0,001) than control. We concluded that application of topical agents in aiding acrylic medical adhesive removal on day three in the elderly was not proven to reduce MARSI. However, the addition of 0.9% NaCl or vaselin album was shown to confer significantly less damage to the skin barrier. The observation time was very short due to Covid-19 pandemic to limit interaction with the elderly as vulnerable population. Further research is needed to confirm these preliminary findings before they can be generalized because MARSI prevention generally occurs after long-term use and repeated removal.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dhita Octriani
"ABSTRAK
Latar Belakang. Dermatitis pada tangan akibat kerja DTAK bersifat kronis, memiliki prognosis buruk, dan berdampak signifikan terhadap aspek psikososial dan pekerjaan. Prevalensi dermatitis kontak pada tenaga kerja bongkar muat TKBM Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta adalah sebesar 24,3 , dengan lesi di tangan 47,1 . Penggunaan alat pelindungdiri APD masih belum cukup untuk mengatasi masalah ini, sehingga dibutuhkan intervensi lain. Penggunaan pelembap untuk memperbaiki sawar kulit dipertimbangkan efektif untuk mencegah keparahan DTAK.Metode. Penelitian ini adalah kuasi eksperimental satu kelompok. Intervensi dilakukan dengan menggunakan gliserin 10 dalam vaselin album sekali sehari setelah bekerja selama 14 hari.Hasil. Rerata nilai transepidermal water loss TEWL setelah intervensi 11,4 3,8 g/m2/jam lebih rendah dibandingkan rerata nilai TEWL awal 14,2 4 g/m2/jam , dengan perbedaan rerata nilai TEWL sebesar 2,8 2,9 g/m2/jam p= 0,000 95 CI 1,5-4,1 . Median nilai hand eczema severity index HECSI setelah intervensi 9,5 3-34 lebih rendah dibandingkan median skor HECSI awal 29,5 6-80 , dengan perbedaaan rerata skor HECSI sebesar 19,5 -2-46 p= 0,000 . Korelasi antara perubahan nilai TEWL dan perubahan skor HECSI tidak bemakna p= 0,476 dengan kekuatan korelasi sangat lemah r= 0,160 . Variabel exposure rating tahunan debu semen berhubungan dengan perubahan skor HECSI p= 0,002 . Setelah intervensi seluruh lesi di jari-jari, telapak tangan, punggung tangan dan pergelangan tangan mengalami perbaikan yang bermakna.

ABSTRACT
Background. Occupational hand dermatitis OHD is chronic, has a poor prognosis, and significantly affects psychosocial and occupational aspects. The prevalence of contact dermatitis of loading dockworkers at Port Sunda Kelapa Jakarta was 24,3 and 47,1 lesion was on the hands. The use of personal protective equipment PPE is deemed inadequate to solve this problem, thus requiring other intervention. Using moisturizer for improvement of skin barrier is considered to be effective for preventing severity of occupational hand dermatitis.Method. The study design was quasi experimental one group pre and post test design. The 14 days intervention was performed on the loading dockworkers by instructing them to apply 10 glycerin in vaseline album on their hands once daily after working.Result. The mean value of transepidermal water loss TEWL after intervention 11.4 3.8 g m2 hour was lower than the mean value of TEWL before the intervention 14.2 4 g m2 hour . The TEWL mean difference was 2.8 2.9 g m2 hour p 0.000 95 CI 1.53 4.1 . The median value of hand eczema severity index HECSI after intervention 9.5 3 34 was lower than the median value of HECSI before the intervention 29,50 6 80 . The HECSI mean difference was 19.5 2 46 p 0,000 . The correlation between TEWL changes and HECSI changes was not significant p 0.476 and the correlation strength was very weak r 0.160 . Annual exposure rating of cement dust associated with the HECSI changes p 0,002 . After intervention, all lesions on the fingers, palms, back of hand and wrist were significantly improved p 0,05 , except for the finger tips. Additional analysis showed that the commonly found morphology of the lesion was infiltrate papule, scaling and erythema. After intervention, the severity score of the morphology lesions was also significantly decreased p 0,05 .Conclusion. Once daily application of 10 glycerin in vaseline album for 14 days could improved skin barrier function and the severity of OHD, thus can be advised for loading dockworkers with high annual exposure rating of cement dust.
"
2018
T58848
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fifinela Raissa
"ABSTRAK
Latar belakang: Salah satu bahan aktif untuk penyembuhan luka adalah ekstrak Centella asiatica. Nanoteknologi khususnya nanopartikel kitosan banyak digunakan untuk meningkatkan bioavailibilitas bahan aktif terkandung ke dalam kulit. Namun efektivitas Centella asiatica ekstrak etanol dalam nanopartikel kitosan terhadap penyembuhan luka bakar dermis superfisial belum diketahui. Tujuan: Mengetahui efektivitas krim CAEENPK dibandingkan dengan krim Centella asiatica ekstrak etanol CAEE , SSD dan dengan kontrol terhadap luka bakar dermis superfisial pada tikus Sprague Dawley. Metode: Sebanyak 20 tikus jantan Sprague-Dawley dibagi menjadi 4 kelompok. Setelah dianestesi, diberi perlakuan 4 buah luka bakar pada punggung tiap tikus dan diberikan perlakuan CAEENPK, CAEE, SSD, dan kontrol . Tiap kelompok tikus dikorbankan pada hari berbeda yakni hari ke-3, 7, 14, dan 21. Dilakukan penilaian makroskopis luas luka , dan mikroskopis rasio dan jarak reepitelialisasi, wound contraction index, luas area luka, dan angiogenesis . Hasil: Tidak didapatkan perbedaan luas luka yang bermakna antarperlakuan pada hari ke-0, 3, 7, 14, dan 21. Namun perlakuan dengan ketiga bahan aktif CAEENPK, CAEE, dan SSD menunjukkan penurunan luas luka makroskopis lebih awal dibandingkan dengan kontrol pada hari ke-3. Secara mikroskopik, tidak didapatkan perbedaan bermakna pada rasio dan jarak reepitelialisasi, wound contraction index, luas area luka, dan angiogenesis. Namun perlakuan dengan CAEENPK menunjukkan luas area luka terkecil pada hari ke-3 dan menunjukkan angiogenesis tertinggi pada hari ke-21. Simpulan: Efektivitas krim yang mengandung CAEENPK terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan krim yang mengandung CAEE, SSD, dan kontrol. Perlakuan dengan ketiga bahan aktif CAEENPK, CAEE, dan SSD menunjukkan penurunan luas luka makroskopis lebih awal dibandingkan dengan kontrol pada hari ke-3. Secara mikroskopis, perlakuan dengan CAEENPK menunjukkan luas area luka terkecil pada hari ke-3 dan menunjukkan angiogenesis tertinggi pada hari ke-21.

ABSTRACT
Background Centella asiatica extract is known to promote wound healing. Nowadays nanotechnology, especially nanoparticle is used to increase bioavailability of active ingredients into the skin, one of which is chitosan nanoparticle. However, effectiveness of Centella asiatica ethanol extract in chitosan nanoparticle CAEECN towards superficial dermal burn healing is not fully understood. Objective To determine effectiveness of CAEECN cream compared to Centella asiatica ethanol extract CAEE cream, silver sulfadiazine SSD cream and control in superficial dermis burn healing in Sprague Dawley rats. Methods A total of 20 male Sprague Dawley rats were divided into 4 groups. After anesthetizing, 4 superficial dermis burns were made on the back of each rat and was given 4 treatments CAEECN, CAEE, SSD, and control afterwards. Those group were sacrificed on day 3rd, 7th, 14th, and 21st post burn induction. Several evaluations were macroscopic wound size , and microscopic parameters reepithelialization ratio and distance, wound contraction index, wound size, and angiogenesis . Results There were no significant difference of wound size between treatments on day 0, 3, 7, 14, and 21. But three active agents CAEECN, CAEE, and SSD treated group showed early decrease of wound size compare to control group on day 3. Microscopically, there were no significant differences in reepithelialization ratio and distance, wound contraction index, wound size, angiogenesis. Nevertheless CAEECN treated group showed the smallest wound size on day 3 and highest angiogenesis on day 21. Conclusion Effectiveness of CAEECN in burn wound healing in rats showed no significant diference compared to CAEE, SSD, and control. But in three active agents CAEECN, CAEE, and SSD treated group, showed early decrease of wound size compare to control group on day 3. Microscopically, CAEECN treated group showed the smallest wound size on day 3 and highest angiogenesis on day 21.
"
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ziad Alaztha
"Pendahuluan: Infeksi luka operasi superfisial merupakan komplikasi yang sering muncul pada tatalaksana operatif fraktur tulang panjang. Untuk mencegah terjadinya infeksi tersebut, diberikan antibiotik profilaksis sebelum operasi, yang kemudian dilanjutkan dengan antibiotik terapeutik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan angka kejadian infeksi luka operasi superfisial antara pemberian antibiotik profilaksis intravena saja dan yang diteruskan dengan pemberian antibiotik oral selama 7 hari pasca operasi.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi klinis non-inferioritas terkontrol tersamar ganda. Sampel penelitian adalah pasien dewasa yang menjalani operasi elektif reposisi terbuka fiksasi interna untuk kasus fraktur tertutup tulang panjang di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RSU Siaga Medika Banyumas pada bulan Juli 2022 hingga Maret 2023. Subjek penelitian dibagi secara acak menjadi dua kelompok, yakni kelompok tanpa pemberian antibiotik oral selama 7 hari pasca operasi (perlakuan) dan kelompok dengan pemberian antibiotik oral selama 7 hari pasca operasi (kontrol). Hasil: Penelitian ini melibatkan 80 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yang terdiri dari 47 (58,75%) subjek laki-laki dan 33 (41,25%) subjek perempuan. Angka kejadian infeksi luka operasi superfisial baik pada kelompok perlakuan dan kontrol adalah 2,5%. Pada hari ke-30 pasca operasi, terdapat 1 (2,5%) kejadian infeksi baik di kelompok perlakuan maupun kontrol. Hasil tersebut secara statistik tidak berbeda bermakna (p = 1.000).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam kejadian infeksi luka operasi superfisial antara kelompok dengan maupun tanpa pemberian antibiotik oral selama 7 hari pasca operasi.

Introduction: Superficial surgical site infection is a common complication in the operative management of long bone fractures. To prevent the infection, prophylactic antibiotics are given prior to surgery, followed by therapeutic antibiotics. This study aimed to compare the superficial surgical site infection rate between subjects who was given intravenous prophylactic antibiotic only and those with continued oral antibiotic for 7 days postoperatively.
Method: This study was a double-blind, controlled, non-inferiority clinical study. The sample was adult patients who underwent open reduction internal fixation surgery for closed long bone fractures at Dr Cipto Mangunkusumo Central Hospital Jakarta and Siaga Medika Hospital Banyumas from July 2022 to March 2023. The subjects of the study were randomized into two groups, namely the group without oral antibiotics for 7 days postoperatively (treatment) and the group with oral antibiotics for 7 days postoperatively (control).
Result: This study involved 80 subjects who met the inclusion and exclusion criteria, consisting of 47 (58.75%) male and 33 (41.25%) female subjects. The superficial surgical site infection rate in both treatment and control groups were 2,5%. At day 30 post- operation, there was one case of infection both on the treatment and control groups. The results showed no statistically significant difference (p = 1.000).
Conclusion: There was no significant difference in the superficial surgical site infection rate between the groups with and without oral antibiotics for 7 days postoperatively.
"
2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Tobroni
"Diabetes Mellitus merupakan penyakit degeneratif yang jumlahnya terus meningkat setaip tahunnya. Individu yang menderita DM dengan gula darah yang tidak terkontrol sangat, berisiko mengalami luka ulkus diabetikum. Selain penanganan hiperglikemia dengan pemberian obat-obatan, perawatan luka ulkus diabetikum penting dilakukan untuk mencegah terjadi infeksi. Studi kasus ini bertujuan mengetahui efektifitas penggunaan antibiotik topikal pada perawatan luka ulkus diabetikum grade 1. Analisis dilakukan pada asuhan keperawatan yang diberikan di ruang rawat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Evaluasi dilakukan dengan memonitoring proses penyembuhan luka ulkus selama perawatan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa proses penyembuhan luka ulkus dapat cepat mengering. Karya ilmiah ini menyarankan bahwa penggunaan antibiotik topikal sebagai alternatif jenis perawatan luka ulkus.

Diabetes Mellitus is a degenerative disease whose numbers continue to increase every year. Individuals suffering from diabetes mellitus with uncontrolled blood sugar are at risk of developing diabetic ulcer. In addition to handling hyperglycemia by administering drugs, care for diabetic ulcer wounds is important to prevent infection. This case study aims to determine the effectiveness of using topical antibiotics in grade 1 diabetic ulcer wound care. The analysis was carried out on nursing care given in the hospital room Dr. RSUPN Cipto Mangunkusumo. Evaluation is done by monitoring the ulcer wound healing process during treatment. Evaluation results indicate that the ulcer wound healing process can dry out quickly. This scientific work suggests that the use of topical antibiotics as an alternative treatment of diabetic ulcer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Hapsari
"Latar Belakang: Ulkus kornea bakteri merupakan penyebab utama buta kornea. Tatalaksana standar ulkus kornea bakteri hingga kini masih terfokus pada eliminasi infeksi melalui antibiotik. Meskipun amplifikasi bateri telah dihentikan, inflamasi sekunder kornea terus berlangsung dan mengakibatkan destruksi kornea lebih lanjut dan sikatriks yang tebal.
Tujuan: Untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan terapi kombinasi keratektomi superfisial dengan transplantasi membran amnion dan plasma autolog topikal pada ulkus kornea bakteri sedang dan berat, dalam memfasilitasi penyembuhan dan meminimalisasi inflamasi sekunder kornea.
Metode: Uji klinis terandomisasi terbuka. Pembedahan pada kelompok eksperimental dilakukan dalam 72 jam pasca pemberian tiga hari antibiotik inisial.
Hasil: Enambelas mata dengan ulkus kornea bakteri diikutkan dalam penelitian ini. Seluruh ulkus sembuh dalam waktu 36 hari pada kelompok eksperimental, dan 54 hari pada kelompok kontrol. Kecepatan epitelisasi kelompok eksperimental lebih cepat dibandingkan dengan kontrol (1,82±1,11 vs 0,97±0,74 mm2/hari, p=0,04, uji t tidak berpasangan). Terdapat kecenderungan pembentukan sikatriks kornea yang lebih tebal pada kelompok kontrol. Pada akhir evaluasi, tajam penglihatan lebih baik didapatkan pada kelompok eksperimental (0,344 ± 0,15 vs 0,196 ± 0,12 pada ulkus sedang, p=0,2, uji t tidak berpasangan; dan 0,14 ± 0,05 vs 0,014 ± 0,02 pada ulkus berat, p<0,01, uji t tidak berpasangan). Tidak ada komplikasi pada kelompok eksperimental, namun terdapat dua komplikasi pada kelompok kontrol.
Simpulan: Terapi kombinasi keratektomi superfisial dengan transplantasi membran amnion dan plasma autolog topikal pada ulkus kornea bakteri terbukti lebih efektif dan aman dibandingkan terapi antibiotik konvensional. Terapi ini mempercepat epitelisasi dan penyembuhan ulkus, sehingga membentuk sikatriks kornea yang lebih tipis dengan tajam penglihatan lebih baik.

Background: Bacterial corneal ulcer is a leading cause of corneal blindness. Up to now, the standard treatment for bacterial corneal ulcer is limited to the elimination of infection with antibiotic. However, the secondary tissue inflammation may still persist, leading to further corneal tissue destruction and dense corneal scar.
Objectives: To evaluate the efficacy and safety of superficial keratectomy, freeze-dried amniotic membrane transplantation and topical autologous plasma as a novel combination therapy in moderate and severe bacterial corneal ulcer, for promoting corneal wound healing and minimizing second injury of the cornea.
Methods: An open randomized controlled trial. The operation in experimental group was performed within 72 hours after three days application of initial antibiotic.
Results: Sixteen eyes of bacterial corneal ulcers were enrolled. All ulcers were healed within 36 days in the experimental group, compared to 54 days in the control group. Epithelialization rate of the experimental group was significantly faster than the control group (1,82±1,11 vs 0,97±0,74 mm2/day, p=0,04, unpaired t-test). Dense corneal scarring was more likely marked in the control group. Higher visual acuity at the last follow-up was achieved in the experimental group (0,344±0,15 vs 0,196±0,12 for moderate cases, p=0,2, unpaired t-test; and 0,14±0,05 vs 0,014±0,02 for severe cases, p<0,01, unpaired t-test). None complication was found in experimental group, while two complications (impending perforation and limbal damage) were noted within the control group.
Conclusions: Combination of superficial keratectomy with amniotic membrane transplantation and topical autologous plasma shows its benefits and safety for bacterial corneal ulcers. It promotes early epithelialization and corneal wound healing, thus achieving less corneal scarring with better visual acuity than conventional antibiotic therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Putri Suhardi
"

Indonesia adalah negara tropis dengan transmisi infeksi DENV yang tinggi dan sebuah ancaman kesehatan di dunia tanpa terapi spesifik yang dapat bekerja secara tunggal. Rakyat Indonesia memiliki kepercayaan tinggi atas obat herbal, salah satunya yang berasal dari Kunyit dengan senyawa utama, Kurkumin dengan efek antioksidan, pencegah kanker dan anti-inflamasi yang sudah terbukti melalui uji in vivo dan in vitro. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kurkumin bekerja sebagai antivirus DENV-2 namun mekanisme yaitu waktu dimana kurkumin bekerja paling efektif, belum diketahui. Penelitian ini dilakukan secara in vitro dengan Sel Vero yang diinfeksikan DENV-2. Fokus pada penelitian ini adalah membandingkan mekanisme penghambatan replikasi DENV-2 sekaligus persentase viabilitas sel pada pre-post (whole) dan post infeksi setelah diberikan Kurkumin dengan dosis 20 ug/mL. Infektivitas hambatan dan viabilitas sel diteliti melalui metode focus assay dan MTT assay. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil penghambatan inefektivitas pada mekanisme pre-post (whole) dan post infeksi adalah 99,74% ± 3,90 dan 51,31% ± 8,97 secara berurutan. Penelitian untuk viabilitas sel mendapatkan hasil 73,21% dan 81,66% untuk pre-post (whole) dan post infeksi secara berurutan. Hasil penelitian menunjukan kurkumin memiliki efektivitas dalam mengambat DENV-2 lebih tinggi pada mekanisme pre-post infeksi (whole), dengan persentase penghambatan lebih tinggi serta toksitas rendah dengan viabilitas diatas 50%.


In Indonesia, DENV infection remains a global health threat without an effective therapy available. One of Indonesian’s herbal medicine, turmeric with Curcumin as its main compound is believed to have antioxidant, cancer-preventing and anti-inflammatory effects through in vivo and in vitro trials. Previous studies have shown that curcumin act as DENV-2 antivirus. However, its mechanism, namely the time at which curcumin work effectively, is not known. This research was conducted using DENV-2 infected Vero cells through in vitro method. The focus of this study was to compare the mechanism of DENV-2 replication inhibition as well as the viability of Cell in the pre-post (whole) and post-infection phases after administrating curcumin with a dose of 20 ug/mL. Focus assay and MTT assay methods were used in the experiment. Based on the research conducted, the results of ineffectiveness inhibition on the pre-post and post infection mechanisms were 99.74% ± 3.90 and 51.31% ± 8.97, respectively. The results for cell viability showed 73.21% and 81.66% for the pre-post (whole) and post-infection mechanisms, respectively. The results showed that curcumin is more effective in inhibiting DENV-2 in the pre-post infection mechanism (whole), with a higher percentage of inhibition and less toxicity with viability above 50%.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Najwa Rokhmah
"Kejadian infeksi luka operasi menjadi salah satu jenis infeksi nosokomial yang sering banyak terjadi di beberapa negara. Belum maksimalnya penggunaan antibiotik profilaksis ditandai dengan penggunaannya yang tidak sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan secara nasional maupun internasional mengakibatkan meningkatnya resiko kejadian infeksi luka operasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai dan mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik profilaksis bedah terhadap kejadian infeksi luka operasi yang dievaluasi selama 23 hari di RS Marzoeki Mahdi Bogor. Penelitian menggunakan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel secara total sampling dan retrospektif dengan menggunakan data sekunder (rekam medis). Sampel penelitian sebanyak 577 rekam medis pasien sejak Januari 2013-Desember 2013.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat 6 kejadian infeksi luka operasi (1,04%) dengan penggunaan antibiotik profilaksis tidak sesuai dengan Kepmenkes no 2046 tahun 2011. Tidak terdapat hubungan antara jenis dan waktu penggunaan antibiotik terhadap kejadian infeksi luka operasi serta tidak terdapat hubungan antara faktor resiko dengan kejadian infeksi luka operasi.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa kejadian infeksi luka operasi di RS Dr H Marzoeki Mahdi cukup rendah dibandingkan penelitian lain yang pernah dilakukan dan tidak terdapat pengaruh signifikan antibiotik profilaksis serta faktor resiko terhadap kejadian infeksi luka operasi.

Surgical site infection is one of nosocomial infection that frequently happened in some countries. Unappropriate used of prophylactic antibiotic signed by the used of antibiotic not accordance with local or international guidelines and it caused surgical site infection increase.
This study aim to assesed and evaluated factors that affect antibiotic prophylactic use to surgical site infection in Marzoeki Mahdi Hospital Bogor. The design of this study cross sectional with total sampling, and data collected retrospectively. Sample of this study are 577 patient from January 2013- December 2013.
The result showed surgical site infection occur in 6 patients (1,04%), the used od prophylactic antibiotic is not appropriate Kepmenkes No 2046. There is no relationship between types and duration of prophylactic antibiotic to surgical site infection cases and also there is no relation between risk factors and surgical site infection cases.
In this study we can conclude incidence of surgical site infection in Dr. H. Marzoeki Mahdi Hospital was low and there is no significant relation between prophylactic antibiotic used and risk factors with surgical site infection cases.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T42543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vita Siphra
"Latar belakang: Diabetes melitus (DM) dapat menimbulkan komplikasi kulit kering yang berkorelasi dengan pembentukan ulkus pada pasien DM. Pemakaian pelembap sebagai bagian dari perawatan kaki dapat mencegah pembentukan ulkus. Tujuan: Mengetahui efektivitas dan keamanan pelembap yang mengandung krim urea 10% dan vaselin album untuk mengatasi kulit kering pada pasien DM tipe 2. Metode: Uji klinis acak tersamar ganda dilakukan pada 68 pasien DM tipe 2 dengan kulit kering pada bulan Juli-Oktober 2018. Setiap subjek penelitian mendapat terapi krim urea 10% atau vaselin album untuk masing-masing tungkai. Perbaikan kulit kering dilihat dari skor klinis specified symptom sum score (SRRC), hidrasi kulit (korneometer) dan fungsi sawar kulit (tewameter) pada minggu kedua dan keempat. Hasil: Tidak terdapat perbedaan efektivitas yang bermakna antara kelompok krim urea 10% dan vaselin album. Kedua pelembap ini tidak menimbulkan efek samping. Kesimpulan: Kedua jenis pelembap ini sama efektif dan dapat dipertimbangkan untuk terapi kulit kering pada pasien DM tipe 2.

Background: Diabetes mellitus (DM) could cause xerotic skin which correlates with ulcer formation in DM patients. Daily use of moisturizer as part of foot care were expected to prevent it. Objective: To asses the effectiveness and safety of moisturizers containing 10% urea cream and white petrolatum in overcoming dry skin in type 2 DM patients. Methods: A double blind randomized clinical trial was conducted on 68 diabetes patients with xerotic skin in July-October 2018. Each study subject received 10% urea cream or white petrolatum for each leg. Repair of xerotic skin assessed from the specified symptom sum score (SRRC), skin hydration (corneometer) and skin barrier function (tewameter) in the second and fourth weeks. Results: There was no significant difference in effectiveness between the two groups. Both moisturizers were well tolerated."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>