Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114534 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Partogi, Alexander Samuel
"Latar belakang: Blok paravertebral torakal merupakan salah satu modalitas dalam tatalaksana nyeri operasi daerah torakal. Terdapat beberapa pilihan teknik salah satunya teknik loss of resitance dan metode jumlah tempat penyuntikan. Penyebaran zat anestetik lokal pada blok paravertebral torakal masih merupakan kontroversi.
Metode: 14 kadaver segar yang menjalani pemeriksaan dalam di kamar jenazah, akan dipisahkan menjadi 2 kelompok penyuntikan. 7 kadaver dalam kelompok pertama akan mendapatkan penyuntikan zat pewarna metilen biru 1% 20mL blok paravertebral teknik loss of resistance 1 titik pada segmen T4. 7 kadaver dalam kelompok kedua akan mendapatkan penyuntikan zat pewarna metilen biru 1% masing-masing 10 mL blok paravertebral teknik loss of resistance pada 2 titik segmen T2 dan T5. Dinilai penyebaran zat pewarna pada segmen paravertebral ke arah kranial dan kaudal, interkostal, dan pada ruang pleura.
Hasil : Dijumpai zat pewarna metilen biru terpapar di ruang paravertebral pada semua kadaver. Pada kelompok 1 titik penyuntikan didapatkan median total segmen paravertebral yang terpapar zat pewarna metilen biru 1 % adalah 3 segmen (2-5 segmen) berbeda secara statistik bila dibandingkan kelompok 2 titik penyuntikan yaitu 5 segmen (4-5 segmen) (p=0,004). Didapatkan bahwa pada kelompok penyuntikan 1 titik median jumlah segmen interkostal yang terpapar zat pewarna metilen biru adalah 2 segmen (1-2 segmen) yang tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok penyuntikan 2 titik yaitu 2 segmen (1-2 segmen) (p=0,591). Pada pemeriksaan dalam tidak didapatkan zat pewarna metilen biru (0%) di rongga pleura pada semua subjek kadaver.
Kesimpulan: Blok paravertebral teknik loss of resistance 2 titik penyuntikan dan 1 titik penyuntikan memberikan angka keberhasilan yang baik (100%). Blok paravertebral torakal teknik loss of resistance pada kadaver dengan dua titik penyuntikan memberikan pemaparan zat pewarna metilen biru pada segmen paravertebral yang lebih luas dibandingkan dengan satu titik penyuntikan dan tidak berbeda dengan penyebaran interkostal.

Background: Thoracic paravertebral block is one of modality in pain management for thoracic surgery area. There are several techniques such as the loss of resistance techniques and the total injection site. The spread of the local anesthetic agent on thoracic paravertebral block is still a controversy.
Methods: 14 fresh cadavers underwent examination at the mortuary, had been separated into two groups. 7 cadavers in the first group had received single injection of paravertebral block with loss of resistance technique using 20 ml methylene blue dye 1% at T4. 7 cadavers in the second group will get a dual injection paravertebral block with loss of resistance technique using methylene blue 1% 10 mL for each injection at T2 and T5. The spread of dye then were evaluated during dissection of cadaver at the cranial and caudal from injection site in paravertebral space , at intercostal and pleural space.
Results: Methylene blue dye was present in paravertebral space at all cadavers. Methylene blue dye was found spreading across median total 5 paravertebral segments (range, 4–5) in dual injection group, statistically different with single injection group (median 3 segments , range, 2-5 segments ,p= 0.004). Methylene blue dye was also found spreading in median 2 intercostal segments (range 1-2 segments) in dual injection group, not significantly different from single injection group (median 2 segments, range 1-2 segments, p = 0.591). In both group, there were no spreading of methylene blue dye found in pleural space.
Conclusion: Dual injection sites and single injection site of paravertebral block with loss of resistance technique on cadaver had shown good successful rate. Dual injection site thoracic paravertebral block with loss of resistance technique showed a statistically significant better spread of methylene blue dye at the paravertebral segments than the single point injection site thoracic paravertebral block in cadaver with no difference in intercostal spreading.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eric Prawiro
"Latar Belakang: Blok psoas merupakan salah satu teknik anestesia untuk operasi ekstremitas bawah. Teknik blok psoas membutuhkan alat stimulator saraf atau USG untuk memfasilitasi prosedur blok tersebut. Belum semua rumah sakit atau instansi kesehatan memiliki alat tersebut. Blok paravertebral lumbal dapat dijadikan alternatif dari blok psoas karena dapat dilakukan dengan teknik blind. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran zat pewarna metilen biru 1% pada injeksi 1 titik di ruang paravertebral lumbal 4. Metode: Penelitian ini dilakukan pada 16 kadaver di kamar mayat bagian forensik RSUPN-CM. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dan sampel adalah kadaver segar yang memenuhi kriteria penerimaan dan tidak terkena kriteria penolakan atau pengeluaran. Penelitian dilakukan dengan menginjeksikan 30 ml zat pewarna metilen biru 1% di ruang paravertebral lumbal 4 menggunakan jarum blok pada posisi miring ke kanan. Kadaver kemudian dikembalikan ke posisi terlentang dan penyebaran zat pewarna didokumentasikan setelah otot psoas diinsisi. Analisis hasil penelitian menggunakan statistik deskriptif. Hasil: Kadaver yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah kadaver segar, tidak diawetkan, tinggi badan ≥ 150 cm, IMT ≤ 30 kg/m2, dan tidak dikenal. Kriteria pengeluaran adalah kadaver dengan kelainan skoliosis torakolumbal, jejas di area punggung dan pinggang, kasus kriminal, dan intoksikasi. Tidak ada kadaver yang dikeluarkan dalam penelitian ini. Penyebaran tertinggi ke arah sefalad mencapai lumbal 1 (6,25%) dengan rata-rata terbanyak pada lumbal 3 (50%). Penyebaran terendah ke arah kaudad mencapai sakral 2 (12,5%) dengan rata-rata terbanyak pada lumbal 5. Penyebaran ke arah kontralateral sebanyak 18,75%. Penyebaran paling sedikit pada 2 segmen (6,25%), paling banyak pada 5 segmen (12,5%), dan rata-rata terbanyak pada 4 segmen (43,75%). Ruang paravertebral lumbal 4 merupakan tempat utama penyebaran (100%), diikuti dengan segmen lumbal 3 (87,5%) dan lumbal 5 (87,5%). Kesimpulan: Injeksi 1 titik 30 ml zat pewarna metilen biru 1% pada blok paravertebral lumbal 4 dapat mencapai area pleksus lumbalis yang diinervasi oleh persarafan lumbal 2-4. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui volume dan lokasi injeksi yang optimal dan aman untuk menghasilkan penyebaran yang lebih baik pada persarafan pleksus lumbalis.

Background: Psoas block is one of the anesthesia techniques for lower limb surgery. Psoas block technique requires nerve stimulator or ultrasound to facilitate the procedure. Not all hospitals or health agencies have the tools. Lumbar paravertebral block can be used as an alternative to the psoas block because it can be done with a blind technique. This study was conducted to determine the spread of methylene blue dye injection 1% at one point in the fourth lumbar paravertebral space. Method: The study was conducted on 16 cadavers in the morgue forensic section RSUPN-CM. This study was an experimental study and the sample is fresh cadavers that meets acceptance criteria and not exposed to rejection or removal criteria. The study was conducted by injecting 30 ml of methylene blue dye 1% in the fourth lumbar paravertebral blocks using needle tilting to the right position. Cadaver then returned to the supine position and the spread of dye documented after psoas muscle incision. Analysis of the results of research using descriptive statistics. Results: Cadaver were included in this study were fresh cadaver, uncured, ≥ 150 cm height, BMI ≤ 30 kg/m2, and unknown cadaver. Exclusion criteria is cadaver with thoracolumbar scoliosis disorder, injury in the back and waist area, criminal cases, and intoxication. No cadaver that was removed in this study. The highest cephalad spread achieving 1st lumbar (6.25%) with the highest average in the 3rd lumbar (50%). The lowest caudad spread achieving 2nd sacral (12.5%) with the highest average in the 5th lumbar. Spread to the contralateral as much as 18.75%. The least spread is 2 segments (6.25%), the most spread is 5 segments (12.5%), and the highest average is 4 segments (43.75%). 4th lumbar paravertebral space is a prime spot spread (100%), followed by 3rd lumbar segment (87.5%) and the 5th lumbar(87.5%). Conclusion: Injection of 1 point 30 ml of methylene blue dye 1% at the 4th lumbar paravertebral block can reach the lumbar plexus area innervated by 2nd-4th lumbar innervation. Further research is needed to determine the volume and location of the optimal and safe injection to produce a better spread of the lumbar plexus innervation."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuriana Pramitasari
"Abstrak Metilen biru secara luas digunakan sebagai indikator biologi, karena nilai absorptivitasnya yang cukup besar, sehingga penggunaan metilen biru menjadi cukup efisien karena dapat diselidiki dalam konsentrasi rendah (< 10-5 M). Interaksi metilen biru (MB) dengan sodium dodesil sulfat (SDS) pada fasa bulk dan di permukaan cair/gas cukup kuat dan menghasilkan intensitas yang lebih besar dibandingkan metilen biru sendiri. Penambahan SDS di bawah critical micelle concentration (CMC) normal dalam larutan MB menyebabkan penurunan absorbansi metilen biru dalam fasa bulk, yang diakibatkan terjadinya kompleks MB-SDS yang teradsorpsi pada permukaan cair/gas. Sedangkan penambahan SDS di atas CMC normal memperlihatkan molekul SDS telah jenuh teradsorpsi di permukaan dan mulai membentuk misel. Misel tersebut akan berinteraksi kuat dengan DS- di permukaan misel-cair yang menyebabkan kenaikan nilai absorbansi metilen biru. Fenomena ini secara langsung dapat diusulkan untuk mengamati dan menentukan nilai CMC SDS dengan menggunakan indikator metilen biru. Teknik analisis spesies kimia permukaan dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS dan metode centrifugal liquid membran (CLM). Dari hasil data pengamatan menggunakan spektrofotometer UV-VIS, didapat nilai absorbansi hanya untuk fasa bulk sedangkan dengan menggunakan metode CLM, nilai absorbansi yang diamati adalah total nilai absorbansi pada fasa bulk dan permukaan cair/gas. Sehingga dengan menggunakan CLM-spektrofotometri ini dapat dipelajari interaksi yang terjadi antara metilen biru dan SDS pada permukaan cair/gas atau misel/cair, selain itu juga dengan metode ini dapat mengetahui jumlah metilen biru yang dapat berinteraksi dengan molekul SDS pada sistem permukaan diatas. Kata kunci : metilen biru, SDS, misel, permukaan cair/gas, CLM, spektrofotometri X + 61 hlm. ; gbr. ; lamp. ; tab. Daftar pustaka : 17 (1989-2005)"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ervita Shelvia Anggraeni
"Pada penelitian ini dilakukan fotodegradasi metilen biru dengan menggunakan katalis berbagai morfologi TiO2 (TiO2 nanocube dan TiO2 nanospindel) yang diintegrasikan dengan nanopartikel Au. Pengujian aktivitas fotokatalitik untuk degradasi metilen biru dilakukan dengan menggunakan sinar tampak. Hasil karakterisasi XRD membuktikan bahwa nanopartikel TiO2 nanocube dan TiO2 nanospindel memiliki struktur kristal tetragonal. Aktivitas fotokatalitik nanopartikel TiO2 mengalami peningkatan karena dapat aktif pada daerah sinar tampak setelah diintegrasikan dengan nanopartikel emas, didukung melalui hasil karakterisasi UV-Vis DRS yaitu nilai energi band gap pada kedua Au-TiO2 nanohybrids sebesar 3.3 eV. Studi aktivitas fotokatalitik TiO2 nanocube, TiO2 nanospindel dan Au-TiO2 nanohybrids diamati dengan reaksi degradasi metilen biru dibawah sinar tampak. Persentase degradasi pada konsentrasi 0.01 mM TiO2 nanocube yaitu 27,11%, TiO2 nanospindel sebesar 35,59 %, pada Au-TiO2 nanocube yaitu 40 %, dan Au-TiO2 nanospindel 55,67 % selama 1 jam waktu penyinaran. Perhitungan kinetika reaksi fotodegradasi metilen biru didapatkan bahwa Au-TiO2 nanohybrids mengikuti kinetika orde satu.

In this study photodegradation of methylene blue using Au-TiO2 nanohybrids, TiO2 nanocube, TiO2 nanospindel as catalyst. Photocatalytic activity test for degradation of methylene blue using visible light. Characterization with XRD proves TiO2 nanocube and TiO2 nanospindle have a tetragonal structure, Photocatalytic activity of TiO2 nanoparticles can be active in visible light radiation after it modified by Au nanoparticles, UV-Vis DRS has proven that nanohybrids have band gap energy of 3.3 eV. The study of photocatalytic activity TiO2 nanocube, TiO2 nanospindle, and nanohybrids Au-TiO2 were observed with methylene blue degradation using visible light radiation. Percentages of degradation at the concentration of 0,01 mM. TiO2 nanocube is 27,11%, TiO2 nanospindle is 35,59%, nanohybrids Au-TiO2 nanocube is 40% and nanohybrids Au-TiO2 spindle is 55,67% for 1 hour irradiation time.  In study of reaction kinetics shows that degradation of methylene blue followed the pseudo-first order kinetics."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kharisma Amalia Lukman
"Jika timah digunakan sebagai bahan pembungkus untuk makanan dan minuman, akan ada Sn yang terlarut dalam jumlah yang sangat kecil yaitu sekitar 0.06 ppm dalam makanan atau minuman tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar timah menggunakan metode spekrofotometri DRS UV-Vis berdasarkan reduksi dengan metilen biru oleh Sn dalam medium admisel γ- Al2O3/HDTMA-Br. Gamma-alumina diperoleh melalui kalsinasi (NH4)Al(SO4)2.12H2O pada suhu 900 °C selama 6 jam. Admisel γ- Al2O3/HDTMA-Br dipreparasi melalui adsorpsi surfaktan HDTMA-Br pada γ- alumina pada CAC (Critical Admicelle Concentration) optimum, nilai ini diperoleh dari kurva isoterm adsorpsi HDTMA-Br pada γ-alumina. Hasil penelitian menunjukkan pembentukan admisel γ-Al2O3/HDTMA-Br terjadi pada pada pH 10 dan konsentrasi HDTMA-Br 800 μM. Struktur kristal γ-Al2O3 dikarakterisasi melalui metode x-ray diffraction dan pembentukan admisel γ- Al2O3/HDTMA-Br dikarakterisasi dengan FT-IR. Penentuan kadar Sn2+ dengan metode ini berdasarkan pada reduksi metilen biru oleh SnCl2 dalam larutan HCl. Pengurangan warna metilen biru sebanding dengan konsentrasi Sn2+ dalam larutan¸ dengan asumsi bahwa semua Sn2+ dalam larutan teroksidasi oleh metilen biru dalam media admisel. Dalam penelitian ini, konsentrasi SnCl2 minimum yang mereduksi metilen biru adalah Sn 5.3 x 10-7 M.

In case of tin (Sn) is used in the packaging material for food or beverage, a very small quantity of Sn will be dissolved in the food or drink around 0.06 ppm. This study is aimed to determine the Sn concentration using DRS UVVis Spectrophotometry method based on the reduction of methylene blue adsorption in γ-Al2O3/HDTMA-Br admicelle medium. γ-alumina was obtained calcination of (NH4)Al(SO4)2.12H2O at a temperature of 900 °C for 6 hours. γ-Al2O3/HDTMABr admicelle was prepared by adsorption of HDTMA-Br surfactant in γ-alumina at the optimum CAC (Critical Admicelle Concentration) value¸ which was obtained from the adsorption isotherm curve of HDTMA-Br surfactant on γ- alumina. The results showed that the formation of γ-Al2O3/HDTMA-Br admicelle optimum occurred at pH 10 and HDTMA-Br concentration of 800 μM. The crystal structure of γ-Al2O3 was characterized by x-ray diffraction method and the formation of γ-Al2O3/HDTMA-Br admicelle was characterized by FT-IR. The determination of Sn2+ was conducted based on the reduction of methylene blue by SnCl2 in HCl solution. The decolorization of methylene blue is equivalent with the Sn2+ concentration in solution¸ assumed that all Sn2+ in solution were oxidized by methylene blue in admicelle medium. In this study, the minimum concentration of SnCl2 was found Sn 5.3x 10-7 M."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30709
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Rully Indrawan
"Titanium dioksida (TiO2) memiliki sifat yang ramah lingkungan seperti nontoxic, relatif tidak terlalu mahal dan stabil. Karena kelebihannya, TiO2 terus dikembangkan untuk kegiatan yang positif bagi lingkungan, salah satunya untuk mendegradasi polutan organik. Akan tetapi, energi band gap dari TiO2 yang cukup lebar (sekitar 3,2 eV) yang setara dengan cahaya UV sehingga aktifitas fotokatalitiknya hanya terbatas pada daerah UV dan tidak dapat digunakan pada daerah sinar tampak. Sementara itu sistem Dyes Sensitized Solar Cell (DSSC) relatif sukses mengkonversi sinar matahari menjadi energi listrik. Sistem ini kemudian dikembangkan dengan mengganti dye (zat warna) dengan quantum dots CdS, dan memodifikasi bagian TiO2 yang tidak dilapisi TiO2 sebagai zona katalisis. Terkait permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana preparasi TiO2 termodifikasi dalam degradasi methylene blue dengan sistem zona katalis berbasis QDSSC. Penelitian ini dilakukan dengan metode anodisasi untuk mendapatkan TiO2 dengan morfologi nanotube yang dilanjutkan dengan kalsinasi pada suhu 450⁰C untuk membentuk fasa kristal TiO2. Imobilisasi CdS nanopartikel pada TiO2 nanotube (TNTAs) dilakukan dengan metode SILAR (Succesive Ionic Layer Adsorption and Reaction)-Ultrasonikasi. Karakterisasi terhadap TNTAs/TNTAs-CdS meliputi Field Emmision Scanning Electron Microscope (SEM), UV-Vis Diffuse Reflectance Spectrometry (DRS), X-ray Diffraction (XRD), dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Pada proses degradasi, dengan sistem QDSSC termodifikasi, yang dilakukan selama 30 menit terjadi penurunan konsentrasi methylene blue sebesar 59%.

Titanium dioxide (TiO2) is an environmentally friendly such as nontoxic, relatively inexpensive and stable. Because of its advantages, TiO2 has been being developed for activities that are positive for the environment, one of them is to degrade organic pollutants. However, the energy band gap of TiO2 is quite wide (about 3.2 eV) which is equivalent to UV light so that the photocatalytic activity is confined to the UV region and can not be used in the visible light region. While the Dyes Sensitized Solar Cell (DSSC) system is relatively success converting sunlight to electricity. This system subsequently further developed by replacing dye with CdS quantum dots, and modify parts of TiO2 which is uncoated as catalysis zone. Related to these problems, researcher is interested to know how the modified DSSC can be utilized in degrading methylene blue. The TiO2 nanotube (TNTAs) morphology was obtained by anodizing titanium metal, followed by calcination at 450⁰C temperature to get a crystal phase of TiO2. Immobilization of CdS nanoparticles on TiO2 nanotube (TNTAs) was conducted by using SILAR (Succesive Ionic Layer Adsorption and Reaction) method. Characterization of TNTAs/TNTAs-CdS include Scanning Electron Microscope (SEM), UV-Vis Diffuse Reflectance Spectrometry (DRS), X-Ray Diffraction (XRD) and Fourier Transform Infra Red (FTIR). The catalyze zone of modified QDSSC was applied to degrade methylens blue (MB) in water, where approximately 59% MB was eliminated during 30 minutes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60913
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utama Putra
"Microbial Fuel Cel/ (MFC) adalan seperangkat alat yang menguban energi kimia dari proses metabolisme mikroba menjadi energi listrik mikroba (Eschericia coli) dapat digunakan untuk memproduksi Iistrik karena pada proses metabolismenya melibatkan transfer elektron Mediator seperti methylene blue (IVIB), merupakan senyavva yang dapat mengambil elektron dari rantai transfer elektron bakteri dan dibavva ke permukaan elektroda agar terjadi aliran listrik. Mediator IVIB ternyata memiliki sifat anti mikroba Namun, berdasarkan uji aktivitas anti mikroba, konsentrasi mediator IVIB yang digunakan pada penelitian ini tidak terlalu toksik_ Pada aplikasi IVIFC, jumlan optimal IVIB terimobilisasi pada elektroda karbon sebesar 0,0053 g dengan produksi Iistrik sekitar 39,4 pA, 244,2 mV, sementara pada IVIB 0,0021 g sekitar 21,6 pA, 219,6 mV dan pada IVIB 0,0085 g sekitar 13,6 pA, 196,5 mV. Optimasi produksi Iistrik disebabkan olen banyaknya elektron yang ditransfer menuju elektroda dalam nal ini anoda dan keoilnya nambatan pada elektroda tersebut Penambanan substrat glukosa seoara berkala dapat membuat produksi Iistrik menjadi stabil karena glukosa dibutunkan untuk kelangsungan nidup E. coli."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30327
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Claudia
"Limbah zat warna merupakan salah satu kontributor terbesar dalam terjadinya polusi air. Degradasi limbah zat warna menggunakan suatu fotokatalis perlu dilakukan untuk menangani permasalahan limbah tersebut. CuBi2O4 dan CuO merupakan suatu semikonduktor tipe-p berbasis oksida logam yang memiliki celah pita sempit, menunjukkan respons yang sangat baik terhadap cahaya tampak, dan dapat digunakan sebagai fotokatalis. Akan tetapi, kedua  material tersebut menunjukkan aktivitas fotokatalitik yang buruk akibat laju rekombinasi pasangan elektron dan hole yang cepat, sehingga sintesis material heterojunction dilakukan untuk mengatasi kekurangan ini. Komposit CuBi2O4/CuO disintesis dengan berbagai variasi rasio massa CuBi2O4:CuO (1:1, 1:2, dan 2:1) menggunakan metode grinding annealing. Lebih lanjut, CuBi2O4/CuO CuBi2O4, dan CuO yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi menggunakan instrumen XRD, FTIR, UV-Vis DRS, dan TEM. CuBi2O4 dan CuO menunjukkan celah pita sebesar 1,76 eV dan 1,55 eV. Perubahan nilai energi celah pita teramati ketika modifikasi dilakukan, yakni 1,73 eV, 1,70 eV, dan 1,59 eV. Pengujian aktivitas fotokatalitik terhadap metilen biru di bawah cahaya tampak selama 180 menit menunjukkan bahwa sintesis CuBi2O4/CuO efisien dalam meningkatkan aktivitas fotokatalitiknya dengan persentase degradasi sebesar 81,1%. Sedangkan CuO dan CuBi2O4 masing-masing menunjukkan persentase degradasi sebesar 73,3% dan 64,2%.

Dye waste is one of the biggest contributors to water pollution. Degradation of dye waste using a photocatalyst needs to be done to deal with this waste problem. CuBi2O4 and CuO are metal oxide-based p-type semiconductors that have a narrow band gap, responsive to visible light, and can be used as photocatalysts material. Synthesis of CuBi2O4 and CuO using solvothermal and hydrothermal methods was successfully carried out which was confirmed by XRD, FTIR, TEM, and UV-Vis DRS. CuBi2O4 and CuO show bandgap energy 1.76 eV and 1.55 eV, respectively. However, both materials exhibit poor photocatalytic performance due to the fast recombination rate of electron-hole pairs, so that the synthesis of heterojunction materials was carried out to overcome this deficiency. CuBi2O4/CuO composite was synthesis by grinding annealing method using various CuBi2O4:CuO mass ratios (1:1, 1:2, and 2:1). Furthermore, CuBi2O4/CuO composite were characterized using XRD, FTIR, UV-Vis DRS, and TEM. Changes in the value of the band gap energy observed when modifications were made to 1.73 eV, 1.70 eV and 1.59 eV. The heterojunction CuBi2O4/CuO showed an enhanced photocatalytic performance with 81,1% removal of methylene blue within 180 min of visible light irradiation, compared to the results obtained with the pristine materials. While CuO and CuBi2O4 only showed 73,3% and 64,2% removal of methylene blue within 180 min of visible light irradiation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfred Albert
"Campuran Oksida Seng/Titanium Dioksida/Oksida Tembaga (ZnO/TiO2/CuO) dengan lima variasi rasio molar CuO disintesis dengan menggunakan metode sol-gel dan dikarakterisasi menggunakan Energy Dispersive X-Ray (EDX), X-Ray Diffraction (XRD), Field Emission Scanning Electron Microscope (FESEM) dan UV-visible Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV- DRS). Aktivitas fotokatalitik diamati menggunakan larutan metilen biru (MB) di bawah pemaparan sinar Ultraviolet (UV) dan cahaya tampak dengan metal oksida ZnO/TiO2 sebagai pembanding. Hasil aktivitas fotokatalitik menunjukkan sampel dengan rasio molar CuO sebesar 0.5 dapat mendegradasi lebih baik di bawah paparan sinar UV dan cahaya tampak. Kondisi optimum aktivitas fotokatalitik didapatkan pada kondisi pH 13, dosis fotokatalis 0.2 g/L dan konsentrasi awal MB 20 mg/L baik di bawah paparan sinar UV maupun cahaya tampak.

Zinc Oxide/Titanium Dioxide/Copper Oxide (ZnO/TiO2/CuO) metal oxide mixture with five various CuO molar ratio were synthesized using sol-gel method and were characterized by Energy Dispersive X-Ray (EDX), X-Ray Diffraction (XRD), Field Emission Scanning Electron Microscope (FESEM) and Ultraviolet- visible Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV-DRS). Photocatalytic activities were observed by using methylene blue (MB) solution under Ultraviolet (UV) light and visible light irradiation using photocatalytic activity of ZnO/TiO2 metal oxide mixture as comparison. The result shows sample with 0.5 ratio molar of CuO have higher degradation capability on both UV light and visible light irradiation. Photocatalytic activity optimum condition were obtained at pH 13, 0.2 g/L of photocatalyst and 20 mg/L of MB initial concentration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vici Tritella Carmida
"Nanopartikel oksida seng (ZnO) yang diberi dopan kromium (Cr) dan penambahan 10 % montmorillonite (MMT) disintesis dengan metode kopresipitasi untuk empat variasi persen atom Cr. Nanopartikel dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD), Energy Dispersive X-Ray (EDX), Fourier Transform Infrared (FTIR), UV-Visible Diffuse Reflectance (UV-Vis) dan Electronic Spin Resonance (ESR). Pengujian aktivitas fotokatalitik dilakukan menggunakan model polutan methylene blue dengan paparan sinar UV. Penambahan montmorillonite dan dopan Cr pada ZnO dapat meningkatkan degradasi methylene blue dengan Cr doped ZnO/MMT 10 at.% menunjukkan degradasi maksimum dengan kondisi optimum dosis fotokatalis 0.7 g/L dan konsenstrasi larutan 20 mg/L. Spesies dominan pada aktivitas fotokatalitik adalah hole dan OH● berturut-turut.

Chromium (Cr) doped zinc oxide (ZnO) nanoparticles with 10% montmorillonite (MMT) addition were synthesized by co-precipitation method for four chrome atomic percentage variations. Samples were characterized by X-Ray Diffraction (XRD), Energy Dispersive X-Ray (EDX), Fourier Transform Infrared (FTIR), UV-Visible Diffuse Reflectance (UV-Vis) and Electronic Spin Resonance (ESR). Photocatalytic were evaluated using methylene blue under UV light irradiation. MMT addition and Cr dopant to ZnO nanoparticles enhance methylene blue degradation with the optimum conditions are 0.7 g/L of nanoparticle and 20 mg/L of methylene blue initial concentration. Hole and OH● were identified as dominant species of photocatalytic activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>