Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 209447 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Dayangsuri
"Pentingnya gerakan keluarga sadar gizi (kadarzi) masih belum disadari pada keluarga-keluarga di Indonesia hal ini memengaruhi pengetahuan gizi dari anak usia usia sekolah yang akan berefek pada Indeks Pengembangan Manusia (IPM) atau HDI (Human Development Index). Hal tersebut ditunjukkan dengan masih banyaknya kasus gizi buruk pada anak usia sekolah yang terjadi di Indonesia termasuk Jakarta sebagai ibukota negara. Banyak faktor yang memengaruhi status gizi anak salah satunya pengetahuan yang kemudian akan memengaruhi asupan makanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status gizi dan hubungannya dengan tingkat pengetahuan mengenai masalah kekurangan zat gizi yang dalam hal ini kalsium pada anak usia sekolah di yayasan Kampung Kids pada tahun 2009.
Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi cross sectional. Data yang dikumpulkan pada tanggal 18 Oktober 2009 berupa data antropometri untuk mengetahui status gizi dan wawancara kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan mengenai masalah kekurangan kalsium serta subjek yang dipilih adalah anak usia sekolah yang terdaftar di yayasan Kampung Kids dan hadir pada saat pengambilan data. Data antropometri dan skor wawancara kuesioner selanjutnya dianalisis dengan menggunakan chi-square untuk mengetahui hubungan status gizi dengan tingkat pengetahuan mengenai masalah kekurangan kalsium.
Dari penelitian di dapatkan data bahwa anak usia sekolah yayasan Kampung Kids (38,5%) yaitu sebanyak 30 orang memiliki status gizi buruk. Namun hampir seluruh anak tersebut (94,9%) yaitu sebanyak 74 anak memiliki tingkat pengetahuan terhadap kalsium yang kurang. Berdasarkan uji chi-square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan tingkat pengetahuan mengenai masalah kekurangan kalsium (p=1,00). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa status gizi dipengaruhi secara tidak langsung oleh tingkat pengetahuan anak dan suatu keluarga. Perlu dilakukan penyuluhan mengenai asupan gizi yang baik dan masalah yang ditimbulkan akibat kekurangan zat gizi pada anak Kampung Kids untuk tetap mempertahankan status gizi yang baik.

The importance of nutrition conscious family movement (Kadarzi) still have not realized the families in Indonesia this affects nutrition knowledge of school-age children who will have an effect on the Human Development Index (HDI) or the HDI (Human Development Index). This is shown by still many cases of malnutrition among school-age children that occurred in Indonesia, including Jakarta as the capital of the state. Many factors affect the nutritional status of children one of them is the knowledge which will affect food intake. This research was conducted to determine the nutritional status and its relationship to the level of knowledge about the problem of nutrient deficiency which in this case calcium on school-age children in Kampung Kids Foundation in 2009.
This study was conducted using cross sectional observation. Data collected on October 18, 2009 in the form of anthropometric data to determine the nutritional status questionnaires and interviews to determine the level of knowledge about the problem of calcium deficiency and the subject chosen is of school age children enrolled in Kampung Kids Foundation and is present at the time of data collection.Anthropometric data and interview questionnaire scores were then analyzed by using chi-square test to determine the relationship of nutritional status with the level of knowledge about the problem of calcium deficiency.
From research on the data found that school-age children Kampung Kids Foundation majority (38,5%) as many as 30 people have poor nutritional status. But almost all these children (94.9%) of 74 children have a level of knowledge on calcium intake. Based on chi-square test showed that there was no relationship between nutrition status and level of knowledge about the problem of lack of calcium (p = 1.00). Based on these data we can conclude that nutritional status is indirectly influenced by the level of knowledge of children and a family. Keep on giving information about good nutrition and the problems caused by nutritional deficiencies in children Kampung Kids to maintain a good nutritional status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nadhira
"Indonesia is still bound to problems associated with nutritional status. There were 16 and 19 provinces in which prevalence of underweight school-age boys and girls are above the national prevalence. Knowledge about nutrition is one of the factors that can affect nutrition intake. Nutrition intake itself plays a role in determining nutritional status. This study aims to determine nutritional status and its relationship to the level of knowledge about protein-calorie deficiency in school-aged children of Kampung Kids. Data was retrieved on October 18th, 2009 by performing an anthropometric physical examination and giving questionnaires to be answered by 78 school-aged children enrolled in Kampung Kids.
The results showed there were 40 children (51.3%) undernutritioned, 25 children (32.1%) was having short-stature, and 30 children (38.5%) were thin. There are 2 subjects (2.6%) who have a good level of knowledge about protein-calorie deficiency, while 7 people (9%) has moderate knowledge level, and about 69 people (88.5%) has bad level of knowledge. Fisher's Exacts test shows that there is no significancies between nutritional status with the level of knowledge about protein-calorie deficiency (p = 1.000). In conclusion, nutritional status is not significantly related with the level of knowledge about protein-calorie deficiency on school-aged children in Kampung Kids.

Indonesia tidak lepas dari masalah terkait status gizi. Terdapat 16 dan 19 propinsi yang prevalensi anak usia sekolah laki-laki dan perempuan yang bertubuh kurusnya berada di atas prevalensi nasional. Pengetahuan tentang gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi asupan gizi. Asupan gizi sendiri berperan dalam menentukan status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi dan hubungannya dengan tingkat pengetahuan mengenai kekurangan kalori protein anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids. Data diambil pada tanggal 18 Oktober 2009 dengan melakukan pemeriksaan fisik antropometri serta pengisian kuesioner oleh 78 anak usia sekolah yang terdaftar di Yayasan Kampung Kids.
Hasilnya menunjukkan terdapat 40 orang (51,3%) bergizi kurang, 25 orang (32,1%) bertubuh pendek, serta 30 orang (38,5%) bertubuh kurus. Subyek yang memiliki tingkat pengetahuan mengenai kekurangan kalori protein baik sejumlah 2 orang (2,6%), sedang 7 orang (9%) dan tingkat pengetahuan kurang 69 orang (88,5%). Pada uji Fisher Exacts tidak terdapat perbedaan bermakna antara status gizi dengan tingkat pengetahuan mengenai kurangan kalori protein (p= 1,000). Disimpulkan status gizi dengan tingkat pengetahuan mengenai kekurangan kalori protein anak usia sekolah yayasan Kampung Kids tidak berhubungan secara bermakna.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Umaima Kamila
"Latar Belakang : Masalah status gizi kurang masih menjadi salah satu problem kesehatan yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia hingga saat ini. Berbagai program telah dicanangkan oleh pemerintah untuk menanggulanginya namun belum membuahkan hasil. Untuk menyelesaikan masalah status gizi diperlukan pemahaman yang mendalam atas faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi, dimana salah satunya adalah asupan kalori harian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan asupan kalori harian.
Metode : Penelitian ini dilakukan terhadap 73 orang anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids dengan menggunakan desain cross-sectional. Data yang diambil meliputi jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh dan asupan nutrisi harian. Status gizi diukur dengan menggunakan persentil kurva Center for Disease Control (CDC) sedangkan asupan nutrisi harian dengan metode wawancara. Selanjutnya dicari hubungan antara keduanya dengan menggunakan software SPSS 11.5.
Hasil : Rerata tinggi badan (132,09cm) dan berat badan (27,07kg) responden tidak ideal berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004. Responden umumnya memiliki status gizi normal berdasarkan ketiga status gizi yaitu 50,7% (BB/U), 71,2% (TB/U), dan 63 % (IMT). Mayoritas responden mendapatkan asupan nutrisi harian yang normal (60,3%). Analisis variabel dengan menggunakan two sample Kolmogorov-Smirnov test untuk menentukan hubungan antara status gizi dan asupan nutrisi harian adalah p=1,000 (BB/U)., p=0,461(TB/U), dan p=0,799 (IMT).
Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan kalori harian dan status gizi pada anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids.

Background : Nutritional Problem has been one of many health problems which are faced by Indonesian people until now. Various programmes have been launched by the government to overcome this problem but still have not get significant result. To handle this nutritional problem, we need to understand completely about all factors influnce the nutritional status. One of those key factors is daily calorie intake.
Method: This research conducted on 73 schoolaged children who were registered in KampungKids Foundation using crosssectional method. Data collected were gender, age, weight, height, body mass index (BMI) and daily calorie intake. Nutritional status was measured by using CDC percentile curve. In other hand, daily calorie intake data were collected by interviewing. The data then were analyzed with SPSS 11.5 software.
Result : The height average (132,09cm) and weight average (27,07kg) were not ideal according to Nutritional Sufficiency Value (AKG) 2004. Most of the respondent had normal nutritional status for all indicators : 50,7% for (Body Weight/Age), 71,2% for (Body Height/ Age), and 63% for (BMI/Age). Most of respondents had normal daily calorie intake (60,3%). Analysis of variables using two sample Kolmogorov-Smirnov test to find the association between daily calorie intake and nutritional status gave results, p=1,000 (BW/A), p=0,461(BH/A), and 0,799 (BMI).
Conclusion : There is no significant association between daily calorie intake and nutritional status among school-aged children in Kampung Kids Foundation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Salim S Alatas
"Status gizi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah asupan nutrien, baik makronutrien dan mikronutrien. Dalam penelitian ini, saya ingin mengetahui bagaimana tingkat status gizi dan hubungannya dengan asupan kalsium harian pada anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids. Penelitian ini menggunakaan desain cross sectional analitik. Data diambil pada 18 Oktober 2009 dengan jumlah repsonden sebesar 73 responden. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat asupan kalsium harian pada anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids yang tergolong kurang sebanyak 64 responden (87,67%), normal sebanyak 8 responden (10,96%) dan tergolong lebih 1 orang (1,37%). Berdasarkan tingkat status gizi, sebanyak 35 responden (47,9%) memiliki status BB/U kurang, sebanyak 37 responden (50,7%) memiliki status BB/U baik dan sebanyak 1 responden (1,4%) memiliki status BB/U yang tergolong lebih. Sedangkan berdasarkan indikator TB/U, sebanyak 21 responden (28,8%) memiliki status TB/U kurang dan sebanyak 52 responden (71,2%) memiliki status TB/U baik. Berdasarakan BMI (BB/TB), sebanyak 27 responden (37%) memiliki status BMI kurang dan sebanyak 46 responden (63%) memiliki status BMI yang tergolong baik. Dengan menggunakan uji two-sample Kolmogorov-Smirnov test dan uji Fisher?s Exact Test, didapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara status gizi berdasarkan BB/U (p=1,000), TB/U (p=1,000), dan BB/TB (p=1,000) dengan tingkat asupan kalsium harian.

The nutritional status is influenced by many factors, such as the balanced intake of macronutrient and micronutrient. In this study, I would like to do research about the nutritional status level and its association with the calcium daily intake level at school aged children at Yayasan Kampung Kids. The design of this study was analytical cross sectional. This study was held on 18th October 2009 and involving about 73 respondent. The result showed that the number of students with low calcium daily intake level were 64 people (87,67%), with normal calcium daily intake level were 8 people (10,96%), and with high calcium daily intake level only 1 people (1,37%). According to the level of nutritional status (weight for age), children in Kampung Kids, there were 35 people (47,9%) categorized underweight, there were 37 people (50,7%) in normal range, and there was 1 people (1,4%) categorized overweight. In addition, according to the height for age status, there were 21 people (28,8%) categorized short stature but most of them ( 71,2%) were in normal range and for weight for height status (BMI), most of them also were in normal range (63%) and the less were categorized into underweight (37%). The data retrieved and then processed by using Two-sample Kolmogorov-Smirnov Test and Fisher?s Exact Test, which gave result that weren?t have significant correlation between nutritional status indicators (weight for age, p= 1,000), height for age (p=1,000), and weight for height (p=1,000) and the calcium daily intake level among school aged children at Yayasan Kampung Kids."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Winson Jos
"Latar belakang: Saat ini kondisi status gizi anak usia sekolah di Indonesiacukup memprihatinkan. Hal ini terlihat dari data Departemen Kesehatan (2004), bahwa pada tahun 2003, bahwa 27,5% anak Indonesia kurang gizi. Untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010, diperlukan perbaikan pada semua aspek kesehatan termasuk status gizi. Program perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang berkaitan erat dengan kebersihan diri diharapkan dapat meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kebersihan diri dan pada akhirnya akan meningkatkan status gizi msyarakat pula. Akan tetapi, belum terdapat bukti yang jelas yang membahas keterkaitan langsung antara tingkat pengetahuan menjelaskan hubungan antara hubungan tingkat pengetahuan mengenai kebersihan diri dengan status gizi khususnya pada kelompok anak usia sekolah.
Metode: Penelitian ini dilakukan terhadap 78 anak usia sekolah di bawah binaan Yayasan X, penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional untuk menilai tingkat pengetahuan responden, kondisi status gizi di Yayasan X, dan mencari hubungan di antara keduanya.
Hasil: Jumlah subjek laki-laki pada penelitian ini (45 anak)lebih banyak dibanding jumlah subjek perempuan (33 anak) Usia rata-rata anak tersebut adalah 10,10 tahun ± 1,43 tahun, dengan berat badan rata-rata 26,18 kg ± 5,55kg dan tinggi badan rata-rata 130,67cm ± 8,32cm. Semua data yang didapat dianalisis dengan menggunakan Chi-square test untuk melihat ada tidaknnya hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri dengan status gizi pada anak usia sekolah di Yayasan X. Dari hasil uji tersebut diketahui bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri dan status gizi yang diukur berdasarkan indikator persenti berat badan terhadap umur (p=0, 212), tinggi badan terhadap umur (p = 0,318), dan persentil body mass index(p = 0,117). Akan tetapi, dapat dilihat bahwa anak dengan tingkat pengetahuan yang baik cenderung memiliki status gizi yang baik pula.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri dengan status gizi pada anak usia sekolah, namun terlihat adanya efek positif dari kebersihan diri dalam kaitannya dengan status gizi.

Background: Nowadays, nutritional status of school-aged children in Indonesia is devastating. According to Ministry of Health (2004), in 2003 27,5% of Indonesia children is undernourished. In order to achieve the vision of Indonesia Sehat 2010, a full sector improvement is required, including improvement of nutritional status in school-aged children. The Healthy and Hygiene Lifestyle Programme (Program Perilaku Hidup bersih dan Sehat) which include personal hygiene improvement is expected to be able to improve the nutritional status in Indonesia. However, there are no sufficient evidence proving the effectiveness of personal hygiene improving nutritional status, especially in school-aged children group.
Methods: The research was conducted in X Foundation, with 78 school-aged children as the subjects. This research uses cross-sectional designed to identify the personal hygiene knowledge of subjects, nutritional status of subjects, and associationbetween the personalhygiene knowledge and nutrional status.
Result: The total of male subjects (45 kids) is more than the total of female subjects (33 kids). The avarage age for the subject is 10,10 years old ±1,43 years old, the avarage weight for the subject is 26,18kg ± 5,55kg, and the avarege height for the subject is 130,67cm ± 8,32cm. The collected data is analyzed usingchi-square test to prove the association between personal hygiene knowledge and nutritional status in school-aged children in KampungKids Foundation. The result shows there is no significant association between personal hygiene knowledge and nutritional status indicators, such as, weight-age-percentils (p=0,212), height-age-oercentils (p = 0,318), dan body mass index percentils(p = 0,11 7). However, school-aged children with better personal hygiene knowledge tend to have better nutrional status.
Conclusion: There are no significant association between hygiene knowledge and nutritional status of school-aged children in X Foundation. However, personal hygiene knowledge shows positive benefits to improve nutritional status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Nur Pratiwi
"Pentingnya gizi pada anak usia sekolah yang akan memengaruhi Indeks Pengembangan Manusia (IPM) atau HDI (Human Development Index) sebuah negara masih belum disadari oleh banyak masyarakat Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih banyaknya kasus gizi buruk pada anak usia sekolah yang terjadi di Indonesia termasuk Jakarta sebagai ibukota negara. Banyak faktor yang memengaruhi status gizi anak salah satunya pengetahuan yang kemudian akan memengaruhi asupan makanan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status gizi dan hubungannya dengan tingkat pengetahuan mengenai masalah kekurangan zat gizi dalam hal ini vitamin C pada anak usia sekolah di yayasan Kampung Kids pada tahun 2009.
Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional. Data yang dikumpulkan pada tanggal 18 Oktober 2009 berupa data antropometri untuk mengetahui status gizi dan wawancara kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan mengenai masalah kekurangan vitamin C dan subjek yang dipilih adalah anak usia sekolah yang terdaftar di yayasan Kampung Kids pada tahun 2009 dan hadir saat pengambilan data. Data antropometri dan skor wawancara kuesioner selanjutnya dianalisis dengan menggunakan chi-square untuk mengetahui hubungan status gizi dengan tingkat pengetahuan mengenai masalah kekurangan vitamin C.
Hasil menunjukkan dari 78 subjek (46 perempuan dan 32 laki-laki) rata-rata anak memiliki berat badan 26 kg dan tinggi 130cm. Hasil juga menunujukkan bahwa 40 anak (51,3%) berstatus gizi kurang berdasar indikator BB/U, 25 anak (35,1%) berstatus gizi kurang berdasar indikator TB/U (bertubuh pendek), dan 30 anak (38,5%) berstatus gizi kurang berdasar indikator BB/TB. Namun sebagian besar anak (71,8% atau 56 orang) memiliki tingkat pengetahuan kurang mengenai masalah kekurangan vitamin C. Berdasarkan uji chi-square disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi berdasar BB/U (p=0,718), TB/U (p=0,571), dan BB/TB (p=0,781) dengan tingkat pengetahuan mengenai masalah kekurangan vitamin C.

The importance of nutrition of childschool which can affect the Human Development Index (HDI) in one country has not been realized by many people in Indonesia. That is showed by so many bad nutrition cases in Indonesia including Jakarta as the capital city of Indonesia. Many factors that affect nutritional status of childschool student one of them is knowledge which can affect the intake of nutrion. Thus, this study is aim to know the nutrion status and its correlation with the level of knowledge about the deficiency of vitamin C in childschool age in Yayasan Kampung Kids 2009.
This study use cross sectional method.Data was retrieved on October 18th, 2009. The data is the result of antropometric physical examination which in use to know the nutrional status and questionaire interview which in use to know the level of knowledge about the deficiency of vitamin C. The subject in this study is childschool age who registered in yayasan Kampung Kids in 2009 an was attending when the data was retrieved. Antropometric and score of questionaire then was analyzed by chi-square to know the correlation between nutrional status and the level of knowledge about the deficiency of vitamin C.
The result showed that from 78 subject (46 female and 32 male) the average of them has 26 kg mass and 130 cm tall. This study also showed that 40 child (51.3%) have undernutrioned according to the weight for age index, 25 child (35.1%) have short stature according to the height for age index, and 30 child (38.5%) were thin according to the weight for height index. Most of them (71.8% or 56 child)have low level of knowledge about deficiency of vitamin C.According to chi-square analysis this conclude that there are no correlation between nutrional status according to weight for age index (p=0.718), height for age index (p=0.571), and wight for height age index (p=0.781) with the level of knowledge about deficiency of vitamin C.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pradita Sari
"Berdasarkan kriteria WHO, menurut Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% anak Indonesia kurang gizi, 19,2% anak Indonesia mengalami gizi kurang dan 8,3% anak Indonesia mengalami gizi buruk. Salah satu asupan gizi yang diperlukan dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak adalah kalsium. Kurangnya asupan kalsium pada anak-anak akan meningkatkan risiko rapuhnya tulang pada anak, sehingga anak tidak dapat mencapai pertumbuhan tulang secara optimal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status gizi anak sekolah usia 10-12 tahun dan hubungannya dengan asupan kalsium dari makanan sebagai salah satu upaya pencegahan dan penanganan masalah gizi.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data antopometri untuk mengetahui status gizi dan wawancara survei konsumsi makanan (FFQ) untuk mengetahui asupan kalsium serta subjek penelitian yang dipilih adalah 68 anak sekolah usia 10-12 tahun di SDN X, Kampung Serang, Bekasi. Persentil status gizi dan asupan kalsium dianalisis dengan menggunakan uji Fisher untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan asupan kalsium dari makanan.
Dari penelitian di dapatkan data bahwa responden yang memiliki gizi kurang sebanyak 51,5% (BB/U), 50% (TB/U) dan 22,1% (IMT/U). Hampir seluruh responden yaitu sebanyak 67 anak memiliki asupan kalsium dari makanan yang kurang. Berdasarkan uji Fisher didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara status gizi berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan IMT/U dengan asupan kalsium dari makanan.

Based on WHO criteria and Ministry of Health (2004), in 2003, there are about 27.5% Indonesian's children who lack of nutrition, 19.2% who suffer nutrition deficiency, and 8.3% who suffer malnutrition. One of the nutrition needed in the period of growing for children is calcium. The lack of calcium in children will increase the risk of bone fragility, so they can not reach the bone growth optimally.
The objective of this research is to know the nutrition status in 10-12 years old-students and the relation with calcium intake from food as one of the way to prevent and handle the nutrition problem.
This research uses cross sectional design. Data needed by this research are anthopometry data to know the nutrition status and also FFQ to know the calcium intake. The subjects of this research are 68 students between 10-12 years old in SDN X, Kampung Serang, Bekasi. Nutrition status percentile and calcium intake are analyzed by using Fischer test to know the relation between them.
This research gets that respondents who lack of nutrition are about 51.5% (BB/U), 50% (TB/U), and 22.1% (IMT/U). Almost all respondents about 67 children, lack of calcium intake from food. Fischer test gets that there is no meaningful relationship between nutrition status by BB/U, TB/U, and IMT/U indicator with calcium intake from food.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Defitra Nanda Sasmita
"Pendahuluan: Masalah kekurangan gizi masih menjadi permasalahan utama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu indikatornya adalah status gizi. Asupan vitamin A dari makanan termasuk salah satu dari masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat status gizi anak usia 10-12 tahun dan hubungannya dengan asupan vitamin A dari makanan.
Metode: Penelitian menggunakan data primer dengan desain cross-sectional di SDN 03 Taman Rahayu, Kabupaten Bekasi, pada 11-12 Januari 2011. Sampel dipilih dengan non probability-consecutive sampling pada semua anak berusia 10-12 tahun di lokasi yang memenuhi kriteria inklusi. Dilakukan pengambilan data umum, antropometri, dan wawancara konsumsi makanan menggunakan Food and Frequency Questionnaire (FFQ) 1 week recall. Status gizi didapatkan dari data antropometri dengan indikator BB/TB, BB/U, TB/U. Asupan vitamin A dari data FFQ yang diolah dengan nutrisurvey. Hubungan kedua variabel ini dianalisis dengan uji hipotesis komparatif kategorik.
Hasil: Dari 68 orang responden, 16,2% responden memiliki status gizi kurang berdasarkan indikator IMT/U, 41,2% berdasarkan TB/U, 44,1% berdasarkan BB/U. 95,6% responden mendapapatkan asupan vitamin A berlebih dari makanan, dengan asupan rata-rata 256,3% AKG. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan dari status gizi dan asupan vitamin A dari makanan pada penelitian ini.

Introduction: Nutrient deficiency still being a major problem in developing country like Indonesia. One of the indicator is nutrient status. Vitamin A intake from food is one of those problem. This study aimed to see the nutrient status of 10-12 y.o children and its relationship with vitamin A intake from food.
Methods: This study use primary data with cross-sectional design in SDN 03 Taman Rahayu, Kabupaten Bekasi on January 11th-12th 2011. Sample choosed with non probability-consecutive sampling to all children aged 10-12 y.o in location which fulfill the inclusion criteria.From the responden, we input the general data, antropometri, and food consumption interview by using Food and Frequency Questionnaire (FFQ) 1 week recall. From antropometri data we got responden nutrient status with indicator BMI/Age, Height/Age, and Weight/Age. From FFQ data we got vitamin A intake from food. Relationship between both variable analyzed by hypothetical comparative categoric test.
Result: From 68 responden, 16.2% were in poor nutrient status based on BMI/Age, 41.2% on Height/Age, 44.1% on Weight/Age. 95.6% responden were in excess vitamin A intake from food, with the average intake 256.3% RDA. No significant relationship between nutrient status and vitaminn A intake from food in this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Tobing, Rodry Mikhael
"Prevalensi status gizi kurang pada anak usia sekolah di Indonesia masih cukup tinggi. Status gizi anak usia sekolah salah satunya ditentukan oleh asupan nutrien, di mana konsumsi jajanan di sekolah memberikan asupan nutrien dalam jumlah yang cukup besar. Pengetahuan anak usia sekolah mengenai kebiasaan jajan dapat berimplikasi pada perilaku jajan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran status gizi berdasarkan indikator BB/U, TB/U, dan IMT/U, tingkat pengetahuan anak usia sekolah mengenai kebiasaan jajan serta hubungan keduanya. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional menggunakan data primer yang diambil dari anak sekolah usia 6-14 tahun di Yayasan X, Pejaten, Jakarta Selatan, pada tanggal 18 Oktober 2009. Sampel diambil menggunakan metode total sampling. Data yang diambil berupa data umum, data antropometrik serta data pengetahuan mengenai kebiasaan jajan menggunakan kuesioner.
Jumlah subyek penelitian adalah sebanyak 78 orang dengan rata-rata berusia 10,10 ± 1,43 tahun. Dari pengukuran antropometrik didapatkan rerata berat badan 26,18 ± 5,55 kg dan rerata tinggi badan 130,67 ± 8,32 cm. Persentasi subyek dengan status gizi kurang berdasarkan BB/U sebanyak 51,3%, berdasarkan TB/U sebanyak 32,1% dan berdasarkan IMT/U sebanyak 38,5%. Nilai tengah skor pengetahuan subyek mengenai kebiasaan jajan adalah 6 (1-10), di mana sebanyak 41% subyek memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Dengan menggunakan uji Chi Square antara tingkat pengetahuan mengenai kebiasaan jajan dan status gizi berdasarkan IMT/U, didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,026 (p<0,05). Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai kebiasaan jajan dengan status gizi berdasarkan IMT/U pada anak usia sekolah di Yayasan X, Pejaten, Jakarta Selatan tahun 2009.

Prevalence of poor nutritional status among school-age children in Indonesia remains high. Nutrient intake is one of factors that determine school-age children nutritional status, and the consumption of snacks at school-environment provides large amount of nutrient intake. Their knowledge about snack habits implicate on their daily snack behavior. This study was conducted to determine the distribution of nutritional status based on indicators WAP, HAP, and BMI, the knowledge of school-age children about snack consumption and their association. This study was conducted with a cross sectional design using data taken from primary school children aged 6-14 years in the Yayasan X, Pejaten, Jakarta Selatan, on October 18, 2009. Samples were taken using the total sampling method. Data was taken in the form of common data, anthropometric data and knowledge level about snack consumption using a questionnaire.
Total subjects were 78 people with an average age of 10.10 ± 1.43 years. Anthropometric measurements obtained resulted mean weight 26.18 ± 5.55 kg and mean height 130.67 ± 8.32 cm. Percentage of subjects with poor nutritional status based on WAP as much as 51.3%, based on the HAP as much as 32.1% and based on the BMI as much as 38.5%. The mean score of knowledge about snack consumption habits is 6 (1-10), where as many as 41% of subjects had poor knowledge level. The Chi Square test were used to measure the association between the knowledge about the snack consumtpion and nutritional status. Probability value of 0.026 (p <0.05) was obtained based on BMI and knowledge-level. There is an association between the knowledge snack consumption and nutritional status based on BMI / U on school-age children in the Yayasan X, Pejaten, Jakarta Selatan in 2009.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Millati Samha Arrasuli
"Asupan cairan dibutuhkan setiap hari dalam jumlah yang adekuat agar tubuh dapat berfungsi dengan baik dan mencegah timbulnya dampak buruk dehidrasi di mana dampak tersebut dapat berpengaruh besar terutama pada anak ndash anak karena sedang berada dalam proses tumbuh kembang Pengetahuan yang baik tentang asupan cairan diharapkan akan meningkatkan kesadaran individu untuk memenuhi kebutuhan asupan cairan harian dan terhindar dari risiko dehidrasi Tujuan penelitian ini adalah mengetahui asupan cairan dan hubungannya dengan tingkat pengetahuan pada anak usia 7 ndash 9 tahun di Yayasan Kasih Keluarga Pejaten Rancangan penelitian ini adalah studi cross sectional dengan metode pengambilan sampel total population Proses pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 27 Januari 2012 ndash 29 Januari 2012 melalui pemberian kuesioner untuk tingkat pengetahuan tentang asupan cairan pada hari pertama dan catatan asupan cairan harian 2x24 jam selama dua hari berikutnya Setelah proses analisis data dari 31 subjek penelitian dengan 16 anak diantaranya berjenis kelamin perempuan hasil menunjukkan bahwa 9 dari 16 anak perempuan dan 7 dari 15 anak laki ndash laki memiliki tingkat pengetahuan tentang asupan cairan yang cukup Asupan cairan adekuat diperoleh dari 13 anak perempuan dan 11 anak laki ndash laki Secara keseluruhan asupan cairan adekuat diperoleh dari 3 anak dengan tingkat pengetahuan baik 15 anak berpengetahuan cukup dan 6 anak berpengetahuan kurang Uji Fischer menunjukkan adanya hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan asupan cairan p 0 007 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan anak usia 7 ndash 9 tahun berhubungan dengan asupan cairan mereka sehari ndash hari.

Adequate fluid intake is needed daily for everybody in order to function optimally and to prevent negative impacts of dehydration particularly in children who are still growing up A good knowledge about fluid intake is expected to raise one rsquo s awareness to fulfill one rsquo s daily need of fluid intake as well as exempted from risks of dehydration The objective of this study is to determine the fluid intake and its relationship with knowledge level in children aged 7 ndash 9 years old at Yayasan Kasih Keluarga Pejaten Using cross sectional research design and total population sampling the data were collected on January 27th ndash 29th 2012 by giving questionnaires about knowledge of fluid intake on the first day and 2x24 hours record of fluid intake for the next two consecutive days Data analysis from 31 subjects which 16 of them are girls shows that 9 out of 16 girls and 7 out of 15 boys have fair knowledge about fluid intake Adequate amount of fluid intake is obtained from 13 girls and 11 boys In general adequate fluid intake is obtained from 3 children with good knowledge 15 children with fair knowledge and 6 children with poor knowledge Fischer test shows that there is a relationship between fluid intake and knowledge level p 0 007 In conclusion knowledge level of fluid intake in children aged 7 ndash 9 years old is related to their daily fluid intake."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>