Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79455 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anyi Salim
"Pencemaran udara dalam ruang (indoor air polution) dapat memberikan dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Polutan utama dalam indoor air polution adalah gas formaldehida. Adsorpsi dengan karbon aktif efektif dapat digunakan untuk mengurangi kadar formaldehida dalam ruangan. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan karbon aktif dengan menggunakan bambu petung Indonesia untuk dikarbonasi dan selanjutnya diaktivasi kimia dengan KOH. Hasil karbon aktif lalu ditempelkan dengan partikel nano Ag.
Dari hasil uji luas permukaan untuk karbon dengan aktivasi fisika (KAF) diperoleh 205 m2/g dan aktivasi kimia sebesar (KAK) 698,8 m2/g. Selanjutnya Penambahan partikel nano Ag pada karbon aktif juga meningkatkan luas permukaan sebesar 12,3% yaitu pada karbon aktif dengan aktivasi kimia yang telah ditambahkan partikel nano Ag (KAK-Ag) menjadi 784,5 m2/g.
Uji adsorpsi menunjukkan bahwa pada konsentrasi kesetimbangan sekitar 20 ppm, karbon aktif dengan aktivasi kimia dan penambahan partikel nano Ag (KAK-Ag) mengadsorpsi sebesar 0,0335 mg/g, karbon aktif dengan aktivasi fisika dan penambahan partikel nano Ag (KAF-Ag) mengadsorpsi sebesar 0,0254 mg/g dan karbon aktif dengan aktivasi fisika (KAF) mengadsorpsi sebesar 0,0181 mg/g sehingga adanya penambahan nano partikel Ag meningkatkan kapasitas adsorpsi sebesar 40%.

Indoor air polution can give harmful effects to human health. The main pollutans in indoor air pollution is formaldehyde gas. Adsorption by activated carbon can be effectively used to reduce indoor formaldehyde levels. In this research, the manufacture of activated carbon using bamboo petung Indonesia to carbonation and then chemically activated with KOH. The results of the activated carbon then added with Ag nano particles.
From the test results the surface area for activated carbon by activation of physics (KAF) obtained 205 m2/g and chemical activation (KAK) of 698,8 m2/g. Further addition of Ag nano particles on activated carbon also increases the surface area 12,3% for activated carbon with chemical activation added Ag nano particles (KAK-Ag) to 784,5 m2/g.
Adsorption test showed that the equilibrium concentration of about 20 ppm, Activated Carbon with chemical activation and addition of nano Ag particle (KAK-Ag) adsorbs at 0,0335 mg/g, Activated Carbon with physical activation and addition of nano Ag particle (KAF-Ag) adsorbs at 0,0254 mg/g and Activated Carbon with Physical activation (KAF) adsorbs at 0,0181 mg/g, so with addition of nano Ag particle can increases adsorption capacity by 40%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43917
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wara Dyah Pita Rengga
"Formaldehida merupakan salah satu polutan gas yang menyebabkan gangguan kesehatan sampai tingkat kanker nasofaring. Sintesis karbon aktif berbentuk serbuk dari bambu Petung dengan aditif nanopartikel perak atau tembaga digunakan sebagai penjerap polutan. Kemampuan adsorpsi formaldehida dalam sistem tumpak dan sistem sinambung digunakan untuk mendapatkan model adsorpsi formaldehida.Hasil analisis menunjukkan bahwa karbon aktif dengan aditif nanopartikel Perak mempunyai luas permukaan 683 m2/g, diameter pori rata-rata 2,7 nm (mesopori dan mikropori), ukuran nanopartikel 2-6 nm dan terdapat gugus hidroksil pada permukaan karbon.
Sifat dan kemampuan karbon aktif dengan aditif nanopartikel Perak menunjukkan hasil yang lebih baik daripada karbon aktif dengan nanopartikel Tembaga. Kemampuan adsorpsi formaldehida pada karbon aktif dengan aditif nanopartikel Perak mencapai 2,7 kali lebih tinggi daripada karbon aktifnya dengan kapasitas maksimal 150 mg/g sesuai dengan model Langmuir. Formaldehida mengalami oksidasi katalitik pada permukaan nanopartikel Perak sesuai dengan Model Langmuir Hinshelwood bimolekuler. Kurva breakthrough adsorpsi dapat dimodelkan secara tepat menggunakan Model Thomas. Hasil adsorpsi formaldehida dalam udara digunakan untuk melakukan simulasi adsorpsi dengan campuran gas lain dan memperkirakan kebutuhan jumlah karbon aktif dalam ruangan.

Formaldehyde is one of gas pollutant that cause health problems such as nasopharyngeal cancer. Synthesis of activated carbon powder from bamboo Petung with silver or copper nanoparticles additive used as pollutant adsorbents. Formaldehyde adsorption capacity in batch and continuous systems were used to obtain formaldehyde adsorption models. The analysis show that the activated carbon modified with silver nanoparticle has a surface area of 683 m2/g, an average pore diameter of 2.7 nm (mesoporous and microporous), the size of the nanoparticles is 2-6 nm and posess hydroxyl groups on its carbon surfaces.
The activated carbon modified with silver nanoparticle shows better properties and capabilities than the activated carbon modifed with nanoparticles Copper. Formaldehyde adsorption capacity of the activated carbon modified with silver nanoparticle reached 2.7 times as that of the activated carbon without, with a maximum capacity of 150 mg/g estimated from the Langmuir model. Catalytic oxidation of formaldehyde into CO2 occurs on the surface of Ag nanoparticles according to the bimolecular Langmuir Hinshelwood model. The breakthrough adsorption curves have been well represented using Thomas model. The results of formaldehide adsorption can be used to perform an adsorption simulation containing other component gas mixture and used to estimate the activated carbon needed for indoor application.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
D2137
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Tias Miranti
"Pada penelitian pembuatan karbon aktif dari bambu ini digunakan metode aktivasi kimia dengan menggunakan variasi activating agent, yakni H3PO4 dan KOH dengan rasio massa activating agent/massa karbon 1/1, 2/1, dan 3/1. Aktivasi dilakukan pada temperatur 700oC selama 1 jam. Luas permukaan tertinggi yang direpresentasikan dengan bilangan iodin sebesar 772,08 mg/g diperoleh dengan aktivasi menggunakan H3PO4 dengan rasio massa activating agent/massa karbon 3/1, sedangkan aktivasi menggunakan KOH diperoleh bilangan iodin tertinggi sebesar 744,92 mg/g dengan rasio massa activating agent/massa karbon 3/1. Sebagai pembanding, juga dilakukan pembuatan karbon aktif dengan metode aktivasi fisika dan diperoleh bilangan iodin karbon aktif sebesar 283,38 mg/g.

This research aims to produce activated carbon from bamboo as the raw materials. In this research controlled by the activation method using variation of activating agent, H3PO4 and KOH with a mass ratio of activating agent/carbon mass are 1/1, 2/1, and 3/1. It also performed at 700°C activation temperature for 1 hour. The highest iodine number of 772.08 mg/g obtained by activation using H3PO4 with a mass ratio of activating agent/carbon mass 3/1, whereas activation with KOH obtained the highest iodine number of 744.92 mg/g with a mass ratio of activating agent/carbon mass 3/1. For comparison, the study was also carried out the manufacture of activated carbon by physical activation method and the iodine number of activated carbon obtained at 283.38 mg/g."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43804
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmita Diansari
"Masker karbon aktif yang selama ini digunakan untuk pencegah timbulnya masalah kesehatan dari asap kebakaran hutan masih mahal dengan harga Rp. 55.000,-/pcs dan belum terbukti efektivitasnya. Penelitian ini dilakukan untuk membuat filter masker karbon aktif yang berasal dari bambu betung, bahan yang murah namun juga mampu untuk menyerap polutan berbahaya tersebut. Penelitian ini memvariasikan jenis aktivasi karbon aktif dan bahan perekat dalam coating karbon aktif pada masker.
Berdasarkan uji adsorpsi polutan dan karakterisasi FESEM, didapatkan bahwa variasi terbaik ialah masker dengan karbon aktif jenis aktivasi kimia dan berbahan perekat TEOS. Hasil karakterisasi FESEM juga menunjukkan karbon aktif telah terlapisi secara baik pada masker.
Berdasarkan uji Bilangan Iod, karbon aktif dari aktivasi kimia memiliki luas permukaan yang lebih besar yaitu sebesar 1416.50 m2/g. Nilai luas permukaan yang tertinggi ini juga sebanding dengan kinerja saat mengadsorpsi polutan CO dengan persentase eliminasi sebesar 91.93%. Filter masker yang dibuat pada penelitian ini terbukti memiliki kinerja lebih baik dalam mengeliminasi gas CO dibandingkan dengan filter masker komersial.

Activated carbon based gas mask that was used nowadays as a solution for health problem from wild fire smoke is still expensive, about Rp 55,000,-. The effectiveness of it is still unknown as well. This experiment is conducted to fabricate activated carbon based gas mask filter that is made from betung bamboo, cheap raw material but efficient enough to adsorp dangerous pollutant. The experiment has some variation, such as activation type of activated carbon and the adhesive for coating to the fabric mask.
Based on the pollutant adsorption test and FESEM Characterization obtain that the best variation is chemically activated carbon based gas mask with TEOS as the adhesive. TEOS was better adhesive since it adhere well and better that kanji.
Based on Iod number test, activated carbon from chemical activation had higher surface area, 1416.50 m2/g. This high surface area is proportional to its performance with 91.93% elimination. Gas mask filter which was produced was proven has better performance of CO pollutant elimination than the commercial gas mask filter.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria S. Melania
"Penelitian ini membahas produksi karbon aktif berbahan baku bambu dengan metode aktivasi menggunakan larutan KOH pada suasana gas nitrogen untuk mengontrol pembentukan pori karbon aktif. Aktivasi kimia dilakukan dengan rasio massa KOH : massa karbon yaitu 3:1 pada suhu 600°C, 700°C, dan 800°C selama 30 menit dan 60 menit. Sebagai pembanding dilakukan aktivasi fisika tanpa penambahan activating agent pada suhu 700°C selama 60 menit. Luas permukaan paling tinggi sebesar 802,60 mg/g (sekitar 824,83 m2/g) diperoleh dari aktivasi kimia selama 30 menit pada suhu 800°C, sedangkan luas permukaan paling rendah sebesar 283,39 mg/g (sekitar 291,23 m2/g) diperoleh dari aktivasi fisika.

This research is about production of activated carbon made from raw bamboo with activation method using KOH as activating agent in an atmosphere of nitrogen gas to control pores formed in the activated carbon. Chemical activation was done with mass ratio of activating agent : carbon is 3:1 on 600°C, 700°C, and 800°C for 30 minutes and 60 minutes, and physical activation was done without using activating agent on 700°C for 60 minutes. The highest surface area, 802,60 mg/g (about 824,83 m2/g), was obtained by KOH activation on 800°C for 30 minutes, and the lowest, 283,39 mg/g (about 291,23 m2/g), was obtained by physical activation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43339
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gamal Pahlevi
"Angka kematian yang disebabkan oleh asap dan gas beracun pada kasus kebakaran di seluruh dunia mencapai 85% (Wang, et al. 2007). Untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya dapat dilakukan dengan pemasangan penjernih asap kebakaran dengan bahan adsorben berupa karbon aktif. penelitian ini akan dilakukan dengan menguji performa adsorben karbon aktif (KA) komersial "Jacobi" dengan nilai bilangan iodine sebesar 1000 mg/g. Karbon aktif komersial ini kemudian digunakan untuk mengetahui performa karbon aktif dengan berbagai variasi ukuran dan massa dalam mengadsorpsi gas CO dan menjernihkan asap kebakaran dalam model ruang untuk mengetahui variasi ukuran dan massa partikel yang optimal untuk penjernihan asap. Model ruang yang digunakan adalah chamber berukuran 40 x 40 x 120 cm dengan pembakaran tisu menggunakan solder sebagai simulasi asap kebakaran. Sampel Asap tersebut diuji menggunakan ruang asap dengan sensor infra merah dan CO analyzer sehingga kandungan emisi di dalamnya dapat diketahui.

Number of deaths caused by smoke and toxic gases in fire cases worldwide reached 85 Wang et al 2007 To overcome this problem one of which that can be done is the installation of smoke purifier with adsorbent materials such as activated carbon This research will be carried out by testing the performance of activated carbon adsorbent KA commercial Jacobi with the numeric value of iodine 1000 mg g Commercial activated carbon is then used to determine the performance of activated carbon with different variations in the particle sizes and masses to clear fire smoke and adsorb CO gas in a chamber model to determine optimal variations in the size and mass of the particles for smoke purification The model used is the chamber space with dimension as 40 x 40 x 120 cm with a tissue burned inside by smoldering process as a fire smoke simulation Smoke samples were tested in a smoke chamber with infrared sensors and CO emissions analyzer so that the content in it can be known."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55070
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Anggriany
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh karbon aktif berbahan dasar tempurung kelapa sawit dengan bahan pengaktif ZnCl2 terhadap penurunan konsentrasi gas CO serta penjernihan asap kebakaran. Proses aktivasi dilakukan secara kimia dan fisika. Karbonisasi dilakukan pada suhu 400oC selama 2 jam lalu dilanjutkan dengan aktivasi kimia dengan ZnCl2 dengan konsentrasi 25%. Aktivasi fisika dilakukan dengan mengalirkan gas N2 selama 1 jam pada suhu 850 ºC dan dilanjutkan dengan mengaliri gas CO2 selama 1 jam pada suhu 850 ºC.
Penelitian ini menghasilkan karbon aktif yang memenuhi Standar Industri Indonesia dengan luas permukaan sebesar 743 m2/gram, kadar air 14,5%, dan kadar abu total 9,0%. Selain itu karbon aktif yang dihasilkan juga dapat diaplikasikan untuk mengadsorpsi gas CO dari hasil kebakaran dengan persen adsorpsi gas CO sebesar 11,3% pada ukuran partikel 50-37 μm.

This research was conducted to determine the effect of activated carbon made from coconut palm with ZnCl2 as activating agent to decrease the concentration of CO gas and fire fumes purification. The activation process is done chemically and physically. Carbonization was carried out at 400oC for 2 hours and then followed by chemical activation with ZnCl2 at concentrations of 25%. Physical activation is done by flowing N2 gas for 1 hour at 850ºC and followed by flowing CO2 gas for 1 hour at 850ºC.
This research produces activated carbon which follows Indonesian Industry Standard with surface area 743 m2/gram, water content 14.5%, and total ash content 9.0%. The activated carbon produced can also be applied to adsorb CO gas from the fire with the percent adsorption of CO gas by 11.3% in the particle size of 50-37 μm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Bayu Perdana
"Gas alam adalah sumber energi alternatif sebagai bahan bakar gas pada kendaraan bermotor maupun industri. Dikarenakan rendahnya nilai kalor dari gas alam yang hanya bernilai 40 kJ/L, sedangkan nilai kalor bahan bakar minyak, yaitu 3.5x104 kJ/l. Maka, dibutuhkan teknologi penyimpanan yang mampu meningkatkan nilai berat jenis dari gas alam. Adsorbed Natural Gas (ANG) adalah teknologi yang mampu menyimpan gas alam dengan tekanan tabung vessel yang lebih rendah, yaitu sekitar 3.5 – 4 MPa, jika dibandingkan dengan teknologi konvensional yang sudah banyak digunakan, yaitu Compressed Natural Gas (CNG) dimana tekanan tabung vesselnya mencapai 20 MPa. Proses adsorpsi menggunakan karbon aktif sebagai bahan penyerap (adsorben) dan gas metana sebagai bahan yang diserap (adsorbat). Pasangan adsorben dan adsorbat ini akan diuji coba dengan proses adsorpsi maupun desorpsi dengan melihat nilai kapasitasnya (V/V), yaitu volume gas metana yang tersimpan didalam tabung dibanding dengan volume karbon aktif yang digunakan, serta akan dilihat karakteristik temperaturnya pada beberapa titik didalam tabung.

Natural gas is an alternative energy source as a fuel gas for motor vehicles nor industrial use. To use natural gas, a storage vessel technology that could increase natural gas density is needed, it is because the low of calorific value of natural gas which is around 40 kJ/l, while petroleum oil calorific value is around 3.5x104 kJ/l. Adsorbed Natural Gas (ANG) is a technology which could store natural gas at low pressure which is around 3.5 – 4 MPa compared with Compressed Natural Gas (CNG) that reach 20 MPa of pressure. Adsorption process use activated carbon as adsorbent and methane gas as adsorbate. This pair of adsorbent and adsorbate will be experimented with adsorption and desorption process to get the capacity value (V/V) which is the volume of methane gas that stored in the vessel divided by the volume of activated carbon being used, also temperature characteristic inside the vessel on some point will be analyzed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S44002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Jayadi
"ABSTRAK
Salah satu alternatif penyimpanan hidrogen adalah dengan metode adsorpsi menggunakan karbon aktif, karena karbon aktif memiliki kemampuan adsorpsi yang yang besar berkaitan dengan luas permukaan dan ukuran porinya. Untuk meningkatkan daya adsorpsi dari adsorben dapat dilakukan dengan menjadikan sebanyak mungkin porinya yang termasuk kategori micropori sehingga sesuai dengan ukuran molekul hidrogen sebagai adsorbate[28]. Cara yang dilakukan
untuk itu adalah dengan membuatnya menjadi partikel berukuran nano melalui proses ball-milling, selanjutnya dibentuk menjadi padatan melalui penekanan mekanis dengan penambahan likuida lignoselulosa sebagai pengikat dan dilakukan proses aktivasi kembali secara fisika. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pencampuran antara likuida lignoselulosa dan serbuk patikel nano untuk membentuk padatan karbon aktif sangat cocok digunakan dalam perbandingan 3:4 atau 4:4.
Dengan mengubah bentuk karbon aktif granular menjadi padatan partikel nano karbon aktif dan proses aktivasi kembali secara fisika (reaktivasi) mampu meningkatkan kapasitas adsorpsinya terhadap gas hidrogen yakni 0.0014779 kg/kg untuk bentuk granular, 0.0016873 kg/kg untuk bentuk pelet dengan raktivasi 1 jam, 0.0027261 kg/kg untuk bentuk pelet dengan reaktivasi 3 jam, dan 0.0020384 kg/kg
untuk bentuk pelet dengan reatkivasi 6 jam untuk masing-masing kondisi pada tekanan ± 4000 kPa dan suhu -5oC.

ABSTRACT
One of the alternative for hydrogen storing is adsorption method using activated carbon because the activated carbon has big adsorption ability related by the surface area and the pore size. The way to increase the adsorption ability from adsorbent can be done by making as many as the pore which is micro pore category so it will
suitable with the size of hydrogen molecule as a adsorbate[28]. The way is by making it to be a nano particle through ball milling process then it is formed as a solid by using mechanical pressure then it is added by lignocelluloses liquid as a binder and then there is a activation process physically. The result from experiment
is the mixing between lignocelluloses liquid and powder of nano particle activated carbon to make solid of activated carbon very suitable at comparison 3:4 or 4:4. By changing the form of granular activated carbon to nano solid activated carbon and by giving activation process physically (reactivation) can increase the adsorption
capacity of hydrogen gases that is 0.0014779 kg/kg for granular form, 0.0016873 kg/kg for solid form activation in 1 hour, 0.0027261 kg/kg solid form activation in 3 hours, and 0.0020384 kg/kg solid form activation in 6 hours for each in pressure at ± 4000 kPa and temperature at -5oC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1426
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Ferryunov Andie
"Adsorpsi umumnya dapat digunakan untuk penghilangan bau, warna, gas beracun, dan sebagainya. Adsorben yang umum dan banyak digunakan adalah karbon aktif. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan karbon aktif dari bambu betung sebagai bahan baku. Pemilihan bambu betung ini dikarenakan bambu betung merupakan tanaman yang sangat banyak ditemukan di Indonesia dan jumlahnya cukup berlimpah. Selain itu, bambu betung kaya akan kandungan karbon sehingga memiliki kriteria untuk dijadikan bahan baku pembuatan karbon aktif. Penelitian ini menggunakan gas CO2 sebagai aktivator dengan melakukan variasi temperatur aktivasi, 800°C, 850°C, 900°C dan variasi laju alir gas CO2 200 mL/menit, 300 mL/menit, 400 mL/menit. Aktivasi dilakukan selama 1 jam. Bilangan iod tertinggi sebesar 475,25 mg/g diperoleh dengan melakukan variasi temperatur aktivasi 900°C dan laju alir CO2 400 ml/menit. Sebagai pembanding, pada penelitian ini juga dilakukan pengujian bilangan iod terhadap karbon bambu sebelum aktivasi. Bilangan iod untuk karbon ini adalah 190,12 mg/g.

Adsorption generally can be used for removal of odors, colors, toxic gases, etc. Adsorbent that common used is activated carbon. This research purpose to produce activated carbon from betung bamboo as raw material. The selection of betung bamboo as raw material because betung bamboo is a plant that very common in Indonesia and is quite abundant. In addition, betung bamboo has rich carbon content so that it has the criteria to be used as raw materials for activated carbon. This research using CO2 as an activator by varying the activation temperature, 800°C, 850°C, 900°C and variations of flow rate 200 mL/min, 300 mL/min, 400 mL/min. Activation is done for 1 hour. Highest iodine number is 475,25 mg/g by varying the activation temperature 900°C and CO2 flow rate is 400 mL/min. In comparing, this research also test for iodine number of carbon before activation. Iodine number for this sample is 190,12 mg/g."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44268
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>