Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126463 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Audra Syah Rasjid
"Media seperti televisi, radio, media massa, musik, film, dan internet merupakan sarana yang mendukung terjadinya pertukaran atau pergerakan arus budaya di dalam globalisasi. Di dalamnya terdapat berbagai informasi, narasi, dan gambaran mengenai suatu keadaan ruang dan waktu. Terdapat salah satu hal yang sangat terpengaruh oleh media dan globalisasi, yaitu musik. Musik, khususnya musik indie, sangat terpengaruh oleh media dalam mendapatkan sumber inspirasi dalam estetikanya. Penelitian ini mengungkapkan proses salah satu band indie dalam memproduksi karya cipta yang memiliki nuansa masa lalu tanpa harus memiliki pengalaman yang bersifat memorial. Data dihasilkan dari penelitian pada band indie White Shoes & the Couples Company dengan melakukan pengamatan dan wawancara mendalam. Melalui penelitian ini, ditemukan bahwa White Shoes & the Couples Company sangat terpengaruh oleh media dalam memperoleh memori buatan, yang pada akhirnya dapat dituangkan ke dalam karyanya. Dengan menyerap memori-memori yang tersedia dalam media, mereka mempresentasikan kembali gambaran dan narasi dari memori tersebut menjadi realitas mereka sebagai band—yakni aspek audio dan visual yang terlihat seperti pengalaman otentik mereka. Tidak hanya itu, berbagai aspek seperti variasi jenis suara, pakaian yang dikenakan, dan pengemasan album merupakan karya-karya yang sangat kental dengan mode retro. Saya beragumen bahwa White Shoes & the Couples Company merupakan pihak yang telah menerima berbagai memori yang terkomodifikasi. Memori ini lalu diolah untuk dijadikan sebagai memori pribadi mereka, dan disuguhkan kembali kepada pihak lain dengan wujud yang berbeda.

Media such as television, radio, mass media, music, film and the Internet is a tool that supports the exchange or movement within the cultural flow in globalization. In it there is a variety of information, narratives and an overview of the state of space and time. There is one thing that is highly influenced by the media and globalization, which is music. In getting the source of inspiration for its aesthetic music, especially indie is heavily influenced by the media. This study reveals one indie band’s process in producing creative works that have a feel of the past without having to have a memorial character. All the facts and data are generated from a research conducted on the indie band White Shoes & the Couples Company, through a series of observations and in-depth interviews. With this research, it was revealed that White Shoes & the Couples Company was strongly influenced by the media in obtaining artificial memory, which in turn were translated into their work. By absorbing memories that are available in the media, they represented images and narratives from those memories into their reality as a band—namely audio and visual aspects that look like their authentic experiences. Not only that, many aspects such as the variation of sounds, clothes, and record packaging were also a creation that is overflowing with retro fashion. I argue that White Shoes & the Couples Company is a group that has received various commodified memories. These memories are then used to serve as their personal memory, and to be represented back to others in a different form."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S44627
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafira Athifah Sandi
"Penelitian ini membahas mengenai bagaimana anggota fandom musik pop melakukan engagement dan berpartisipasi dalam komunitas fanbase di media sosial, khususnya pada Instagram, Twitter, dan LINE yang termasuk dalam jajaran platform paling populer di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan desain fenomenologi. Melalui wawancara dengan perwakilan dari lima komunitas fanbase, penelitian ini mengeksplor praktik-praktik yang dilakukan dalam fandom musik pop dari perspektif dan pengalaman penggemar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggemar aktif terlibat dalam beragam proses produksi dan konsumsi konten, mulai dari informatif, interpretif, karya transformatif, proyek bersama komunitas, hingga merchandise. Produktivitas penggemar dalam melakukan berbagai aktivitas engagement tersebut menunjukkan adanya kesetiaan dan dedikasi terhadap musisi favorit.
Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa komunitas fanbase beroperasi berdasarkan konsep reward industry, yang mana penggemar termotivasi oleh adanya keuntungan-keuntungan emosional yang didapat dari interaksi dengan komponen industri, antara lain musisi, label rekaman, rekan media, dan promotor konser.

This research discusses about how members of pop music fandoms engage and participate in fanbase communities on social media, specifically on Instagram, Twitter, and LINE which are among the most popular platforms in Indonesia. This research uses qualitative method with phenomenology design. Through interviews with representatives of five fanbase communities, this research explores practices in pop music fandom from the fans perspectives and experiences.
The result shows that fans are actively involved in various processes of content production and consumption, from informative, interpretive, transformative, community projects, to merchandise. Fans productivity in doing these engagement activities shows devotion and dedication to their favorite artists.
This research also finds that fanbase communities operate based on reward industry concept, in which fans are motivated by emotional rewards from interaction with industry components, such as the artist, record label, media partner, and concert promotor.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Fahmi Irawan
"Musik rock disebut sebagai bentuk dari budaya popular yang mengglobal,yang diidentikkan dan diperuntul-:kan bagi anak muda. Bahkan sekarang musik rock telah rnenjadi sebuah bagian dari identitas dan gaya hidup yang tak terpisahkan dari anak muda (pnda generasi atau zamannya) yang diterima dan eksis di belahan bumi mana pun. Fenomena tersebut muncul seiiring dengan berkembangnya aliran musik rock n roll kurang iebih 50 tahun yang lalu. Fenomena tentang musik rock sebagai musiknya anak muda hingga kini masih terus dipahami keterkaitannya dan melekat satu sama lain. Oleh karena itu daiam penelitian ini, dengan melihat kaitannya dengan kehadiran media rnassa, perrnasalahan yang muncul dan akan dijawab adalah bagaimana musik rock direpresentasikan oleh media cetak di Indoensia dalam icurun waktu 1977 - 2002.
Adapun tujuan yang ingin dicapai daiam penelitian ini, setelah melihat bagaimana media massa mewacanakan pemberitaan tentang musik rock dan budaya anak muda, adalah juga berupaya untuk menguak ideologi apa yang berada di balik musik rock yang dari tahun 1950-an hingga kini masih digandrungi, digemari, dan bahkan menjadi identitas bagi anak muda.
Kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini adalah dengan menggunakan dua pendekatan atau perspektif yaitu cultural studies, berasal dari Birmingham School dan critical studies, berasal dari Frarzlgurt School, yang sama-sama berakar dari aliran Marxian. Dua pendekatan itu akan mengkaji dan menganalisis musik rock sebagai sebuah bentuk dari praktik budaya popular, budaya massal dan budaya industri yang telah mengglobal. Praktik-praktik budaya tersebut haruslah dihubungkan dengan hadimya media massa, yang dalam kacamata cuirurai studies dan crirical studies, ikut beroran mengkonstruksi pemaknaan musik rock dan budaya anak muda lewat konsep ideologi, hegemoni, dan wacana.
Paradigrna penelitian yang digunakan adalah paradigma kritis yang bersifat kualitatif dengan metode analisisnya critical discourse analyisis, yang melakukan texr anaivsis dan multi-level analysis secara inrertextuol. Adapun theoretical framework yang digunakan adalah berdasarkan pemikiran-pemikiran Raymond Williams, Theodore W. Adamo, Louis Althusser, Antonio Gramsei, dan Stuart Hall. Sedangkan analythical framework yang dipergunakan mengacu pada critical discourse analysis-nya Norman Fairclough yang terbagi menjadi tiga dimensi yaitu, makro-struktur (sociocullurai pracrice), meso-struktur (discourse practice) dan mikro-struktur.
Kesimpulannya bahwa musik rock dalam pemberitaannya pada media cetak di Indonesia dalam kurun Waktu 1977 - 2002 selalu dikonstruksi dan direpesesentasikan ke dalam makna sebagai sesuatu yang dinamis, penuh dengan jiwa perlawanan, pemberontakan dan sebagai bentuk dari gerakan anti~kemapanan atau counrer-cuirure. Media cetak dalam kurun waktu tersebut disimpulkan telah berhasil melanggengkan hubungan yang identik antara musik rock dan anak muda secara sistematis dan terstruktur. Musik rock yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, oleh media cetak di Indonesia dalam kurun waktu 1977 - 2002, dipandang sebagai bentuk dari perlawanau ideologis yaitu perlawanan terhadap penguasa politik. Pada akhirnya, ideologi yang bisa direpresentasikan oleh pemberitaan media cetak tersebuf adalah ideologi perlawanan terhadap "kekuasaan"."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3271
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabiela Ikrima Vitrian
"Dalam era konvergensi media seperti sekarang ini, pola konsumsi media mengalami perubahan dari yang awalnya satu arah menjadi melibatkan interaksi dua arah. Pendekatan baru seperti transmedia storytelling menjadi hal baru, terutama dalam penyebaran informasi kepada khalayak. Olivia rodrigo merupakan contoh figur yang menerapkan pendekatan ini melalui perilisan album debutnya “SOUR” pada tahun 2021. Oleh karena itu, tulisan ini ingin menyelidiki upaya promosi dan pemasaran Olivia Rodrigo dalam menerapkan konsep transmedia storytelling sebagai strategi perilisan album ini. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analisis konten, penelitian ini mengamati berbagai publikasi, konten, dan promosi yang digunakan oleh Olivia Rodrigo. Secara keseluruhan, hasil dari strategi promosi yang dianalisis melalui tujuh prinsip transmedia storytelling dapat dianggap berhasil, terlihat dari kesuksesan lagu-lagunya yang meroket pada platform musik digital, jalinan yang positif dengan para khalayak, dan narasi album yang tersebar luas.

In the current era of media convergence, media consumption patterns have changed from being one-way to involving two-way interaction. New approaches such as transmedia storytelling are something new, especially in disseminating information to the public. Olivia Rodrigo is an example of a figure who applies this approach through the release of her debut album "SOUR" in 2021. Therefore, this article wants to investigate Olivia Rodrigo's promotional and marketing ef orts in applying the concept of transmedia storytelling as a strategy for releasing this album. Using a qualitative approach and content analysis method, this research examines various publications, content and other promotions used by Olivia Rodrigo. Overall, the results of the promotional strategy explained through the seven principles of transmedia storytelling can be considered successful, as seen from the skyrocketing success of the songs on digital music platforms, the interactive positive relationship with the audience, and the expansive narrative of the album.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ciptaningdyah Ayu Bestari
"Penelitian ini membahas tentang eksploitasi yang dilakukan industri K-Pop terhadap relasi penggemar dengan idola melalui produksi konten digital dan aksesori penggemar, yang akhirnya memicu terciptanya hiperrealitas di kalangan penggemar. Studi-studi terdahulu telah membahas bagaimana hiperrealitas penggemar yang tercipta melalui fiksi penggemar. Teori Hiperrealitas dari Jean Baudrillard digunakan dalam menjelaskan tentang bagaimana industri K-Pop mengeksploitasi relasi penggemar dengan idola melalui konten digital dana aksesori penggemar, sehingga memunculkan hiperrealitas. Teori hiperrealitas menjelaskan media mensimulasikan tanda dan simbol yang membentuk sebuah realitas semu. Hasil temuan menyatakan bahwa konten digital idola sebagai bagian dari media digital menciptakan sebuah kedekatan semu antara penggemar dengan idola, kemudian kedekatan semu ini semakin diperkokoh dengan keberadaan aksesori penggemar yang hadir secara fisik di sekitar penggemar. Penelitian ini berfokus pada boygroup NCT dan penggemarnya NCTzen, dengan menggunakan metode kualitatif, serta teknik pengumpulan data wawancara mendalam dengan NCTzen.

This study discusses the exploitation of the K-Pop industry on the relationship between fans and idols through the production of digital content and fan accessories, which ultimately triggers the creation of hyperreality among fans. Previous studies have discussed how fan hyperreality is created through fan fiction. Jean Baudrillard's Hyperreality Theory is used to explain how the K-Pop industry exploits fan relations with idols through digital content and fan accessories, thereby creating hyperreality. Hyperreality theory explains that media simulate signs and symbols that make up a pseudo reality. The findings state that idol digital content as part of digital media creates a pseudo closeness between fans and idols, then this pseudo closeness is further strengthened by the presence of fan accessories physically present around fans. This study focuses on the boy group NCT and their fans NCTzen, using qualitative methods, as well as in-depth interview data collection techniques with NCTzen."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Timothy Aaron
"Popularitas musik independen Indonesia dalam beberapa tahun terakhir melesat akibat semakin terdigitalisasinya musik Indonesia. Pemasaran musik di Indonesia juga menjadi semakin kreatif dengan memanfaatkan platform digital. Salah satu cara pemasaran melalui media sosial adalah transmedia storytelling yang memanfaatkan berbagai media untuk menceritakan satu narasi yang utuh. Salah satu grup musik Indonesia yang memanfaatkan transmedia storytelling dalam pemasarannya adalah Feast. Dengan narasi Multisemesta, Feast menggabungkan album-albumnya ke dalam satu semesta, kemudian dipecah ke dalam beberapa dunia yang disebut sebagai Earth. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah qualitative content analysis. Album Feast yang paling berhasil menerapkan transmedia storytelling dalam pemasaran media sosialnya adalah album Beberapa Orang Memaafkan dengan jumlah diputar sebanyak 78.227.353 per Oktober 2022 karena mengedepankan user-generated content atau prinsip performance yang mendorong partisipasi audiens. Peneliti menemukan bahwa dengan menggunakan transmedia storytelling yang mengedepankan prinsip performance, maka audience dapat membentuk makna baru dari produk utama, dalam kasus ini lagu, yang kemudian diproduksi ulang ke dalam bentuk konten lain sehingga dapat membantu penyebarluasan musik, mendorong keberhasilan promosi terutama melalui media sosial yang memiliki prinsip content-sharing dan interaction yang sangat kuat.

The popularity of Indonesian independent music in recent years has accelerated due to the increasing digitalization of Indonesian music. Music marketing in Indonesia is also becoming more creative by utilizing digital platforms. One way of marketing through social media is transmedia storytelling, which uses various media to tell a complete narrative. One of the Indonesian music groups that uses transmedia storytelling in its marketing is Feast. With the Multiverse narrative, Feast combines its albums into one universe, then it is divided into several worlds called Earth. Methodology used in this research is qualitative content analysis. The Feast album that has most successfully implemented transmedia storytelling in its social media marketing is the album Some People Forgive, with a total of 78,227,353 views as of October 2022, because it prioritizes user-generated content or performance principles that encourage audience participation. The researcher found that by using transmedia storytelling that puts forward the principle of performance, the audience can form new meanings from the main product, in this case, the song, which is then reproduced into other forms of content so that it can help spread music and encourage successful promotions, especially through social media that uses social media. It has very strong content-sharing and interaction principles."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia;, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rafii Rama Naidu
"Industri musik telah menghadapi perubahan drastis akibat revolusi digital yang mengubah cara konsumen mengonsumsi musik. Revolusi digital membuka peluang baru bagi musisi baru karena dinamika baru membuka pasar dan platform baru yang memungkinkan musisi independen mengelola karir mereka tanpa menandatangani kontrak dengan perusahaan label besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui transisi musisi dan band Indonesia dalam beradaptasi dengan revolusi industri musik. Makalah ini menggunakan analisis digital dan metode kualitatif untuk memahami Fourtwnty, sebuah band Indonesia yang dibentuk pada tahun 2010. Tulisan ini mengeksplorasi platform media sosial sebagai alat pemasaran mereka untuk mempromosikan karya seni mereka pada tahun 2013. Penelitian ini berhasil menginformasikan motivasi, urgensi, dan ketergantungan saat ini pada aktivasi digital. di media sosial dalam mendistribusikan karya seni musisi di era digital. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara online dengan tim media Fourtwnty dan observasi online melalui akun media sosial Fourtwnty. Makalah ini membahas tentang revolusi digital yang mengubah model bisnis industri musik dan bertujuan untuk menangkap peluang bisnis yang diberikan oleh munculnya teknologi web untuk mendistribusikan karya seni musisi di platform online.

The music industry has faced drastic changes due to the digital revolution that changed how consumers consume music. The digital revolution opened up new opportunities for new musicians since the new dynamic opened new markets and platforms that enable independent musicians to manage their careers without signing a contract with major label companies. This study aimed to investigate the transition of Indonesian musicians and bands in adapting to the revolutionised music industry. This paper uses digital analytics and qualitative methods to understand Fourtwnty, an Indonesian band formed in 2010. It explores social media platforms as their marketing tools to promote their artwork in 2013. This research successfully informed the motivation, urgency and the current dependence on digital activation in social media in distributing musicians' art forms in the digital era. The data was collected through an online interview with the Fourtwnty media team and an online observation through Fourtwnty's social media account. This paper discusses the digital revolution that changed the music industry business model and aims to capture the business opportunities provided by the rise of web technology to distribute musicians' artwork on online platforms."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Dwi Abdurrahman
"ABSTRAK
Industri musik dalam beberapa tahun kebelakang ini sudah semakin berkembang dari segi kualitas dan kuantitas. Kemajuan ini tak lepas dari dukungan teknologi yang semakin canggih dan mudah di jangkau masyarakat, salah satunya adalah adanya internet dan media sosial untuk pemasaran musik. Internet dan media sosial cukup kental dengan budaya partisipatif sehingga muncul apa yang disebut User Generated Content (UGC). UGC dapat digunakan sebagai strategi untuk mempromosikan sebuah lagu. Masyarakat dapat menjadi medium untuk mempromosikan lagu itu sendiri dengan konten-konten yang mereka ciptakan melalui sosial media. Beberapa musisi yang menggunakan strategi ini yaitu .Feast dalam lagu Luar Jaringan dan Rich Brian dalam lagu Love In My Pocket. .Feast dan Rich Brian menggunakan strategi UGC untuk mempromosikan lagu mereka dengan memanfaatkan partisipasi masyarakat dalam membuat konten di media sosial mereka. Penelitian ini akan membahas bagaimana UGC dapat menjadi salah satu strategi pemasaran dalam sebuah promosi musik melalui media sosial. Melakukan pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode desk research, penelitian ini akan membahas bagaimana UGC dapat menjadi salah satu strategi pemasaran dalam sebuah promosi lagu Luar Jaringan milik .Feast dan Love In My Pocket milik Rich Brian melalui media sosial.

ABSTRACT
The music industry in the past few years has grown in terms of quality and quantity. This progress is inseparable from the support of increasingly sophisticated and accessible technology, one of which is the internet and social media for music marketing. The internet and social media are quite thick with a participatory culture so that what is called User Generated Content (UGC) has emerged. UGC can be used as a strategy to promote a song. The community can be a medium to promote the song itself with the content they create through social media. Some musicians who use this strategy are .Feast on the song Luar Jaringan and Rich Brian on the song Love In My Pocket. .Feast and Rich Brian use UGC strategy to promote their song by leveraging community participation in creating content on their social media. This study will discuss how UGC can be a marketing strategy in promoting music through social media. Conducting a descriptive qualitative approach using desk research method, this research will discuss how UGC can be a marketing strategy in promoting the song Luar Jaringan belonging to .Feast and Rich Brian's Love In My Pocket through social media.

"
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mangundap, Gern Nathaniel
"Makalah ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi dari kelompok musik independen “The Stroots” yang mereka terapkan untuk menjaga eksistensi mereka di masa pandemi. Untuk mengetahui tentang strategi komunikasi mereka, makalah ini akan menganalisisnya menggunakan model strategi komunikasi pemasaran 4C dari Robert Lauterborn dengan tujuan untuk memperjelas aspek-aspek pemasaran produk atau jasa dari penjual. Strategi tersebut juga nantinya akan dikategorikan menggunakan klasifikasi dari daya tarik iklan oleh Nancy D. Albers-Miller dan Marla Royne Stafford yang bertujuan untuk mengetahui kategori konten iklan yang terdapat dalam strategi pesan mereka. Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah desk research yang akan melihat data berdasarkan unggahan pada kanal media sosial The Stroots. Menyimpulkan dari hasil temuan makalah ini, The Stroots selaku kelompok musik independen telah beradaptasi di masa pandemi ini dengan memanfaatkan media digital sebagai format komunikasi pemasaran mereka yang baru. Komunikasi visual yang mereka iklankan pun dilakukan secara digital. Namun, penggunaan media digital mereka masih belum konsisten, sehingga menyebabkan audiens mereka kurang sadar akan perilisan mini album baru mereka.

This paper aims to find out the communication strategy of the independent music group “The Stroots” that they applied to maintain their existence during the pandemic. To find out about their communication strategy, this paper will analyze it using the 4C marketing communication strategy model from Robert Lauterborn with the aim of clarifying the marketing aspects of the seller’s product or service. The strategy will also be categorized using the classification of advertising appeal by Nancy D. Albers-Miller and Marla Royne Stafford which aims to determine the categories of advertising content contained in their message strategy. The method used in this paper is desk research which will see the data based on uploads on The Stroots social media channel. Concluding from the findings of this paper, The Stroots as an independent music group has adapted during this pandemic by utilizing digital media as their new marketing communication format. The visual communications that they advertise are also done digitally. However, their use of digital media is still inconsistent, causing their audience to be less aware of the release of their new mini album."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fahransyah
"ABSTRAK
Penggunaan internet sebagai media promosi dan interaksi saat ini meningkat secara drastis, sama halnya dengan yang terjadi pada bentuk promosi dan interaksi terhadap karya musik. Salah satunya pengembangan musik independen yang bersifat bebas, mandiri, dan tidak bergantung dengan sebuah label musik. Namun kelemahan pengembangan musik independen adalah adanya keterbatasan dana untuk melakukan promosi albumnya di pasaran. Oleh sebab itu, banyak musisi indie yang menggunakan media internet sebagai media promosi karyanya, salah satunya melalui media sosial. Beberapa situs internet dan media sosial menyediakan layanan yang memungkinkan musisi indie untuk menyebarkan informasi dari karyanya kepada masyarakat dalam bentuk foto maupun video, salah satunya adalah Instagram. Dua Drum merupakan kelompok musik (band) independen yang memanfaatkan Instagram sebagai sarana promosi dan menjalin interaksi dengan para penggemarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana serta dampak dari promosi melalui Instagram yang dilakukan oleh Dua Drum terhadap karya mereka. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah Dua Drum secara gencar membagikan konten musik dan aktif melibatkan penggemarnya yang membuat karya mereka semakin popular, sehingga penggunaan media sosial Instagram cukup efektif dalam meningkatkan popularitas nama dan karya maupun interaksi di antara musisi independen dengan para penggemarnya.

ABSTRACT
The use of the internet as a media for promotion and interaction is currently increasing drastically, as is the case with the forms of promotion and interaction with musical works. One of them is the development of independent music that is free, independent, and does not depend on a music label. However the weakness of independent music development is that there are limited funds to promote their albums on the market. Therefore, many independent musicians use internet media as a media for promoting their work, one of which is through social media. Some internet sites and social medias provide services that allow independent musicians to disseminate information of their work to the public in the form of photos and videos, one of which is Instagram. Dua Drum is an independent music group that uses Instagram as a means of promotion and interacts with its fans. The purpose of this study was to find out how and the impact of Instagram promotions carried out by Dua Drum on their work. The research method used is descriptive qualitative with data collection technique through observation. The results obtained from this study are that Dua Drum intensively distributes music content and actively engages fans who make their work more popular, so the use of Instagram is quite effective in increasing the popularity of names or musical works and interactions between independent musicians and their fans.

"
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>