Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149898 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manurung, Elisa
Depok: Universitas Indonesia, 1999
S23306
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Rinaldi
"Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun
1997 kemudian berlanjut menjadi krisis ekonomi. politik, sosial, budaya dan
keamanan yang bersifat multi dimensi, membawa dampak negatif terhadap
pertumbuhan perdagangan Iuar negeri Indonesia yang dapat menghasllkan
devisa untuk membiayai program pembangunan nasional secara
berkelanjutan. Sehingga neraca pembayaran Indonesia saat ini mengalaml
tekanan-tekanan yang cukup berat karena kuatnya arus modal keluar
sedangkan arus modal masuk menurun dengan drastis yang mengakibatkan
cadangan devisa Indonesia menurun dengan tajam. Disamping ilu, sektor rill
yang diharapkan dapat menopang keterpurukan ekonomi Indonesia, juga
mengalaml distorsi karena banyaknya pabrik-pabrik yang ditutup karena
tidak mampu lagi menyediakan bahan baku (sebagian besar impor) untuk
proses produksinya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan alternatif sistem
perdagangan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ekspor produk dan
komoditi Indonesia, sehingga mampu menghasilkan devisa untuk membiayai
impor barang-barang modal yang diperlukan untuk suksesnya pembangunan
nasional balk dalam jangka pendek maupun jangka paniang. Penelitian ini menggunakan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam meningkatkan ekspor Indonesia dengan
pemanfaatan countertrad. Penelitian ini menggunakan metode Proses Hirarki
Analitik untuk mengetahui alternalif sistem perdagangan yang dapat
ditempuh dalam rangka meningkatkan ekspor Indonesia.
Faktor-faktor penting yang berpengaruh dan hams dipejrtimbangkan
dalam upaya meningkatkan ekspor indonesia, berdasarkan urutan
prioritasnya adalahz kondisi permintaan, kebijakan pemerintah, strategi,
struktur dan persaingan, kondisi faktor, kesempatanlpeluang dan industri
terkait dan industri pendukung. _
Aktor/pelaku yang diharapkan dapat berperan aktif, berdasarkan
urutan prioritasnya adaiah: pemerintah, produsén, negara tujuan ekspor.
asosiasi perdagangan, Iembaga keuangan/perbankan dan negara pesaing.
Tujuan yang hendak dicapai, berdasarkan urutan prioritasnya adalahz
pendapatan devisa, peningkatan daya saing serta pertumbuhan dan
perluasan pasar dengan menggunakan alternatif sistem perdagangan
countertrade.
Untuk Iebih °ii1én'ing`ka{kan aktivitas perdagangan dengan sistem
counterfrade, pemerintah dapat membuat suatu kebqakan untuk
mengambiialih tagihan ekspor (diskonto) yang telah dilakukan oleh para
eksportir, sehingga para eksportir tersebut hanya berkonsentrasi pada
peiaksanaan dan peningkatan ekspomya saja tanpa harus mengkhawatirkan
ekspor yang telah dilakukannya tidak dibayar oleh mitra dagangnya diluar
negeri. Disamping itu, pemerintah sebagai fasilitator dapat menciptakan iklim
investasi yang kondusif, stabilitas politik dan keamanan serta mengkaitkan
impor yang dilakukan oleh pemerintah terhadap dana yang diperoleh dari
pinjaman komersial iuar negeri dengan menggunakan sistem countertrade."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T 6347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Hariono
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18411
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Hadiawan
"Mantapnya ketahanan nasional sebagai satu keseluruhan, ditentukan oleh tingkat keuletan dan ketangguhan dari masing--masing gatra yang menjadi sub-sub sistemnya, di dalam menghadapi tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam negeri, maupun yang berasal dari luar negeri. Oleh karena itu, meningkatnya ketahanan nasional di salah satu gatra secara langsung akan meningkatkan ketahanan nasional sebagai satu keseluruhan. Begitu pula sebaliknya, menurunnya keuletan dan ketangguhan dari salah satu gatra, dengan sendirinya akan berpengaruh pada penurunan kemantapan ketahanan nasional sebagai satu keseluruhan.
Dalam kaitan dengan itu, GBHN menyebutkan bahwa antara pembangunan nasional dan ketahanan nasional terdapat hubungan timbal balik yang positif, dalam arti berhasilnya pembangunan nasional akan meningkatkan ketahanan nasional sedangkan terpeliharanya kondisi ketahanan nasional yang tangguh akan menghasilkan pembangunan yang baik, yakni terciptanya pertumbuhan (kemajuan) yang terus menerus, pemerataan dan stabilitas dalam segala aspek kehidupan dalam berbangsa dan bernegara.
Menurunnya penerimaan devisa yang berasal dari ekspor minyak bumi dan gas alam cair (migas) sebagai akibat penurunan harga di pasaran internasional yang dimulai pada tahun 1983, relatif telah menurunkan ketangguhan ketahanan nasional di bidang ekonomi, khususnya terhadap neraca pembayaran dan APBN. Hal ini ditandai dengan dilakukannya penundaan pembangunan beberapa proyek besar yang banyak mengandung komponen impor, terutama barang modal harus mengalami jadwal ulang. Selain itu, pemerintah juga melakukan pengetatan terhadap impor barang-barang lainya, antara lain dengan cara memberlakukan lisensi impor khusus untuk barangbarang tertentu, atau pemberian monopoli kepada satu atau beberapa importir tertentu untuk barang-barang tertentu. Sebagai subsistem dari sistem ketahanan nasional, melemahnya ketangguhan ketahanan nasional di bidang ekonomi selanjutnya akan berinteraksi dengan sub-sub sistem ketahahan nasional lainnya sehingga akan berpengaruh pula pada ketangguhan ketahanan nasional sebagai satu keseluruhan.
Salah satu kebijaksanaan yang ditempuh pemerintah untuk mengantisipasi semakin memburuknya ketangguhan ketahanan nasional di bidang ekonomi pada khususnya dan ketahanan nasional sebagai satu keseluruhan pada umumnya yang diakibatkan oleh berkurangnya ketersediaan devisa, ditempuh melalui pengembangan peranan ekspor nonmigas. Dengan kata lain ekspor nonmigas diharapkan akan mampu mensubstitusikan penerimaan devisa yang sebelumnya lebih mengandalkan pada ekspor migas. Dengan demikian kebutuhan devisa untuk melanjutkan pembiayaan pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta berwawasan nusantara diharapkan tetap tersedia.
Upaya pengembangan ekspor nonmigas merupakan kebijaksanaan yang mengandung variabel strategis. Keberhasilan peningkatan kegiatan tersebut, selain akan lebih menjamin bagi ketersediaan devisa yang diperlukan untuk mengimpor bahan baku dan barang-barang modal keperluan pembangunan yang belum dapat diproduksikan di dalam negeri atau sudah diproduksikan akan tetapi masih belum cukup, juga berpengaruh positif pada pembukuan lapangan kerja baru, peningkatan pendapatan masyarakat, pengelolaan sumber kekayaan alam yang masih bersifat potensial, pemanfaatan posisi geografis, dan lain-lain. Oleh karena itu, keberhasilannya secara langsung akan meningkatkan ketahanan nasional. Namun demikian kebijaksanaan ini pun membawa keharusan pada pemerintah indonesia untuk lebih membuka diri. Strategi perdagangan Indonesia yang sebelumnya lebih bersifat "inward looking" atau substitusi impor yang berorientasi kepada pasar di dalam negeri, berubah menjadi strategi "outward looking" atau orientasi ekspor yang bercirikan perdagangan bebas dan perluasan ekspor. Hal ini dengan sendirinya membawa keharusan pada Indonesia untuk lebih meningkatkan peranannya dimasyarakat internasional. "
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18148
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanus Suprana HS
Depok: Universitas Indonesia, 1999
S22694
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edison
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1990
S22737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marselina
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1993
S22751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jacobs, Peter
"ABSTRAK
Akhir-akhir ini penerimaan devisa Indonesia terus berkurang. Hal ini disebabkan oleh turunnya harga minyak bumi dan gas, sehingga total ekspor migas juga rnenurun. Terutama pada tahun 1986, dimana total ekspornya jauh lebih rendah dari tahun 1985. Oleh karena itu pemerintah mulai mengarahkan perhatian secara serius pada meningkatan ekspor non migas. Seperti diketahui, ekspor non migas Indonesia masih belum dapat diandalkan sepenuhnya. Untuk itu pemerintah melakukan berbagai upaya dengan memberikan kemudahan-kemudahan agar para eksportir dapat meningkatkan kwantitas dan kwalitas ekspornya. Salah satu bentuk kemudahan yang akhir-akhir ini menjadi perhatian utama adalah kemudahan untuk mernperoleh sumber pembiayaan. Adapun institusi yang memegang peranan adalah lembaga keuangan baik bank maupun non bank. Pada skripsi ini perhatian kita diarahkan pada lembaga keuangan yang dinamakan bank. Bahkan lebih khusus lagi pada bank asing. Yaitu bagaimana peranan bank asing dalam meningkatkan ekspor non migas. Bank asing sebagai lembaga keuangan yang pusatnya ada di luar negeri, mempunyai keunikan tersendiri dibandingkan dengan bank-bank nasional. Oleh karena itu dalam mendukung ekspor non migas Indonesia peranan bank asing ini dibedakan dalam peranannya dalam kegiatan perbankan dan peranannya dalam kegiatan non perbankan. Dalam kegiatan perbankan, peranannya yang paling dominan adalah pemberian kredit ekspor. Apalagi setelah diberi kebebasan untuk memberikan kredit ekspor di luar Jakarta. Peranan ini bukanlah hal yang kecil, karena hampir separuh pembiayaan ekspor Indonesia di biayai oleh kredit ekspor. Dalam rangka meningkatkan baik kwantitas maupun kwalitas maka bank asing juga memberikan kredit investasi yang walaupun sekarang jumlahnya masih kecil, tapi pada tahun-tahun mendatang diharapkan akan meningkat. Selain itu bank asing juga sangat berperan sebagai partner usaha dari P.T. PMA karena perusahaan-perusahaan asing lebih mengenal cara kerja bank asing daripada bank nasional, lagi pula jaringan kerja bank asing yang tersebar di seluruh dunia sangat mendukung perusahaan-perusahaan asing tersebut dalam masalah financialnya. Sumber pembiayaan memang merupakan aspek yang paling penting dalam suatu produksi dan penjualan suatu barang. Oleh karena itu bank asing juga mendukung dalam pembiayaan imbal beli yang membutuhkan jaringan kerja yang luas. Selain itu kerja sama antar bank dengan bank-bank nasional juga dilakukan bank asing dalam rangka meningkatkan ekspor non migas Indonesia. Ditambah lagi dengan suatu jenis pembiayaan yang disebut forward trading. Peranan bank asing aalam kegiatan non perbankan dapat tekankan dalam pemberian informasi di bidang ekspor dan perdagangan, mencari importir dan eksportir yang potensial. Juga untuk meningkatkan prestasi perbankan nasional dilakukan alih teknologi perbankan dan peran-peran non perbankan lain-nya yang sebagian besar memanfaatkan jaringan kerja dan ,komunikasi yang luas dan canggih. Dalam prakteknya semua peranan tadi tidaklah berjalan mulus, sebab banyak juga hambatan-hambatan yang ada dan perlu diatasi. Hambatan dalam hal geografis berupa pembatasan pembukaan kantor cabang dan ruang operasinya. Selain itu perlu juga diperhatikan kepentingan bank-bank nasional yang kemampuannya dibawah bank asing dan berbagai masalah-masalah lainnya, yang semuanya itu dapat diatasi kalau pemerintah mau meninjau kembali perangkat hukum perbankan yang ada."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jatmiko Jati
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1993
S23109
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>