Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187648 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Besar Tirto Husodo
"Kegiatan penyebaran informasi kesehatan reproduksi remaja diperlukan sebagai salah satu upaya dalam edukasi
kesehatan reproduksi bagi remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan konselor SMP/SMA dalam
memberikan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja. Metode penelitian yang digunakan cross sectional
dengan rancangan penelitian pre test-intervensi (penyuluhan/edukasi)-post test. Populasi penelitian ini adalah 30 orang
guru SMP dan SMA di kota Semarang, yang bekerja sebagai konselor dalam kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah. Responden adalah 15 guru BP dari 8 SMP dan 15 guru BP dari 8 SMA di Kota Semarang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengetahuan responden setelah diadakan penyuluhan termasuk kategori baik pada konselor SMP
(80%) dan termasuk kategori baik pada konselor SMA (100%). Sikap responden mendukung penyuluhan pada konselor
SMP (93,3%) dan konselor SMA (100%). Terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap (p = 0,003) yang signifikan
(p = 0,001) sesudah penyuluhan pada konselor SMP. Terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap (p = 0,0095) yang
signifikan (p = 0,0095) sesudah penyuluhan pada konselor SMA.
To provide of in dissemination of information on reproduction health (RH) is important for adolescents.
This research aimed to assess both knowledge and attitude towards RH among counselors of junior as well as senior
high schools in Semarang. Using a cross sectional survey, data was gathered using pre-test before and post test after
intervention that measure knowledge and attitude. Thirty respondents were participated in the study. They consisted of
15 counselor teachers from 8 junior high schools and 8 senior high schools in Semarang City. The results showed that
there were significant increase in knowledge score on RH before and after intervention in both groups. There was also
significant improvement in each group in their supportive attitude toward RH education. The result shows that
respondents? knowledge after the research is good junior high group, (80%) and high school group (100%).
Respondents support RH education both from junior high group (93.3%) and high school group (100%). There was a
significant knowledge increase (p = 0.001), and significant attitude change (p = 0.003) after RH education for junior
high counselor. In senior high group, there was a significant knowledge increase (p = 0.0095) and significant attitude
change (p= 0, 0095) after RH education for high school counselors. It is recommended that similar RH education is
conducted among both junior and high school counselor"
[Universitas Diponegoro. Fakultas Kesehatan Masyarakat;Universitas Diponegoro. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro. Fakultas Kesehatan Masyarakat], 2008
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dwiati Sekaringsih
"Di tingkat internasional masalah kesehatan reproduksi menjadi isu penting yang dibahas dalam Konferensi Internasional Kependudukan di Kairo (1994) dan Konferensi tentang Perempuan di Beijing (1995) karena kesehatan reproduksi sangat besar pengaruhnya terhadap tingginya angka kematian ibu (AKI) di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Sebagai tindak lanjut konferensi tersebut, pada tahun 1998 Departemen Kesehatan telah membentuk Komisi Kesehatan Reproduksi Nasional, yang di dalamnya terdapat Kelompok Kerja Kesehatan Reproduksi Remaja. Kelompok kerja itu terdiri atas beberapa program dan sektor terkait serta organisasi profesi. Tujuan Kelompok Kerja Kesehatan Reproduksi Remaja adalah untuk mengantisipasi masalah kesehatan reproduksi remaja (KRR) di Indonesia. Pada tahun 1999 Departemen Kesehatan mengembangkan materi inti KRR, yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan KIE-KRR. Materi inti itu telah diuji coba di tiga Puskesmas, di antaranya di Puskesmas Tebet, Jakarta Selatan.
Perinasia merupakan salah satu organisasi yang berminat di bidang kesehatan reproduksi. Organisasi itu bekerja sama dengan WHO melakukan studi pengembangan pelayanan KRR di Puskesmas beserta rujukannya dan menetapkan Puskesmas Pasar Minggu sebagai wilayah uji coba. Dalam serangkaian kegiatannya, pada bulan Juni 1999, Perinasia melakukan pelatihan KIE dan konseling tentang KRR bagi Petugas Puskesmas Pasar Minggu dan Puskesmas Tebet. Setelah itu, dari bulan Agustus 1999 sampai Desember 1999, petugas Puskesmas terlatih diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman lapangan dengan jalan melakukan pembimbingan KRR pada siswa SMU Santo Fransiskus (SF) Asisi di Kecamatan Tebet Jakarta Selatan. Tujuan memberikan pembimbingan KRR kepada siswa sekolah tersebut adalah meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan sikap positif serta kemampuan siswa dalam memelihara kesehatan reproduksinya.
Metode yang digunakan oleh petugas Puskesmas pada saat melakukan pembimbingan tersebut adalah diskusi kelompok, kelompok siswa laki-laki dan perempuan dipisahkan menggunakan media lembar balik, serta menggunakan materi inti KRR dari Departemen Kesehatan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembimbingan terhadap perubahan pengetahuan dan sikap tentang KRR pada siswa SMU SF Asisi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan intervensi pembimbingan KRR. Siswa SMU SF Asisi menjadi kelompok intervensi dan siswa SMU 17 Agustus sebagai kelompok kontrol yang tidak diberi intervensi pembimbingan KRR. Kedua sekolah tersebut merupakan sekolah swasta yang berada di wilayah Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa perubahan pengetahuan KRR pada siswa SMU SF Asisi lebih tinggi dibanding siswa SMU 17 Agustus dengan perbedaan yang bermakna secara statistik. Melalui analisis Anova MCA diketahui bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi peningkatan pengetahuan KRR pada siswa ialah sumber informasi KRR yang berasal dari dokter, penyuluh kesehatan, dan buku.
Pembimbingan KRR tidak mempengaruhi perubahan sikap tentang KRR pada siswa SMU SF Asisi. Perubahan sikap pada siswa SMU SF Asisi tidak berbeda secara bermakna dibandingkan dengan sikap siswa SMU 17 Agustus. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan kemampuan KIE-KRR petugas Puskesmas sebagai pembimbing. Perubahan sikap tentang KRR pada siswa di kedua sekolah tersebut dipengaruhi pula oleh faktor lain, yaitu karakteristik pribadi siswa dan sosial ekonomi. Interaksi siswa dengan sumber informasi KRR tidak mempengaruhi peningkatan sikap siswa tentang KRR.
Dengan demikian saran yang diajukan adalah peningkatan kemampuan KIE-KRR petugas pembimbing, antara lain melalui pelatihan yang disertai praktik lapangan. Media KIE yang akan dipergunakan dalam kegiatan pembimbingan agar lebih besar ukurannya dan lebih menarik, materi KRR yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

The Impact of Reproductive Health (RH) Guidance Towards the Knowledge and Attitude of Adolescents Reproductive Health among the St. Fransiskus Asisi Senior High School Students in Tebet Subdistrict, South Jakarta, 1999At the international level, the RH problem had become an important issue during two conferences i.e. The International Conference on Population in Cairo (1994) and the Conference on Women in Beijing (1995). This was because the RH problem had a great impact towards the high Maternal Mortality Rate (MMR) in several countries, including Indonesia. As a follow up of the results of those two Conferences, in 1998 the Ministry of Health established a National Commission on reproductive Health, of which the Adolescent RH Working Group was one of its Working Groups. The members of this Working Group came from the concerned inter-programmed and inter-sectors representatives. The aim of establishment of this Working Group was to respond and anticipate the reproductive health problems in Indonesia. In 1999, the MOH had developed Core Material on Adolescent RH which could be used as a reference in conducting the Information, Education and Communication Adolescent Reproductive Health (IEC-ARH) activities. The Core Material was already field tested in three Puskesmas (Public Health Centers) including in Tebet HC, South Jakarta.
One of the IEC-ARH activities conducted by the HC personnel was providing guidance on reproductive health to the teenagers aiming to improve their knowledge, positive attitude and ability in order to prevent early and unwanted pregnancies leading to the reduction of MMR in Indonesia which was yet remaining as the highest among the other Asian countries. To improve the ability of IEC-ARH among the HC personnel, PERINASIA in collaboration with Pasar Minggu HC and Tebet HC conducted training of EEC and counseling on ARH to the health provider and paramedics in the two HCs in June 1999. After following the training and counseling, the trained HC providers and paramedics were given an opportunity to put their skills into practice by providing guidance on RH to the students of St. Fransiskus Asisi Senior High School from August to December 1999.
The method used by the HC providers during the provision of guidance to the High School students was group discussions using the Core Material on ARH released by the MOH. The research was undertaken to know the impact of the provided guidance on RH toward the knowledge and attitude of the High School students. The design used during the research was an experimental quasi with intervention (guidance on RH) to the students of St Fransiskus Asisi Senior High School as the intervention group and students from other school (17 Agustus Senior High School) as the controlling group i.e. a group which was not given intervention. The two schools were located in Tebet Sub district, South Jakarta.
The results of the research showed that the knowledge on RH among the students of school who received intervention (St Fransiskus Asisi) had meaningfully improved statistically compared to the students of the other school (17 Agustus) who did not receive intervention.
Through the Anova MCA analysis, it was understood that the improved knowledge on RH among the students was influenced by several types of sources of information from the doctor, health counselor and books. The guidance on RH did not influence the change of attitude of the students about the RH. This was due to the limitedness of ability on IEC-ARH of the HC provider.
The results of the research also mentioned about the change of attitude and knowledge on RH among students in those two schools which was influenced by the personal character, social-economic factor and communication behavior of the students towards the source of information.
One of the recommendations to be proposed is to conduct training on IEC-ARH to the HC provider which is more focused on the field practice. The IEC materials used should be bigger in size, and if possible, the electronic media should be used. The ARH material conveyed should be adjusted to the student's needs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farihah Sulasiah
"ABSTRAK
Informasi tentang kesehatan sebagai usaha preventif dapat diperoleh melalui
jalur pendidikan. Sekolah sebagai sarana pendidikan tidak hanya terbatas memberikan
pengetahuan dan informasi tetapi juga memberikan bimbingan dan konseling kepada
siswa yang diwujudkan dengan keberadaan guru BK. Guru BK memiliki 4 fimgsi dalam
kesehatan reproduksi yaitu fungsi pemahaman, pencegahan, pcrbaikan dan
pengembangan pribadi.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang peran gum
bimbingan konseling dalam kesehatan reproduksi remaja pada dua SMP di Kecamatan
Jagakarsa Jakarta Selatan. Pengumpulan data melalui WM, FGD, observasi dan telaah
dokumen pada bulan Mei 2007 di SMP Negeri X dan SMP swasta Y. Guru BK yang
bermgas scbagai informan utama dan kepala sekolah, guru, siswa dan pejabat diknas
sebagai informan pendukung.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa masalah kespro di SMP Ncgeri X lebih
beragam dibandingkan dengan masalah kespro di SMP Swasta Y. Sementara im
persepsi dan sikap guru BK di kedua sekolah terhadap kesehatan reproduksi memiliki
persamaan, sehingga gum BK merasa perlu meiaksanakan perannya sebagai fasilitator
maupun konselor dalam kesehatan reproduksi remaja. Namun karena keterbatasan
pengetahuan tentang hal ini maka guru BK di kedua sekolah melaksanakan perannya
sebatas pengetahuan dan pengalaman yang dimi|iki_
Gum BK di SMP Swasta Y lebih menunjukkan peranannya dibandingkan
dcngan gum BK SMP Ncgeri X. Hal ini ditunjukkan dengan pelaksanaan tugas guru
BK baik sebagai fasilitator dan konseior yang aktif berinteraksi dengan siswa dan
mendapatkan kesan positifdari siswa_ Kenyataan ini didukung oleh keterlibatan kepala
sekolah di SMP Swasta Y dalam mensosialisikan keberadaan layanan BK kepada siswa
dan pelaksanaan bentuk kerjasama clengan instansi lain dalam memberikan pengeiahuan
kespro kcpada siswa. Peran guru BK di SMP Ncgeri X belum dapat berjalan optimal, hal ini lebih
diakibatkan karena kurangnya pendelcatan guru BK terhadap siswa, kesan negatif siswa
terhadap keberadaan guru BK serta kurangnya kcyakinan guru dan siswa terhadap
kemampuan BK dalam memberikan jaminan kcrahasiaan. Gum BK di SMP Negeri X
juga merasakan kurang optimalnya peran guru BK sebagai akibat dari besarnya jumlah
siswa yang ditangani dan tidak adanya insentif yang diberikan jika beban kerja melebihi
ketentuan mengakibatkan menurunnya motivasi gum BK dalam pelaksanaan tugasnya.
Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan peran guru BK tidal: hanya dipengamhi oleh
faktor individu tetapi juga ada faktor lain dalam hal ini keberadaan dukungan organisasi.
Pada akhirnya agar pelaksanaan peran guru BK dalam kesehatan reproduksi
remaja dapat berjalan optimal, maka perlu dilakukan berbagai usaha yang menjadi
tanggung jawab bersama antara sekolah dan instansi yang terkait dalam hal ini
Depdil-:nas dan Depkes. Pihak sekolah disarankan Iebih mensosialisasikan keberadaan
guru BK seperti yang dilaksanakan di SMP Swasta Y, mempenimbangkan sumberdaya
yang dapat mendukung pelaksanaan peran gum BK, melakulcan monitoring dan evaluasi
terhadap kinerja guru BK dan mempertimbangkan pemberian insentif sesuai ketentuan
yang berlaku sebagai reward atau salahsatu bentuk upaya memotivasi gum BK.
Depdiknas dan Depkes sebaiknya mempenimbangkan strategi dalarn usahanya
menangani masalah kespro remaja melalui keberadaan guru BK di sekolah balk berupa
pelaksanaan pelatihan dan penyediaan buku atau media penunjang yang dapat
dimanfaatkan gum BK dalam melaksanakan perannya.

ABSTRACT
Reproduction health campaign can be considered as a preventive action in
education process. School as education institute shall perform not only in knowledge
transfer, but also in giving guidance to student, which carried out by counselling teacher.
Counselling teacher has four functions in reproduction health education; those are
understanding, prevention, upgrading, and personality improvement.
Research was conducted to get description about the role of counselling teacher
in giving guidance for reproduction health. This research conduct on 2 Junior High
School in District Jagakarsa, Jakarta Selatan. Data collection through Indepth Interview,
Focus Group Discussion, observation, and documentation studies were held on May
2007 in Public Junior High School X and Private Junior High School Y. Counselling
teachers provide main infomation source while headmaster and teachers provide
additional information.
Result has shown that reproduction eases in Public Junior High School X are
varied than Private Junior High School Y. Meanwhile, counselling teachers in those
schools have similarity in perception and action. Nevertheless, because of limitation of
knowledge, those counselling teacher only perform as far as their knowledge and
experience.
Counselling teachers in Private Junior High School Y perform their role better
than counselling teachers in Public Junior High School X. This shown in their action as
facilitator and actively interact with student with good responses from student as result.
ln Private Junior High School Y, They also supported by headmaster in socializing
counselling function to student and creating cooperation with other institute in
reproduction education.
The Role of counselling teacher in Public Junior High School X could not
perform optimal, mostly caused by minimum eITort by counselling teacher in
approaching the student, negative opinion of student to their counselling teacher and
confidentially aspect. Counselling teacher in Public Junior High School X already
realize regarding their role but the ratio between students and counselling teachers are wide and no such given incentive. These affect their motivation in perform their role.
This condition can show that results are affected not only by individual manner but also
by organization manner.
ln the end, rolc of counselling teacher in health reproduction could be perform
well as if there is integrated effort between Department of National Education and
Department of Health. School shall be strongly socialized their counselling, Private
Junior High School Y as an example. School shall support to counselling?s role with
monitoring and evaluating to their performance. A reward system shall be applied to
motivate them, Department of Health and Department of National Education can
consider to develop strategy to handle teenager reproduction health matter by utilize
counselling in school and provide training and media to improve counselling teacher to
perform their role.

"
2007
T34584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
PS Kurniawati A.
"Remaja dapat menjadi sumber daya manusia yang sangat berharga disuatu negara khususnya bila mereka dapat tumbuh dengan baik secara fisik dan psikologis. Dari hasil penelitian terhadap remaja jalanan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan lebih dari separuh (54%) responden dilaporkan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seksual sesama temannya (n=657). Di Kota Bengkulu melalui evaluasi proyek Youth Center, 17% dari responden (n=341) menyatakan boleh melakukan hubungan seksual sebelum menikah, sebagian kecil (5,9%) dan mereka sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan reproduksi remaja diantara mahasiswa Akademi Kesehatan di Kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, populasi dalam penelitian ini mahasiswa Akademi Kesehatan dengan rentang usia 18-24 tahun dan belum menikah. Sebanyak 238 orang mahasiswa laki-laki dan perempuan yang terpilih menjadi responden yang diambil secara acak sederhana dengan alokasi proporsional.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Untuk mengukur aspek pengetahuan, sikap dan perilaku seksual dilakukan dengan mengisi kuesioner oleh mahasiswa Akademi Kesehatan yang sebelumnya telah dilakukan uji coba pada mahasiswa Akademi lain yang tidak terpilih sebagai lokasi penelitian. Dari hasil penelitian ini ditemukan tiga dari sepuluh mahasiswa (29%) mempunyai perilaku seksual relatif berisiko (berciuman mulut dan meraba organ sensitif dari pasangannya). Sebagian kecil (5, 08%) dari responden pernah melakukan hubungan seks dengan pasangannya.
Dari hasil analisis data ditemukan bahwa kedua variabel yaitu jenis kelamin dan sikap mahasiswa terhadap kesehatan reproduksi mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual mereka. Mahasiswa laki-laki mempunyai kecenderungan yang lebih besar dalam perilaku seksual relatif berisiko dibandingkan dengan mahasiswa perempuan (Odd Ratio : 3,06). Kesimpulan dua dari enam hipotesis dalam penelitian ini diterima. Disarankan agar pihak ademi membuat kegiatan ekstra kurikuler dengan muatan khusus kesehatan reproduksi dan kepada BP3 agar dapat menggunakan powernya untuk merangkul orangtua mahasiswa, dan dilakukan upaya untuk peningkatan kemampuan para orangtua dalam membicarakan masalah-masalah kesehatan reproduksi remaja kepada anak remajanya.

Factors Related To The Adolescent Reproductive Health Behavior Among Health Academies Students In The City of Bengkulu, 2001In a country, the adolescents could be an invaluable human resource especially if they grow well both physically and psychologically. Based on results the research among the street adolescents conducted by Department of Health, it was shown that more than a half of respondents (54%) reported having sexual intercourse with their own friends (n = 657). In the city of Bengkulu, the results of the evaluation project of the youth center, indicated 17% of the respondents (n = 341) a great having premarital sexual intercourse, a small proportion of them (5,9%) actually had premarital sex.
The purpose of this research was to get information about factors related to the adolescent reproductive health behavior among Health Academies students in city of of Bengkulu. This research used a cross sectional study design. The population of the study was Health Academic students, aged 18-24 years of age and single. Through allocation proportional to size Simple Random Sampling 238 with male and female students were selected as respondents. Both validity and reliability of the instrument of the study was assessed.
The instrument which was intended to asses the several aspects of the knowledge, attitude and sexual behavior was pre tested. The self admistered questionnaires were Hied-up by the students. The results showed that three out ten (29%) the students indicated relatively high risk sexual behavior i.e. (mouth-kissing and touching sensitive organs of their partners). A small proportion (5,08%) respondents having sexual relationship with their partners. The results of the data analysis showed that both sex and attitude of students indicated a significant relationship with the sexual behavior. The male students were highly had a risky sexual behavior than that of their female countern parts (Odd Ratio : 3, 06).
In conclusion, out of six hypotheses two of them were accepted. Recommendations were made to enrich both the extra curricular activities and the role of Parent-Teacher Association (BP3) to entrance the communication between parents and students relevant to reproductive health issues.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T 3698
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramamurti Makarao
"Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi serta faktor-faktor yang berhubungan dengannya. Rancangan yang digunakan untuk penelitian ini adalah cross sectional. Sampling dilakukan pada populasi remaja yang duduk di bangku kelas 3 SLTP Negeri di Cianjur Kota, sebanyak 4 buah SLTP Negeri. Sampel yang diambil sebanyak 399 responden dengan cara simpel random sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup dan terbuka (data primer), sedangkan untuk data, pendidikan dan pekerjaan orangtua responden didapat data di sekolah (data sekunder). Waktu pengambilan data diadakan serentak pada hari-hari yang telah ditetapkan yaitu tanggal 13 Januari 1997 sampai tanggal 18 Januari 1997. Entry data dan pengolahan data dilakukan dengan program komputer EPI INFO Versi 6.0 dan SPSS For Windows.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini didapat ada yang mendukung hipotesis dan ada yang menolak hipotesis. Dengan analisis bivariat didapatkan hasil penelitian yang mendukung hipotesis yaitu ada hubungan antara; jenis kelamin, jumlah anggota dalam keluarga, pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu kelompok sebaya organisasi dan komunikasi dengan pengetahuan remaja tentang reproduksi dan antara jenis kelamin, jumlah anggota dalam keluarga, kelompok sebaya dan organisasi dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Hasil yang menolak hipotesis yaitu yang menyatakan tidak adanya hubungan antara jenjang urutan anak dan organisasi dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan antara jenjang urutan anak, pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, komunikasi dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi.
Disarankan agar diadakan gerakan dari tingkat daerah sampai dengan tingkat pusat tentang penyebarluasan kesehatan reproduksi. Disamping itu, perlu diadakannya kajian dan penelitian lebih lanjut secara ilmiah supaya didapat konsep yang tepat untuk implementasi di masyarakat luas.

The Knowledge And Attitude Analysis Of Reproduction Health Of Teenagers Of The Third Grade Of Junior High School Students In Cianjur In 1996.The aim of this research is to find out the teenagers knowledge and attitude of reproduction health and some other factors that dealt with it. The method that is used in this research in cross sectional method. Sample is taken on the youth population of the third grade students of Junior High School in the center of Cianjur, 4 government school around Cianjur. The total samples are 399 respondents using simple random sampling.
Data collecting used a questionnaire with opened questions and closed questions (primary data), mean while educations background and parents jobs, are gained from the school (secondary data). All data are gained at the same time from January 13, 1997 to January 18, 1997. Data entry and the data processing are done by EPI INFO 6.0 Version and SPSS for windows.
The conclusion of this research in that there are some conclusion that support the hypothesis, and some are reject it. Using bivariat analysis; some of the results support the hypothesis and analysis the tell us that there are some relationship between set, the number of the family, father and mother educational background, father and mother's jobs and teenagers' knowledge about reproduction, and sex, the number of the family, peer group and organization and teenagers attitude about reproduction health.
The results that reject hypothesis states that there are no relationship between numbers in the family and organization and teenagers knowledge about reproduction health, and the numbers in the family, father and mother's educational background, communication teenagers attitude about reproduction healthy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Kurniawan
"Proporsi kelompok usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 22,2 % dari total populasi, secara kuantitatif merupakan aset yang penting bagi pembangunan nasional di masa yang akan datang dan jika status kesehatan fisik dan mental mereka optimal akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa di mana terjadi perubahan fisik (organobiologik), mental dan psikososial yang cepat. Pada saat ini remaja mempunyai sifat selalu ingin tahu, dan mempunyai kecenderungan mencoba hal-hal baru. Adanya perubahan organobiologik disertai ciri khas remaja menimbulkan berbagai masalah, yang diantaranya adalah masalah kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Saat ini reproduksi remaja menjadi masalah karena angka kehamilan di luar nikah, aborsi, penyakit menular seksual dan pernikahan usia muda menunjukkan peningkatan yang bermakna.
Melihat kompleksnya permasalahan kesehatan reproduksi serta dampaknya dalam menentukan kualitas hidup generasi berikutnya dan mendorong penulis untuk mengetahui sejauh mana perilaku seksual mahasiswa baru yang berusia 17-19 tahun Unika Atma Jaya serta hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap terhadap kesehatan reproduksi dan lingkungan sosial mahasiswa baru tersebut dengan perilaku seksualnya. Hal ini berhubungan pula dengan akan dipersiapkannya mahasiswa Unika Atma Jaya, Jakarta menjadi sumber daya manusia berkualitas bagi pembangunan bangsa, sehingga harus mempunyai status kesehatan yang optimal, baik fisik maupun mental.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang gambaran perilaku seksual dan hubungan antara pengetahuan, sikap dan lingkungan sosial dengan perilaku seksual remaja di antara mahasiswa baru Unika Atma Jaya, Jakarta yang berusia 17-19 tahun.
Desain penelitian ini cross sectional. Alat pengumpul data berupa kuesioner dengan jumlah sampel 395 orang mahasiswa baru angkatan 2000/2001 dan belum menikah. Hipotesis penelitian adalah "Ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan lingkungan sosial dengan perilaku seksual mahasiswa baru Unika Atma Jaya, Jakarta".
Hasil penelitian menunjukkan 8,4 % mahasiswa pernah melakukan hubungan seksual. Dari hasil analisis bivariat dengan Pearson Chi Square, komunikasi dengan kelompok sebaya dengan p = 0,042 dan komunikasi dalam keluarga dengan p = 0,011 mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual mahasiswa. Analisis multivariat dengan multi regresi logistik diperoleh bahwa komunikasi dalam keluarga merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual mahasiswa baru, setelah dikontrol variabel confounding jenis kelamin dan pendidikan ibu, dengan nilai p=0,007 dan OR =1,8. Artinya mahasiswa yang tidak aktif berkomunikasi dengan keluarga mempunyai kemungkinan untuk berperilaku seksual berisiko 1,8 kali lebih besar dari pada yang aktif berkomunikasi.
Berdasarkan hasil penelitian itu kepada pimpinan Unika Atma Jaya, Jakarta disarankan agar diadakan seminar tentang kesehatan reproduksi bagi orang tua mahasiswa baru setiap tahun, melakukan pendidikan dan pelatihan kesehatan reproduksi melalui pendekatan kelompok sebaya dan menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Bagi peneliti lain disarankan untuk meneliti sejauh mana pengetahuan dan persepsi orang tua tentang kesehatan reproduksi serta kemampuannya berkomunikasi. Dan bagi pemerintah disarankan agar pendidikan kesehatan reproduksi diberikan di sekolah-sekolah, kegiatan Karang Taruna, pondok pesantren dan pengajian serta menyediakan informasi kesehatan reproduksi sebanyak-banyaknya melalui media massa.

The Relationship between Knowledge, Attitude and Social Environment with Sexual Behavior in Students of Atma Jaya Indonesia Catholic University, Jakarta In 2000Quantitatively Indonesian age of 10-19 years (adolescence group) is an importance asset for the future national development since they reach up to 22.2 % from over population. Therefore the quality of their mental and physical healthy should be taken care of or event improved.
Adolescent is a stage between childhoods to adulthood, when physicals, mental and psychosocial are changed rapidly. Within this adolescent stage has curiosity and tends to try new things. These changes can cause many problems. One of them is reproductive health.
Reproductive health is a stage of complete physical, mental and social well being and not merely the absence of disease or infirmity in all matters relating to the reproductive system and to its functions and processes. At the present time adolescents reproductive is becoming serious problem because of the increasing rate of unwanted pregnancy and early childbirth, unsafe abortion and sexual transmitted diseases.
Considering the complexity of reproductive health and its effect, the quality of life of next generation, so the writer interested to find out how far sexual behavior of the new student age of 17-19 years and also the relationship between their knowledge, attitude of reproductive health and their social environment with the sexual behavior.
The research is conducted to obtain information about sexual behavior description and the relationship between their knowledge and attitude of reproductive health and their social environment with the sexual behavior of the new student age of 17-19 years.
The research is cross sectional designed. The data is collected by questionnaires. The sample amount is 395 single new students year 2000/2001. The hypothesis is there are relationship between knowledge, attitude and social environment with sexual behavior of new student Atma Jaya University, Jakarta.
The result shows 8.4 % students ever do sexual intercourse before. The bivariate analysis result of with Pearson Chi-Square, show that the communication with peers (p value = 0.042) and communication with family (p value = 0.011) have a significant correlation. Based on multivariate analysis with Logistic Regression the most significant correlation is communication with family which has p value = 0.007 and OR = 1.8, and controlled by sex and mother education. It means that the students who have not active communication with their family have sexual behavior risk 1.8 times higher than the other one.
According to this research it is recommended to the head of Atma Jaya University to conduct a seminar about adolescent reproductive health for the parent of the new student every year, to educate and to train reproductive health with peer education and to provides a reproductive health service, such as counseling. For other researcher it is also recommended to research how far the knowledge and perception of parents about reproductive health and their communication ability. At last for the government it is suggested that reproductive health education should be taken at junior and senior high school, Karang Taruna activities, Pondok Pesantren and religious activities and provides more information of reproductive health in mass media.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3720
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wresti Indriatmi
"LATAR BELAKANG: Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) merupakan masalah yang berdampak penting pada wanita hamil. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya ISR, namun jarang sekali dilakukan penelitian mengenai hal ini.
METODE: Dilakukan studi potong lintang dengan analisis kasus kontrol. Subyek ialah wanita hamil, yang tidak mengalami inkompetensia serviks, plasenta praevia, perdarahan per vaginam, ketuban pecah dini, atau karsinoma serviks, yang datang ke Poliklinik Antenatal Bagian Kebidanan dan Kandungan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Juni-September 1998. Dari duh tubuh vagina dan serviks dibuat sediaan apus dengan pewarnaan Gram, sediaan basah dengan larutan NaCl fisiologis, biakan untuk gonokokus, dan pemeriksaan enzyme immuno assay untuk deteksi infeksi Chlamydia trachomatis. Dari darah vena dilakukan tes serologi sifilis. Analisis data menu unakan cara regresi logistik multinomial.
HASIL: Dari 300 wanita hamil yang diperiksa, terdapat 28,4% menderita ISR dengan jenis terbanyak ialah kandidosis vaginalis (15%) , diikuti oleh vaginosis bakterial (9,3%), serta infeksi menular seksual (4%). Duh tubuh vagina bergumpal, dan duh tubuh vagina melekat di dinding berhubungan kuat dengan kandidosis vaginalis dengan berturut-turut odds ratio suaian (OR) 10,4 dengan 95% confidence interval (CI) 2,73 ; 39,59 dan OR suaian 4,05 (95% CI 1,16 ; 14,11) . Umur 17-24 tahun berisiko lebih tinggi mendapat PMS dengan OR suaian 9,91 (95% Cl 1,08 ; 90,68).
KESIMPULAN: Pada wanita hamil, lebih dari seperempatnya dapat ditemukan ISR, sehingga perlu dipertimbangkan untuk menjadikan skrining ISR sebagai bagian dari pemeriksaan rutin antenatal. Faktor yang paling berhubungan dengan kejadian kandidosis vaginalis pada wanita hamil ialah duh tubuh bergumpal atau melekat di dinding. Risiko penyakit menular seksual paling tinggi pada kelompok umur 17-24 tahun.

Risk factors of reproductive tract infection among pregnant women in Antenatal Clinic Dr. Cipto Mangankusumo General HospitalBACKGROUND: Reproductive tract infection (RTI) is an important problem especially for pregnant women. However, factors that can affect the occurrence of this infection are not well known.
METHODS: We analyzed data derived from cross-sectional study. Study's subjects were pregnant women, who didn't experience cervix incompetence, placenta praevia, vaginal bleeding, premature rupture of the membrane, or carcinoma of the cervix, visited Antenatal Clinic of Obstetric and Gynecology Department dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta July-September 1998, and the vaginal and cervical discharge were examined with Gram staining and wet mount, gonococcal culture, and for Chlamydia detection with enzyme immuno assay technique. Serology test of syphilis was also done. Data were then analyzed using the polytomous logistic regression.
RESULTS: From 300 pregnant women examined, RTI was found in 28,4% with vaginal candidosis being the most prevalent (15%) followed by bacterial vaginosis (9,3%), sexually transmitted infection (4%). The thick and curdy vaginal discharge, and vaginal discharge adhered to vaginal wall were strongly associated with vaginal candidosis with adjusted odds ratio (OR) 10,40 with 95% confidence interval (95% CI) 2,73 ; 39,59 and adjusted OR 4,05 (95% Cl 1,16 ; 14,11) respectively. Pregnant women aged 17-24 years has a higher risk for sexually transmitted diseases with adjusted OR 9,91 (95% Cl 1,08 ; 90,68).
CONCLUSION: RTI can be found in more than one-fourth pregnant women visiting antenatal clinic, so it was recommended to screen every pregnant women for RTI. The associated factor of candidosis vaginalis was thick and curdy vaginal discharge or discharge adhered to the vaginal wall The risk of sexually transmitted infection was more prominent among young aged pregnant women."
2001
T3161
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Biran Affandi
Jakarta: UI-Press, 2000
PGB 0171
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>