Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8908 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Latar belakang: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat konstruksi vektor rekombinan gen Voltage-Dependent Anion Channel isoform 3 (VDAC3) spesifik sperma manusia, untuk produksi antibody VDAC3 yang berpotensi sebagai bahan kontrasepsi laki-laki.
Metode: Fragmen target untuk pembuatan vektor rekombinan adalah gen VDAC3 spesifik sperma manusia, yang diperoleh dengan cara mengamplifikasi cDNA dari sperma manusia melalui metode PCR menggunakan primer spesifik gen VDAC3 exon 5 sampai dengan exon 8. Vektor rekombinan gen VDAC3 dikonstruksi dengan cara mengklon produk PCR tersebut (435 pb) ke vektor ekspresi pET101/D-TOPO (5753 pb). Selanjutnya bakteri E. coli TOP10 ditransformasi dengan vektor rekombinan di atas. Hasil klon gen VDAC3 pada vektor dikonfirmasi dengan pemotongan vektor rekombinan dengan enzim restriksi XbaI dan metode PCR colony pada bakteri yang tumbuh dengan menggunakan primer VDAC3 exon 5-8.
Hasil: Analisis BLAST dari amplifikasi gen VDAC3 sperma manusia dengan primer spesifik exon 5 sampai exon 8 menunjukkan 94% identik dengan data gene bank. Bakteri E. coli transforman yang berhasil tumbuh ada 12 klon. Hasil elektroforesis vektor rekombinan VDAC3 yang telah dipotong dengan enzim restriksi XbaI, dari 12 klon yang tumbuh menunjukkan pita berukuran 6181 pb pada 8 klon bakteri. Setelah dilakukan metode PCR colony diperoleh pita berukuran 435 pb selanjutnya setelah disekuensing diperoleh sekuen amplicon yang 94% identik dengan gen VDAC3 manusia.
Kesimpulan: Penelitian ini berhasil membuat konstruksi vektor rekombinan gen VDAC3 spesifik untuk sperma manusia, untuk pengembangan bahan kontrasepsi laki-laki di masa datang.

Abstract
Background: The aim of this study was to construct a recombinant vector of human sperm specific VDAC3 gene for production of VDAC3 antibody, which is potential as male contraception vaccine.
Methods: Target fragment sequence of VDAC3 gene was obtained through amplification of human sperm VDAC3 cDNA with primers covering exon 5 to exon 8. Its PCR product in size of 435 bp was cloned to the pET101/D-TOPO expression vector (5753 bp). E. coli bacteria were transformed with this vector. Cloning of VDAC3 fragment gene to the vector was confirmed by the using of XbaI restriction enzyme and PCR colony method with primers covering exons 5-8 of the human VDAC3 gene.
Results: Alignment analysis of amplified fragment covering exon 5 to exon 8 of VDAC3 gene showed 94% homology to human VDAC3 gene from databank. After cloning to the expression vector and transformation to E. coli competent cells, twelve colonies could grow in culture media. Gel electrophoresis of sliced VDAC3 recombinant vector showed a single band in the size of 6181 bp in 8 colonies. After application of PCR colony and amplicon sequencing, the result showed a single band in the size of 435 bp and fragment sequence with 94% identity to human VDAC3 gene.
Conclusion: The construction of human sperm specific VDAC3 gene recombinant vector was established in this study. In the future, this recombinant vector will be used to produce VDAC3 antibody for the development of a male contraception vaccine."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
T. Susmiarsih
"ABSTRAK
Pendahuluan. VDAC merupakan protein kanal ion yang bertanggung jawab atas aliran ion Ca2+ dan ATP dalam flagela spermatozoa. Defisiensi gen VDAC3 pada mencit dan mutasi gen VDAC3 pada manusia menyebabkan penurunan motilitas spermatozoa, sehingga VDAC3 dapat dijadikan antigen potensial untuk pengembangan vaksin kontrasepsi laki-laki. Tujuan penelitian ini adalah memproduksi protein rekombinan hVDAC3 dari gen hVDAC3 ekson 5-8 spesifik spermatozoa, dan digunakan sebagai antigen untuk produksi antibodi poliklonal pada kelinci.
Metode. Gen hVDAC3 ekson 5-8 spermatozoa diperoleh melalui RT PCR, gen disisipkan ke plasmid pET100/D-TOPO dan diklona dalam E coli TOP 10. Analisis gen sisipan dengan PCR, enzim restriksi dan sekuensing DNA. Protein rekombinan hVDAC3 diekspresikan dalam E coli BL21 StarTM (DE3). Karakterisasi protein dilakukan dengan uji Bradford, SDS PAGE, western blot dan purifikasi protein dengan resin Ni-NTA. Antibodi poliklonal diperoleh dengan cara imunisasi protein rekombinan hVDAC3 ke kelinci dan diukur dengan indirect ELISA. Determinasi lokasi hVDAC3 di spermatozoa dengan metode immunoflurosence.
Hasil. Amplifikasi PCR gen hVDAC3 ekson 5-8 berukuran 435 pb dan analisis BLAST menunjukkan 100% identik dengan gen VDAC3 manusia dari bank gen. Vektor rekombinan berukuran 6195 pb mengekspresikan protein rekombinan hVDAC3 berukuran 20 kDa. Antibodi poliklonal telah diproduksi kelinci secara bermakna (p<0.05) dengan titer 2.817, dan antibodi dapat berikatan dengan protein hVDAC3 di kepala dan flagela spermatozoa. Selanjutnya, antibodi poliklonal ini akan digunakan dalam pengembangan vaksin kontrasepsi pada laki-laki.

ABSTRACT
Introduction. Voltage dependent anion channels (VDAC), also known as mitochondrial porins, are group of proteins in mitochondrial outer membrane that allow the passage of metabolites across the mitochondrial outer membrane, and are involved in ions and ATP transport in sperm flagella. Deficiency and mutation of VDAC3 may cause abnormality in structure and motility of human spermatozoa. VDAC3 could be a potential target to develop non hormonal male contraceptive vaccine. The objective of the study was to produce hVDAC3 recombinant proteins from exon 5 to 8 of human sperm VDAC3 spesific gene.
This recombinant protein was subsequenly used as an antigen to produce polyclonal antibodies in rabbits. Methods. hVDAC3 sperm gene obtained by RT PCR, this gene was inserted into plasmid pET 100/D-TOPO and cloned in E coli TOP 10. The gene was analyzed by PCR method, restriction enzymes and DNA sequencing. The proteins expressed in E coli BL21 StarTM (DE3). Characterization of proteins was evaluated by Bradford method, SDS PAGE and western blot. The recombinant protein was purified with NI-NTA resin. Polyclonal antibodies were obtained by immunization of hVDAC3 recombinant protein into rabbits. Indirect ELISA was done to analyze the antibody. Localization of the VDAC3 recombinant protein in human spermatozoa was evaluated by immunofluorescence method.
Result. By doing PCR amplification and BLAST analysis, the study showed that the hVDAC3 gene had 100% identical to hVDAC3 genes in data bank. E coli BL21 StarTM (DE3) containing recombinant vector (6195 bp) expressed the recombinant protein of hVDAC3 in 20 kDa. This protein produced polyclonal antibodies that bound VDAC3 protein on the head and flagella of human spermatozoa.
"
2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Cahya Kurnia
"ABSTRAK
Pendahuluan: Pembesaran Prostat Jinak merupakan salah satu penyakit yang
umum ditemukan pada pria lanjut usia, berakibat pada pembesaran prostat, obstruksi muara buli dan gejala saluran kemih bawah. Namun gejala dan obstruksi yang terjadi tidak seluruhnya bergantung pada ukuran prostat. Protrusi prostat intravesika telah ditemukan berkorelasi dengan obstruksi buli. Pada tulisan ini akan dibahas mengenai hubungan antara protrusi prostat intravesika, prostat specific antigen, dan volume prostat, serta mana dari ketiganya yang merupakan prediktor terbaik untuk menunjukkan adanya obstruksi muara buli yang disebabkan oleh pembesaran prostat jinak.
Metode: Sebuah studi prospektif pada 118 pasien pria diperiksa antara Januari 2012 sampai Juli 2012. Pasien pria berusia lebih dari 40 tahun yang datang dengan LUTS dan dicurigai menderita BPH dipilih untuk mengikuti studi. Mereka dievaluasi dengan digital rectal examination (DRE), International Prostate Symptoms Score (IPSS), serum total PSA, uroflowmetri, pengukuran urin residu postvoid, Intravesical Protrusion Prostate (IPP) dan Prostate Volume (PV), menggunakan USG transabdominal.
Hasil: PV, IPP dan PSA menunjukkan korelasi paralel. Ketiga indikator menunjukkan korelasi yang baik dalam mendeteksi obstruksi muara buli yang disebabkan oleh pembesaran prostat jinak. Analisis statistik menggunakan tes Chi square dan Spearman?s Rank correlation test. Kurva Receiver Operator Characteristic (ROC) digunakan untuk membandingkan korelasi PSA, PV dan IPP dengan BOO. Angka rerata PSA ditemukan lebih tinggi signifikan pada pasien yang mengalami obstruksi (8.6 ng/mL;0.76-130) dibandingkan dengan yang tidak mengalami obstruksi (6.44 ng/ml;1.0-40.6). Angka rerata volume protat juga ditemukan lebih tinggi pada pasien dengan obstruksi (50.33 mL±24.34) dibandingkan yang tidak mengalami obstruksi (50.33 mL ±24.34). Angka rerata IPP juga ditemukan lebih tinggi signifikan pada pasien obstruksi (7.29±2.78) dibandingkan dengan yang tidak mengalami obstruksi (6.59±2.93). Koefisien korelasi rho spearman adalah 0.617, 0.721 dan 0.797 untuk PSA, PV, dan IPP.
Dengan menggunakan kurva karakteristik receiver-operator, daerah di bawah kurva ditempat secara berturut-turut oleh PSA, PV, dan IPP yaitu 0.509, 0.562, dan 0.602. Nilai prediktif positif dari PV, PSA dan IPP adalah 59.7%, 55.6%, dan 60.2%. Menggunakan model regresi nominal, IPP tetap menjadi indeks independen utama untuk menentukan BOO yang disebabkan oleh pembesaran prostat jinak. Kesimpulan: Prostat Specific Antigen, Prosat Volume dan Intravesical Prostatic Protrusion diukur dengan menggunakan ultrasonografi transabdominal, merupakan metode yang noninvasif dan mudah didapat yang sangat berkorelasi dengan obstruksi muara buli (bladder outlet obstruction/BOO) pada pasien dengan pembesaran prostat jinak, dan korelasi IPP lebih kuat dibandingkan PSA dan PV.
Ketiga indikator non invasif ini berkorelasi satu dengan lainnya. Studi ini menunjukkan bahwa IPP merupakan prediktor yang lebih baik untuk BOO
dibandingkan PSA atau PV.

ABSTRAK
Introduction: Benign prostatic hyperplasia (BPH) is one of the most common diseases in elderly men. Benign prostatic hyperplasia may lead to prostatic enlargement, bladder outlet obstruction (BOO) and lower urinary tract symptoms (LUTS). But the symptoms and obstruction do not entirely depend on the size of prostate. In contrast, intravesical prostatic protrusion (IPP) has been found to correlate with BOO. This study will define the relationship between intravesical prostatic protrusion (IPP), prostate specific antigen (PSA) and prostate volume (PV) and also determine which one of them is the best predictor of bladder outlet obstruction (BOO) due to benign prostatic enlargement.
Method: A prospective study of 118 male patients examined between Januari 2012 until July 2012 was performed. Male patients aged more than 40 years
presenting with LUTS and suggestive of BPH were selected for the study. They were evaluated with digital rectal examination (DRE), International Prostate Symptoms Score (IPSS), serum total PSA, uroflowmetry, postvoid residual urine measurement, Intravesical Protrusion Prostate (IPP) and Prostate Volume (PV) using transabdominal ultrasound.
Results: PV, IPP and PSA showed parallel correlation. Although all three indices had good correlation in detecting bladder outlet obstruction caused by benign prostate hyperplasia. Statistical analysis included Chi square test and Spearman?s Rank correlation test. Receiver Operator Characteristic (ROC) curves were used to compare the correlation of PSA, PV and IPP with BOO. Mean prostate specific antigen was significantly higher in obstructed patients (8.6 ng/mL; 0.76-130) compared to non-obstructed patients (6.44 ng/mL; 1.0-40.6). Mean prostate
volume was significantly larger in obstructed patients (50.33 mL ± 24.34) compared to non-obstructed patients (45.39 mL ± 23.43). Mean IPP was significantly greater in obstructed patients (7.29 ± 2.78) compared to nonobstructed patients (6.59 ± 2.93). The Spearman rho correlation coefficients were 0.617, 0.721 and 0.797 for PSA, PV and IPP, respectively. Using receiveroperator characteristic curves, the areas under the curve for PSA, PV and IPP were 0.509, 0.562 and 0.602, respectively. The positive predictive values of PV, PSA and IPP were 59.7%, 55.6% and 60.2%, respectively. Using a nominal
regression model, IPP remained the most significant independent index to determine BOO caused by benign prostate hyperplasia. Conclusion: Prostate Specific Antigen, Prostate volume & intravesical prostatic protrusion measured through transabdominal ultrasonography are noninvasive and accessible method that significantly correlates with bladder outlet obstruction in patients with benign prostatic hyperplasia and the correlation of IPP is much more stronger than PSA and PV. All three non-invasive indices correlate with one another. The study showed that IPP is a better predictor for BOO than PSA or PV."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Setiawan
"ABSTRAK
Kehamilan pada perempuan mempengaruhi seluruh anggota keluarga dan pasangan. Pada kehamilan terjadi perubahan pola seksual yang mempengaruhi keharmonisan rumah tangga. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran fungsi seksual laki-laki dan fungsi seksual perempuan selama masa kehamilan. Pengambilan sampel dari pasangan suami-istri yang mengalami kehamilan terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok 1 laki-laki berjumlah 102 responden dan kelompok 2 perempuan sebanyak 102 responden, dilakukan di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor dengan menggunakan desain deskriptif, teknik nonprobability sampling, pendekatan consecutive sampling. Instrumen yang digunakan Brief Male Sexual Function Inventory dan Female Sexual Function Index. Analisis fungsi seksual laki-laki dan fungsi seksual perempuan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan gambaran fungsi seksual laki-laki dan fungsi seksual perempuan selama periode kehamilan. Responden pada kedua kelompok, usia sebagian besar berada pada fase dewasa awal yaitu 20-40 tahun. Suami mengalami penurunan dorongan seksual 57 dan kepuasan seksual 56 sedangkan istri mayoritas tidak mengalami penurunan gairah seksual, rangsangan seksual, lubrikasi, orgasme, kepuasan seksual serta mengeluhkan peningkatan nyeri saat berhubungan seksual.

ABSTRACT
Females pregnancy effects all of family members and life partner. In pregnancy, there are some changes that happened in sexual patterns which affect household harmony. This study aims to determine the description both of males and females sexual function during pregnancy. Sampling of married couples with pregnancy is divided into two groups. The total number of both of males and females group is 120 respondents and 102 respondents. The research was conducted in Rancabungur district, Bogor regency by using descriptive design, nonprobability sampling technique, consecutive sampling approach. The instruments used are Brief Male Sexual Function Inventory and Female Sexual Function Index. An analysis of both of males and females sexual function use descriptive analysis. The result shows a picture of both of male and female sexual function during the period of pregnancy. The range of respondents in both of the groups is mostly in the early adult phase of 20 40 years. The husband experienced a decrease in 57 sexual willingness and 56 sexual satisfaction while the majority wife did not experience a decrease in sexual desire, sexual stimulation, lubrication, orgasm, sexual satisfaction and complain of increased pain during intercourse."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The text encompasses the basic science of reactive oxygen species (ROS) production by mammalian spermatozoa, the way in which these highly reactive molecules are processed by the germ line and the physiological significance of this redox activity in the generation of a functional gamete. The factors responsible for perturbing the delicate balance between physiological redox signaling on the one hand and oxidative stress on the other are also extensively reviewed and some of the first clues concerning the underlying mechanisms (age, heat, infection, cryostorage, aberrant lipid metabolism), clearly identified. From a clinical perspective there are chapters setting out the methods we should be using to diagnose oxidative stress in the male germ line, a clinical perspective on the aetiology of this condition and detailed considerations of the most suitable means of ameliorating such stress from a therapeutic point of view. "
New York: Springer, 2012
e20401823
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Yati Afiyanti
"Objective: The number of gynecological cancer survivors is
increasing in Indonesia, and these women often require physical
and emotional support from their male partners as primary
caregivers. However, the male caregiver`s need for biological,
psychological, and social support is often neglected. This study
aims to assess the demographic and clinical determinants
affecting the unmet supportive care needs of the gynecological
cancer survivors` husbands in Indonesia. Methods: This
cross‑sectional survey involved 152 husbands of survivors who
were recruited by a consecutive sampling method in two national
referral hospitals. A self‑administered Cancer Survivors` Partners
Unmet Needs Questionnaire was used for data collection.
Multiple linear regression was performed to analyze the data.
Results: The majority of participants (97.4%) reported at least one
unmet need. The primary unmet needs were legal services (71.1%),
financial support (70.4%), cancer recurrence concerns (69.7%), and
ongoing health support (66.4%). These needs were significantly
associated with the wife`s radio‑chemotherapy and lower
household income (P < 0.01) and also related to the husband`s
education level, duration of caregiving, and wife`s cancer stage.
Conclusions: Husbands of gynecological cancer survivors in
Indonesia reported a need for legal, financial, and health‑care
information and assistance. Multidisciplinary professionals
should be involved in developing policy and interventions which
facilitate the social‑economic protection of survivors and their
husbands, as well as comprehensive care needs to enhance the
women`s survival rate."
Wolter Kluwer, 2021
MK-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rahayu Ratri
"Latar Belakang. Voltage Dependent Anion Channel3 (VDAC3) merupakan salah satu protein yang terdapat pada sperma. Pada pengembangan imunokontrasepsi, protein tersebut dapat dijadikan antigen potensial dalam menurunkan fungsi sperma. Beberapa penelitian menunjukan bahwa anti-VDAC dapat mengganggu fungsi normal dan meningkatkan abnormalitas morfologi sperma. Imunisasi protein VDAC3 rekombinan terhadap kelinci diharapkan dapat memicu terbentuknya antibodi poliklonal anti-VDAC3. Antibodi tersebut kemudian dipurifikasi dan dievaluasi kemampuannya dalam mengikat antigen VDAC3 yang terdapat pada sperma manusia melalui pengamatan motilitas, viabilitas, integritas membran, dan integritas akrosom.
Metode. Protein rekombinan VDAC3 diproduksi dengan cara mengkultur bakteri E.coli BL21 yang mengandung konstruksi vektor rekombinan. Protein rekombinan tersebut diimunisasikan pada kelinci kemudian diambil antiserumnya. Antibodi VDAC3 yang terkandung dalam antiserum dipurifikasi dengan metode kromatografi afinitas matriks sepharose protein A kemudian konsentrasinya diukur dengan metode ELISA dan dianalisis kemurniannya secara kualitatif dengan SDS-PAGE. Antibodi VDAC3 tersebut kemudian diuji kemampuannya terhadap sperma manusia normal dengan parameter: motilitas, kecepatan pergerakan, mortalitas (menggunakan metode pewarnaan Eosin Y), integritas membran ekor (menggunakan metode HOST), dan integritas akrosom (menggunakan metode FITC-PNA).
Hasil. Kultur biakan E. coli dengan penambahan IPTG menunjukkan konsentrasi protein terlarut lebih tinggi yaitu 2,051 mg/ml dibandingkan dengan tanpa IPTG yaitu 1,528 mg/ml. Imunisasi protein VDAC3 rekombinan terhadap kelinci menghasilkan antiserum yang mengandung antibodi antiVDAC3 dengan titer tertinggi yaitu 3,504 pada kelinci B. Hasil SDS-PAGE antibodi yang dimurnikan menunjukan dua pita yang mendekati ukuran ~ 55 kDa dan ~25 kDa. Analisis statistik dari pengaruh antibodi VDAC3 murni terhadap motilitas, kecepatan gerakan, mortalitas, integritas membran ekor dan integritas akrosom sperma menunjukkan perbedaan yang signifikan (p <0,05) dengan kontrol preimun serum.

ABSTRACT
Background. Voltage Dependent Anion Channel 3 (VDAC 3) is one of the proteins found in sperm. On the development of immunocontraception, this protein can be used as potential antigens to reduce normal function of sperm. Several studies have shown that anti-VDAC can reduce normal function of sperm and also increase the morphological abnormalities of sperm. VDAC3 recombinant protein immunization to rabbit is expected to produce of polyclonal antibodies anti-VDAC3. Then, the antibodies are purified and evaluated its ability to bind antigen VDAC3 contained in human sperma by observation of motility, sperm speed, viability, membrane integrity, and the integrity of the acrosome.
Method. VDAC3 recombinant protein produced by culturing of E. coli BL21 that contains the construction of recombinant vector. This recombinant protein immunized to rabbits and then the antiserum taken from blood sample. VDAC3 antibodies that contained in antiserum purified by affinity chromatography matrix protein A Sepharose then the concentration was measured by ELISA and the purity analyzed by SDS-PAGE. The ability of VDAC3 antibodies were then tested to normal human sperma with parameters are: sperm motility, sperm speed, mortality (eosin Y staining method), membrane integrity (using HOST), and the integrity of the acrosome (using FITC-PNA).
Results. Culture of E. coli with addition of IPTG showed a higher concentrations (2,051 mg/ml) than without IPTG (1,528 mg/ml). Immunization of protein VDAC3 recombinant to rabbit produce antiserum that contains antibodies with the highest titers 3,504 in rabbit B. SDS-PAGE analysis two protein fragmen with size of ~ 55 kDa and ~ 25 kDa. Statistical analysis of the effect of pure VDAC3 antibodies to motility, sperm speed, mortality, membrane integrity, and the integrity of the acrosome showed a significant difference (p < 0.05) with control preimun serum."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Chuvita
"Pendahuluan: VDAC merupakan saluran ion pada spermatozoa yang berperan penting dalam pengangkutan ATP, ion, dan metabolit di dalam membran sel. Telah diketahui VDAC3 berperan dalam motilitas sperma. Tujuan dari penelitian ini adalah memproduksi antibodi anti-VDAC3 melawan protein rekombinan hasil ekspresi vektor rekombinan VDAC3 dan menguji efeknya terhadap viabilitas dan motilitas sperma ejakulat manusia.
Metode: Protein rekombinan VDAC3 diimunisasikan selama 14 minggu ke 2 ekor kelinci. Kemudian serum kelinci minggu ke -6 diuji dengan metode ELISA untuk mengetahui titer antibodi anti-VDAC3 dalam serum dan serum preimun sebagai kontrolnya. Serum mengandung antibodi anti-VDAC3 dan serum preimun dipaparkan terhadap 22 sampel ejakulat sperma manusia dan dilihat efeknya terhadap parameter motilitas sperma, Velocity Average Path (VAP), Curvilinear Velocity (VCL), dan Velocity Average Path (VAP) dengan menggunakan Computer Assisted Sperm Analysis (CASA), serta uji viabilitas sperma dengan pewarnaan Eosin-Y pada 0, 30, dan 60 menit paparan.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna viabilitas sperma ejakulat manusia yang dipapar dengan serum antibodi anti-VDAC3 dibandingkan dengan serum preimun dalam waktu 0, 30, dan 60 (p=0,001). Selain itu, terdapat perbedaan presentase motilitas sperma ejakulat yang dipapar dengan serum antibodi anti-VDAC3 dibandingkan dengan serum preimun dalam waktu 0 dan 30 menit (p=0,007; 0,001), sedangkan pada waktu 60 menit tidak bermakna (p=0,062). Pengujian terhadap parameter motilitas VAP, VSL, dan VCL, tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p>0,05).
Kesimpulan: Serum antibodi anti-VDAC3 rekombinan dapat menurunkan viabilitas dan motilitas sperma ejakulat manusia

Introduction: VDAC is an ion channel in spermatozoa that plays an important role in the transport of ATP, ions and metabolites in the cell membrane, play a role in sperm motility. The aim of this study was to produce anti-VDAC3 antibodies against VDAC3 recombinant protein that expressed in E coli and evaluated their effect on viability and motility parameters of human ejaculate sperm.
Methods: The VDAC3 recombinant protein produced then immunized for 14 weeks to 2 rabbits. The VDAC3 antiserum on 6 weeks was tested by ELISA method to determine the VDAC3 antibody titer in serum and preimmune serum as control. Then, this antiserum and preimmune serum were exposed to 22 samples of human sperm ejaculate and evaluated the effect on viability parameters with Eosin-Y staining, percentage of motility, VAP, VCL, and VSL using computer assisted sperm analysis for 0, 30, and 60 minutes of exposure.
Results: There were a significant difference in the viability of human ejaculate sperm exposed to anti-VDAC3 antiserum compared to preimmune serum at 0, 30, and 60 minutes (p = 0.001). In addition, there were a significant difference in the percentage of motility of ejaculated sperm that was exposed by anti-VDAC3 antiserum compared to preimmune serum at 0 and 30 minutes (p = 0.007; 0.001; respectively). Furthermore, percentage of motility of ejaculated sperm that was exposed by anti-VDAC3 antiserum compared to preimmune serum at 60 minutes and the effect of antiserum on the VAP, VSL, and VCL parameters did not show any difference (p>0.05).
Conclusions: Anti-VDAC3 antibody could reduce ejaculated sperm motility parameters and decrease ejaculated sperm living cells
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofani Munzila
"Tujuan
Menemukan metode diagnostik sederhana dalam mendeteksi vaginosis bakterial dalarn kehamilan dengan menentukan sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan negatif, rasio kemungkinan dan derajat kesesuaian pemeriksaan pH dan LEA (leukosit esetrase) vagina dengan menggunakan dipstick dibandingkan pewarnaan Gram.
Tempat
Poliklinik Obstetri Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan. Jakarta
Bahan dan Cara Kerja
Wanita hamil sang datang ke poliklinik obstetri dengan usia kehamilan 16-24 minggu dengan atau tanpa keluhan keputihan diminta kesediaannya unruk mengikuti penelitian. Dilakukan pemeriksaan antenatal meliputi anamnesis dan pemeriksaan obstetri yang dicatat dalam formulir status penelitian (lampiran I). Pemeriksaan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan inspekulo dan pengambilan apusan lendir servikovagina sesuai dengan prosedur (lampiran IV). Kemudian dilakukan pemeriksaan pH vagina dan kadar LEA (leukosit esterase) dengan menggunakan dipstick Uriscan dan pengambilan apusan vagina (diwarnai dengan pewarnaan Gram sebagai baku emas) untuk menilai adanya infeksi vaginosis bakterial dengan menggunakan skor Nugent. Penilaian mikroskopis vaginosis bakterial selain dilakukan oleh peneliti, dilakukan juga oleh dua orang ahli yang salah satunya ahli mikrobiologi untuk menjaga validitas dan objektivitas interpretasi. Bila dari penilaian mikroskopis didapatkan skor Nugent 7-10, maka sampel dinyalakan sebagai vaginosis bakterial positif dan dilakukan analisis selanjutnya. Hasil yang didapat dari pemeriksaan dipstick Uriscan dibandingkan dengan basil yang didapat dari pewamaan Gram, kemudian dibuat analisis sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan negatif, rasio kemungkinan dan derajat kesesuaiannya.
Hasil
Penelitian ini berlangsung sejak bulan Mei-Agustus 2006 di Poliklinik Obstetri RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RS Budi Kemuliaan. Jakarta. Dari 155 sampel yang diperlukan, didapatkan 80 subyek penelitian yang sesuai dengan kriteria penerimaan dan penolakan. Sebagian besar subyek penelitian berusia 20-25 tahun dengan rerata usia 27,84 + 4,46 tahun, 47,5% adalah primigravida. Usia kehamilan sebagian besar dalam kelompok 16-20 minggu, dengan rerala usia kehamilan 19,98-2,58 minggu. Keluhan keputihan dijumpai pada 41 orang, namun hanya 18 orang dengan keputihan berbau. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 32,5% subyek dengan vaginosis bakterial positif. Dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan adanya hubungan yang bermakna (p=4,001) antara pH vagina dengan kejadian vaginosis bakterial. namun didapatkan hubungan yang tidak bermakna (p=0,46) antara LEA vagina dengan basil pemeriksaan Gram. Sensitivitas pemeriksaan LEA (leukasit esterase) vagina dengan menggunakan dipstick (titik potong LEA +2) adalah 42,3%. spesifisitas 61%, niiai duga positif 343% dan nilai duga negatif 68.7%. Rasio kemungkinan positif l.1 dan kemungkinan negatil' 0.92. Derajat kesesuaian 55% dengan nilai kappa 0,032. Pada kurva ROC LEA vagina didapatkan nilai AUC 0.51 yang artinya tes tersebut memiliki akurasi yang buruk dalam membedakan kelompok yang sakit dengan yang bukan. Sensitivitas pemeriksaan pH vagina dalam mendeteksi VB sebesar 61%, spesifisitas 79%, nilai duga positif 59%, dan nilai duga negatif 81%. Rasio kemungkinan positif 3,1 dan kemungkinan negatif 0,48. Pada kurva ROC pH vagina didapatkan nilai AUC 0,70 yang berarti akurasi pemeriksaan pH cukup baik dalam membedakan kelompok VB positif dan yang bukan. Dengan memakai 2 kriteria pemeriksaan yaitu pH >5 dan LEA positif +2 didapatkan angka sensitivitas 50%, spesifisitas 64%, nilai duga positif 67%, dan nilai duga negatif 47%. Rasio kemungkinan positif 1,4 dan kemungkinan negatif 0,79.
Kesimpulan
Pemeriksaan pH dan LEA vagina dengan dipstick dapat digunakan dalam mendeteksi vaginosis bakterial secara cepat dan sederhana dalam klinik. Pemeriksaan pH vagina memiliki sensitivitas yang lebih balk dibandingkan LEA vagina. Namun dibandingkan pewaranaan Gram, sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan ini masih belum memuaskan. Parka penelitian lanjutan untuk memenuhi jumlah sampel yang diperlukan sehingga didapatkan angka sensitivitas yang lebih relevan dan valid."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18045
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
DiSaia, Philip J.
Philadelphia: Mosby Elsevier, 2007
616.994 DIS c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>