Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5066 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tujuan Menganalisis ekspresi MnSOD pada sel glioma manusia yang dibandingkan dengan sel lekosit sebagai kontrol sel normal, sehingga dapat mengetahui peran MnSOD sebagai antioksidan endogen yang diduga sebagai supresor tumor. Metode Ekspresi MnSOD dianalisis dengan mengukur mRNA MnSOD secara kuantitatif dan aktivitas spesifik enzim MnSOD. Ekspresi MnSOD dideteksi pada 20 pasien glioma dengan menggunakan Real Time RT-PCR untuk mRNA MnSOD dan pemeriksaan biokimia untuk mengukur aktivitas spesifik enzim MnSOD (kit RanSOD). MnSOD pada lekosit digunakan sebagai kontrol. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji Kruskal Wallis. Hasil Kadar relatif mRNA MnSOD sel glioma 0,015?0,627 kali lebih rendah dibandingkan dengan sel lekosit sebagai kontrol pada 70 % distribusi sampel, 10 % distribusi sampel menunjukkan nilai 1,002?1,059 serta 20 % distribusi sampel menunjukkan kadar relatif mRNA MnSOD 1,409?6,915 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Begitu pula dengan kadar relatif aktivitas spesifik enzim MnSOD pada sel glioma 0,064?0,506 kali lebih rendah dibandingkan kontrol pada 80 % distribusi sampel serta 20 % distribusi sampel menunjukkan nilai 1,249?2,718 kali lebih tinggi. Kesimpulan Ekspresi gen MnSOD baik mRNA maupun aktivitas spesifik enzim MnSOD pada sebagian besar sampel sel glioma manusia lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan sel lekosit.

Abstract
Aim This study analyze the MnSOD gene expression as endogenous antioxidant in human glioma cells compared with leucocyte cells as control. Methods MnSOD gene expression of 20 glioma patients was analyzed by measuring the relative expression of mRNA and enzyme activity of MnSOD in brain and leucocyte cells. The relative expression of mRNA MnSOD was determined by using quantitative Real Time RT-PCR and the enzyme activity of MnSOD using biochemical kit assay (xantine oxidase inhibition). Statistic analysis for mRNA and enzyme activity of MnSOD was performed using Kruskal Wallis test. Results mRNA of MnSOD in glioma cells of 70 % sample was 0.015?0.627 lower, 10 % was 1.002-1.059 and 20 % was 1.409-6.915 higher than in leucocyte cells. Also the specific activity of MnSOD enzyme in glioma cells of 80 % sample showed 0,064-0,506 lower and 20 % sample was 1.249-2.718 higher than in leucocyte cells. Conclusion MnSOD gene expression in human glioma cells are significantly lower than its expression in leucocytes cells."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Harrison Handoko
"

Glioma adalah tumor yang bermula dari tulang belakang atau otak yang berasal dari sel glial, dan merupakan salah satu keganasan yang sering ditemukan di Indonesia. TGF-I²1 mempunyai peran yang penting dalam mengontrol homeostasis jaringan dan peranjakan keganasan kanker, oleh sebab itu TGF-I²1 mempunyai potensi untuk menjadi biomarker untuk membedakan antar glioma keganasan tinggi dan rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ekspresi relatif TGF-I²1 glioma tingkat tinggi dan rendah, untuk melihat potensi menjadi biomarker. Dalam eksperimen terdapat 28 sampel yang digunakan dalam studi ini,16 jaringan dengan keganasan rendah, 10 dengan keganasan tinggi dan 2 jaringan otak normal yang didapat dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Indonesia. Jaringan telah digolongkan berdasarkan klasifikasi yang diberikan oleh World Health Organization, derajat 1 dan 2 sebagai keganasan rendah dan derajat 3 dan 4 sebagai derajat tinggi. Ekspresi relatif dari TGF-I²1 dianalisa menggunakan Real-Time RT PCR dengan 18sRNA sebagai houskeeping gene. Dari hasil terlihat bahwa adanya penurunan ekspresi relatif TGF-I²1 di glioma keganasan tinggi saat dibandingkan dengan ekspresi di glioma keganasan rendah. Tetapi setelah dianalisis secara statistik, hasil penemuan ini tidak signifikan. Kegunaan dari TGF-I²1 sebagai biomarker belum terbukti, maka dari itu studi lebih lanjut harus dilakukan untuk menjelaskan fungsi dari TGF-I²1 sebagai biomarker untuk glioma.



Glioma is a term used to describe tumors which originate from the spinal cord or brain, specifically the glial cells. This type of tumor is one of the most commonly found brain malignancies in Indonesia. TGFI²1 has a key role in the maintenance of tissue homeostasis and progression of cancer, due to this fact TGF-I²1 has the potential as a tissue biomarker to differentiate low grade and high grade gliomas. The goal of this study is to analyze the relative expression of TGF-²1 in both high grade and low grade glioma to explore its potential as a biomarker. In the experiment there was a total of 28 samples, 16 low grade glioma, 10 high grade glioma and 2 normal brain tissue obtained from Cipto Mangunkusumo Hospital, Indonesia. The sample was categorized to low grade and high grade glioma based on the guideline given by the World Health Organization. Grades 1 and 2 are considered to be low grade gliomas and grades 3 and 4 are considered to be high grade gliomas. The relative expression of TGF-I²1was measured through Real-Time RT-PCR with 18sRNA as a housekeeping gene. It was seen that there was a decrease in the expression of TGF-I²1 in high grade glioma as to low grade glioma. However, when the result was analyzed it is proven to be statistically insignificant.The role of TGF-I²1 as a definitive biomarker for glioma grading is yet to be proven, therefore further research must be conducted to elaborate the role of the gene as a glioma biomarker.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang:
Untuk menganalisis hubungan antara stres oksidatif pada sel glioma manusia dengan derajat keganasan, sehingga dapat mengeksplorasi peranan stress oksidatif sebagai petanda tumor dalam menentukan progresi tumor.
Metode: Sampel terdiri dari 21 jaringan tumor dan 5 jaringan otak normal dari penderita glioma. Stres oksidatif dianalisis melalui pengukuran Malondyaldehida (MDA) yang menggambarkan kerusakan lipid dan kadar karbonil untuk kerusakan protein, serta 8-hydroxy-2?-deoxyguanosine/ 8-OHdG untuk kerusakan DNA. Selain itu, dilakukan analisis terhadap ekspresi Manganese Superoxide Dismutase (MnSOD) sebagai enzim antioksidan utama yang berperan dalam stres oksidatif. Ekspresi MnSOD dianalisis melalui pengukuran mRNA MnSOD menggunakan Real Time PCR dan aktivitas spesifik enzim MnSOD menggunakan inhibisi xantin oksidase (kit RanSOD). Derajat keganasan ditentukan berdasarkan pemeriksaan histopatologis. Analisis statistik dengan menggunakan t-test dan uji korelasi Pearson.
Hasil: Kadar MDA, karbonil dan 8-OHdG sebagai parameter stres oksidatif pada glioma lebih tinggi bermakna dibandingkan dengan otak normal. Kadar MDA dan karbonil ini meningkat sesuai dengan derajat keganasan. Ekspresi relatif mRNA MnSOD dan aktivitas spesisifik enzim MnSOD pada glioma lebih tinggi bermakna dibandingkan dengan otak normal. Ekspresi relatif mRNA MnSOD tersebut meningkat bermakna sesuai dengan derajat keganasan. Namun, aktivitas spesifik enzim MnSOD pada glioma derajat tinggi lebih rendah bermakna dibandingkan glioma derajat rendah, dengan demikian terdapat ketidak sesuaian antara sintesis mRNA MnSOD dengan aktivitas spesifiknya. Terdapat korelasi positif antara mRNA MnSOD dengan kadar MDA.
Kesimpulan: Kerusakan oksidatif yang terjadi pada sel glioma berhubungan bermakna dengan derajat keganasan. Tingginya mRNA dan aktivitas spesifik MnSOD pada sel glioma berhubungan dengan tingginya kerusakan oksidatif.

Abstract
The goal of this study was to analyze the correlation of oxidative stress in human glioma cells with tumor grade in order to explore the role of oxidative stress as a marker in determining the tumor progression.
Methods: Samples were 21 brain tumors and 5 normal brain tissues from glioma patients. Oxidative stress was analyzed by measuring malondialdehyde (MDA), carbonyl and 8-hydroxy-2?-deoxyguanosine (8-OhdG). Additionaly, we analyzed MnSOD expression by measuring the MnSOD mRNA using real time RT-PCR and MnSOD enzyme activity using RanSOD kit. Tumor grade was determined by histopathologic examination. Data was statistically analyzed using t-test and Pearson correlation.
Results: Levels of MDA, carbonyl and 8-OHdG reflecting oxidative stress in glioma cells were significantly higher than in normal brain tissue. The MDA and carbonyl levels were significantly correlated with tumor grade. Relative expression of MnSOD mRNA and specific enzyme activity in glioma cells were significantly higher than in normal brain cells. The relative expression of MnSOD mRNA increased significantly in accordance with the tumor grade. Surprisingly, MnSOD specific activity was significantly lower in high grade than in low grade glioma indicating a discrepancy between mRNA synthesis and its enzyme specific activity. Furthermore, there was a positive correlation between MnSOD mRNA and MDA levels.
Conclusion: The high level of oxidative damage in human glioma cells was significantly correlated with tumor grade. The high level of MnSOD expression in human glioma cells was correlated with the high level of oxidative damage."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Ramasha Amangku
"HIF-2α adalah mediator yang penting dalam reaksi hipoksia di situasi keganasan dan tingginya tingkat ekspresi HIF-2α berkorelasi dengan konsep metastasis, resistensi terapi dan penurunan kualitas prognosis dalam berbagai bentuk pertumbuhan kanker. Karena kemampuan sel glioma otak yang sangat infiltratif, glioma tidak dapat sepenuhnya dihilangkan dengan pembedahan dimana tingkat kekambuhan juga tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi ekspresi relatif dari gen HIF-2α dihubungkan dengan keganasan glioma. Spesimen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 22 sampel yang diperoleh dari Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia- Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Ekspresi relatif HIF-2α dianalisis dengan menggunakan quantitative RT-PCR. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan ekspresi relatif HIF-2α pada glioma derajat tinggi dibandingkan dengan glioma derajat rendah, namun tidak bermakna secara statistik. Dengan demikian kemungkinan HIF-2α dapat digunakan sebagai penanda prognostik untuk pasien yang didiagnosis glioma, meskipun eksperimen tambahan perlu dilakukan untuk memperkuat fakta ini.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesty Lidya Ningsih
"Latar Belakang: Enzim O6-methylguanine-DNA methyltransferase MGMT merupakan suatu DNA-repair enzyme yang dapat menghambat proses kematian sel tumor akibat proses alkilasi oleh zat alkilasi termasuk zat kemoterapi. Enzim ini berhubungan dengan mekanisme pertahanan tumor terhadap zat kemoterapi. Eskpresi dari enzim MGMT ini ditemukan tinggi pada pada berbagai tumor termasuk glioma. Metilasi promoter MGMT mengakibatkan gen dalam sel tumor berhenti menghasilkan MGMT. Adanya metilasi dari promoter MGMT dihubungkan dengan respon yang lebih baik terhadap zat alkilasi termasuk kemoterapi. Status metilasi dari promoter MGMT pada pasien glioma dapat digunakan untuk memperkirakan efektifitas kemoterapi dengan zat alkilasi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil enzim O6-methylguanine-DNA methyltransferase MGMT pada pasien glioma derajat tinggi dan glioma derajat rendah dan karakteristik pasien glioma di Departemen Bedah Saraf RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Metode: Peneliti mengumpulkan data profil MGMT yang diperiksa menggunakan methylation-specific polymerase chain reaction pada pasien glioma derajat tinggi dan glioma derajat rendah yang menjalani pembedahan di Departemen Bedah Saraf Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta dalam periode 1 tahun. Data berupa usia, jenis kelamin, Karnofsky Performance Scale KPS, and derajat serta jenis histopatologi tumor dikumpulkan.
Hasil: Dalam periode 1 tahun terdapat 17 pasien dengan hasil histopatologi glioma derajat tinggi dan derajat rendah yang masuk kriteria inklusi. Promoter MGMT termetilasi ditemukan pada 11 pasien 64,7 dan tidak termetilasi pada 6 pasien 35,3. Promoter MGMT termetilasi methylated MGMT lebih banyak didapatkan pada pasien berusia ge; 40 tahun dibandingkan pasien yang berusia < 40 tahun 85,7 vs 50 dan pada pasien laki-laki dibandingkan perempuan 77,7 vs 50. Sedangkan berdasarkan KPS, promoter MGMT termetilasi ditemukan lebih banyak pada pasien dengan KPS > 70 dibandingkan dengan KPS le; 70 70 vs 57,1. Berdasarkan derajat keganasan, promoter MGMT termetilasi ditemukan lebih banyak ditemukan pada glioma derajat rendah WHO grade II dibandingkan pada glioma derajat tinggi WHO grade III dan IV 85,7 vs 50. Pada glioma derajat tinggi, promoter MGMT termetilasi ditemukan lebih banyak pada astrositoma/oligoastrositoma anaplastik WHO grade III dibandingkan glioblastoma WHO grade IV 66,6 vs 42,8. Pada glioma derajat rendah, promoter MGMT termetilasi ditemukan lebih banyak pada oligoastrositoma dibandingkan astrositoma difus 100 vs 75.
Kesimpulan: Promoter MGMT termetilasi lebih sedikit ditemukan pada derajat tumor yang lebih tinggi WHO grade IV, KPS yang rendah, usia lebih muda saat diagnosis dan pasien wanita, meskipun perbedaannya belum dibuktikan signifikan secara statistik. Promoter MGMT termetilasi ditemukan lebih banyak pada tumor dengan komponen oligodendroglioma. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk menentukan apakah metilasi promoter MGMT memiliki hubungan yang signifikan dengan faktor-faktor tersebut.

Background: O6 methylguanine DNA methyltransferase MGMT is a DNA repair enzyme that correlates with resistance mechanism of tumors to chemotherapy. MGMT inhibits the killing process of tumor cells by alkylating agents including chemotherapy MGMT expression has been noted higher in several tumors including glioma.. Methylation of MGMT promoter inhibits the cells to produce MGMT. Methylation status of the MGMT promoter in gliomas is useful to predict the effectiveness of chemotherapy with alkylating agents.
Objective: The purpose of this study was to evaluate profile of MGMT enzyme and characteristic of low grade and high grade glioma patients in Neurosurgery Department of Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta.
Methods: We evaluated data of MGMT promoter methylation status from methylation specific polymerase chain reaction result in low grade and high glioma patients who underwent surgical resection in Department of Neurosurgery, Cipto Mangunkusomo Hospital Jakarta. Demographic characteristic and clinical data of glioma patiens including age, sex, Karnofsky Performance Scale KPS, and grading of tumor were collected.
Results: In one year period, there are 17 patients with pathological finding of low grade and high grade gliomas met criteria of inclusion. Methylated MGMT promoter was found in 11 patients 64.7 and unmethylated in 6 patients 35.3. MGMT promoter methylation was observed more often in patients diagnosed in age more than 40 years old than in patient less than 40 years old 85,7 vs 50, and men than women 77,7 vs 50. In patients with KPS more than 70 and KPS 70 or less, methylation of MGMT promoter was observed in 70 and 57,1, respectively. Base on tumors grading, MGMT promoter methylation was observed more often in low grade gliomas WHO grade II than high grade gliomas WHO grade II and IV 85,7 vs 50. In high grade glioma, methylation was observed more often in grade III tumors anaplastic astrocytomas oligoastrocytomas than grade IV tumors glioblastomas 66,6 vs 42,8. In low grade gliomas, methylation was observed more in oligoastrocytomas than difus astrocytomas 100 vs 75.
Conclusions. MGMT promoter methylation was observed less in higher grade of tumors grade IV, lower KPS, younger age at time of diagnosis and female patients, although the differences were not statistically significant. MGMT promoter methylation was observed more often in gliomas with oligodendroglioma component. Further and larger scale of research is needed to determine whether MGMT promoter methylation significantly correlates with these factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Dewi
"Tujuan: Menganalisis ekspresi gen manganese superoxide dismutase (MnSOD) pada jaringan jantung, otak dan darah tikus yang diinduksi hipoksia sistemik.
Desain: penelitian eksperimental in vivo dengan menggunakan hewan coba.
Metode: Sampe! penelitizm ini adalah 25 ekor tikus jantan strain Sprague Dawley (Rarms novergicus L), yang dibagi menjadi 5 kelompok: kelompok I tikus tanpa perlakuan hipoksia sebagai kontrol, kelompok II, III, IV dan V adalah kelompok tikus dengan perlakuan hipoksia 10% O2 selama 1, 7, 14 dan 21 hari. Setelah perlakuan tikus dimaiikan, kemudian darah, otak dan jantung tikus diambil untuk diperiksa tingkat ekspresi mRNA dengan menggunakan real time RT PCR dengan pewamaan SYBR green, serta diukur aktivitas spesifik MnSOD dengan menggunakan kit RanSOD® dengan ditambahkan NaCN untuk menghambat aktivitas CuZn SOD.
Hasil: Pada hipoksia awa] (1 hari) ekspresi relatif mRNA MnSOD dan aktivitas spesifik MnSOD menunjukkan penurunan di darah dan jantung, sedangkan pada otak tidak te1jadi penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam keadaan hipoksia sistemik perlindungan antioksidan pada otak terjadi lebih awal dibandingkan jantung dan darah. Pada hipoksia awal di jantung dan darah, mulai terjadi peningkatan ROS sehingga aktivitas spesink MnSOD menurun, namun belum dapat menstimulasi peningkatan eksprsi mRNA-nya_ Pada hipoksia I-I4 hari baik ekspresi mRNA maupun aktivitas spesiiik MnSOD pada ketiga jaringan tersebut mengalami peningkatan sejalan dengan lamanya hipoksia. Pada hipoksia lanjut (21 hari) terjadi korelasi negatif antara ekspresi relatif mRNA dngan aktivitas spesiiik MnSOD di jantung dan darah. Hal ini mnmgkin disebabkan karena produksi ROS yang sangat masif, sehingga ekspresi MRNA terus ditingkatkan namun stres oksidatif belum dapat diatasi, sedangkan pada otak fenomena tersebut tidak terjadi. Hal ini diduga karena peningkatan ROS pada hipoksia lanjut masih dapat diatasi dengan aktivitas enzim MnSOD yang tersedia tanpa harus meningkatkan ekspresi mRNA-nya. Hasil ini menunjukkan bahwa otak cenderung lebih dilindungi dalam keadaan hipoksia sistemik dibandingkan janrung dan darah. Hasil analisis uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa perubahan ekspresi relatif MRNA dan aktivitas spesifik MnSOD pada induksi hipoksia sistemik pada darah sejalan dengan perubahannya pada jantung dan otak.
Kesimpulan: Setiap jaringan mempunyai pola ekspresi gen MnSOD dan aktivitas MnSOD yang berbeda-beda pada kondisi hipoksia. Terdapat perbedaan regulasi ekspresi gen MnSOD antara hipoksia sistemik awal dan lanjut. Pengukuran ekspresi MnSOD (mRNA dan aktivitas spesifik) pada darah dapat sekaligus menggambarkan ekspresi tersebut pada jantung dan otak.

Background: The aim of this study is to determine the gene expression of manganese supenoxide dismutase (MnSOD) in rat?s heart, brain and blood induced by systemic hypoxia.
Design: This study is an in vivo experimental study.
Method: This study was conducted on 25 male Sprague Dawley rats (Rattus no1°e:~_gicn.s~ L) which were divided into 5 groups and subjected to systemic hypoxia by placing them in hypoxic chamber supplied by 10% O3 for O, l, 7. I4, 2.1 days. respectively. Rats were sacrified after treatment, and the blood. heart and brain were used for measurement of relative mRNA level ofMnSOD with real time RT PCR and measurement of spesitic activity of MnSOD enzyme using RanSOD® kit.
Result: Determination of gene expression of MnSOD (relative mRNA expression and specific activity) in rat blood and heart cells under early hypoxic induction (1 day) resulted in the lower levels compared to the level in control group. After l day of hypoxic induction the gene expression level was then increased and again decreased under very late hypoxic condition (21 days) compared to the control. This suggests that the blood and heart cells at early hypoxia have not enough time to provide more MnSOD enzyme through gene expression to eliminate the sudden accumulation of ROS. In contrast to the results in heart and blood cells. the gene expression of MnSOD in brain cells were demonstrated to be increased since early systemic hypoxia (day I) up to day l4_ and tends to decrease under late hypoxic condition (day 21) although the level still slightly higher compared to the level in control group. Under late hypoxic condition (21 days). the capacity of1VlnSOD to eliminate the accumulated ROS has been saturated as found in brain cells, or even reduced to the lower level than in normal condition as found in blood and heart cells. This study could demonstrate that brain cells have different pattern of gene expression of MnSOD compared to blood and heart cells during several time points of hypoxic induction, particularly at early stage. It should also be considered that the levels of gene expression of MnSOD in each tissue were distinct although measured under the same condition. Analysis of Pearson correlation test shows that pattern of gene expression ot`MnSOD in blood cells is appropriate with the pattern in heart and brain cells under hypoxic condition.
Conclusion: Every tissue has the different pattern of gene expression of MnSOD (relative mRNA expression and specific activity) under hypoxic condition There is different regulation of MnSOD gene expression at early and late hypoxia Analysis gene expression of MnSOD in blood cells could represent the analysis of gene expression of MnSOD in heart and brain cells under hypoxia condition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T32890
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kenny Budiman
"Perubahan iklim telah merubah konten atmosfir. Salah satu bentuk perubahan iklim adalah meningkatnya gas rumah kaca, karbon dioksida. Peningkatan karbon dioksida bisa memberikan perubahan metabolic kepada sel-sel organisme. Sel imun, PBMC, bisa terpengaruh melalui perubahan ekspresi gen. MnSOD, sebuah antioksidan, komponen penting saat stres oksidatif, akan diteliti guna mengetahui adaptasi sel. Untuk melihat perubahan PBMC pada hiperkapnia, kami membuat model dimana pertama, PBMC diinkubasi pada konsentrasi CO2 di 5% dan 15%, selama 24 dan 48 jam. Kemudian, RNA diisolasi dengan TriPure Isolation Reagent dan ekspresi gen diukur secara kuantitatif dengan RT-qPCR untuk melihat ekspresi MnSOD. Hasil penelitian menunjukan penurunan ekspresi yang signifikan saat 15% CO2 dibandingkan dengan 5% CO2 selama 24 jam. Selama 48 jam, terdapat penurunan yang tidak signifikan. Hasil pada 24 jam bisa karena beberapa faktor, seperti menambahnya aktivitas diikuti dengan ekspresi gen yang rendah karena cukupnya protein untuk mendorong balik stress oksidatif, atau mungkin karena kerusakan DNA karena stres oksidatif, dan juga pengaruh factor transkripsi NF-kB. Sementara, pada 48 jam, terdapat penambahan tidak signifikan dari 24 jam dikarenakan oleh panjangnya waktu. Untuk rekomendasi, kami sarankan membuat riset dimana kadar protein diukur.

Climate change has changed the atmospheric contents. One of the main features of climate change is the rise of greenhouse gas carbon dioxide. Carbon dioxide elevation give out metabolic changes occurring to organisms’ cells. Immune cells, PBMC, may be affected by it, through gene expression changes. MnSOD, an antioxidant, a crucial component in oxidative stress, is observed to know the cell’s adaptation. To observe PBMC changes in hypercapnia, we constructed a model where firstly, the PBMCs are incubated in 5% and 15% of CO2, for 24 and 48 hours, resulting in four treatments. Then, we isolated the RNA from PBMC with TriPure Isolation Reagent and measure the quantitative gene expression using RT-qPCR to observe MnSOD expression. The result of PCR will be compared between 15% and 5% using the Livak method. The result shows a significant decrease in gene expression at 15% CO2 compared with 5% CO2 at 24 hours, and at 48 hours, there was insignificant decrease. The result in 24 hours may be due to several factors, such as the increasing activity followed by low expression as the cells has obtained enough MnSOD proteins to tackle back oxidative stress, or perhaps because of DNA damage due to oxidative stress, and also NF-kB as transcription factor influence. Meanwhile there’s 48 hours, the insignificance increases from 24 hours level is due to timespan. In recommendation, we suggest doing a research where we observe the protein activity."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Aqilla Rhania
"Pendahuluan: Kanker payudara triple-negatif merupakan subset keganasan yang menantang terkait dengan prognosis buruk akibat rendahnya ekspresi HER2 dan reseptor hormon, yang mengakibatkan kurangnya modalitas terapi yang ditargetkan secara spesifik. Selain itu, bagian dari keganasan ini mempunyai tingkat kekambuhan dini dan metastasis yang tinggi. Manganese superoxide dismutase (MnSOD), suatu enzim yang sangat penting untuk keseimbangan redoks, terlibat dalam tumorigenesis karena peran gandanya. Awalnya, MnSOD bertindak sebagai penekan tumor selama tumorigenesis awal, namun perannya bergeser seiring perkembangan penyakit. Kanker payudara triple-negatif diperkaya dengan subpopulasi sel dengan potensi tumorigenik tinggi dan stres oksidatif yang dikenal sebagai sel punca kanker. Sel-sel ini mengekspresikan faktor transkripsi Oct4 dan Sox2, yang mengatur pembaruan diri dan kepuncaan. Studi ini menyelidiki efek penekanan ekspresi MnSOD melalui KO gen CRISPR/Cas9 pada sel punca kanker BCSC triple-negatif dengan mengukur ekspresi mRNA OCT4 dan SOX2. Metode: Penelitian ini menggunakan kelompok kontrol BCSC tripel-negatif BT-549 tipe wild-type dan dua kelompok BT-549 KO MnSOD yang diberi perlakuan. Untuk setiap kelompok, tiga sampel ulangan digunakan. Ekspresi mRNA OCT4 dan SOX2 di setiap kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dideteksi oleh RT-qPCR. Hasil masing-masing dihitung dengan Metode Livak untuk mengekstraksi rasio ekspresi. Uji T dua sampel dilakukan untuk menghitung signifikansinya. Hasil: Temuan ini menunjukkan tren penurunan ekspresi SOX2 dan ekspresi mRNA OCT4 yang tidak konsisten. Kesimpulan: Penekanan MnSOD dapat menjadi target potensial untuk mengubah sifat pluripotensi BCSC triple-negatif dengan memberikan efek tidak langsung pada ekspresi mRNA OCT4 dan SOX2.

Introduction: Triple-negative breast cancer represents a challenging subset of malignancy associated with poor prognosis due to low expression of HER2 and hormone receptors, resulting in the lack of specific targeted therapeutic modalities. Additionally, this subset of malignancy acquires a high rate of early recurrence and metastasis. Manganese superoxide dismutase (MnSOD), an enzyme paramount for redox balance, is implicated in tumorigenesis by its dual role. Initially, MnSOD acts as a tumor suppressor during early tumorigenesis, but its role shifts as the disease advances. Triple-negative breast cancer is enriched with a subpopulation of cells with high tumorigenic potential and oxidative stress known as cancer stem cells (CSC). These cells expressed Oct4 and Sox2 transcription factors, which regulate self-renewal and stemness. This study investigates the effect of suppressing MnSOD expression through CRISPR/Cas9 gene knockout on the stemness of triple-negative BCSCs by measuring OCT4 and SOX2 mRNA expression. Methods: This study utilized a control group of wild-type BT-549 triple-negative BCSCs and two treated groups of MnSOD-knockout BT549 BCSCs. For each group, three replicate samples were used. The mRNA expression of OCT4 and SOX2 in each control and treated group was detected by RT-qPCR. Their respective results were calculated by the Livak Method to extract the expression ratio. A two-sample T-test was performed to calculate the significance. Results: The findings demonstrate a decreasing trend of SOX2 expression and an inconsistent OCT4 mRNA expression. Conclusion: MnSOD suppression may present as a potential target for altering the pluripotency properties of triple-negative BCSCs by exerting an indirect effect on OCT4 and SOX2 mRNA expression."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Rahmah Ghanny
"Sel kanker kanker payudara jenis TNBC memiliki kadar MnSOD yang tinggi. Ekspresi MnSOD yang tinggi pada sel kanker TNBC dapat menghasilkan sel dengan kapasitas proliferasi tinggi, apoptosis minimal, dan resistensi terapeutik. Keberadaan teknologi edit genom CRISPR/Cas9 yang menargetkan MnSOD diyakini dapat menurunkan ekspresi MnSOD sehingga mengurangi aktivitas proliferasi sel kanker BT-549 dan meningkatkan apoptosisnya. MnSOD diketahui mengandung polimorfisme yang meningkatkan risiko berkembangnya kanker. Oleh karena itu, sangat penting untuk menganalisis ekson 2 dari pengeditan genom gen MnSOD pada sel BT-549. Pada penelitian ini, memanfaatkan kultur sel BT-549 untuk diperbanyak dan dilakukan pemisahan DNA, RNA, dan protein dari sel kultur. Analisis western blot MnSOD, survivin, caspase 3, caspase 9, cleaved caspase 3, dan cleaved caspase 9. Selain itu, ekspresi relatif mRNA MnSOD dan survivin dihitung menggunakan teknik qRT-PCR. Selain itu dilakukan sekuensing DNA, pemodelan homologi protein, dan prediksi protein pengeditan genom. Analisa fenotip terdapat analisis proliferasi sel juga dilakukan untuk menentukan waktu penggandaan, serta studi siklus sel flowcytometric. Pengukuran flow cytometric dari apoptosis juga dilakukan untuk menguji pengaruh genome editing pada MnSOD. Hasil pada pengeditan genom yang difokuskan pada ekson 2 gen MnSOD dapat menurunkan ekspresi relatif mRNA MnSOD dan ekspresi protein MnSOD. Selain itu, adanya genome editing pada MnSOD juga mempengaruhi pola proliferasi klon KO 11.3 dan 11.4 yang lebih lambat jika dibandingkan dengan sel WT; hal ini sesuai dengan hasil analisis siklus sel, yang menunjukkan persentase fase G0/G1 yang tinggi dan persentase fase S, G2/M yang rendah pada klon KO 11.3 dan 11.4 jika dibandingkan dengan WT. Penghambatan ekspresi MnSOD juga dapat meningkatkan kemampuan apoptosis sel, yang ditunjukkan dengan tingginya proporsi sel yang mengalami apoptosis yang diukur dengan flow cytometry, serta peningkatan kadar protein inisiator dan efektor apoptosis. Kesimpulannya, KO gen MnSOD pada sel BT-549 mengurangi ekspresi protein MnSOD, sehingga menghambat pertumbuhan sel dan mendorong kematian sel BT-549.

It is known that TNBC cancer cells have a high level of MnSOD. High MnSOD expression in TNBC cancer cells can result in cells with a high proliferation capacity, minimal apoptosis, and therapeutic resistance. It is believed that the existence of CRISPR/Cas9 genome editing technology that targets MnSOD can decrease MnSOD expression, hence reducing the proliferative activity of BT-549 cancer cells and increasing their apoptosis. MnSOD is known to include polymorphisms that increase the risk of developing cancer. Therefore, it is crucial to analyze exon 2 of the MnSOD gene genome editing in BT-549 cells. Methods: This work utilized BT-549 cell culture to proliferate cells and to separate DNA, RNA, and protein from the cultured cells. Western blot analysis of MnSOD, survivin, caspase 3, caspase 9, cleaved caspase 3, and cleaved caspase 9. Additionally, the relative expression of MnSOD and survivin mRNAs was calculated using the qRT-PCR technique. There was DNA sequencing, protein homology modeling, and genome editing protein prediction. In phenotypic analysis, cell proliferation analysis was also performed to determine doubling time, in addition to flowcytometric cell cycle study. Flow cytometric measurement of apoptosis was also performed to examine the effect of genome editing on MnSOD. Result: Genome editing focused at exon 2 of the MnSOD gene can reduce the relative expression of MnSOD mRNA and the expression of MnSOD protein. In addition, the existence of genome editing in MnSOD also affected the slower proliferation pattern of KO clones 11.3 and 11.4 when compared to WT cells; this is consistent with the results of cell cycle analysis, which demonstrated a high percentage of G0/G1 phase and a low percentage of S phase, G2/M, in KO clones 11.3 and 11.4 when compared to WT. The inhibition of MnSOD expression can also boost the capability of cell apoptosis, as indicated by the high proportion of cells undergoing apoptosis as measured by flow cytometry, as well as the elevated levels of apoptosis initiator and effector proteins. Conclusion: MnSOD gene knockout on BT-549 cells reduces MnSOD protein expression, hence inhibiting cell growth and promoting BT-549 cell death."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Electra Amara Florence
"Latar Belakang: Kanker payudara triple negatif dikenal sebagai jenis kanker yang memiliki prognosis yang lebih buruk daripada jenis kanker payudara lainnya karena kurangnya terapi target dan tingkat kekambuhan dini dan metastasis yang lebih tinggi. Manganese superoxide dismutase (MnSOD), pertahanan utama melawan superoksida, telah ditemukan untuk memiliki peran ganda dalam kanker. Meskipun MnSOD mungkin memiliki peran penekan tumor pada tahap awal tumorigenesis, MnSOD akan kemudian mempunyai peran penting untuk kelangsungan hidup sel kanker saat tumor berkembang. Sel punca kanker, ditemukan dalam tingkat yang tinggi dalam kanker payudara triple negatif, adalah subpopulasi sel tumor yang memiliki kapasitas tumorigenisitas dan stress oksidatif yang tinggi. Sel punca kanker mengekspresikan faktor transkripsi seperti Oct4 dan Sox2 yang mengatur gen yang diperlukan untuk pembaruan diri dan pluripotensi sel punca kanker ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penekanan ekspresi MnSOD melalui gen knockout terhadap pluripotensi sel punca kanker payudara triple negatif dengan mengukur ekspresi protein Oct4 dan Sox2.
Metode: Penelitian ini menggunakan satu kelompok kontrol BT-549 sel punca kanker payudara triple negatif dan dua kelompok BT549 sel punca kanker payudara triple negatif yang telah diberi perlakuan knockout gen MnSOD. Untuk setiap kelompok sampel, tiga pasase digunakan (P2, P3, P4). Protein Oct4 dan Sox2 yang diekspresikan oleh setiap pasase dari setiap kelompok dideteksi menggunakan Western blot dan area pita masing-masing protein kemudian dianalisis menggunakan program ImageJ.
Hasil: Ditemukan adanya tren penurunan ekspresi protein Oct4 dan tren peningkatan ekspresi protein Sox2.
Kesimpulan: Penekanan ekspresi MnSOD mungkin bisa menjadi target untuk mengubah tingkat pluripotensi sel punca kanker payudara triple negatif melalui interaksi tidak langsung dengan Oct4 dan Sox2.

Introduction: Triple negative breast cancer is considered to have a poorer prognosis than other subtypes of breast cancer due to the lack of targeted therapies and its higher rate of early recurrence and distant metastasis. Manganese superoxide dismutase (MnSOD), the primary defense against superoxides, have been found to have a dual role in cancer. Although MnSOD may have a tumor-suppressing role in the early stages of tumorigenesis, it later becomes essential for the survival of the cancer cells as the tumor progresses. Cancer stem cells (CSCs), enriched in triple negative breast cancer, are a population of tumor cells that possess high capacity of tumorigenicity and oxidative stress. They express transcription factors such as Oct4 and Sox2 which regulate genes necessary for the self-renewal and pluripotency of these CSCs. This study aims to determine the impact of suppressing MnSOD expression through gene knockout on the pluripotency of triple negative breast cancer stem cells by measuring Oct4 and Sox2 protein expression.
Methods: A control group of wild type BT-549 BCSCs and two groups of treated BT549 BCSCs were used in this study, with the treated groups having their MnSOD gene knocked out. For each group of samples, three passages were used (P2, P3, P4). The Oct4 and Sox2 proteins expressed by each passage number from each group were detected using Western blot and their respective area densities were then analyzed using the ImageJ program.
Results: There was a decreasing trend in Oct4 protein expression and an increasing trend in Sox2 protein expression.
Conclusion: Suppression of MnSOD expression may be a target to alter the pluripotency of triple negative BCSCs through its indirect interaction with Oct4 and Sox2.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>