Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20368 dokumen yang sesuai dengan query
cover
James Danandjaja
Jakarta: Balai Pustaka, 1985
306.059 JAM p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
James Danandjaja
"ABSTRAK
Berbeda dengan sangkaan para turis, yang mengunjungi desa Trunyan, penduduk desa tersebut bukan termasuk penduduk "primitif", tetapi termasuk penduduk petani desa yang konservatif.
Di pulau Bali mereka ini terkenal dengan sebutan Bali Aga, atau Bali Mula. Bali Aga berarti orang Bali dari pegunungan, sedangkan Bali Mula berarti Bali Asli (Crucq, 1928 : 108).
Penduduk Trunyan sendiri tidak suka disebut dengan nama Bali Aga. Mereka lebih senang jika disebut sebagai orang Bali Mula, dan akan berterima kasih jika disebut sebagai orang Bali Turunan. Nama Bali Aga diperolehnya dari penduduk Bali lainnya, yang menyebut diri mereka sebagai orang Bali Hindu, dan mereka ini merupakan penduduk mayoritas di pulau Bali. Nama Bali Aga tidak disenangi oleh penduduk Trunyan karena mempunyai arti tambahan yang merendahkan martabat mereka, yaitu sebagai "orang gunung yang bodoh". Disamping itu juga orang Bali Aga dianggap oleh orang Bali Hindu sebagai penduduk asli Bali yang memang beragama Hindu, tetapi yang tidak mendapat pengaruh kebudayaan Jawa. Bagi orang Bali Hindu, yang menganggap diri mereka sebagai orang beradab yang mendapat pengaruh kebudayaan Jawa Majapahit, maka hal-hal yang bukan terpengaruh oleh kebudayaan Jawa Majapahit dianggap kasar dan tidak beradab (Goris, 1960 : 294).
Berdasarkan folk etimologi mereka, penduduk Trunyan lebih senang jika disebut dengan nama Bali Mula, atau lebih balk lagi Bali Turunan, karena nama Mula menunjukkan bahwa mereka adalah penduduk asli pulau Bali, sedangkan orang Bali Hindu bukan. Orang Trunyan sangat suka jika disebat Bali Turunan, karena mereka percaya bahwa leluhur mereka "turun" dari langit ke bumi Trunyan. Jadi nama Bali Turunan berarti orang Bali yang turun langsung dari langit ke Bali. Mereka menganggap diri mereka berbeda dengan orang Bali Hindu, yang mereka panggil dengan sebutan Bali Suku, karena orang Bali Suku bukan penduduk asli pulau Bali, melainkan pendatang dari pulau Jawa yang masuk ke pulau Bali dengan suku(:kaki) atau berjalan kaki.
Untuk membenarkan pendapat di atas, orang Trunyan mempunyai satu mite (dongeng suci) mengenai asal usul penduduk Trunyan, yang menceritakan bahwa leluhur wanita mereka adalah seorang Dewi dari Langit yang diusir dari kahyangan (entah karena dosa apa), untuk turun ke suatu tempat di bumi yang kemudian terkenal dengan nama desa Trunyan. Rahim Dewi ini kemudian dibuahi secara ajaib oleh matahari (Sang Surya) sehingga mengandung, dan setelah tiba waktunya Sang Dewi melahirkan sepasang anak kembar, seorang diantaranya adalah anak banci dan seorang lagi anak perempuan. Setelah kejadian ini Sang Dewi kemudian kembali ke Kahyangan. Putri dewi tersebut kemudian kawin dengan seorang putra Raja Jawa (Dalem Solo), yang datang ke Trunyan karena tertarik oleh bau-bauan harum yang dipancarkan oleh sebatang taru (pohon) menyan yang tumbuh di Trunyan. Dari kedua insan dan dewi ini, kemadian diturunkan penduduk Trunyan yang sekarang ini.
Kejadian mengenai adanya seorang Dewi turun ke bumi ini, yaitu turun hyang, dan adanya pohon taro menyan yang memancarkan bau-bauan wangi sehingga dapat menarik kedatangan putra Dalem Solo, menimbulkan dua macam keterangan mengenai asal usul nama Trunyan. Keterangan yang per-tama mengatakan Trunyan berasal dari kata-kata turun dan hyang yang barasimilasi menjadi sata kata; dan yang kedua mengatakan berasal dari kata-kata taro dan menyan.
Putra Dalem Solo dengan istrinya (putri Dewi) yang merupakan cakal bakal desa Trunyan, kemudian setelah meninggal diangkat menjadi Dewa Tertinggi orang Trunyan dengan gelar Ratu Sakti Pancering Jagat dan Ratu Ayu Pingit Dalam Dasar."
1977
D93
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
James Danandjaja
Jakarta : Balai Pustaka, 1985
959.86 JAM u
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andi Eka Asdiana Warti
"Latar Belakang : Indonesia merupakan negara yang sering dilanda bencana alam, kecelakaan dan kejahatan menyebabkan korban jiwa sehingga tidak jarang ditemukan jenazah yang hanya menyisakan tulang belulangnya. Observasi sifat anatomis dan morfologis adalah metode paling popular untuk menghubungkan ras terhadap tulang belulang. Tengkorak adalah bagian tubuh yang dipelajari secara luas dan bagian tengkorak hidung serta mulut adalah bagian terbaik untuk identifikasi ras. Tujuan: Mengetahui parameter morfologi dan morfometri pada orokraniofasial untuk menentukan ras. Metode: Sampel terdiri dari 20 tengkorak yang berasal dari pemakaman Sema Wayah di Desa Trunyan, Bali dan 7 tengkorak yang berasal dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan pengukuran pada setiap tengkorak berdasarkan parameter morfologi dan morfometri. Analisis data untuk membandingkan antara kelompok Trunyan dan Bukan Trunyan menggunakan uji univariat, bivariat dan multivariat. Hasil: Kemampuan parameter morfologi yakni Inferior Nasal Aperture, Nasal Bone Contour, Inter Orbital Breadth dalam menjelaskan ras sebesar 56,8%. Nilai rata-rata morfometri untuk total probability sebesar 2,0778 dan pada kategori sebesar 8,6296 sebagai ambang batas penentuan identifikasi ras. Apabila hasil perhitungan tersebut bernilai <0,5 artinya Trunyan >0,5 artinya Bukan Trunyan. Secara keseluruhan, model ini mampu mengidentifikasi ras Trunyan dan Bukan Trunyan sebesar 81,48%.

Background: Indonesia is a country that is often hit by natural disasters, accidents and crimes that cause fatalities, so it is not uncommon to find bodies that only leave their bones. Observation of anatomical and morphological properties is the most popular method for relating race to bones. The skull is the most widely studied body part and the nose and mouth parts of the skull are the best parts for racial identification. Objective: To know the morphological and morphometric parameters on orocraniofacial to determine race. Methods: The sample consisted of 20 skulls from the Sema Wayah cemetery in Trunyan Village, Bali and 7 skulls from the Faculty of Dentistry, University of Indonesia. In this study, measurements were made on each skull based on morphological and morphometric parameters. Data analysis to compare between the Trunyan and Non Trunyan groups used univariate, bivariate and multivariate tests. Results: The ability of morphological parameters namely Inferior Nasal Aperture, Nasal Bone Contour, Inter Orbital Breadth in explaining race is 56.8%. The morphometric average value for the total probability is 2.0778 and in the category is 8.6296 as the threshold for determining racial identification. If the result of the calculation is <0.5, it means Trunyan > 0.5, it means Not Trunyan. Overall, this model is able to identify the Trunyan and Non-Trunyan races by 81.48%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Rahmadhani
"Latar Belakang: Estimasi jenis kelamin merupakan prioritas penting dan langkah awal dalam proses identifikasi. Tulang orokraniofasial memiliki karakteristik dimorfik yang stabil dibandingkan tulang kerangka lainnya dan memiliki ketahanan tinggi terhadap pengaruh lingkungan. Saat ini, telah banyak peneliti diberbagai belahan dunia yang melaporkan penelitian secara metrik menggunakan parameter tulang orokraniofasial untuk estimasi jenis kelamin dan menunjukkan hasil akurasi yang signifikan pada setiap populasi. Populasi Trunyan merupakan bagian dari penduduk asli (indigenous people) dari Provinsi Bali. Tujuan: Untuk mengetahui dari analisis metrik pada parameter tulang orokraniofasial, mana yang dapat menunjukkan dimorfisme seksual pada laki-laki dan perempuan Populasi Trunyan, Bali. Metode Penelitian: Sampel terdiri dari 20 kranium (9 laki-laki dan 11 perempuan). Pengukuran dilakukan pada 34 parameter kranial (gabungan parameter Populasi Thailand dan Populasi Brazil). Analisis dilakukan secara statistik menggunakan SPSS dan dilakukan uji regresi logistik. Hasil: Nilai rata-rata ukuran kranium laki-laki lebih besar daripada perempuan hampir pada beberapa parameter pengukuran, kecuali nasal breadth dan foramen magnum breadth. Hasil analisis didapatkan sepuluh parameter tulang orokraniofasial menunjukkan perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada populasi Trunyan (p<0,05) yaitu parameter maximum cranial length, bizygomatic breadth, lambda – rhinion (La-Rhi), lambda – nasospinale (La-Ns), lambda-right zygomaxillare (La-RZgm), lambda-left zygomaxillare (La-LZgm), biauricular breadth, frontal chord, mastoid length right dan mastoid length left. Hasil analisis regresi logistik didapatkan dua parameter memiliki hubungan yang kuat untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan yaitu bizygomatic breadth dan minimum frontal breadth (R2=0,477). Secara keseluruhan, persamaan regresi logistik menunjukkan akurasi sebesar 75% untuk estimasi jenis kelamin pada Trunyan. Kesimpulan: Analisis metrik pada parameter tulang orokraniofasial dapat menunjukkan dimorfisme seksual pada laki-laki dan perempuan Populasi Trunyan, Bali.

Background: Sex estimation is an important priority and the first step in the identification process. Orocraniofacial bone has stable dimorphic characteristics compared to other skeletal bones and has high resistance to environmental influences. Currently, many researchers in various parts of the world have reported research on metrics using orocraniofacial bone parameters to estimate gender and showed significant accuracy results in each population. The Trunyan population is part of the Indigenous population (customary community) of Bali province. Objective: To determine the metric analysis of orocraniofacial bone parameters, which can indicate sexual dimorphism in males and females of the Trunyan population, Bali. Methods: The sample consisted of 20 craniums (9 males and 11 females). Measurements were made on 34 cranial parameters (combined parameters of the Thai population and the Brazilian population). The analysis was carried out statistically using SPSS and a logistic regression test. Results: The average size of male craniums is generally larger than that of females in most measurement parameters, except nasal breadth and foramen magnum breadth. The results of the analysis obtained ten orocraniofacial bone parameters which showed significant differences between male and female sex in the Trunyan population (p<0.05), which is the maximum cranial length, bizygomatic breadth, lambda – rhinion (La-Rhi), lambda – nasospinale (La-Ns), lambda-right zygomaxillare (La-RZgm), lambda-left zygomaxillare (La-LZgm), biauricular breadth, frontal chord, mastoid length right and mastoid length left. The results of the logistic regression analysis showed that two parameters had a strong relationship between males and females, which are bizygomatic breadth and minimum frontal breadth (R2=0,477). Overall, the logistic regression equation showed an accuracy of 75% for sex estimation in Trunyan. Conclusion: Metric analysis of orocraniofacial bone parameters can show sexual dimorphism in males and females of the Trunyan population, Bali."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allysa Miranda
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas tentang desakralisasi atau perubahan fungsi tari-tarian di Bali serta dampaknya terhadap aspek sosial dan budaya masyarakat setempat. Munculnya sejumlah garapan tarian baru di tengah masyarakat didorong oleh majunya kegiatan pariwisata Bali yang digencarkan sejak dicanangkannya program PELITA tahun 1969. Desakralisasi tari Bali pada tahun 1969-1988 merupakan bentuk dukungan para seniman dalam memajukan kegiatan pariwisata berbasis kebudayaan Bali. Hal tersebut dapat terlihat dari munculnya berbagai tarian garpan yang merupakan turunan dari tari sakral wali. Dalam skripsi ini, peneliti menggunakan metode sejarah berupa heuristik; yakni pencarian sumber baik itu arsip, buku, ataupun wawancara pelaku, kritik sumber; yakni memverifikasi sumber yang telah didapat, interpretasi, dan terkahir ialah historiografi.

ABSTRACT
This paper thoroughly discuss about desacralization or the changes of Balinese Dances form and its cause to social and cultures aspect in society. The emergence of a new form of Balinese dances in the middle of society is driven by the advent of Bali tourism activities which became intense since the launch of the PELITA program in 1969. Desacralization of Balinese dance in 1969-1988 is a form of Balinese artists support to promote tourism activity based on Balinese culture which can be seen from the emergence of a new form of Balinese dance based on the Sacred Dances. In this paper, the researcher used historical method heuristic the search for sources be it archives, books, or interviews, source critic verifying the sources that have been obtained, interpretation, and historiography."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Violina Zuhelsa
"Pura Besakih merupakan tempat suci terbesar bagi umat Hindu di Bali. Selain itu, pura Besakih juga menjadi objek wisata budaya. Sebagai pura terbesar dan Pura Sad Kahyangan, Pura Besakih memiliki radius suci, sebesar 5 km dimana pada radius tersebut, daerah sekitar pura harus dijaga kesuciannya. Sebagai objek wisata, pura Besakih mengalami pembangunan dan pertambahan fungsi pura yang dipengaruhi oleh aksesibiltas dan wisatawan yang datang mengunjungi Pura Besakih. Hal ini menyebabkan semakin dekat dengan pusat pura Besakih fungsi tempat suci lebih bervariasi.

Pura Besakih is the largest holy place for Hindus in Bali. In addition, the Besakih temple is also a cultural attraction. As the largest temple and heaven Sad Pura, Pura Besakih has a radius sacred, which is 5 km in radius, the area around the temple should be maintained her purity. As a tourist attraction, the temple Besakih experienced construction and expansion of the function of the temple which is influenced by the accessibility and tourists who come to visit Pura Besakih. This led to increasingly close to the center of Besakih temple shrine is more varied functions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42620
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Sumerta
Bali: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2013
306.4 FUN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nursi, Bediuzzaman Said
Jakarta: Prenada Media, 2003
297.5 NUR d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>