Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20998 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"For most reason for dry suspension is the drug changes from chemical degradation or hydrolysis like ampicillin. The dry syrups that require mixing prior to administration is solving the problem. These suspension are commersial, dry mixtures that require the addition of water at the time of dispensing. Many antibiotics are
formulated as dry syrups and are intented for a pediatric patient population. There are usually fewer suspending material in suspension dry syrup than in convensional suspensions. The criteria for selecting inggredients are based both on suitable reconstitution
and on physical tipe of powder mixture desired. This research was carried out the possibility of using phycical and chemical modification of cassava starch as suspending material. First, pregelatinized cassava starch was made by heated the cassava starch with added amount water. Secondly, phosphorylated by adding phosphorous oxychloride for making cross-linked reaction and adding sodium monohydrogen phosphate (Na2HPO4) for making substituted reaction respectively. Both of the cassava starch phosphate derived was used in tree formulas dry syrup, as comparative suspending material was Na Alginate. Then dry syrup was evaluated
accordance to Indonesian Farmacopea ed IV included sedimentation volume, redispersion, viscosity, flowing properties, pH, and ampicillin content after seven days. The result of evaluation were particle size 355-500 µm, flow rate 2,7-4,6 g/det. Sedimention volume at temperature 27ºC during seven days for all formulas were 0,8-1,0, and redispertion 3-5 times. The viskosity of the suspensions were
58,6-357,1 cps .Flowing properties of the liquids were plastis -plastis tixotropic, pH 4,97-5,21, and ampicillin content between 93,12-99,00%."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2006
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Linda Susanti
"Penggunaan pati sebagai eksipien dalam sediaan farmasi, perlu dimodifikasi terlebih dahulu. Modifikasi tersebut bertujuan untuk menghasilkan pati dengan sifat fungsional yang lebih bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Pada penelitian ini, dilakukan modifikasi pati dengan membuat pregel pati singkong yang dilanjutkan dengan esterifikasi suksinat anhidrid. Pregel pati singkong suksinat (PPSS) merupakan hasil modifikasi pati singkong secara fisika dan kimia yang dibuat dengan mereaksikan pregel pati singkong (PPS) dengan suksinat anhidrid 4%. PPS dan PPSS dikarakterisasi secara fisika, kimia, dan fungsional. Selanjutnya, pregel pati singkong suksinat digunakan sebagai bahan penyalut lapis tipis tablet. Dilakukan percobaan pendahuluan pada tablet plasebo yang disalut dengan PPSS konsentrasi 3, 5, dan 7%. Diperoleh hasil terbaik pada konsentrasi 5% kemudian dibandingkan dengan tablet yang disalut dengan HPC 5%. Larutan penyalut terdiri dari PPSS 5% sebagai polimer dan PEG 400 sebagai plasticizer sebesar 10% dari bobot polimer kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PPSS dapat digunakan sebagai bahan penyalut lapis tipis tablet.

The utilization of starch as excipient in pharmaceutical dosage form, need to modified first. The aim of this modification was to produce cassava with variation of functional characteristic according to the application. In this research, starch was modified by making pregelatinized cassava starch and then esterificated with succinic anhydride. Pregelatinized cassava starch succinate (PPSS) is a physically and chemically modified starch product which made by reacting pregelatinized cassava starch (PPS) with succinic anhydride 4%. PPS and PPSS was characterized by physical, chemical, and functional properties. Moreover, pregelatinized cassava starch succinate was used as film former in coated tablet. In pra eliminary study, placebo tablet was coated by PPSS with concentration 3%, 5%, and 7%. The result showed that the best concentration is in 5% and then was compared with coated tablet by HPC 5%. Film solution containing PPSS 5% w/v as polymer and 10% w/w PEG 400 as plasticizer based on the dry polymer weight. This research showed that PPSS can be used as a coating agent in the tablet form."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effionora Anwar
"Niosom adalah salah satu vesikel surfaktan nonionik yang dapat membawa obat yang sekarang ini sedang dikembangkan. Salah satu eksipien yang digunakan dalam niosom adalah maltodektrin. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemampuan penjerapan obat oleh niosom yang menggunakan maltodekstrin DE 5-10 dart pati singkong sebagai bahan pembawa. Maltodekstrin dengan ukuran 60 mesh (250 um) ditambah surfaktan non ionik menghasilkan proniosom. Proniosom tersebut bila dihidrasi akan menghasilkan niosom. Proniosom dan niosom yang dihasilkan dievaluasi secara mikroskopik dan analisis kuantiatatif terhadap obat yang dijerap, sebagai bahan obat digunakan klorfeniramin maleat (CTM) sebagai model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa maltodekstrin DE 5-10 dari pati singkong dapat digunakan sebagai pembawa dalam pembuatan proniosom dan proniosom yang dihasilkan tersebut dapat digunakan untuk membuat niosom, dan dapat menjerap obat sebesar 45,54% pada konsentrasis urfaktan lOmMdanCTM ImM.

Niosomes are nonionic surfactant vesicles as carrier for drug, that developed by researcher. One of the exipient can be used in niosom is maltodextrin. The aim of this research was to study entrapment ability of drug by niosom that used maltodextrin DE 5-10 from tapioca starch as carrier substance. The maltodextrin DE 5-10 with particle size 60 mesh (250 um) was added non ionic surfactant for proniosomes preparation. The proniosomes when hydrated could be produced niosomes. Both proniosom and niosomes had been evaluated by microscopic and quantity entrapment drug method, and was used chlorpheniramin maleat as a drug model. Results of this research show that maltodextrin DE 5-10 from tapioca starch can be used as the carrier in the proniosome preparations and can be used for producing niosomes, and could entrapped drug 45,54% at 10 mM surfactant concentration and 1 mM CTM."
[place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2004
SAIN-9-3-2004-18
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Rustiana
"Telah dilakukan penelitian pembuatan sediaan tablet parasetamol cara cetak langsung dengan bahan penolong kombinasi antara pati singkong terpregelatinasi dan pati singkong dibandingkan dengan Starch 1500 dan pati singkong dengan beberapa perbandingan yaitu 75 : 25, 50: 50 dan 25 : 75. Pati singkong terpregelatinasi yang digunakan dibuat dengan double drum dryer pada suhu ±80°C dan kadar air ±44 %b/b dari berat kering pati singkong. Ukuran pati singkong terpregelatinasi yang digunakan yaitu 60/100 mesh. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kombinasi antara pati singkong terpregelatinasi dan pati singkong yang memberikan keseragaman bobot terbaik, kekerasan tertinggi dan keregasan terendah yaitu formula 1 (75 : 25); formula 11(50 : 50) memberikan disolusi terbaik dan formula III (25 : 75) memberjkan waktu hancur tercepat. Kombinasj antara pati singkong terpregelatinasi dan pati singkong juga memberikan kekerasan yang lebih tinggi, keregasan yang lebih rendah, waktu hancur yang lebih lama dan disolusi yang lebih rendah dibandingkan dengan kombinasj antara Starch 1500 dan pati singkong. Semakin banyak jumlah pati singkong terpregelatjnasj yang digunakan semakin kuat tablet yang dihasilkan.

It has been done research on preparation of paracetamol tablet by direct compressed using additional material from the combination of pregelatinized amylum manihot and amylum manihot compared with the combination of Starch 1500 and amylum manihot in several proportions as 75 25, 50: 50 and 25 : 75. Pregelatinized aniylum manihot was made by double drum dryer with the temperature of ±80°C and ±44% 1'/b of water content calculated from the amylum manihot dry weight. Particle size of pregelatinized amylum manihot used in this research is 60/100 mesh. This research obtained result shows that combination of pregelatinized amylum manihot and amylum manihot which gives the best uniformity in weight, the highesthardness and the lowest friability is formula I (75 25); formula 11(50 : 50) gives the best dissolution rate and formula III (25 75) gives the shortest disintegration time . The combination of pregelatinized amylum manihot and amylum manihot also gives higher hardness, lower friability, longer disintegration time and lower dissolution rate compared with the combination of Starch 1500 and amylum manihot. The bigger amount of pregelatinized amylum manihot used could increase the strength of tablets produced."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprihati
"Manihot esculenta Crant atau Manihot utilissima Pohl merupakan tanaman yang mudah tumbuh hampir di seluruh dataran di Indonesia dan waktu panen relatif singkat, sehingga efektif untuk digunakan sebagai penghasil bahan baku, seperti pati singkong atau tapioka. Dalam industri Farmasi, pati singkong digunakan sebagian besar sebagai bahan penolong tablet secara granulasi basah. Namun demikian, sampai saat mi produksi pati singkong yang digunakan untuk industri Farmasi mi sangat terbatas. Dalam formula tablet cetak langsung pati singkong belum banyak dipakai, karena tidak memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik. Sehingga perlu adanya usaha untuk memodifikasi pati singkong. Tujuan penelitian mi adalah untuk mengetahui karakteristik pati singkong dan pati singkong terpregelatinasi, yang meliputi karakteristik fisik, kimia dan fungsional serta dibandingkan dengan Starch 1500 sebagai bahan penolong tablet cetak langsung. Dalam penelitian mi, pati singkong terpregelatinasi dibuat dari pati singkong ditambah dengan air suling 44% dari berat bahan, kemudian pasta yang terbentuk dialirkan ke double drum drier yang sudah diatur suhunya 80°C. Selanjutnya lapisan atau serpihan-serpihan tipis yang dihasilkan digiling menggunakan Hammer mill, maka serbuk yang terbentuk selanjutnya dianalisis. Pregelatinasi pati tidak merubah komposisi kimia produknya. Akan tetapi merubah karakteristik fisik seperti bentuk dan ukuran granula, pola diffraksi sinar-X, derajat putih, sifat birefringence, densitas kamba dan viskositas, serta karakteristik fungsionalnya seperti waktu alir, laju alir, sudut diam dan kompresibilitas. Waktu alir pati singkong terpregelatinasi dan Starch 1500 tidak memiliki perbedaan yang bermakna. Sedangkan kompresibilitas Starch 1500 lebih besar daripada pati singkong terpregelatinasi. Pati singkong terpregelatinasi seperti Starch 1500 dapat digunakan sebagai bahan penolong tablet cetak langsung.

Manihot esculenta Crant or Manihot utilissima Pohl is one easy-to-grow crop in Indonesia. It can be found in most every part of the country that it is of such great potential for effective production of cassava starch or tapioca. In Pharmaceutical industry, cassava starch is mostly used as excipient in wetgranulation process. The production of the starch used in the industry, however, is still limited. The starch is not used in direct compression formulation due to its flow characteristic and compressibility that does not meet the desired specification. Therefore, it is of great importance and necessity to conduct intensive research and study to modify the characteristics of the starch to meet such requirements. One of such modification is the pregelatination. In the experiment pregelatinized starch is made from cassava added with distilled water 44% of the material dry weight. The suspension-like mixture is then flowed through double drum dryer previously set up at a temperature of 80°C. After drying process, the flakes are then ground on a Hammer mill. The product is then ready to be analyzed. The pregelatination process does not alter chemical composition of the starch, but changes the physical properties of the starch such as the shape of granules, X-ray diffraction pattern, degree of whiteness, birefringence, bulk density and viscosity, as well as its functional characteristics such as flow properties, angle of repose, and compressibility Flow time of the pregelatinized starch is not significantly different from that of Starch 1500, whereas Starch 1500 compressibility is greater than that of the starch. Like Starch 1500, pregelatinized cassava starch can be used as an excipient in direct compression tablet formulation. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Yogaswara
"Koproses merupakan suatu konsep baru dari dua atau lebih eksipien yang berinteraksi pada tingkat subpartikel. Tujuan koproses adalah meningkatkan fungsionalitas secara sinergis dan menutupi sifat tidak diinginkan dari masing-masing eksipien. Koproses dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi pati sebagai bahan penyalut dalam industri farmasi dikombinasi dengan etil selulosa untuk menghasilkan sediaan lepas terkendali. Eksipien koproses pragelatinisasi pati singkong (PPS) - etil selulosa (EC) dibuat dengan cara mengkombinasikan PPS dan EC dengan rasio 2:1, 3:1, dan 4:1 kemudian dikarakterisasi. Eksipien koproses PPS-EC yang dipilih sebagai bahan penyalut adalah perbandingan 4:1. Eksipien koproses PPS-EC 4:1 dapat digunakan sebagai bahan penyalut yang mengendalikan pelepasan obat.

Co-process is a new concept of two or more excipients that interact at the level of sub-particles. The purpose of co-process is to improve the functionality co-process synergistically and cover unwanted nature of each excipients. Co-process can be done to improve the function of starch as an ingredient in the pharmaceutical industry coated combined with ethyl cellulose to produce off the preparation of control. Pregelatinized cassava starch (PCS) - ethyl cellulose (EC) co-process excipients is made by combining PCS and EC by a ratio of 2:1, 3:1, and 4:1 and characterized. PCS-EC co-process excipients selected as coated material is 4:1 ratio. PCS-EC co-process excipients 4:1 can be used as a coating tablet."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S32944
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Zaki
"Tablet cepat hancur merupakan bentuk sediaan farmasi yang sedang berkembang saat ini karena karakteristik yang dimilikinya, yaitu dapat hancur di rongga mulut tanpa perlu dikunyah dan tanpa adanya bantuan air tambahan. Komponen penting dalam tablet cepat hancur adalah penghancur. Maltodekstrin dan pragelatinisasi pati singkong (PPS) merupakan eksipien yang dapat berfungsi sebagai penghancur. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan tablet cepat hancur menggunakan maltodekstrin DE 10-15 dan pragelatinisasi pati singkong dalam berbagai konsentrasi sebagai eksipien. Pati singkong dipragelatinisasikan hingga didapat PPS. Selanjutnya PPS dicampurkan dengan maltodektrin DE 10-15 untuk dibuat menjadi tablet cepat hancur dengan metode granulasi basah. Evaluasi tablet menunjukkan bahwa formula F yang mengandung maltodekstrin DE 10-15 sebesar 40% dan PPS sebesar 10% memiliki kriteria yang baik sebagai tablet cepat hancur. Formula F memiliki kekerasan 3,39 kp, keregasan 0,74%, waktu pembasahan 7,87 detik dan waktu hancur 38,55 detik.

This study developed a novel fast disintegrating tablets. Maltodextrin DE 10-15 and pregelatinized cassava starch (PCS) with various concentration were used as tablet disintegrant. The PCS was obtained from pregelatinized process. The resulting PCS was then mixed with maltodextrin DE 10-15. The resulting mixture was then formulated into fast disintegrating tablet using wet granulation method. The obtained tablets were then evaluated. The evaluation showed that formula F which contained 40% maltodextrin DE 10-15 and 10% PCS have the best characteristic as fast disintegrating tablet. Formula F exhibited 3,39 kp of hardness, 0,74% of friability, 7,87 seconds of wetting time and 38,55 seconds of disintegration time."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S787
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rida Cameli
"ABSTRAK
Film bukal merupakan alternatif bagi sediaan oral yang membutuhkan polimer pembentuk film dengan sifat mekanik dan mukoadesif yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan eksipien koproses dari pragelatinisasi pati singkong fosfat PPSF dan karaginan dengan perbandingan terbaik; serta memformulasi dan mengkarakterisasi film bukal yang dibuat dari eksipien koproses tersebut. PPSF merupakan eksipien modifikasi dari pati singkong yang digelatinisasi sebagian dan kemudian fosforilasi pada kondisi basa pH 9-10 . Selanjutnya PPSF bersama karaginan dibuat menjadi eksipien koproses dengan perbandingan 1:1; 2:1; 3:1; dan 1:2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksipien koproses PPSF-karaginan 1:1 memiliki sifat mukoadesif yang baik, dengan kekuatan mukoadesif 5,94 1.128 gF dan waktu mukoadesif 118,3 2,22 menit. Selanjutnya eksipien koproses PPSF-karaginan 1:1 tersebut digunakan sebagai pembentuk film bukal dengan salbutamol sebagai model obat. Karakteristik film bukal salbutamol yang dihasilkan yaitu ketebalan 11,23 0,21 m, kekuatan peregangan 0,18 N/mm2 dan elongasi 81,38 15,03 . Selain itu, pelepasan salbutamol sulfat dari film bukal mencapai 72,93 1,81 selama 19 menit. Dapat disimpulkan bahwa eksipien koproses PPSF-karaginan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai eksipien pembentuk film bukal dengan pelepasan obat segera.

ABSTRACT
Buccal film is an alternative oral dosage form which is required film forming polymer with a good mechanical and mucoadhesive properties. The purposes of present study were to optimize the best ratio of pregelatinized cassava starch phosphate and carrageenan to obtain coprocess excipient, as well as formulate and characterize the film based on the coprocess excipent. Pregelatinized cassava starch phosphate PCSP is a physically and chemically modified excipient with partial gelatinization and phosphorylation in alkaline condition pH 9 10 . Then, PCSP was co processed with carrageenan in the ratio 1 1, 2 1 3 1, and 1 2. The results showed that tensile strength and mucoadhesion time of the coprocess excipient of PCSP Carrageenan 1 1 were 5.94 1.128 gF and 118.3 2.22 minutes, respectively. It revealed that the coprocess excipient had good mucoadhesive properties. Moreover, the coprocess excipient of PCSP Carrageenan 1 1 was used as film forming in buccal film formulation and salbutamol as a drug model. The resulted film had the thickness, the tensile strength, and the elongation were 11.23 0.21 m, 0.18 N mm2, 81.38 15.03 , respectively. Furthermore, the release profile of salbutamol sulfate from the films showed the fast release, which was 72.93 1.81 released during 19 minutes. It is concluded that the coprocess excipient of PCSP Carrageenan could be applied as an excipient of buccal film for immediate release purpose."
2013
T47481
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>