Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20451 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Menurut WHO, setiap tahunnya 300 ? 500 juta penduduk dunia menderita malaria dan satu juta di antaranya meninggal dunia. Dewasa ini, strategi pencegahan dan pemberantasan malaria dilakukan dengan integrated vector management (IVM) yang dirancang untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu langkah IVM adalah penggunaan agen biologis untuk pemberantasan vektor, seperti Bacillus thuringiensis (Bt). Bt dikatakan ramah lingkungan dan tidak menimbulkan resistensi vektor. Efektivitasnya pun telah dibuktikan dalam berbagai penelitian. Sayangnya, Bt memiliki masa kerja yang singkat sehingga diperlukan aplikasi berulang di habitat vektor. Saat ini, Bt yang digunakan di Indonesia masih diimpor dari luar negeri. Pemberantasan vektor malaria menggunakan Bt dapat dilakukan secara berkesinambungan dengan memanfaatkan potensi lokal yaitu kelapa sebagai media pembiakkan Bt.

Abstract
Malaria is one of major health problems in the world, including Indonesia. According to WHO, 300-500 million people suffer from malaria and 1 million of them died. Nowadays, malaria prevention strategy has been focusing on integrated vector management (IVM). It is planned to reduce negative effects to the environment. One of IVM strategies is using the biological agent for vector management, i.e. Bacillus thuringiensis. Bt was reported environmental-friendly and does not raise vector resistency. Efficacy of Bt has also been proven by many studies. Unfortunately, Bt has short-period of activity, therefore the application of Bt must be repeated regularly. Bt in Indonesia is still imported from other country. Malaria vector management using Bt, could be sustainable if we produce Bt from local product using coconut.
"
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rheza Maulana Syahputra
"Insidens demam berdarah dengue (DBD) makin meningkat setiap tahun walaupun telah banyak tindakan yang dilakukan untuk mengontrol vektornya, yakni Ae. aegypti. Hal ini menuntut ditemukannya tindakan kontrol vektor yang murah, mudah digunakan, dan minim efek samping. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa bakteri Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) dapat digunakan untuk membunuh Ae. aegypti, namun penelitian tersebut hanya sebatas uji laboratorium dan semi ? lapangan. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian ini, yang ditujukan untuk mengetahui efektifitas Bti bentuk cair dalam menurunkan indeks kontainer Ae. aegypti di Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat.
Survei dilakukan pada bulan Februari dan Maret 2010 di kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat. Larva Ae. aegypti dari tempat penampungan air (TPA) di 120 rumah diambil dengan single larval method lalu diidentifikasi. Semua TPA diteteskan Bti bentuk cair sebanyak 4 mL/m2 lalu dievaluasi satu bulan kemudian. Data di proses menggunakan SPSS versi 20 dan diuji dengan uji McNemar. Sebelum pemberian Bti, dari 261 TPA terdapat 21 TPA yang positif Ae. aegypti. Setelah pemberian Bti, terdapat penurunan jumlah TPA yang positif (menjadi 15 TPA), namun uji McNemar tidak memberikan perbedaan bermakna (p=0,230). Disimpulkan bahwa Bti bentuk cairan tidak dapat menurunkan kepadatan Ae. Aegypti. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap efektifitas penggunaan Bti slow-release formulation untuk memberantas Ae. aegypti.

The incidence of dengue haemorrhagic fever (DHF) increases every year even though enormous measures to control the vector, Ae. aegypti, have been taken. Consequently, a vector-controlling method that is efficient, easy to use and less side effect is needed. Previous study stated that Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) could be used to control Ae. Aegypti, however, the study only conducted in laboratory and semi-field setting. Thus, this study aims to know the effectiveness of liquid formulation Bti in decreasing Ae. Aegypti container index in the field setting (Rawasari Village, Jakarta Pusat).
Survey was conducted in February and March 2010 in Rawasari Village, Jakarta Pusat. The Ae. Aegypti larvae from water container in 120 houses were taken using single larval method and were identified. Bti in the liquid formulation was introduced to all containers with the dosage of 4 mL/m2. One month later, the researcher re-evaluates the presence of Ae. aegypti in the water containers. The data was processed by using SPSS version 20 and tested by using McNemar test. Before the application of Bti, 21 of 261 containers were positively identified with Ae. aegypti larvae. After the application of Bti, the number of larva-positive container decreased to 15 containers. However, the difference is not statistically significant (McNemar p=0,230). Bti in the liquid form is not effective to decrease container index of Ae. aegypti. Further study needs to investigate the usage of Bti in slow release formulation to control Ae. aegypti.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Afif
"Tujuan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi letal Bti terhadap Ae. aegypti. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009 sampai bulan Maret 2010 di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menggunakan desain eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae.aegypti yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak keramik berukuran 60 x 60 x 60 cm3 yang berisi 125 L air. Selanjutnya bak tersebut diberikan larutan suspensi Bti dengan berbagai konsentrasi. Setelah 24 jam dilakukan observasi untuk menghitung jumlah larva yang mati. Sebagai control 100 larva dimasukkan ke dalam bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Data dianalisis dengan probit analysis untuk mendapatkan LC50 dan LC95.
Dari analisis tersebut didapatkan LC50 dan LC95 untuk Ae.aegypti adalah 0,98 (0,68-1,24) ml/m2 dan 2,76 (2,31-3,57) ml/m2. Dengan demikian untuk penggunaan di lapangan akan digunakan konsentrasi tertinggi yaitu 3,57 ml/m2. Karena konsentrasi yang tersedia dari pabrik adalah 2,3,4 dan 5 ml/m2 maka konsentrasi yang digunakan adalah 4 ml/m2. Disimpulkan LC95 Bti terhadap Ae.aegypti adalah 3,57 ml/m2 dan konsentrasi untuk digunakan di lapangan adalah 4 ml/m2.
The purpose of this study is to determine the lethal concentration of Bti against Ae. aegypti. This experimental study was conducted on December 2009 until March 2010 in the Laboratory of Parasitology, Faculty of Medicine, University of Indonesia. The larvae used was 100 third instar larvae taken from the laboratory colony and were introduced in to ceramic containers measured 60 x 60 x 60 cm3 filled with 125 L of water. The containers were treated with Bti suspension with different concentration and then larval mortalities was recorded 24 hours after the treatment. As control, 100 larvae were introduced in to a container with the same type and size, but with no Bti. The data was analyzed with probit analysis to determine the LC50 and LC95.
The results showed that LC50 and LC95 for Ae.aegypti is 0,98 (0,68-1,24) ml/m2 and 2,76 (2,31-3,57) ml/m2, thus the application in the field will be using the highest concentration of 3,57 ml/m2. Because the concentrations available from the factory are 2,3,4, and 5 ml/m2, the concentration used is 4 ml/m2. It was concluded that the LC95 of Bti against Ae.aegypti is 3,57 ml/m2 and the concentration to be used in field is 4 ml/m2.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lukmanul Hafiz
"ABSTRAK
Penyakit tular nyamuk merupakan masalah kesehatan masyarakat antara lain filariasis yang ditularkan oleh Cx.quinquefasciatus. Pemberantasan filariasis dilakukan dengan pengobatan masal yang didukung pemberantasan vektor. Saat ini pemberantasan vektor ditekankan pada pemberantasan biologis, salah satunya menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Bti telah digunakan di berbagai Negara namun di Indonesia efikasi Bti terhadap Cx.quinquefasciatus belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi letal Bti bentuk cair dalam membunuh Cx.quinquefasciatus. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan koloni larva Cx.quinquefasciatus dari Laboratorium Parasitologi FKUI. Sebanyak 100 larva instar III dimasukkan ke dalam bak keramik yang berisi 125 L air. Selanjutnya bak tersebut diberikan Bti bentuk cair dengan berbagai konsentrasi lalu diobservasi, dan setelah 24 jam dihitung jumlah larva yang mati. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke dalam bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Hasil penelitian menunjukkan LC50 dan LC95 untuk Cx.quinquefasciatus adalah 0,575 (0.288- 0.8010.288- 0.801) ml/m2 dan 2,839 (2.431-3.4822.431-3.482) ml/m2. Koefisien determinasi (R2) selama pengamatan 24 jam sebesar 0,968. Disimpulkan LC50 Bti terhadap larva Cx.quinquefasciatus adalah 0,575 ml/m2 dan LC95 adalah sebesar 2,839 ml/m2. Untuk penggunaan di lapangan, digunakan estimasi konsentrasi tertinggi LC95 dan sesuai dengan sediaan yang dijual oleh pabrik yaitu 4 ml/m2.

ABSTRACT
Mosquito borne disease is still a public health problem, one of them is filariasis which is transmitted by Cx.quinquefasciatus. Eradication of filariasis by mass treatment supported the eradication of the vector. Currently focused on eradicating eradication of vector biology, one of them using Bacillus thuringiensis israelensis (BTI). BTI has been used in various countries but in Indonesia BTI efficacy against Cx.quinquefasciatus is unknown. This study aims to determine the lethal concentration BTI liquid form against Cx.quinquefasciatus. This research was conducted with experimental methods using a colony of Cx.quinquefasciatus larvae in the Laboratory of Parasitology FKUI. A total of 100 third instar larvae inserted into the ceramic container containing 125 L of water. Furthermore, these container are given BTI liquid form with various concentrations. After 24 hours counted the number of dead larvae. The results showed LC50 and LC95 for Cx.quinquefasciatus is 0,575 (0,288-0,801) ml/m2 and 2,839 (2,431-3,482) ml/m2. The coefficient of determination (R2) during 24-hour observation is 0.968. BTI concluded LC50 of Cx.quinquefasciatus larvae LC95 is 0.575 ml/m2 and amounted to 2.839 ml/m2. For use in the field, is used to estimate the highest concentration of LC95 and in accordance with the stocks being sold by the factory which is 4 ml/m2."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Permana Putra
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di DKI Jakarta,salah satunya di Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat. Untuk memberantas vektor DBD salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan biolarvasida, yaitu Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari larvasida Bti dalam pemberantasan vektor DBD di Container TPA.
Desain penelitian ini adalah menggunakan metode quasi-eksperimental dengan intervensi aplikasi Bti bentuk larutan konsentrasi 4 ml/m2. Data sebelum intervensi diambil pada tanggal 14 Februari 2010 dan sesudah intervensi pada tanggal 15 Maret 2010 yang terletak Kelurahan Rawasari, Jakara Pusat. Survei entomologi dilakukan dengan single-larval method di container TPA di 100 rumah. Data diolah dengan program SPSS versi 20 dengan analisis menggunakan uji McNemar.
Hasil menunjukkan bahwa setelah pemberian Bti terjadi penurunan dari 15 container positif menjadi 12 container, tetapi, hasil McNemar menunjukkan p = 0,629, artinya tingkat kepadatan larva Ae.aegypti tetap tinggi. Maka, Bti konsentrasi 4 ml/m2 tidak efektif dalam menurunkan keberadaan larva Ae.aegypti di container TPA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Saddam Alkautsar
"Salah satu masalah kesehatan masyarakat adalah penyakit tular vektor, diantaranya demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan Aedes aegypti dan filariasis yang ditularkan Culex quinquefasciatus. Pemberantasan penyakit tersebut terutama menggunakan insektisida. Untuk mengurangi efek negatif insektisida, dilakukan pemberantasan biologis salah satunya menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama efek residu Bti terhadap Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus. Desain penelitian ini adalah eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae. aegypti dan Cx.quinquefasciatus yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak fiber glass, keramik, dan semen yang berukuran 60 x 60 x 60 cm3 dan berisi 125 L air. Selanjutnya diteteskan Bti dengan konsentrasi 2 ml/m2 lalu diobservasi selama 24 jam kemudian dihitung jumlah larva yang mati. Selanjutnya dilihat perkembangan pada setiap minggunya.
Penelitian dihentikan jika jumlah kematian larva <70%. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Lama efek residu Bti dalam membunuh larva Ae. aegypti pada ketiga container adalah dua minggu sedangkan terhadap Cx. quinquefasciatus pada bak semen dan keramik adalah satu minggu, dan pada bak fiber glass dua minggu. Pada uji Mc Nemar didapatkan p= 0,001 yang artinya terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan efek residu Bti terhadap Ae. aegypti lebih lama dibandingkan Cx. quinquefasciatus.
One of the problem in public health is vector borne diseases, such as dengue hemorrhagic fever (DHF) which is transmitted by Aedes aegypti and filariasis transmitted by Culex quinquefasciatus. The control of the disease by controlling vector mainly using insecticides. To reduce the negative effects of insecticides, today?s control of the vector attempted with biological eradication, among others, with Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
This study aims to determine residual effect of Bti against Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus. This experimental study was performed using 100 third instar larvae Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus from laboratory colonies introduced into containers of fiber glass, ceramics, and cement which measures 60 x 60 x 60 cm3 and containing 125 L of water. The concentrations of Bti was 2 ml/m2 then observed for 24 hours and then counted the number of dead larvae. After that, the observation was conducted each week to observe the progress of the experiment.
The experiment is stopped when the mortality number dropped below 70%. As control 100 larvae introduced to the same type an size containers but not given Bti. Residual effect of Bti against Ae. aegypti larvae in the three containers is 2 weeks whereas against Cx. quinquefasciatus in the containers of cement and ceramic is 1 week, and in the fiber glass is 2 weeks. McNemar test showed p = 0,001, which means there is significant difference. It was concluded that residual effect of Bti against Ae. aegypti is two weeks and longer than Cx. quinquefasciatus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Saddam Alkautsar
"Salah satu masalah kesehatan masyarakat adalah penyakit tular vektor, diantaranya demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan Aedes aegypti dan filariasis yang ditularkan Culex quinquefasciatus. Pemberantasan penyakit tersebut terutama menggunakan insektisida. Untuk mengurangi efek negatif insektisida, dilakukan pemberantasan biologis salah satunya menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama efek residu Bti terhadap Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus. Desain penelitian ini adalah eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae. aegypti dan Cx.quinquefasciatus yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak fiber glass, keramik, dan semen yang berukuran 60 x 60 x 60 cm3 dan berisi 125 L air. Selanjutnya diteteskan Bti dengan konsentrasi 2 ml/m2 lalu diobservasi selama 24 jam kemudian dihitung jumlah larva yang mati. Selanjutnya dilihat perkembangan pada setiap minggunya.
Penelitian dihentikan jika jumlah kematian larva <70%. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Lama efek residu Bti dalam membunuh larva Ae. aegypti pada ketiga container adalah dua minggu sedangkan terhadap Cx. quinquefasciatus pada bak semen dan keramik adalah satu minggu, dan pada bak fiber glass dua minggu. Pada uji Mc Nemar didapatkan p= 0,001 yang artinya terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan efek residu Bti terhadap Ae. aegypti lebih lama dibandingkan Cx. quinquefasciatus.

One of the problem in public health is vector borne diseases, such as dengue hemorrhagic fever (DHF) which is transmitted by Aedes aegypti and filariasis transmitted by Culex quinquefasciatus. The control of the disease by controlling vector mainly using insecticides. To reduce the negative effects of insecticides, today’s control of the vector attempted with biological eradication, among others, with Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
This study aims to determine residual effect of Bti against Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus. This experimental study was performed using 100 third instar larvae Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus from laboratory colonies introduced into containers of fiber glass, ceramics, and cement which measures 60 x 60 x 60 cm3 and containing 125 L of water. The concentrations of Bti was 2 ml/m2 then observed for 24 hours and then counted the number of dead larvae. After that, the observation was conducted each week to observe the progress of the experiment.
The experiment is stopped when the mortality number dropped below 70%. As control 100 larvae introduced to the same type an size containers but not given Bti. Residual effect of Bti against Ae. aegypti larvae in the three containers is 2 weeks whereas against Cx. quinquefasciatus in the containers of cement and ceramic is 1 week, and in the fiber glass is 2 weeks. McNemar test showed p = 0,001, which means there is significant difference. It was concluded that residual effect of Bti against Ae. aegypti is two weeks and longer than Cx. quinquefasciatus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonard Tangguh
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Bacillus thurigiensis var israelensis (Bti) dianjurkan untuk pengendalian DBD, tetapi mengenai efikasinya dalam membunuh Ae. aegypti belum diketahui. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek residu Bti di tempat penampungan air yang sering digunakan masyarakat. Penelitian dilakukan di Departemen Parasitologi Universitas Indonesia pada bulan April-Juni 2010. Bti formulasi cair (4 mg/m2) diteteskan ke tempat penampungan air (TPA) terbuat dari keramik, semen dan plastik dengan perlakuan tidak dikuras dan dikuras (sebanyak 2/3 isi bak dibuang dan diisi kembali dengan air tanah setiap hari). Ke dalam TPA dimasukkan 100 larva instar III Ae. aegypti lalu kematiannya dihitung setelah 24 jam. Hasil studi menunjukkan pada minggu pertama kematian larva 100% di semua TPA. Pada minggu kedua, kematian larva di TPA semen dan plastik >70%, kecuali di TPA keramik yang dikuras (44%). Pada minggu ketiga, mortalitas larva di semua kontainer <70%. TPA keramik mempunyai efek residu paling rendah dibandingkan plastik dan semen. Disimpulkan formulasi cair Bti tidak dapat dipakai untuk pengendalian DBD karena efek residunya hanya 1-2 minggu. Tidak ditemukan assosiasi antara jenis kontainer dengan mortalitas Ae. aegypti.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a public health problem in Indonesia. Biological controls such as Bacillus thurigiensis var israelensis (Bti) has been implicated as a possible control of DHF. However its efficacy against Ae. aegypti is not known. The aim of the study is to know residual effect of Bti in common household containers. This study is conducted in Department of Parasitology Universitas Indonesia from April to June 2010. A liquid formulation of Bti with a concentration of 4 mg/m2 and three common household containers were used. Each container was added 100 third instar larvae of Ae. aegypti. Mortality count was done in 24 hour after the addition of the larvae. The results showed that in the first week there was 100% mortality in all containers. In the second week concrete and plastic containers had mortality >70%, except for water treated ceramic container (44%). In the third week, none of the water containers had mortality rate of 70%. Ceramic has the least residual effects compared to concrete or plastic containers. In conclusion, liquid formulation of Bti could not be used as vector control as its efficacy only lasted up to 1-2 week. There is no association between the type of containers with the mortality of Ae. aegypti larvae."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rahmad Putra
"Bacillus thuringiensis israelensis adalah agen biologis yang dapat digunakan untuk mengkontrol Aedes sp. Namun, efek residu dari Bti di kontainer yang biasa ada di rumah tangga (plastik, semen, dan keramik) masih belum diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek residu Bti pada eksperimen semilapangan. Pada penelitian ini digunakan 100 larva instar tiga dari Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang dikembangbiakan di labolatorium Parasitology. Larva kemudian dimasukan ke kontainer yang dibuat dari plastik, semen, dan keramik dan mengandung 4 ml/m2 Bti. Untuk mensimulasikan kondisi yang ada di lapangan, setiap kontainer diberikan perlakuan dengan dikuras air dan tidak dikuras. Eksperimen ini dihentikan ketika mortalitas dari Ae. aegypti dan Ae. albopictus di bawah 70%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa efek residu Bti terhadap Ae. aegypti dan Ae. albopictus sama ( dua minggu). Tidak ada perbedaan bermakna mortalitas pada Ae. aegypti dan Ae. albopictus dengan kedua perlakuan, dikuras airnya atau tidak dikuras (plastik, semen, dan keramik). Namun, pada kontainer terdapat perbedaan bermakna. Kesimpulan, Bti tidak digunakan untuk mengkontrol Aedes sp di lapangan karena efek residu yang hanya bertahan dua minggu.

Bacillus thuringiensis israelensis is a biological agent that can be used to control Aedes sp. However, the residual effect of Bti in common household container in Indonesia ( plastic, concrete, and ceramic) is still unknown. The aim of the study is to know residual effect of Bti against Aedes sp in semi-field experiment. This study used 100 third instar larvae of Ae. aegypti and Ae. albopictus that breed in the parasitology laboratorium. The larvae were introduced to container made of the plastic, concrete, and ceramic contain 4 ml/m2 Bti. To simulate condition in the field setting, each containers were given treatment water replaced and nonwater replaced. The experiment stopped when the mortality of the larvae Ae. aegypti and Ae. albopictus below 70%.
The result showed that residual effect of Bti against Ae. aegypti was the same with Ae. albopictus (two weeks). No significant difference in the mortality of Ae. aegypti and Ae. albopictus either the water was replaced or not replaced (plastic and concrete container). However, in ceramic container there was significant different. In conclusion, Bti could not be used to control Aedes sp in the field since its residual effect was only two weeks.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukmanul Hafiz
"Penyakit tular nyamuk merupakan masalah kesehatan masyarakat antara lain filariasis yang ditularkan oleh Cx.quinquefasciatus. Pemberantasan filariasis dilakukan dengan pengobatan masal yang didukung pemberantasan vektor. Saat ini pemberantasan vektor ditekankan pada pemberantasan biologis, salah satunya menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Bti telah digunakan di berbagai Negara namun di Indonesia efikasi Bti terhadap Cx.quinquefasciatus belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi letal Bti bentuk cair dalam membunuh Cx.quinquefasciatus. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan koloni larva Cx.quinquefasciatus dari Laboratorium Parasitologi FKUI. Sebanyak 100 larva instar III dimasukkan ke dalam bak keramik yang berisi 125 L air. Selanjutnya bak tersebut diberikan Bti bentuk cair dengan berbagai konsentrasi lalu diobservasi, dan setelah 24 jam dihitung jumlah larva yang mati. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke dalam bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Hasil penelitian menunjukkan LC50 dan LC95 untuk Cx.quinquefasciatus adalah 0,575 (0.288- 0.801) ml/m2 dan 2,839 (2.431-3.482) ml/m2. Koefisien determinasi (R2) selama pengamatan 24 jam sebesar 0,968. Disimpulkan LC50 Bti terhadap larva Cx.quinquefasciatus adalah 0,575 ml/m2 dan LC95 adalah sebesar 2,839 ml/m2. Untuk penggunaan di lapangan, digunakan estimasi konsentrasi tertinggi LC95 dan sesuai dengan sediaan yang dijual oleh pabrik yaitu 4 ml/m2.
Mosquito borne disease is still a public health problem, one of them is filariasis which is transmitted by Cx.quinquefasciatus. Eradication of filariasis by mass treatment supported the eradication of the vector. Currently focused on eradicating eradication of vector biology, one of them using Bacillus thuringiensis israelensis (BTI). BTI has been used in various countries but in Indonesia BTI efficacy against Cx.quinquefasciatus is unknown. This study aims to determine the lethal concentration BTI liquid form against Cx.quinquefasciatus. This research was conducted with experimental methods using a colony of Cx.quinquefasciatus larvae in the Laboratory of Parasitology FKUI. A total of 100 third instar larvae inserted into the ceramic container containing 125 L of water. Furthermore, these container are given BTI liquid form with various concentrations. After 24 hours counted the number of dead larvae. The results showed LC50 and LC95 for Cx.quinquefasciatus is 0,575 (0,288-0,801) ml/m2 and 2,839 (2,431-3,482) ml/m2. The coefficient of determination (R2) during 24-hour observation is 0.968. BTI concluded LC50 of Cx.quinquefasciatus larvae LC95 is 0.575 ml/m2 and amounted to 2.839 ml/m2. For use in the field, is used to estimate the highest concentration of LC95 and in accordance with the stocks being sold by the factory which is 4 ml/m2."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>