Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26488 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggraini Antemas
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1980
398.211 ANG k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Afra Intan Nurlaili
"ABSTRAK
Insidensi kolitis ulseratif di Indonesia mulai meningkat. Sedangkan etiologi penyakit tersebut masih belum jelas sehingga pengobatan saat ini masih bersifat simptomatik, jangka panjang, dan menimbulkan banyak efek samping. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan efek antiinflamasi ekstrak daun Ficus deltoidea pada kolon mencit yang diinduksi dekstran sodium sulfat (DSS). Penelitian dilakukan dengan menggunakan 24 sampel materi biologik tersimpan dari penelitian sebelumnya yang dibagi menjadi empat kelompok: kontrol negatif (DSS), kontrol positif (aspirin), ekstrak daun Ficus deltoidea dosis 25 mg, dan ekstrak daun Ficus deltoidea dosis 50 mg. Preparat histologis jaringan kolon diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE) dan diamati pada perbesaran 400x. Terdapat peningkatan sel goblet secara signifikan (p < 0,001) pada kelompok ekstrak daun Ficus deltoidea dosis 50 mg dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada parameter fokus inflamasi dan angiogenesis.

ABSTRACT
The incidence of ulcerative colitis in Indonesia is increasing. While its etiology is still unknown, the current treatment is still symptomatic, long term, and causes many side effects. The purpose of this study is to confirm that Ficus deltoidea leaf extract has an antiinflammatory effect on DSS-induced mice colon. This study was conducted using 24 stored tissue samples from previous study which are divided into four groups: negative control (DSS), positive control (aspirin), Ficus deltoidea leaf extract at a dose of 25 mg, and Ficus deltoidea leaf extract at a dose of 50 mg. Colon tissue histology sample is stained with hematoxylin-eosin (HE) staining and examined on magnification of 400x. There is a significant increase number of goblet cells (p < 0,001) on the Ficus deltoidea leaf extract group at a dose of 50 mg compared to negative control group. However, there is no significant effect of Ficus deltoidea leaf extract on inflammation focus and angiogenesis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Durdje Durasid
"ABSTRAK
Melalui kajian kuantitatif dan kualitatif dibuktikan bahwa bahasa Kahayan, Dohoi, Maanyan, Lawangan, Dusan Deyah, dan Tunjung di Kalimantan, merupakan satu kelompok bahasa. Dalam kajian ini kelompok itu disebut kelompok bahasa Barito dan induk bahasa yang direkonstruksi-dinamakan Protobahasa Barito.
Kelompok Barito itu dibagi atas tiga subkelompok yaitu: Barito Barat, yang terdiri atas bahasa Kahayan dan Dohoi, Barito Timur yang terdiri atas bahasa Maanyan dan subkelompok Lawangan-Duson Deyah (yang berpisah menjadi bahasa Lawangan dan Duson Deyah), dan Barito-Mahakam, di sini diwakili bahasa Tunjung.
Tiga subkelompok ini dipertalikan dalam persentase kata seasal secara leksikostatistik rata-rata 36, yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan tingkat kekerabatan dengan bahasa sekitarnva yaitu kelompok bahasa Malayik (bahasa Banjar Hulu dan Iban) dan kelompok bahasa Kayan-Kenyah, dengan persentase kata seasal rata-rata 26. Proto-bahasa Barito memuliki delapan inovasi fonologi bersama secara eksklusif dan lima puluh empat inovasi leksikal. Dalam kajian ini, bukti kualitatif sejalan dan saling mendukung yang menghasilkan simpulan yang sama.
Hasil rekonstruksi menunjukkan bahwa Protobahasa Barito memiliki empat vokal, delapan belas konsonan, empat diftong, dan delapan gugus konsonan. Juga telah direkonstruksi tiga ratus lima puluh dua etimon Protobahasa Barito.
Di samping itu, sistem fonologi protobahasa setiap subkelompok telah direkonstruksi juga sehingga perubahanperubahan dapat ditelusuri setapak demi setapak untuk memungkinkan perumusan kaidah perubahan fonem di dalam kelompok secara cermat dan sistematik.

ABSTRACT
The languages of Kahayan, Dohoi, Maanyan, Lawangan, Duson Deyah and Tunjung, spoken in Kalimantan, are shown trough quantitative and qualitative studies to constitute a single group of languages. In this study they are called the Barito group and their reconstructed parent language is called Proto-Barito.
The Barito group divides into three subgroup: West Barito, which contains Kahayan and Dohoi, East Barito, which contains Maanyan and the Lawangan-Duson Deyah subgroup (which breaks up into Lawangan and Duson Deyah) and the Barito-Mahakam subgroup, represented here by the Tunjung language.
These three subgroup have found to share an average lexicostatistical cognate percentage of 36, which is very significant if compared with their degree of relatedness with nearby languages, that is, the Malayic group (Banjar Hulu and Iban ) and the Kayan-Kenyah group, with which they share an average cognate percentage of 26. Proto-Barito is found to have eight exclusive phonological innovations and to date 54 lexical innovations have discovered. In this study the quantitative and qualitative evidence has been found to be mutually supporting and to result in the same conclusions.
Reconstruction reveals that Proto-Barito had a phoneme inventory of 4 vowels, 18 consonants, 4 diphthongs and 8 consonant clusters. Also 342 Proto Barito lexical items have so far been reconstructed.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
D115
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Durdje Durasid
Depok: Universitas Indonesia, 1990
D1595
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Markani
"Penyakit malaria merupakan penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik pada ibu hamil, bayi, balita, dan orang dewasa maupun tua. Penyakit ini apabila dilakukan penanganan secara serius dan komprehensip berbasis masyarakat sesuai dengan faktor spesifik daerah maka angka kesakitan dan kematian bisa ditekan serendah mungkin, jika tidak maka sebaliknya dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria. Kecamatan Dusun Hilir salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Barito Selatan, merupakan daerah endemis malaria. Pekerja yang menginap di hutan karena pekerjaannya dan lingkungan masyarakat berisiko untuk terkena malaria.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian malaria, hubungan faktor lingkungan rumah, upaya pencegahan, karakteristik individu dan pekerja yang menginap di hutan karena pekerjaannya dengan kejadian malaria, serta faktor dominan, di Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Selatan. Rancangan penelitian adalah studi potong lintang (cross sectional). Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juni 2004. Unit analisis yaitu individu yang berumur 19 - 55 tahun yang berada di Kecamatan Dusun Hilir. Jumlah sampel sebanyak 300 dan pengolahan data dengan uji kai kuadrat dan regresi logistik ganda.
Hasil penelitian didapatkan yaitu: variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kecamatan Dusun Hilir adalah: Lingkungan rumah; hutan/rawa (nilai p = 0,000, OR = 5,2), upaya pencegahan; penggunaan kawat nyamuk (nilai p = 0,005, OR = 0,4), penggunaan obat penolak nyamuk/repellent (nilai p = 0,009, OR= 2,3), Kelambu (nilai p = 0,016, OR = 1,9), pekerja yang menginap di hutan/pedagang menggelar dagangan di malam hari (nilai p = 0,000, OR = 3,1). Faktor yang dominan berhubungan dengan kejadian malaria adalah: hutan/rawa pekerja menginap di hutan atau pedagang yang menggelar dagangan malam hari, penggunaan repellent dan penggunaan kelambu.
Kesimpulan penelitian bahwa pekerja yang menginap di hutan atau pedagang yang menggelar dagangan malam hari, dengan lingkungan rumah di sekitar hutan/rawa, dan tidak menggunakan repellent/kelambu berpeluang lebih besar untuk terkena malaria. Disarankan bahwa kepada mereka yang berisiko untuk terkena malaria (penebang rotan, penebang kayu, penyadap karet, bertani dan berkebun yang pernah menginap di hutan dan pedagang yang menggelar-dagangan malam hari) agar menggunakan baju lengan panjang, celana panjang, sepatu, dan penutup kepala, dan jika bermalam di hutan agar menggunakan kelambu/obat penolak nyamuk. Rumah yang berada di lingkungan berisiko (hutan/rawa) gunakanlah kelambu waktu tidur malam hari/penggunaan kawat nyamuk/obat penolak nyamuk(repellent).

Dynamics of Infection and Factors Concern with Occurrences of Malaria in Sub District Dusun Hilir Regency of South Barito Year 2004Malaria disease can attack pregnant women, babies, children, adults and also old ages. This disease if handled seriously and comprehensive base on society according to specific area factor will reduce morbidity and mortality number as low as possible, if not, it can generate Extraordinary Occurrence (KLB) of Malaria. Sub district Dusun Hilir, one of sub district in Regency of South Barito, represents an endemic area of malaria. Labors stayed in forest, because of their work and society environment have a risk of being infected by malaria.
This research's aim is to have a description about malaria occurrences, the connection of house environmental factor, prevention effort, individual characteristic and labors stayed in forest with malaria occurrences, and also its dominant factor, in Sub district Dusun Hilir Regency of South Barito. The research uses a (cross sectional) method and it is conducted in May - June 2004. Analyzing unit is an individual between 19 - 55 years stayed in Sub district Dusun Hilir. The amount of sample is 300 and processed with kai square test and double logistic regression.
The research shows that the variables relate to occurrence of malaria in Subdistrict Dusun Hilir is: House environment; forest/swamp (p value = 0,000, OR value = 5,2), prevention effort; the use of Klement for mosquito (p value = 0,005, OR value = 0,4), the use of repellent (p value = 0,009, OR value = 2,3), kelambu (p value = 0,016, OR value = 1,9), labors stayed in forest or merchant performing nighttime merchandise (p value = 0,000, OR value = 3,1). Dominant factors relate to malaria occurence is: Forest/swamp, labors stayed in forest or merchant performing nighttime merchandise, the use of repellent and net for mosquitoes.
The research concludes that labor stayed in forest or merchant performing nighttime merchandise, who stays in swampy area and do not use repellent/net have higher risk of being incurred by malaria. It s better for those who have high risk to be incurred malaria (cane hewer, woodcutter, farmer and gardener stayed in forest or merchant performing nighttime merchandise) to use long arm clothes, long pants, shoe, and helmet. If they should spend the night in forest, it is recommend that they would use kelambu or mosquitoes' repellent. House in swampy environment should use kelambu or filement for mosquito or mosquito?s' repellent during night sleep.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Dini Fitriyasa
"Latar Belakang: Penyakit radang usus merupakan penyakit yang memerlukan pengobatan yang terus menerus, sementara pengobatan yang saat ini diterapkan memiliki berbagai efek samping yang cukup berat jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Tanaman tabat barito (Ficus deltoidea) adalah tanaman herbal tradisional Kalimantan yang memiliki kandungan fitokimia seperti flavonoid yang berpotensi untuk menjadi agen antiinflamasi dan menangani penyakit radang usus.
Tujuan: Membuktikan bahwa ekstrak daun tabat barito memiliki efek antiinflamasi terhadap usus halus mencit yang diinduksi inflamasi oleh dextran sodium sulfate (DSS).
Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental dengan DSS untuk menginduksi kolitis pada mencit. Mencit kemudian diberi ekstrak daun tabat barito dengan dosis 25 mg dan 50 mg per mencit untuk dibandingkan dengan mencit yang diberi aspirin. Mencit diamati gambaran histopatologi usus halusnya (pewarnaan hematoxylin-eosin) untuk mengetahui variabel inflamasi usus meliputi infiltrasi sel inflamatorik, angiogenesis, dan hilangnya sel goblet. Gambaran histopatologi diamati pada 5 lapang pandang tiap preparat dengan perbesaran 400x.
Hasil: Uji statistik menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dari ekstrak daun tabat barito terhadap infiltrasi sel radang (p=0,681), angiogenesis (p=0,073), dan jumlah sel goblet (p=0,121) pada usus halus mencit yang DSS.
Kesimpulan: Ekstrak daun tabat barito 25 mg dan 50 mg per mencit tidak memiliki efek anti inflamasi pada usus halus yang diinduksi oleh DSS pada usus halus mencit
Background: Inflammatory bowel disease is a disease that requires continuous treatment, while the current treatment has various side effects which are quite severe if consumed in the long term. Tabat barito (Ficus deltoidea) is a traditional Kalimantan herbal plant that has phytochemical contents such as flavonoid that has antiinflammatory properties to treat inflammatory bowel disease.
Objective: To prove that Ficus deltoidea leaf extract has an anti-inflammatory effect on the small intestine of mice induced by dextran sodium sulfate (DSS).
Methods: This study used an experimental research method with DSS to induce colitis in mice. Mice were then given Ficus deltoidea leaf extract with a concentration of 25 mg and 50 mg for each mice to compare with mice given aspirin. Histopathological features of the small intestine are observed (hematoxylin-eosin staining) to determine intestinal inflammatory variables including infiltration of inflammatory cells, angiogenesis, and loss of goblet cells. Histopathological features were observed in 5 visual fields for each preparation with 400x.
Results: Statistical tests revealed that there was no significant effect of tabat barito leaf extract on inflammatory cell infiltration (p = 0,681), angiogenesis (p = 0.067), and the number of goblet cells (p = 0.121) in the small intestine of mice induced by dextran sodium sulfate .
Conclusion: Tabat barito leaf extract 25 mg and 50 mg has no significant antiinflammation effect on the small intestine of mice induced by DSS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, T.M.
Jakarta: Balai Pustaka, 1986
899.211 2 SIH s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Zainal Abidin
"Kebutuhan alumunium yang tinggi pada industri otomotif mengalami masalah akibat kegagalan yang tinggi pada produk pengecoran. Besi adalah pengotor paduan alumunium yang sulit dihilangkan dan mempunyai pengaruh terhadap keuletan dan sifat mampu cor paduan Al-Si. Pilihan untuk menggunakan paduan alumunium dengan kandungan Fe rendah atau tinggi merupakan keputusan komersial yang harus ditetapkan. Keputusan tersebut berhubungan dengan produktifitas pengecoran serta minimalisasi pengaruh buruk Fe pada paduan AlSi.
Pada penelitian ini menggunakan master alloy paduan Al-7%Si dan Al-11%Si yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan kadar besi terhadap morfologi fasa intermetalik AlFeSi. Pengamatan hasil coran paduan alumunium silikon menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM), Energy Dispersive X-ray Analysis (EDX) serta menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) untuk mengetahui komposisi paduan Alumunium Silikon. Pada master alloy Al-7%Si menggunakan variasi kadar besi sejumlah: 1,2%; 1,4%; 1,6%; dan 1,8% pada temperatur superheat 720°C. Sedangkan pada master alloy Al-11%Si menggunakan variasi kadar besi sejumlah: 0,6%; 0,8%; 1,0%; dan 1,2% serta pada temperatur superheat 720°C.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar Fe pada paduan alumunium maka ukuran dan jumlah fraksi intermetalik AlFeSi semakin besar. Dimana morfologi intermetalik berbentuk pelat/jarum-jarum yang diidentifikasi sebagai fasa β-Al5FeSi. Serta tidak ditemukan adanya fasa α-Al8Fe2Si. Jumlah fraksi intermetalik terbesar ditemukan pada Al-7%Si-1,8%Fe dengan jumlah fraksi 6,87%. Jumlah fraksi intermetalik terkecil ditemukan pada Al-11%Si-0,6%Fe dengan jumlah fraksi 1,43%. Dimana semakin besar fraksi intermetalik maka sifat fluiditas akan semakin turun.

Automotive industry which has high aluminium usage often experienced problems caused by high casting reject. Iron is one of impurities that are hard to be removed and has effect on ductility and castability of Al-Si alloys. The decisions of aluminium alloy with low or high Fe content were a commercial decision that has to be made. These decisions were related with casting productivity and minimalisation of negative effect of Fe on Al-Si alloy.
This research used Al-7%Si and Al-11%Si master alloy to study the effect of Fe content addition on AlFeSi intermetallic phase. The observation of cast Al-Si with SEM, EDX and XRD was used to acquire composition, morphology intermetallic, and chemical compound on Al-Si alloy. On Al-7%Si master alloy used Fe content for 1,2%; 1,4%; 1,6%; and 1,8% on 720°C superheat temperature. On Al-11%Si used Fe content for 0,6%; 0,8%; 1%; and 1,2% on 720°C superheat temperature.
The experiment results showed that the increasing Fe content on Al-Si increased intermetalic size and fraction. Intermetallic morphology with needle-like structure identified as β-Al5FeSi. But the experiment not found α-Al8Fe2Si phase. Highest intermetalic fraction on Al-7%Si-1,8%Fe with 6,87% fraction. Smallest intermetallic fraction on Al-11%Si-0,6%Fe with 1,43% fraction. Which the increasing intermetallic fraction on Al-Si liquid decreased fluidity."
2008
S41676
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Wartini
"Peningkatan jumlah lanjut usia akan diikuti dengan masalah kesehatan penurunan fungsi fisik serta penyakit degeneratif sehingga pelayanan kesehatan akanmenjadi kegiatan utama pada posyandu lanjut usia Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansiadi wilayah kerja Puskesmas Mandastana Kecamatan Mandastana Kabupaten BaritoKuala tahun 2013 Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metodedeskriptif dengan desain cross sectional
Hasil penelitian ini menujukkan pemanfaatan posyandu lansia rendah 46 6 Hasil uji statistik disimpulkan ada hubungan bermaknaantara pendidikan p value 0 017 pekerjaan p value 0 006 pengetahuan p value 0 020 sikap p value 0 009 mobilitas p value 0 000 dan dukungan keluarga p value 0 038 Dari hasil tersebut diharapkan pelaksanaan kegiatan posyandu lanjut usia di masyarakatakan mendapatkan hasil yang optimal apabila semua unsur terkait dalam pembinaanlanjut usia ikut berperan Koordinasi yang terjalin akan menentukan keberhasilanpelaksanaanya sehingga meningkatkan angka cakupan pelayanan.

An increasing number of elderly will be followed by health problems decline inphysical function as well as degenerative diseases so that health care will be a majoractivity in the elderly posyandu The purpose of this study was to determine the factorsassociated with the utilization of elderly neighborhood health center in PuskesmasMandastana District Mandastana Barito Kuala district in 2013 This research isquantitative descriptive method with cross sectional design
Results of this study showed low utilization posyndu elderly 46 6 Statistical test results concluded thatthere is a significant relationship between education p value 0 017 p value 0 006work knowledge of p value 0 020 p value 0 009 posture mobility p value 0 000and p value of family support 0 038 From these results it is expected theimplementation of growth monitoring sessions elderly in the community will getoptimal results if all the elements involved in the development of advanced age played arole Coordination that exists will determine the success of the implementation therebyincreasing the number of service coverage.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Fairuz Sani
"Kemajuan teknologi dalam bidang epidemi tak luput dari pemodelan matematika. Banyak peneliti yang memprediksikan mengenai wabah melalui model matematika dalam berbagai bentuk yang beragam. Model epidemic sederhana menggunakan pendekatan eksponensial. Karena pertumbuhan suatu populasi memiliki sumber daya yang terbatas, maka perlu menggunakan pendekatan logistic. Selain itu, tingkat saturasi dalam epidemiolgi diperlukan untuk mengukur dampak psikologis pada suatu populasi. Dalam penelitian, ini akan dibahas bifurkasi model SI tanpa saturasi dan model yang memiliki saturasi. Penelitian ini juga akan membahas kapan bifurkasi Hopf dapat muncul yang berupa solusi periodik.

Technological advances in the field of epidemics cannot be separated from mathematical modeling. Many researchers predict outbreaks through mathematical models in various forms. The simple epidemic models use an exponential approach. Because a growing population has limited resources, it is necessary to use a logistical approach. In addition, the saturation level in epidemiology is needed to measure the psychological impact on a population. In this research, the bifurcation of SI models without saturation and models with saturation will be discussed. This research will also discuss when Hopf bifurcations can appear in the form of periodic solutions."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>