Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172149 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Rudolf Rahabeath
"Penelitian dengan subjek etnisitas ini hendak menegaskan bahwa isu etnisitas merupakan subjek yang penting dan urgen dalam studi antropologi. Selain fakta merebaknya konflik antar etnis di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, namun studi-studi tentang relasi antar etnik mesti keluar dari jebakan romantisme dan atau pesimisme. Saya berargumen bahwa tiap-tiap etnis memiliki kekuatan dan kelemahannya, juga terdapat potensi transformatif dan destruktif dari struktur dan aktor di bidang keagamaan, ekonomi, pendidikan, dan sosial politik. Relasi dan interaksi antar etnis turut memperkuat rasa keterhubungan sebagai salah satu elemen utama dalam merawat integrasi sosial. Melalui studi ini saya menunjukan bahwa relasi antar etnik yang terjadi di Maluku antar etnis Bugis dan etnis Ambon turut memberi pengayaan terhadap konsep teoretik relasi etnis juga memberi kontribusi signifikan bagi kebijakan sosial budaya dalam konteks masyarakat plural.
Guna memperoleh data dan informasi yang valid terkait subjek penelitian ini maka observasi partisipatif, wawancara mendalam serta life history digunakan sebagai metode pengumpulan data. Riset dilakukan di pulau Ambon ditambah penelitian singkat di Bone dan Makasar yang bertujuan mengkonfirmasi data-data dan temuan riset di Ambon. Adapun subjek penelitian mencakup aktor negara, tokoh adat dan agama, pelaku ekonomi, pendidik serta masyarakat awam. Selain itu, riset ini diperkaya pula dengan telaah pustaka, khususnya sumber-sumber sejarah dan historitas etnis Bugis dan Ambon.
Penelitian ini menemukan adanya diversitas kekayaan tiap-tiap etnis dalam interaksi dan relasinya pada ruang sosial. Etnis Bugis maupun masyarakat setempat (etnis Ambon) memiliki kemampuan artikulasi dan adaptasi serta strategi untuk menjadikan perjumpaan antar-etnis itu saling menguntungkan, walau bukan berarti tanpa ketegangan dan konflik sama sekali. Penelitian ini juga menemukan fenomena melemahnya pranata budaya lokal seperti Pela, peran negara yang ambigu serta kontribusi masyarakat sipil dalam transformasi sosial. Pada tataran masyarakat bawah (grassroots) terdapat dinamika kreatif yang berperan mentransformasi relasi antar etnis sehingga turut memperkuat kohesi sosial dan rasa keterhubungan antar etnis. Selain itu, studi ini berkontribusi teoretik terhadap konsep kelenturan relasi antar etnis dan menguatnya rasa keterhubungan antar-etnis di ruang pluralitas.

This research on ethnicity aims to highlight that the issue of ethnicity is an important and urgent subject in anthropological studies. Apart from the fact that inter-ethnic conflicts have spread in various parts of the world, including in Indonesia, studies on inter-ethnic relations need to get out of the trap of romanticism and/or pessimism. I argue that each ethnic group has its strengths and weaknesses, as well as the transformative and destructive potential of structures and actors in the religious, economic, educational, and socio-political areas. Relationships and interactions between ethnic groups also strengthen the sense of connectedness as one of the main elements in maintaining social integration. This study shows that the inter-ethnic relations that occur in Maluku between the Bugis and Ambonese ethnic groups also contribute to the enrichment of the theoretical concept of ethnic relations and also make a significant contribution to socio-cultural policies in the context of a plural society.
In order to obtain valid data and information on the subject of this study, participatory observation, in-depth interviews and life history were used as data collection methods. The research was carried out on the Ambon island, as well as a short study in Bone and Makassar aimed at confirming the data and research in Ambon. The research subjects include state actors, traditional and religious leaders, economic actors, educators, and common people. In addition, this research is also enriched with a literature review, especially historical sources and the history of the Bugis and Ambonese ethnic groups.
This study finds the diversity of wealth of each ethnic group in their interactions and relationships in social space. Ethnic Bugis and local communities (ethnic Ambon) have articulation, adaptation capabilities, and strategies to benefit inter-ethnic encounters mutually. However, that does not mean without tension and conflict at all. This research also finds the phenomenon of the weakening of local cultural institutions such as Pela, the ambiguous role of the state, and the contribution of civil society in social transformation. At the grassroots level, there are creative dynamics that play a role in transforming inter-ethnic relations to strengthen social cohesion and a sense of inter-ethnic connectedness. Through this study, I show that the interethnic relationships that occur in Maluku between the Bugis and Ambonese ethnic groups have contributed to enriching the theoretical concept of ethnic relationships and contributing significantly to socio-cultural policies in the context of a plural society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri
"Penelitian ini membahas mengenai konstruksi identitas etnis dalam proses produksi video YouTube bertema etnis Indonesia-Tionghoa oleh kreator dengan latar belakang etnis yang sama. Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran Sirkuit Budaya dari du Gay 2013 dengan fokus pada interaksi antara momen produksidengan identitas dan konsumsi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam dan analisis isi kualitatif video produksi para kreator YouTube.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konstruksi identitas etnis pada video bertema etnis Indonesia Tionghoa di YouTube mengalami negosiasi antara idealisme dan kebutuhan komersial kreator. Penelitian ini juga menemukan bahwa konstruksi identitas etnis dilatarbelakangi proses produksi yang berhubungan dengan momen identitas dan konsumsi pada tingkatan saluran dan individu kreator. Hubungan yang terjadi bersifat sangat kompleks dengan status kreator sebagai etnis Indonesia-Tionghoa sebagai topik sensitif di masyarakat.

This research discusses about ethnic idenitity construction in production process of Chinese Indonesia themed video by YouTube creator from the same ethnic. This study draws from du Gay, et al. 2013 argument about circuit of culture. Using qualitative approach, this study examines the interaction between production, identity, and consumption moments. This study applies social construction strategy and collect data through contextual content analysisand in depth interviews with on three YouTube creators from three different channels.The result shows that construction of Chinese Indonesian identity in the video and production process is compromised between creators rsquo idealism to show resistance about the stereotypes and commercial need to get user views that led to advertising revenue. This research also learns that identity construction in the video is interwined between moment of production, moment of identity and consumption in both channel level and individual level of the creator. The relationship between these three moments is very complex in regard to Chinese Indonesian as a sensitive topic."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S68636
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Hutabarat, Binsar Antoni
"ABSTRAK
Artikel yang berjudul 'Ambiguitas Diferensiasi Agama dan Negara di Indonesia' ini fokus membahas mengenai bagaimana hubungan agama dan negara yang tidak saling menaklukkan. Pertama-tama dipaparkan mengenai riset-riset mutakhir mengenai hubungan agama dan negara, dan dasar teori yang mendasarinya, kemudian dipaparkan teori diferensiasi agama dan negara sebagai jalan tengah terbaik dari hubungan agama dan negara yang tidak saling menaklukkan. Setelah itu dipaparkan konsep diferensiasi agama dan negara menurut Pancasila, dan ambiguitas yang terjadi terhadap kebijakan diferensiasi agama dan negara di Indonesia. Tulisan ini menemukan bahwa pembedaan agama dan negara menurut Pancasila memiliki dasar teori yang kuat, dan relevan untuk Indonesia. Hanya saja ambiguitas diferensiasi agama dan negara itu masih terjadi diskriminasi terhadap agama tertentu, dan masih berlangsung."
Jakarta: Reformed Center for Religion and Society (RCRS), Pusat Pengkajian Reformed bagi Agama dan Masyarakat, 2018
200 SODE 5:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Makalah ini membahas mengenai peran nasionalisme dan keadilan sosial di Indonesia dalam menghadapi eksploitasi di sector ekonomi. Makalah ini berkosentrasi membahas cara meningkatkan peranan masyarakat untuk kerjasaa dan menciptakan keadilan sosial."
630 WKUPJ 1:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Manneke Budiman
"Baik di Indonesia maupun di Inggris, perkembangan hubungan antar etnik akhir-akhir ini menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan, yang ditandai oleh berbagai kerusuhan etnik di Indonesia dan bangkitnya nasionalisme yang berbaru rasis di Inggris. Kemajemukan jatidiri budaya pada kedua bangsa tersebut secara umum masih berperan sebagai kendala bagi kelangsungan proses pembentukan bangsa, padahal kekayaan budaya diharapkan mampu menjadi aset yang menunjang proses tersebut. Faktor-faktor utama apa saja yang menyebabkannya menjadi demikian dan bagaimana kebhinnekaan yang selama ini dipandang sebagai kendala itu dapat diubah menjadi aset adalah pokok permasalahan penelitian ini.
Dengan mengkaji sejumlah konsep dan pemikiran yang telah dituangkan oleh beberapa pakar dan otoritas di kedua negara serta mebandingkannya dengan alternative-alternatif konseptual yang baru, terutama yang berkaitan dengan pengertian bangsa, kebangsaan, etnisitas serta jatidiri nasional yang dikemukakan oleh beberapa pengamat budaya serta praktisi kajian budaya, penelitian ini mencoba menawarkan suatu cara pandang yang berbeda, yang menempatkan perbedaan dan kemajemukan pada posisi sentral dalam proses pembangunan jatidiri nasional dan menjadikannya sebagai kerangka acuan bagi proses nation-building yang masih sedang berlangsung di kedua negara dan yang barangkali tidak akan pernah berakhir atau mencapai suatu titik final itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mochtar Pabottinggi
"Empasis pada sejarah dalam hitungan sinkronik berkaitan erat dengan tujuan utama studi ini, yaitu untuk lebih kuat menangkap dua hal sentral. Pertama adalah substansi karakter nasionalisme dan egalitarianisme yang tumbuh di sepanjang kurun telaah. Kedua adalah masalah-masalah diskontinuitas dalam rangkaian wacana dan praktik-praktik politik dalam kaitan dengan perkembangan nasionalisme dan egalitarianisme tersebut. Dengan demikian perhatian ditujukan tidak terutama pada kronologi peristiwa maupun pada pengutamaan aliran-aliran budaya dan ekonomi tertentu, melainkan pada lapis-lapis sinkronik dari dialektika politik, dan emansipasi rangkaian akal budi politik di dalamnya, berkat transformasi-transformasi historis di ranah politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan pada masyarakat Nusantara/Indonesia."
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2023
320.54 MOC n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Suharto
"Keadaan pergerakan nasional pada tahun 1930-an berbeda dengan keadaan sebelumnya. Keadaan tersebut terutama disebabkan oleh sikap pemerintah kolonial yang sangat menakan gerakan nasional, khusunya gerakan yang menganut azas perjuangan non-koperasi. PNI yang didirikan pada tahun 1927, pada tahun 1931 pecah menjadi Partindo yang dipimpin oleh Sukarno dan PNI Baru yang dipimpin oleh Mohammad Hatta. Baik Partindo maupun PNI-Baru dinilai pemerintah, membahayakan. Ditekanlah kedua partai itu melalui berbagai cara, seperti pembatasan kebebasan berbicara dalam rapat-rapat, dilaksanakannya hak luar biasa Gubernur Jenderal yaitu exorbitantrechten, dan adanya larangan untuk mengadakan rapat dan berkumpul yang berlaku di seluruh Indonesia.
Dengan dilaksanakannya berbagai senjata itu, maka keadaan gerakan non-koperatif (Partindo dan PNI-Baru), menjadi tidak berdaya. Akhirnya, Partindo pada bulan Nopember 1930 dibubarkan oleh pengurusnya. Dengan pembubaran Partindo, sedangkan PNI-Baru lumpuh, maka macetlah gerakan non-koperatif. Kandasnya gerakan nonkoperatif menimbulkan pemikiran baru yaitu agar azas perjuangan non-koperasi diganti dengan azas koperasi. Akhirnya, pada tanggal 23 Mei 1937 di Jakarta didirikan partai baru yang koperatif dengan nama Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Gerindo bertujuan kemerdekaan politik, ekonomi, dan sosial, yang hendak dicapai dengan berjuang baik di luar maupun di dalam dewan-dewan.
Walaupun Gerindo koperasi, namun pemerintah masih mencurigainya. Beberapa rapat untuk mendirikan cabang Gerindo dibubarkan oleh pemerintah karena berbagai macam alasan. Sebagian besar bekas anggota Partindo masuk dalam partai ini. Cabang-cabangnya tersebar hampir merata di seluruh Indonesia.
Aktivitas Gerindo dipusatkan pada bidang politik, karena menurutnya kemenangan di bidang ini merupakan jalan utama untuk mencapai kemerdekaan di bidang lainnya. Namun demikian, bidang ekonomi tidak dilupakan karena menurut Gerindo bahwa susunan ekonomi yang baik akan berpengaruh terhadap bidang politik dan sosial. Kegiatan di bidang politik di antaranya ialah sikapnya terhadap Petrisi Sutarjo yang mendukung sebagian isinya; masuk dan aktifnya Gerindo dalam Gapi yang dibentuk tahun 1939; keinginannya untuk membentuk suatu Front Demokrasi guna menghadapi kemungkinan menjalarnya perang ke Indonesia.
Kegiatan di bidang ekonomi yaitu didirikannya perkumpulan yang bernama Penuntun Ekonomi Rakyat Indonrsia (PERI) yang bertujuan untuk memperbaiki perekonomian rakyat Indonesia. Di bidang sosial Gerindo membantu sekolah-sekolah nasional dan melakukan pemberantasan buta huruf. Di bidang kepemudaan Gerindo mendirikan perkumpulan pemuda bernama Barisan Pemuda Gerindo. Setelah Jepang menduduki Indonesia, perjuangannya terhenti karena Gerindo dan partai-partai politik lainnya dibubarkan oleh Jepang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>