Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193239 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siselia Titis Iramawati
"Latar belakang:Pajanan gelombang elektromagnetik frekuensi radio yang diterima oleh pekerja di stasiun radio dalamjangka panjang diduga sebagai faktor risiko hiperkolesterolemia.Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pajanan gelombang elektromagnetik frekuensi radio pada pekerja di Stasiun radio, prevalensi hiperkolesterolemia , hubungan pajanan electromagnetik dengan hiperkolesterolemia dan hiperkolesterolemia dengan faktor-faktor risiko lainnya.
Metode Penelitian: Penelitian ini dilakukan di stasiun radio Jakarta selama Mei-Juli 2010 dengan desain cross sectional pada 121 responden. Data bersumber dari basil Jaboratorium, pemeriksaan fisik, wawancara berupa Food Recall dan pengisian kuesioner pada Medical Checkup Desember 2009. Pengukuran gelombang Elektromagnetik berdasarkan penelitian dr. Andrianingsih WI pada Juli 2009 dengan menggunakan E/ektromagnelic Field Radiation Tesler (ErvlF) tipe 827 merk Lutron.
Hasil Penelitian:Nilai Ambang Batas intensitas gelombang elektromagnetik frekuensi radio kumulatif di stasiun radio tidak melebihi ambang batas. Prevalensi hiperkolesterolemia pada pekerja stasiun radio adalah 53,7%. Berdasarkan analisis bivariat terdapat 3 variabel yang bermakna terhadap hiperkolesterolemia yaitu terhadap umur >=40 thn,pajanan gelombang elektromagnetik frekuensi radio okupasi kumulatif, riwayat keluarga yang menderita stroke. Dan analisis multivariat terdapat 3 variabel yang mempunyai hubungan dengan hiperkolesterolemia yaitu faktor umur >=40 thn (OR= 3.91;95%CI= 1.35-11.31}, asupan lemak tinggi (OR=3.39 ;95%CI; 1.14- 10.11}, faktor riwayat keluarga yang menderita stroke (OR=0.15 ;95%CI; 0.03-0.76).
Kesimpulan: Prevalensi hiperkolesterolemia pada pekerja stasiun radio sebesar 53,7%. Didapatkan hubungan bermakna antara gelombang elektromagnetik frekuensi radio dengan hiperkolesterolemia . Faktor risiko yang berhubungan dengan hiperkolesterolemia adalah faktor umur >=40 thn, asupan lemak tinggi ,faktor riwayat keluarga yang menderita stroke.

Long term exposure from Electromagnetic Frequency Radio received by the employees has been as.-rumed as a risk factor of hyperkolesterolemia .The objective of this research is to find electromagnetic frequency radio exposure in the radio station , find hypercholesterolemia prevalence among employees ,relationship electromagnetic frequency radio exposure to hypercbolesterotemia and find relationship hypercholesterolemia to another risk factor.
Research Metbods : The research has been conducted in May-July 2010 in radio station Jakarta using cross sectional design ,examined 121 respondents. Data source from laboratory result,physical examination interviewing food recall and quetioner on Medical Checkup December 2009. Measuring Electromagnetic Frequency Radio intensity source from Andrianingsih WI,MD research on July 2009 with using Elektromagnettc field Radiation Tester (EMF) tipe 827 merk Lutron.
Result: Intensity cumulative electromagnetic frequency radio exposure in radio station under limit Treshold Limit Value (TLV). Prevalence hyperkolestero!emia jn the radio station is about 53,7 %. Based on analysis bivariat there are 3 variabel significant relationship to hypercholesterolemia : age>=40 years. has family history stroke and electromagnetic frequency radio exposure cumulatit: And based on analysis mu1tivariat there are 3 variabel significant relationship to hypercholesterolemia: age>=40 years (OR= 3.91;95%Cl1.35-11.31), intake high fillty food (0 3.39 0.03 -0.76).
Condusion : Intensity cumulative electromagnetic frequency radio exposure in radio station under TLV. Prevalence hyperkolesterolemia is about 53,7 %.This research get significant relationship between electromagnetic frequency radio to hyperkolesterolemia. Risk factor significant relatiionship to hyperkolesterolemi: age>=40 years, intake high fatty food and has family history stroke."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T31639
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Makalah ini, membahas propagasi gelombang radio dengan frekuensi 10,200 MHz dan 15,800 MHz pada sirkit komunikasi radio Bandung-Watukosek dan Bandung- Pontianak. Tujuannya untuk mendapatkan syarat batas frekuensi kritis lapisan E/Es dan lapisan F untuk memastikan pemantulan oleh lapisan E/Es. Simulasi menggunakan rumus secant dengan asumsi radius Bumi di ekuator (6378,388 km) dan jarak sirkit Bandung-Watukosek (524 km) dan Bandung-Pontianak (788 km), maka syarat batas frekuensi kritis tersebut diperoleh. Selanjutnya, pembahasan yang dilakukan menghasilkan kesimpulan: (1) kondisi propagasi lapisan E/Es dapat diketahui dari kontak komunikasi radio antara Bandung-Watukosek dan Bandung- Pontianak serta data foE/foEs dan foF2 yang diperoleh dari pengamatan ionosonda di SPD Tanjungsari dan SPD Pontianak, (2) syarat batas frekuensi kritis lapisan E/Es dan lapisan F untuk sirkit Bandung-Watukosek dengan frekuensi 10,200 MHz adalah foE/foE 4 MHz dan foF2  6MHz dan untuk frekuensi 15,800 MHz adalah foE/foE 6 MHz dan foF2  9 MHz, (3) syarat batas frekuensi kritis lapisan E/Es dan lapisan F untuk sirkit Bandung-Pontianak dengan frekuensi 10,200 MHz adalah foE/foE 3 MHz dan foF2  4 MHz dan untuk frekuensi 15,800 MHz adalah foE/foE 5 MHz dan foF2  7 MHz, dan (4) statistik kejadian propagasi lapisan E/Es untuk sirkit Bandung-Watukosek dan Bandung-Pontianak dapat dijadikan indikasi kemunculan lapisan E atau E Sporadis di lokasi antara ketiga stasiun radio tersebut.
"
620 DIR 4:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Yuanita
"Salah satu produk yang dikonsumsi oleh remaja adalah media, termasuk radio. Kebanyakan remaja menganggap radio sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari (www.kassof.com/insight/ri-fa950.htm). Bagi remaja, radio bukan hanya sebuah benda mati berbentuk media elektronik, melainkan bisa berubah fungsi menjadi teman akrab sehingga membuat radio berfungsi seperti manusia. (Prambors 102.30 Tahun, 2001). Radio juga bisa berfungsi sebagai trendsetter di kalangan remaja. Melalui radio, remaja bisa mendapatkan petunjuk tentang bagaimana gaya bicara, gaya hidup dan cara berperilaku.
Melihat potensi pasar remaja yang cukup besar maka pemasar berlomba-lomba untuk merebutnya. Namun beberapa stasiun radio di Jakarta yang pernah mencoba membidik segmen remaja, harus mengalami kegagalan atau bahkan mengubah haluan, seperti Elshinta, Queen dan DMC (Cakram, Oktober 2000). Kegagalan tersebut disebabkan ketidakmampuan mereka meraih pangsa pasar dan iklan yang memadai. Karena itu, diperlukan strategi jitu untuk bisa merebut iklan dan sekaligus bertahan. Konsep mengenai segmentasi merupakan salah satu cara yang layak dipertimbangkan. Oleh karena sifatnya yang lokal, dalam radius jangkauannya radio harus memiliki segmen yang tajam dan jelas siapa yang ingin dijangkau (Kasali, 1998).
Selain harus melakukan segmentasi dengan baik, perlu juga diperhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi evaluasi audiens terhadap radio yang didengarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi ini menjadi penting karena berdasarkan evaluasi tersebut, audiens dapat menentukan stasiun radio mana yang akan tetap didengarkan dan mana yang akan ditinggalkan. Pendengar yang merasa puas akan cenderung lebih loyal pada stasiun radio yang biasa didengarnya.
Dari teori dan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, diketahui ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi evaluasi audiens terhadap media, antara lain gratifikasi yang diharapkan dan gratifikasi yang diperoleh, faktor demografi, kepribadian, peadapat teman sebaya, kepemilikan media, intensitas penggunaan media dan tingkat interaktivitas (Finn 1997; Lin, 1993; Mc Quail, 1987; Myers, 1988; Rayburn, 1985; Rosengren 1974; Turner & Helms, 1991; Windahl et al., 1995).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana profil segmen pendengar radio untuk remaja di Jakarta?
2. Apakah evaluasi remaja terhadap radio dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, sociability, pendapat teman sebaya, kepemilikan media, penggunaan media, tingkat interaktivitas, gratifikasi yang diharapkan dan gratifikasi yang diperoleh?
3. Bagaimana pola hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi evaluasi pada radio oleh remaja di Jakarta?
4. Bagaimana pola hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi evaluasi terhadap radio pada masing-masing segmen pendengar remaja di Jakarta?
Penelitian yang bersifat eksplanatif ini dilakukan pada populasi remaja di Jakarta yang berusia 15-18 tahun dan sampelnya dipilih secara multistage random sampling. Sedangkan yang menjadi sampel adalah para siswa dan siswi dari 10 SMU di Jakarta dengan total responden 341 orang.
Hasil pengolahan data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa segmentasi pendengar radio remaja berdasarkan pola konsumsi media dan gratification deficiency dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu: pendengar kebanyakan (54,3%), pendengar pasif (34%) dan pendengar interaktif (11,7%).
Evaluasi pendengar remaja terhadap radio, baik secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, sociability, pendapat teman sebaya, kepemilikan media, penggunaan media, tingkat interaktivitas, gratifikasi yang diharapkan dan gratifikasi yang diperoleh.
Pengujian pola hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi evaluasi pada radio memperkuat juga dugaan adanya hubungan yang signifikan antara gratification obtain dan evaluasi (gratification deficiency) pada radio (r= -0,574; sig.0,000). Selanjutnya gratification obtained dipengaruhi secara bersama-sama oleh gratification sought dan intensitas mendengarkan radio (r2 = 0,465, sig. 0,000). Pada model pola hubungan tersebut juga ditemukan pengaruh yang timbal balik antara tingkat interaktivitas dan intensitas mendengarkan radio (r=210, sig.000; r= 0,279, sig.0,000). Oleh karena itu, pihak-pihak yang berkepentingan dalam perencanaan dan pengelolaan radio perlu mempertimbangkan faktor-faktor di atas dalam menyusun program maupun format radio.
Model pola hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi evaluasi pada media radio cenderung berbeda pada masing-masing segmen pendengar radio, dimana kelompok "pendengar kebanyakan" memiliki model path yang paling sesuai dengan model umum. Sedangkan model path pada kelompok "pendengar interaktif" memperlihatkan perbedaan yang paling menonjol.
Ada beberapa rekomendasai akademis yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini. Disamping memasukkan faktor interaktivitas sebagai salah satu intervening variable, pertimbangan strukural berupa pengaruh berbagai jenis media yang terdapat di lingkungan audiens juga harus diperhatikan dalam setiap penelitian tentang proses konsumsi media. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan kajian teoritis yang lebih luas dan mendalam agar didapatkan model path yang lebih baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Keith, Michael C.
Jakarta: Internews, 2000
384.5453 Kei s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Keith, Michael C.
Jakarta: Internews Indonesia, 2000
384.5453 Kei s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Keith, Michael C.
Jakarta: Internews Indonesia, 2000
384.545 3 KEI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Makalah ini membahas kaitan antara keberhasilan 9 kanal frekuensi untuk sirkit komunikasi distrik Pameungpeuk-Bandung dengan variasi harian lapisan ionosfer. Tujuannya untuk mengetahui ketergantungan keberhasilan kanal frekuensi yang dapat digunakan pada sirkit tersebut terhadap variasi lapisan ionosfer. Keberhasilan kanal frekuensi diamati dengan perangkat Automatic Link Establishment (ALE) dan data ionosfer diamati menggunakan ionosonda IPS51 di Pameungpeuk (7,65°LS, 107,96°BT). Sebagai contoh kasus digunakan data pengamatan bulan Juni 2013. Dari analisis disimpulkan bahwa dari 9 kanal frekuensi hanya 5 kanal yang dapat digunakan yaitu frekuensi 3,596 MHz, 7,0495 MHz, 7,102 MHz, 10,1455 MHz, 14,109 MHz. Kanal frekuensi 3,596 MHz dapat digunakan optimal pada malam hari karena pengaruh peningkatan absorpsi pada siang hari. Frekuensi 7,0495 MHz, 30MHz, dan 10,1455 MHz dapat digunakan dengan baik pada siang hari karena terjadi peningkatan kerapatan elektron lapisan ionosfer. Frekuensi 14,109 MHz dapat digunakan pada siang hingga malam hari karena adanya kemungkinan pemantulan oleh lapisan E-Sporadis. Frekuensi 18,106 MHz, 21,096 MHz, 24,926 MHz, 28,146 MHz tidak bisa digunakan karena lebih tinggi dari frekuensi maksimum lapisan ionosfer. Semua ini menujukkan bahwa keberhasilan komunikasi radio pada sirkit Pameungpeuk-Bandung bergantung kepada perubahan frekuensi lapisan ionosfer."
600 JADIR 11:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tirtadi Muchtar
"Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam terbatas yang dikuasai oleh negara yang bersifat strategis serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga harus dikelola secara efektif dan efisien guna memperoleh manfaat yang optimal. Penggunaan spektrum frekuensi radio harus sesuai dengan peruntukannya serta tidak saling mengganggu mengingat sifat spektrum frekuensi radio yang dapat merambat ke segala arah. Dikarenakan masih banyaknya terdapat penggunaan frekuensi baik oleh masyarakat maupun penyelenggara, khususnya pada dinas siaran radio FM yang menggunakan frekuensi tidak dilengkapi dengan izin stasiun radio dan tidak sesuai dengan aturan alokasi frekuensi yang telah ditentukan serta juga penggunaan alat perangkat telekomunikasi yang tidak memiliki sertifikat, menyebabkan potensi terjadinya gangguan frekuensi yang merugikan atau harmful interference menjadi tinggi. Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan monitoring dan penertiban yang diawali dengan pengukuran frekuensi, identifikasi legalitas stasiun radio, deteksi sumber pancaran frekuensi, selanjutnya dilakukan inspeksi sebagai langkah penertiban terhadap pengguna frekuensi yang telah terbukti melakukan pelanggaran penggunaan frekuensi secara ilegal. Setiap tahapan kegiatan yang dilakukan telah menerapkan dan memperhatikan prinsip dan kaidah pokok ilmu keinsinyuran seperti profesionalisme, prinsip dasar kode etik dan etika profesi insinyur, serta unsur keselamatan kesehatan keamanan kerja dan lingkungan (K3L) sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Diharapkan dengan dilakukannya kegiatan pengawasan dan pengendalian spektrum frekuensi radio pada dinas siaran radio FM di wilayah layanan DKI Jakarta dapat menekan potensi terjadinya harmful interference, sehingga seluruh masyarakat pengguna frekuensi dapat memanfaatkan frekuensi dengan tertib, nyaman, dan aman dari gangguan-gangguan interferensi frekuensi yang merugikan.

The radio frequency spectrum is a limited natural resource controlled by the state which is strategic in nature and has high economic value so it must be managed effectively and efficiently in order to obtain optimal benefits. The use of the radio frequency spectrum must be in accordance with its intended purpose and not interfere with each other considering that the nature of the radio frequency spectrum can propagate in all directions. Because there is still a lot of frequency use by both the public and organizers, especially in the FM radio broadcast service which uses frequencies that are not equipped with radio station permits and do not comply with predetermined frequency allocation rules and also the use of telecommunications equipment that does not have a certificate, causes the potential for harmful frequency interference or harmful interference becomes high. The activities carried out include monitoring and controlling activities starting with frequency measurements, identifying the legality of radio stations, detecting frequency emission sources, then carrying out inspections as a control measure against frequency users who have been proven to have committed illegal frequency use violations. Each stage of activity carried out has implemented the basic principles and rules of engineering science such as professionalism, basic principles of the code of ethics and professional ethics of engineers, as well as paying attention to elements of safety, health, occupational safety and the environment (K3L) in accordance with applicable laws and regulations. It is hoped that by carrying out activities to monitor and control the radio frequency spectrum in the FM radio broadcast service in the DKI Jakarta service area, it can reduce the potential for harmful interference, so that all frequency users can utilize the frequency in an orderly, comfortable and safe manner from harmful frequency interference."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>