Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169810 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rd. Sri Rahmi Suartini
"Perkembangan AIDS di Indonesia terjadi dengan sangat pesat Secara kumulatif. jumlah penderita AIDS di Indonesia sejak kasus pertama ditemukan pada 1 Juli 1987 sampai dengan 31 Desember 2007 adalah 11.141 kasus denganjumlah kematian 2369 kasus (21,26%), Menurut laporan tahunan terbaru dari Badan Dunia untuk penanggulangan HlV/AlDS atau UNAIDS, Indonesia berada pada urutan nomor satu di Asia terkait dengan tingkat kecepatan laju epidemi HlV, Kasus baru di Indonesia ini, paling banyak dirularkan melalui pemakaian napza suntik.
Dari hasil penelitian ini diperoleh informasi bahwa ketahanan hidup pasien AIDS dipengaruhi oleh jumlah CD4 dan tempi ARV. Sedangkan variable umur, jenis kelamin, status TBC dan status Hepatitis belum bennakna dalam mempeogaruhi ketahanan hidup pasien AIDS. Probabilitas ketahanan hidup I tahun pasien AIDS adalah 54,46% sedangkan probabilitas ketabanan hidup 3 tahun pasien AIDS adalah 40,60% dengan median ketahanan hidup 22 bulan. Pasien AIDS dengan jumlah CD4<=50 sel/mm3 memiliki risiko kematian 2.885 kali lebih besar dari pasien AIDS dengan jum1ah CD4 >50 sellmm' [Cl95% 1.481-5.619]. Pasien AIDS yang lidak mendapatkan tempi ARV memiliki risiko kematian 2.006 kati lebih besar dad pasien AIDS yang mendapatkan terapi ARV [C!95% 1.168-3.448].
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankon kepada RSKO Jakarta. agar metengkapi Iaboratorlumnya dengan sarana untuk pemcriksaan jumlah CD4 dan pada saat melaksanokan VCT agar ditegaskan tentang pentingnya deteksi dan penanganan dini dengan menggunakan media yang icpnt untuk meningkatkan ketahanan hidup pasien AIDS. Kepada PPM&PL Depkes dan Komisi Penanggulangan AiDS, dlsarankan agar menjamin ketersedian dan kelancanm distribusi ARV ke s:eluruh wilayah Indonesia serta lebih serius dalam upaya pengadaan tempi lain selain ARV yang dapat meningkatkan ketahanan hidup pasien AIDS. Sosialisasikan strategi nasionai penanggulangan HIV/ AIDS 2007-2010 dengan media dan metoda yang tepat."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T11532
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haridana Indah Setiawati Mahdi
"Latar belakang. Prevalensi kasus AIDS menunjukkan kenaikan tajam dalam beberapa tahun terakhir, antara lain disebabkan pemakaian narkoba suntik yang meningkat di populasi berisiko. Penggunaan obat-obat antiretroviral untuk AIDS telah banyak terbukti memperbaiki harapan, kualitas hidup dan survival pasien-pasien dengan AIDS di negara-negara maju. Penggunaan obat antiretroviral di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 2001, walaupun penggunaannya belum meluas. Belum ada laporan mengenai kesintasan pasien AIDS yang mendapat antiretroviral selama 1 tahun di Indonesia.
Tujuan. Mengetahui kesintasan 1 tahun pasien-pasien AIDS yang mendapat obat antiretroviral di Rumah Sakit Kanker Dharmais, serta membandingkan kesintasan berdasarkan jenis kelamin, usia, hitung CD4 dan cara penularan.
Metodologi. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan menelusuri rekam medik pasienpasien AIDS yang berobat ke Rumah Sakit Kanker Dharmais dengan CD4<2001mm3, yang menggunakan obat antiretroviral secara teratur sampai 1 tahun atau sampai pasien meninggal. Diidentifikasi usia, jenis kelamin, hitung CD4 (5.501mm3dan>50/mm3), cara penularan (IDU dan non-IDU). Analisis kesintasan dilakukan terhadap seluruh pasien, jugs terhadap beberapa faktor risiko (jenis kelamin, kelompok usia, hitung CD4 dan cara penularan), dengan menggunakan Kurva Kesintasan dari Kaplan-Meier dengan uji log-rank untuk menyatakan perbedaan kesintasan.
Hasil. Selama bulan April 2005 sampai Mei 2005 dilakukan penelusuran terhadap rekam medik pasien AIDS yang berobat ke RS Kanker Dharmais pada periode Januari 2002 - Mei 2005, terdapat 196 orang yang terdiri dari 182 laki-laki dan 14 perempuan dengan rentang umur antara 15 sampai diatas 36 tahun, dengan mayoritas pads kelompok umur 26-35 tahun (55,61%), median usia 3138 tahun Kesintasan pasien AIDS selama 1 tahun dengan CD4<2001mm3 didapatkan rerata kesintasan 9,03 bulan (IK 95% 8,37-9,70) median kesintasan 12 bulan, kesintasan berhubungan dengan jenis kelamin didapatkan laki-laki (rerata kesintasan 8,93 bulan) lebih pendek daripada perempuan, kesintasan berhubungan dengan cars penularan (IDU rerata 8,85 bulan) lebih pendek dari non IDU. Kesintasan berhubungan dengan usia, diantara semuanya, usia >36 tahun (rerata 8,82 bulan) paling pendek. Kesintasan berhubungan dengan CD4<501mm3 (rerata 8,15 bulan) lebih pendek dari CD4>50/mm3. Terdapat hubungan yang bermakna antara hitung CD4 dengan kesintasan (P=0,0007). Diteliti faktor penentu yang berhubungan dengan CD4 melalui uji Chi Square, didapatkan OR sebesar 3,39 (P= 0,001 dengan IK 95% 1,58 - 7,40).
Simpulan. Hitung CD4 yang rendah merupakan faktor prognostik yang buruk. Umur, jenis kelamin dan cara penularan tidak berhubungan dengan kesintasan.

Backgrounds: Prevalence of HIV/AIDS cases showed dramatically increased in the last few years, it is due to increasing injecting drug users (IDU) in risk population_ The use of antiretroviral (ARV) drugs for HIVIAIDS can reduced the mortality and morbidity in developed countries and increased the survival in AIDS's patients. The use of ARV in Indonesia has begun since 2001 even though it is not used widely. The survival report had not been published yet in Indonesia.
Objectives: The one year survival analysis for AIDS patient who received antiretroviral therapy in Dharmais Cancer Hospital based on sex, age, CD4 count and route of transmission.
Methods: Retrospective studies from medical records of AIDS patients in Dharmais Cancer Hospital with CD4 count 52001mm3 , who received ARV regularly for 1 year or until death based on sex, age, CD4 count, route of transmission with Survival Curve from Kaplan-Meier and log rank test to exam the survival differences .
Results: Between April until May 2005 from AIDS's medical records in January 2002 through May 2005, there were I96 patients (182 men and 14 women). Majority age 26-35 years old (55.61%), median age 31.38 years old. One year survival analysis with CD4 count 5 2001mm3 (mean 9.03 CI 95% 8.37-9.70) median 12 months, survival analysis in male patient (mean 8.93 month) shorter than female, survival analysis according to the route of transmission, IDU (mean 8.85 month) shorter than non IDU, survival analysis in age over 36 shortest (mean 8.82 month) from the other age and CD45501mm3 ( mean 8.15 month) shorter than CD4>50/mm 3. There's significantly survival analysis in CD4 count (P=0.0007). CD45501mm3 had 3.39 times mortality risk compare than CD4>50frnm3 (Chi Square test, with OR=3.39 (P= 0.001, CI 95% 1.58 - 7.40).
Conclusions: Low count CD4 is a bad prognostic factor. Sex, age and the route of transmission are statistically not significantly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58435
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Puspa Sari
"Human Immunodeficiency Virus HIV merupakan tantangan terbesar dalam pengendalian tuberkulosis. Di Indonesia diperkirakan sekitar 3 pasien TB dengan status HIV positif. Sebaliknya TB merupakan tantangan bagi pengendalian Acquired Immunodeficiency Deficiency Syndrome AIDS karena merupakan infeksi oportunistik terbanyak terdapat 49 pada ODHA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepatuhan minum obat antiretroviral terhadap ketahanan hidup pasien TB-HIV di RSUD Koja Tahun 2013 ndash; 2017. Desain studi yang digunakan adalah desain kohort retrospekstif. Jumlah sampel pada studi ini adalah 111 pasien TB-HIV yang diambil secara keseluruhan. Dari studi ini, diketahui pada kelompok yang patuh minum obat antiretroviral ARV mengalami event /meninggal 31 , sebanyak 79,7 pasien masih hidup dan pasien yang lost follow up sebanyak 34,8.
Hasil analisis multivariabel dengan regresi cox time dependent menunjukkan bahwa hazard ratio HR kematian menurut kepatuhan minum ARV berbeda-beda sesuai waktu. Dalam 1 tahun pengamatan, pasien yang tidak patuh minum ARV memiliki hazard 2,85 kali lebih cepat mengalami kematian daripada yang patuh minum ARV. Kemudian pasien yang tidak patuh minum ARV selama 4 tahun pengamatan 2013-2017 memiliki hazard terjadinya kematian sebesar 11,49 kali. Terdapat interaksi kepatuhan minum ARV dengan infeksi oportunistik. Pada pasien yang tidak patuh minum ARV dengan infeksi oportunistik lebih dari 2, efeknya lebih rendah 0,4 kali dibandingkan dengan pasien yang patuh minum ARV memiliki infeksi oportunistik kurang dari 2. Dianjurkan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan CD4 secara rutin 6 bulan sekali dan tidak lupa meminum obat secara teratur guna mencapai ketahanan hidup dan kualitas hidup yang lebih baik.

Human Immunodeficiency Virus HIV is the biggest challenge in tuberculosis control. In Indonesia, approximately 3 of TB patients with HIV status are positive. Conversely, TB is a challenge for the control of Acquired Immunodeficiency Deficiency Syndrome AIDS because it is the most opportunistic infection there is 49 in people living with HIV. This study aims to determine the effect of antiretroviral drug adherence to the survival of HIV TB patients in Koja Hospital Year 2013 2015. The study design used is retrospective cohort design. The number of samples in this study were 111 whole TB HIV patients taken as a whole. From this study, it was found that in the ARV group experienced event dying 31 , 79.7 of patients were still alive and the patients lost follow up 34.8.
The result of multivariable analysis with cox time dependent regression showed that hazard ratio HR mortality according to ARV adherence was different according to time. Within 1 year of observation, patients who did not adhere to taking antiretroviral drugs had a hazard of 2.85 times faster mortality than those who were obedient to taking ARVs. Then patients who did not adhere to taking antiretrovirals for 4 years of observation 2013 2017 had a death hazard of 11.49 times. There is an interaction of antiretroviral adherence with opportunistic infections. In patients who did not adhere to taking antiretroviral drugs with more than 2 opportunistic infections, the effect was 0.4 times lower than those who were adherent on taking ARVs had less than 2 opportunistic infections. It is advisable to patients to have routine CD4 checks every 6 months and not forget taking medication regularly to achieve better survival and quality of life.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51026
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Wandasari Singgih
"Infeksi HIV dan penyakit AIDS saat ini telah menjadi masalah kesehatan global. Sejak awal abad ke 21 peningkatan jumlah kasus semakin mencemaskan di Indonesia. Penyebaran infeksi HIV biasanya terjadi pada perilaku seksual, tetapi beberapa tahun belakangan ini resiko penularan lebih banyak terjadi pada pengguna narkoba suntik.
Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif dengan 164 sampel dan dilakukan selama juli-september 2012 yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cara penularan terhadap ketahanan hidup 9 tahun pasien HIV/AIDS di RS Kanker Dharmais Jakarta Tahun 2003-2011 setelah dikontrol oleh variabel lain, dengan faktor confounding yaitu jumlah CD4, infeksi oportunistik, jenis kelamin, usia, status pernikahan, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan daerah tempat tinggal. Data penelitian diperoleh melalui data rekam medis RS. Data dianalisis dengan menggunakan analisis survival metode kaplan meier dan dilanjutkan dengan analisis multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas kumulatif ketahanan hidup secara umum pada pasien HIV/AIDS cukup baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar CD4 terhadap ketahanan hidup (nilai p=0,03) dan infeksi oportunistik terhadap ketahanan hidup (nilai p=0,00. Faktor infeksi oportunistik dan jumlah CD4 memiliki hubungan dengan cara penularan untuk mempengaruhi ketahanan hidup 9 tahun pasien HIV/AIDS dan terbukti sebagai faktor confounding. Sedangkan faktor counfounding lain tidak menunjukkan adanya hubungan terhadap ketahanan hidup 9 tahun pasien HIV/AIDS.
Hal yang disarankan adalah menekankan penatalaksanaan yang lebih intensif terhadap pencegahan infeksi oportunistik pada pasien yang sudah positif HIV.

HIV and AIDS infection has been a pandemic health problem. Since the beginning of 21 century, case increasing in Indonesia has so disquiet. Infection transmission of HIV commonly happen to sexual activity, but the risk of transmission in drug user become more increase recently years.
This research use cohort retrospective design with 164 samples as long july until novemver 2012 which have purpose for knowing the relationship between transmission way to 9 years survival of HIV/AIDS patient at Dharmais Cancer Hospital, Jakarta 2003-2011 after adjustment with other variables. And also will discuss about CD4, opportunistic infection, other treatment history, sex, age, marriage state, type of occupations, education level, and domicile. Research data get from hospital medical record. Analized data use Kaplan meier survival analysis until multivariate test.
Research result show that survival cumulative probability of HIV/AIDS patients in generally is good. And also, there is a significant relation between CD4 to survival (Pvalue =0.03) and opportunistic infection to survival (Pvalue = 0.001). Opportunistic infection and CD4 proved as confounding factor between transmission way to survival. While, the other confounding factors haven’t significant relationship to 9 years survival of HIV/AIDS patients.
Recommended suggestion is to accentuating management for opportunistic infection prevention.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T33171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyadi
"Stroke merupakan salah satu penyebab kematian ketiga. Ketahanan Hidup Satu Tahun Pasien Stroke dipengaruhi oleh umur, tipe stroke, larna hari rawat, diabetes melitus, hipertensi, hiperkolesterol, penyakit jantung, merokok, jenis kelarnin dan riwayat stroke. Desain penelitian ini adalah kohort restrospektif. Probabilitas ketahanan hidup pasien stroke satu tahun sebesar 61% . Pasien stroke berulang memiliki resiko meninggal 2,0 kali dibandingkan yang stroke pertama pada penyakit jantung dan kolesterol yang sarna. Pasien stroke yang menderita penyakit jantung memiliki resiko meninggal 2,8 kali dibandingkan dengan yang tidak menderita penyakit jantung pada riwayat stroke dan kadar kolesterol yang sarna. Pasien stroke dengan kolesterol memiliki resiko meninggal 1,8 kali dibandingkan dengan yang tidak kolesterol pada riwayat stroke dan penyakit jantung yang sarna.

Stroke is the third most common cause of death. A one-year survival rate of stroke patients has been affected by their ages, type of stroke, period of treatment, diabetes mellitus, hypertension, hypercholesterolemia, heart disease/cardiovascular disease, smoking, gender, and the patients' parental/maternal history of stroke. This research uses retrospective cohort design. The probability of stroke patients' survival rate for the duration one year is 61%. Patients with frequent stroke recurrence have 2,0 times of death risk compared to patients with first time stroke on identical level of medical history in heart disease and cholesterol leveL Whereas stroke patients with heart disease have 2,8 times of death risk compared to stroke patients with no heart disease on identical level of medical history in stroke illness and cholesterol level. Meanwhile stroke patients with hypercholesterolemia have 1,8 times of death risk compared to stroke patients with low cholesterol level on identical level of medical history in stroke illness and heart disease."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30357
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Anna Maria
"Sampai saat ini di Indonesia masiih jarang dilakukanpenelitian tentang ketahanan hidup penderita kanker serviks, bahkan di RSCM belum pernah dilakukan penelitian untuk itu Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui probabllitas ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker serviks di RSCM. Desain penelitian ini adalah kohortretrospektif, sanapel sebanyak 213 penderita kanker serviks yang dirawat selama tahun 1990. Analisis life table dan Kaptan Meier dilaksanakan untuk menentukan probabilitas ketahanan hidup. Analisis multivariat regresi Cox dilaksanakan untuk menentukan besannya risiko meninggal seorang penderita kanker serviks, berdasarkan kecurigaan adanya pengaruh faktor lain secara bersama-sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker serviks sebesar 30 % dan median ketahanan hidup 934 hari. Probabilitas ketahanan hidup 5 tahun pada penderita dengan stadium I sebesar 48 %, stadium II 42 %, stadium III 19 % dan stadium IV 0 %. Dibanding dengan penderita stadium I, risiko meninggal untuk stadium II sebesar 1,20 kali (95 % CI = 0,57; 2,51), stadium III 2,08 kali (95 % CI = 1,03; 4,2), stadium IV sebesar 5,42 kali (95 % CI = 2,08; 14,12).
Probabilitas ketahanan hidup 5 tahun penderita dengan pengobatan lengkap 35 % dan penderita dengan pengobatan tidak lengkap 6 %. Risiko meninggal penderita dengan pengobatan tidak lengkap sebesar 2,92 kali (95 % CI = 1,82; 4,71) dibanding penderita dengan pengobatan lengkap.
Probabilitas ketahanan hidup penderita dengan kadar Hb ≥ 12 gr/dl sebesar 60 %, penderita dengan kadar Hb 11,0-11,9 gr/dl 21 % dan penderita dengan kadar Hb < 11,0 gr/dl 7 % Dibanding dengan penderita kadar Hb ≥12 gr/dl, risiko meninggal pada penderita dengan kadar Hb < 11,0 gr/dl sebesar 3,84 kali (95 % CI = 1,56; 5,17) dan pada penderita dengan kadar Hb 11,0-11,9 gr/dl 1,89 kali (95 % CI = 1,04; 3,41).
Probabilitas ketahanan hidup penderita dengan ukuran lesi s 2 cm sebesar 63 %, lesi 3 cm 28 %, lesi 4 cm 30 % daa lesi > 4 cm 6 %. Dibanding dengan penderita dengan ukuran lesi≤ 2 cm, nilai risiko meninggal pada penderita dengan ukuran lesi 3 cm sebesar 0,69 kali, penderita dengan ukuran lesi 4 cm 0,99 kali dan penderita dengan ukuran lesi > 4 cm 3,83 kali.
Probabilitas ketahanan hidup penderita yang tidak berpendidikan 42 %, penderita dengan pendidikan 1-6 tahun 23 % dan penderita dengan pendidlan > 6 tahun 34 % Risiko meninggal penderita yang tidak berpendidikan 0,39 kali (95 % CI = 0,21; 0,70) dibanding dengan penderita brpendidikan > 6 tahun, dan risiko meninggal penderita yang berpendidikan 1-6 tahun 0,83 kali (95 % C1= 0,51; 1,34). Tidak ditemukan adanya hubungan antara umur dengan ketahanan hidup 5 tahun penderita kankerserviks.

The aim of this study is to find the probability of 5 year survival rate on cervix cancer patients in RSCM. Design of this study is retrospective cohort with samples consist of 213 cervix cancer patients who have been treated in 1990. life table and Kaptan Meier analysis were used to determine of probability of survival. Multivariate Cox regression analysis was done to determine the risk of health of cervix cancer patio.
The result shows that 5 year survival rate on cervix cancer patient is 30 % and the median survival is 934 days. The 5 year survival rate on stage I am 48 %, stage II 42 %, stage III 19 % and stage IV 0 %. Using stage I as a baseline comparison, the risk ratio of death for stage If is 1,20 (95 % Cl = 0,57; 2,51), stage III is 2,08 (95 % CI = 1,03; 4,2), stage IV is 5,42 (95 % Cl =1,08; 14,12).
The 5 year survival rate on patients with complete therapy is 35 % and incomplete therapy is 6 %. The risk of death on patients with incomplete therapy is 2,92 times (95 % CI = 1,82; 4,71) compared with complete therapy.
The probability of 5 year survival rate with Rib value12 gr/dl is 60 %, 11,0-11,9 gr/dl is 21 % and < 11,0 gr/dl is 796. Compare with Hb value ≥ 12 gr/dl the risk of death on patient with Hb value < 11,0 gr/dl 3,84 times (95 % Cl 1,56; 5,17) and on patient with Hb value 11,0-11,9 gr/dl is 1,89 tits (95 % Cl = 1,04; 3,41).
The probability of 5 year survival rata with tumor sizes 2 cm is 63 %, 3 cm is 28 % 4 cm is 30 % and tumor > 4 cm is 6 %. Risk of death on patients with tumor size 3 cm is 0,69 times compared with tumor size s 2 cm, tumor size 4 cm is 0,99 times and > 4 cm is 3,83 titres.
The probability of 5 year survival rate with no education is 42 96, 1-6 year's education 23 96 and > 6 year's education 34 %. The risk of death with no education 0,39 times (95 % CI = 0,21; 0,70) compared with > 6 year's education, and risk of death with 1-6 year's education 0,83 times (95 % CI = 0,51; 1,34). There is no correlation between ages and 5 year survival rate on cervix cancer patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaki Dinul
"ABSTRAK
Biaya pengobatan HIV/AIDS mahal. ODHA mengeluarkan biaya sendiri yang besar untuk membiayai pengobatan. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan OOP pada pasien HIV/AIDS rawat jalan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif secara retrospektif dengan desain penelitian berupa desain studi potong lintang. Adapun sampel pada penelitian ini, yaitu pasien HIV/AIDS rawat jalan yang diambil secara acak sebesar 144 pasien. Rata-rata pengeluaran per kunjungan pasien sebesar Rp100.763,35 yang terdiri dari jasa dokter Rp41.557,32, administrasi Rp4563,56 dan biaya tes laboratorium sebesar Rp13.833,03. Rata-rata pengeluaran pasien umum dalam setahun sebesar Rp999.755,10 dan pasien jaminan sebesar Rp268.116,50. Ada hubungan secara statistik antara cara pembayaran terhadap Biaya Pengobatan setelah mengontrol variabel status pasien, jumlah infeksi oportunistik, dan jumlah kunjungan (nilai p sebesar 0,0005). Diharapkan pemerintah bisa menjamin penderita HIV/AIDS untuk mendapatkan pengobatan agar bisa terhindar dari kerugian ekonomi.

ABSTRACT
cost for treatment HIV/AIDS is expensive. PLHIV spent high cost for treatment (out-of-pocket). This research analized cost for treatment in outpatient with HIV/AIDS, used cross sectional design. The sample in this research was 144 outpatient HIV/AIDS in RSKO, taken by simple random sampling. Out-of-Pocket for treatment was Rp 100.763,35/visit consists of physician Rp41.557,31, medical (non-ARV) Rp5, administration Rp4.563,56, and laboratorium test Rp13.833,03. The mean for patient with no insurance Rp999.755,10/year and with insurance Rp268.116,50. There is significant relationship between payment and number of visit to expense (p value 0,0005). Hope government could insure PLHIV for avoiding financial burden."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Triana S
"ABSTRAK
Latar Belakang:
Terapi ARV pada ODHA diharapkan dapat menurunkan angka kematian dan
kesakitan serta menekan penularan HIV. Untuk mencapai tujuan MDG’s tahun 2015,
diharapkan 90% ODHA sudah mendapatkan terapi ARV secara teratur. RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru telah memberikan terapi ARV sejak tahun 2004 tetapi belum
pernah diteliti pengaruh ARV terhadap survival pasiennya.
Metode :
Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif dengan 319 sampel dan
dilakukan selama Mei-Juni 2013. Data penelitian diperoleh melalui data rekam medis
RS. Data dianalisis dengan menggunakan analisis survival metode Kaplan-Meier dan
dilanjutkan dengan analisis multivariate
Hasil:
Penelitian menunjukkan bahwa pasien yang memakan ARV secara teratur
memiliki survival yang lebih baik. Pasien yang tidak memakan ARV atau memakan
ARV tetapi tidak teratur, memiliki risiko kematian sebesar 42,5 kali lebih besar jika
dibandingkan dengan pasien yang memakam ARV secara teratur. (p=0,01, 95%CI:
13-138). Jumlah kematian selama pengamatan hanya 5,8% pada kelompok yang
teratur memakan ARV, sedangkan pada kelompok yang tidak mencapai 28%. Faktor
lain yang turut meningkatkan survival adalah jumlah CD4 pada awal pengobatan
>100 sel/mm³(p=0,01, HR=4,39, 95% CI(1,8-10,5). Walaupun kurang bermakna
secara statistik, perlu mempertimbangkan pemberian ARV pada stadium klinis awal
sebagai faktor yang turut meningkatkan survival ODHA mengingat stadium klinis
dapat diperiksa di semua layanan kesehatan. (p=0,07, HR=2.3, 95%CI 0,9-5.6).
Faktor pendidikan secara statistik juga bermakna membedakan survival pasien.
Dalam penelitian ini stadium klinis dibuktikan sebagai confounding.
Hal yang disarankan adalah meningkatkan cakupan penemuan dan tatalaksana
dini kasus HIV/AIDS dengan melakukan pelacakan pada semua kasus mangkir,
meningkatkan kepatuhan memakan ARV dan mengupayakan pendampingan kasus
secara maksimal.
ABSTRACT
Background:
ARV for HIV or AIDS patients is a hope to reduce the mortality, morbidity
and to prevent the transmissions. To achieve the MDG the minister of health need to
cover 90% AIDS people with ARV adherently. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
have giving the therapy for AIDS patients since 2004, but have never studied the
survival analysis and another factors that contribute to yet.
Method:
This study is a cohort retrospective design, with 319 samples. Take place in
Arifin Achmad Hospital Of Pekanbaru, Riau Province in May-June 2013. The
resource are medical record of HIV/AIDS patiens in VCT clinic. Was analyse by
Kaplan-Meier survival analysis and then for further use multivariate analyses.
Result:
The study show that the survival of patiens who take ARV adherently is
higher than the other one. The patients who no used ARV adherently will have
mortality rate 42,5 times than the patients that used ARV addherently. (p=0,01,
95%CI: 13-138). The deaths amount only 5,8% on the adherently ARV patients, but
at another side, the deaths amount increase by 28%. Another factor that contribute to
increase the survival are CD4 amounts at the beginning of therapy that >100
sel/mm³(p=0,01, HR=4,39, 95% CI(1,8-10,5). We need to consider the clinical of
AIDS stadium as one of factor that contribute to increase the survival too if use ARV
at the beginner of clinical stadium. (p=0,07, HR=2.3, 95%CI 0,9-5.6). The educations
level has the value statistically to distinguish the survival. In this study, the clinical
stadium is a confounder.
We sugest to improve the early detection and prompt treatment by tracking
the lost of follow up patients, increase the adherent of ARV and by mentoring
or”buddy” programe for all HIV cases."
2013
T35661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjorang, Chandrayani
"Tesis ini membahas tentang perbedaan ketahanan hidup 5 tahun pasien leukemia akut tipe LLA dan LMA di RSKD dengan menggunakan desain kohort retrospektif. Data didapatkan dari data rekam medis pasien leukemia anak di RSKD yang didiagnosis tahun 1997-2008. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan mengikuti subjek untuk meneliti kejadian yang belum terjadi sejak pertama didiagnosis di RSKD hingga pengamatan berakhir Juni 2012. Rancangan penelitian dibatasi waktu 5 tahun untuk terjadinya event. Dari 95 pasien leukemia akut pada anak didapatkan probabilitas ketahanan hidup keseluruhan sebesar 22,6%, angka ketahanan hidup 5 tahun untuk tipe LMA 4,6%, dan tipe LLA 28,9%. Risiko kematian (HR) setelah 5 tahun pada LMA 1,643 kali dibandingkan LLA.

The focus of this study is the differences of five years survival rate of patients with ALL and AML at RSKD using retrospektif cohort design. Data obtained from medical records of patients that diagnosed in 1997-2008. The data was collected retrospectively with the following subjects to investigate since it was first diagnosed at RSKD until observations ended on June 2012. The study design limited period of 5 years until the event occured. The result from this study are 95 patients of acute leukemia in children found the overall five years survival rate is 22,6%, five years survival rate of AML is 4,6%, and five years survival rate of ALL is 28,9%. Hazard Ratio of AML is 1,643 times than ALL.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30969
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saila Hadayna
"Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang menyumbang kenaikan angka morbiditas, mortalitas, beban biaya kesehatan, dan masalah kesehatan lainnya. Menurut Riskesdas 2018, prevalensi PGK di Indonesia mencapai 0,38% dan mengalami peningkatan 0,2% dibandingkan tahun 2013. PGK juga merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia berdasarkan data Global Burden of Disease tahun 2019. Meningkatnya insiden penyakit ginjal kronis turut mempengaruhi peningkatan jumlah pasien yang menjalani hemodialisis sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk bertahan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan hidup pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RS Krakatau Medika tahun 2019-2021. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RS Krakatau Medika Tahun 2019-2021. Data pasien yang diambil meliputi usia, jenis kelamin, riwayat keluarga PGK, komorbid hipertensi, komorbid diabetes melitus, dan komorbid kardiovaskular. Analisis data menggunakan analisis survival dengan metode Kaplan-Meier dan Regresi Cox. Dari studi ini diketahui sebanyak 216 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan 84 pasien telah meninggal dan 132 pasien adalah sensor. Probabilitas ketahanan hidup satu, dua, dan tiga tahun pasien PGK yang menjalani hemodialisis sebesar 58%, 43%, dan 36%. Terdapat perbedaan yang signifikan pada ketahanan hidup pasien berdasarkan usia, komorbid hipertensi, dan komorbid diabetes melitus (log rank test, p<0,05). Hasil analisis regresi cox menunjukkan usia (HR=2,28, 95% CI 1,444—3,588, p<0,001) dan komorbid hipertensi (HR=0,40, 95% CI 0,245—0,668 p<0,001) mempengaruhi ketahanan hidup pasien. Usia dan komorbid hipertensi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap ketahanan hidup pasien. Pasien PGK yang menjalani hemodialisis pada usia ≥ 55 tahun dan tidak terdapat komorbid hipertensi memiliki ketahanan hidup yang lebih rendah dibandingkan pasien dengan usia <55 tahun dan terdapat komorbid hipertensi. Diharapkan dapat meningkatkan peran keluarga dan petugas kesehatan dalam memberikan dukungan moril serta pengawasan pada pasien selama menjalani manajemen perawatan hemodialisis khususnya pada pasien berusia tua, memiliki komorbid hipertensi, dan komorbid diabetes melitus

Chronic kidney disease (CKD) is a global public health issue that contributes to rising morbidity, mortality, health costs, and other health issues. According to Riskedas 2018, the prevalence of CKD in Indonesia was 0.38% and increase by 0.2% compared to 2013. CKD is also the third leading cause of death in Indonesia based on Global Burden of Disease data 2019. The rising insidences of chronic kidney disease also affects the increasing number of patients undergoing hemodialysis as a replacement therapy for kidney function to survive. This study aims to identify the factors that affect the survival of patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis at Krakatau Medika Hospital in 2019-2021. The design of this study was a retrospective cohort using secondary data from the medical records of CKD patients undergoing hemodialysis at Krakatau Medika Hospital in 2019–2021. Age, gender, family history of CKD, comorbidities for hypertension, diabetes mellitus, and cardiovascular were among patient data collected. Data analysis used survival analysis with the Kaplan-Meier method and Cox regression. From this study, there were 216 samples met the inclusion and exclusion criteria with 84 patients had died and 132 patients were censored. The probability of one, two, and three-year survival of CKD patients undergoing hemodialysis were 58%, 43%, and 36%, respectively. There were significant differences in patient survival based on age, comorbid hypertension, and comorbid diabetes mellitus (log-rank test, p<0.05). The results of the Cox regression analysis showed that age (HR = 2.28, 95% CI: 1.444–3.588, p<0.001) and comorbid hypertension (HR = 0.40, 95% CI: 0.245–0.668, p<0.001) affected patient survival. The most significant factors affecting patient survival are age and comorbid hypertension. Patients with CKD undergoing hemodialysis at the age of ≥ 55 years old and no comorbid hypertension have lower survival rates than patients with age < 55 years old and comorbid hypertension. It is expected to increase the role of family and health workers in providing emotional support and monitoring of patients during hemodialysis care management especially in patients who are elderly, have comorbid hypertension, and comorbid diabetes melitus."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>