Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174270 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tubianto Anang Zulfikar
"Malaria merupakan masalah kesehatan dunia termasuk indonesia karena mengakibatkan dampak yang luas dan berpeluang menjadi penyakit emerging dan re­ emerging disease. Di wilayah SEARO 10 dari 11 negara anggota SEARO endemlk malaria termasuk Indonesia. Pada tabun 2008 dilaporkan 2,4 juta kasus dengan konfirmasi laboratorium dan 40.000 kematian. Penelitiau ini menggunakan desain cross sectional yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yaug berhubungau dengan kejadian malaria pada populasi >15 tahun di Indonesia tahun 2010. Penelitian dengan studi kuantitatif melibatkan 177.920 subjek penelitian yang diambil dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Dati analisis multivariat didapatkan 13 variabel yang berhubungan secara signifikan. Variabel tersebut adalah : Umur, jenis kelamin, tipe dinding rurnah, tinggal sekitar sungai, tinggal sekitar hutan, tinggal sekitar pantai, tinggal sekitar daerah padat penduduk, tinggal sekitar ladang sawah, tinggal sekitar perkebunan, tipe daerah, tidur menggunakan kelambu. penggunaan repelen, dan kemoprofilaksis. Disarankan untuk orang yang tinggal di daerah berisiko untuk selalu menggunakan repelen, kepada Kementrian Kesebatan RI untuk: 1) meningkatkan cakupan juru malaria desa. 2) melakukan inodilikasi pemberantasan vektor pada daerah-daerah perkembangbiakan nyamuk Anopheles. Untuk peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian dengan desain lain seperti kasus kontrol untuk melibat faktor-faktor yang berhubungau dengau malaria pada daerah endemis atau non endemis malaria.

Malaria is the global health problem inclusive of Indonesia, because resulting wide impact and have opportunity to become emerging and re-emerging disease. In WHO region SEARO, 10 of 11 member country is endemic malaria inclusive Indonesia. In the year 2008 reported by 2,4 million case with the laboratory confirm and 40.000 death, incidence malaria 2010 was 22,9 per 1.000 population (Basic Health Research, 2010). This is a cross sectional study which aim to describe the predictors of malaria occurrence factors [of] which deal with malaria occurrence in population aged 15 and above in Indonesia, 2010. Research with the quantitative study is conducted in 177.920 respondent research which is taken from Basic Health Research 2010. Multivariate analysis showed 13 variable by significant. The variable is : Age, gender, home wall type, stay around river, stay around forest, stay around beach, stay around region over population, stay around farm, stay around plantation, region type, sleep utilizes bednet, repelen's purpose, and kemoprofilaksis. Suggested for person what does live at risk area to evers be utilize repelen, to Ministry of Health to 1). improving coverage of expert of countryside malaria 2) conducting modification of eradication vektor at breeding place of mosquito Anopheles. For the researcher of suggested other;dissimilar to /conduct research by design other;dissimilar like ease control to see the factors are related with malaria in endemic area or non endemic area."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T32005
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanitya Dwi Ratnasari author
"Pengetahuan pencegahan dan penularan HIV/AIDS merupakan pengetahuan mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang dikompositkan berdasarkan 5 hal: HIV dapat dicegah dengan berhubungan seksual dengan suami/istri saja, menggunakan kondom saat berhubungan seksual dengan pasangan berisiko, tidak menggunakan jarum suntik bersama, HIV tidak dapat ditularkan melalui makan sepiring dengan orang yang terkena HIV, dan melalui gigitan nyamuk. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan pencegahan dan penularan HIV/AIDS penduduk umur ≥ 15 tahun menurut karakteristik kelompok umur, jenis kelamin, status kawin, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran rumah tangga per kapita, berdasarkan data Riskesdas 2010. Desain studi penelitian ini adalah potong lintang. Populasi studi penelitian ini adalah seluruh responden Riskesdas 2010 dan diambil 101.604 responden sebagai sampel secara total sampling, yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil uji regresi logistik penelitian ini menunjukkan karakteristik kelompok umur, status kawin, pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran rumah tangga per kapita, memiliki hubungan yang bermakna dengan pengetahuan komprehensif HIV/AIDS (nilai p ≤ 0,05). Sedangkan karakteristik jenis kelamin dan tempat tinggal tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pengetahuan komprehensif HIV/AIDS (nilai p > 0,05). Berdasarkan analisis multivariat didapat faktor yang paling berpengaruh yaitu umur, status kawin, pekerjaan, dan pengeluaran. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan komprehensif HIV/AIDS, intervensi peningkatan pengetahuan HIV/AIDS dapat ditujukan pada karakteristik yang paling memerlukan informasi.

Comprehensive knowledge of HIV/AIDS is a knowledge about transmission and prevention of HIV/AIDS which composed based on 5 things: HIV can be prevented by having sex only with husband/wife, using condom when having sex with risky partner, do not needles sharing, HIV can?t spread by eating within one plate with the people affected by HIV, and through mosquito bites. This study was conducted to determine factors associated comprehensive knowledge of HIV/AIDS at population aged ≥ 15 years old according to the characteristics of age group, gender, marital status, residence place, education, employment, and household expenditure per capita, based on Riskesdas 2010 data. Study design was cross-sectional. Study population of this research is all respondents of Riskesdas 2010 and taken as a sample of 101,604 respondents by total sampling methods, which appropriate with inclusion criteria.
Chi-squared test results of this study demonstrate the characteristics of the age group, marital status, education, employment, and household expenditure per capita, have significant value with comprehensive knowledge of HIV/AIDS (p value ≤ 0.05). While the characteristics of gender and residence place doesn?t have significant value with comprehensive knowledge of HIV/AIDS (p value > 0.05). Based on multivariate analysis obtained the most influential factors are age, marital status, occupation, and expenditure. By knowing factors associated comprehensive knowledge of HIV/AIDS, intervention programs to increase HIV/AIDS knowledge can be addressed on the most information needed of the characteristics.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Traviata Prakarti
"Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan, terutama di wilayah perdesaan Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari hasil Riskesdas 2013 dimana prevalensi malaria di wilayah perdesaan Indonesia masih mencapai 7,1% lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional sebesar 6,0%. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah perdesaan Indonesia. Penelitian dengan studi kuantitatif melibatkan 382.231 subjek penelitian yang diambil dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang berusia ≥15 tahun, berdomisili di wilayah perdesaan Indonesia, dan memiliki data yang lengkap (tidak missing).
Hasil menunjukkan prevalensi malaria berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan pada penduduk usia ≥15 tahun sebesar 3,3%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna (nilai p<0,05) antara faktor karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pekerjaan, status gizi), faktor lingkungan tempat tinggal (plafon, dinding rumah, jenis sumber air, tempat pembuangan akhir tinja, lingkungan kumuh), faktor perilaku pencegahan (kelambu, pemakaian kawat kasa pada ventilasi, pemakaian obat anti nyamuk bakar/elektrik, repellent, dan minum obat kemoprofilaksis). Untuk itu diperlukan peningkatan upaya pengendalian fisik untuk memutus rantai penularan vektor nyamuk Anopheles yang didukung oleh modifikasi perilaku hidup sehat oleh masyarakat.

Malaria is one of the infectious diseases that become a major health problem especially in rural areas of Indonesia. It is shown from the result of Riskesdas 2013 where malaria prevalence in rural areas of Indonesia was 7.1%, higher than national prevalence (6.0%). This study used cross sectional design which aims to determine the factors associated with the occurrence of malaria in rural areas of Indonesia. This quantitative studies involving 382,231 subject collected from the secondary data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2013. Samples were population aged ≥15 years, living in rural areas of Indonesia, and had complete data.
Results showed that the prevalence of malaria based on the diagnosis of health personnel in the population aged ≥15 years was 3.3%. The results of the bivariate analysis showed there was a significant association (p value<0.05) between individual factors (age, sex, occupation, nutritional status), environmental factors (ceiling, walls of houses, types of water sources, landfills feces, seedy neighborhood), health prevention behavioral factors (use of bed nets, use of wire netting on the ventilation, use of anti-mosquito drugs/electric, repellent, and taking chemoprophylaxis). Therefore, it?s necessary to increase environmental control to break the chain of malaria transmission supported by people?s health behavior modification.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sovy Aisy
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26810
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahmawati Pebriani
"Saat ini bakteri Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi sekitar seperempat populasi dunia yang menyebar melalui udara dan Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban tuberkulosis yang tinggi. 4 dari 6 provinsi di Pulau Jawa masuk dalam 10 provinsi dengan prevalensi TB paru tertinggi, yaitu Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah dengan prevalensi TB paru di atas 0,4 yang merupakan rata-rata Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik individu dan kondisi lingkungan dengan kejadian tuberkulosis paru pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Pulau Jawa tahun 2018. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data Riskesdas 2018. Jumlah sampel yang digunakan adalah 216.098 responden. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang memiliki hubungan signifikan secara statistik dengan kejadian tuberkulosis paru yaitu jenis kelamin, status gizi, tingkat Pendidikan, merokok, jumlah anggota keluarga, pencahayaan kamar utama, pencahayaan dapur, pencahayaan ruang keluarga, keberadaan jendela kamar utama, keberadaan jendela dapur, ventilasi kamar utama, dan ventilasi dapur. Penting untuk dilakukan peningkatan pengetahuan masyarakat terkait dengan penularan dan pencegahan tuberkulosis paru, termasuk pemberian edukasi tentang kriteria rumah sehat, serta meningkatkan surveilans penemuan kasus melalui peningkatan pemberdayaan kader kesehatan.

Currently, Mycobacterium tuberculosis bacteria have infected about a quarter of the world's population that spreads through the air and Indonesia is one of the countries with a high burden of tuberculosis. 4 out of 6 provinces in Java are included in the 10 provinces with the highest prevalence of pulmonary TB, namely Banten, West Java, DKI Jakarta, and Central Java with the prevalence of pulmonary TB above 0.4 which is the Indonesian average. The purpose of this study was to determine the relationship between individual characteristics and environmental conditions with the incidence of pulmonary tuberculosis in the population aged 15 years in Java Island in 2018. The study design used was cross-sectional using Riskesdas 2018 data. used are 216,098 respondents. Data analysis used univariate and bivariate with chi-square test. The results of the bivariate analysis showed that the variables that had a statistically significant relationship with the incidence of pulmonary tuberculosis were gender, nutritional status, education level, smoking, number of family members, main room lighting, kitchen lighting, living room lighting, presence of main bedroom window, presence of kitchen windows, main bedroom ventilation, and kitchen. It is important to increase public knowledge related to the transmission and prevention of pulmonary tuberculosis, including providing education about the criteria for healthy homes, as well as increasing case finding surveillance by increasing the empowerment of health cadres."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurnaili Hulya
"Hipertensi menjadi salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas penduduk di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proporsi hipertensi dan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Kota Depok pada 2021. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan sumber data sekunder berupa data rekapitulasi laporan deteksi dini penyakit tidak menular dalam aplikasi sistem informasi penyakit tidak menular (SIPTM) di Kota Depok Tahun 2021. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi hipertensi di Kota Depok tahun 2021 sebesar 43%. Faktor risiko yang memiliki hubungan dengan hipertensi adalah usia (PR: 1,36; 95% CI: 1,26 – 1,46), riwayat keluarga hipertensi (PR: 1,47; 95% CI: 1,32 – 1,63), obesitas (PR: 1,24; 95% CI: 1,15 – 1,33), obesitas sentral (PR: 1,60; 95% CI: 1,48 – 1,72) dan kurang aktivitas fisik (PR: 1,36; 95% CI: 1,27 – 1,46).

Hypertension is a major cause of mortality and morbidity in Indonesia. The study aimed to determine the proportion and associated factors of hypertension in Depok City in 2021. This study used a cross-sectional study design with secondary data sources of recapitulation data on non-communicable disease detection reports in the application of sistem informasi penyakit tidak menular (SIPTM) in Depok City in 2021. The results of this study indicate that the proportion of hypertension in Depok City in 2021 is 43%. Risk factors that significantly associated with hypertension are age (PR: 1,36; 95% CI: 1,26 – 1,46), family history (PR: 1,47; 95% CI: 1,32 – 1,63), obesity (PR: 1,24; 95% CI: 1,15 – 1,33), central obesity (PR: 1,60; 95% CI: 1,48 – 1,72), and lack of physical activity (PR: 1,36; 95% CI: 1,27 – 1,46)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Azzahra
"Menurut Riskesdas 2013, di Indonesia prevalensi stroke pada penduduk usia ≥ 15 tahun sebesar 7 permil dan mengalami kenaikan dari tahun 2007 yang sebesar 6 permil. DIY menjadi provinsi dengan prevalensi stroke tertinggi kedua di Indonesia dan prevalensinya melebihi angka nasional yakni sebesar 10,3 permil pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan kejadian stroke pada penduduk usia ≥15 tahun di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan data Riskesdas 2018 Provinsi DIY sebanyak 6695 responden. Uji statistik pada penelitian ini adalah uji chi square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stroke pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Provinsi DIY tahun 2018 yaitu sebesar 1,7%. Uji statistik yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian stroke antara lain usia (POR = 3,23 ; 95%CI = 2,03-5,13), aktivitas fisik (POR = 2,86 ; 95%CI = 1,90-4,31), hipertensi (POR = 5,69 ; 95%CI = 3,68-8,79), penyakit jantung (POR = 2,57 ; 95%CI = 1,47-4,48), dan diabetes melitus (POR = 2,44 ; 95%CI = 1,49-3,40). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara usia, aktivitas fisik, hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes melitus dengan kejadian stroke pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Provinsi DIY. 

According to Riskesdas 2013, the prevalence of stroke in Indonesia in the population aged ≥15 years is 7 per mil and increased from 2007 which was 6 per mil. Special Region of Yogyakarta (DIY) is the province with the second highest prevalence of stroke in Indonesia and the prevalence exceeds the national figure of 10.3 per mil in 2013. This research aimed to determine the factors that can cause stroke in the population aged ≥15 years in DIY Province. Design of this research was cross-sectional and used Riskesdas 2018 data from DIY Province with 6695 respondents. Chi-square statistical test and multiple logistic regression used in this study. The results showed that the prevalence of stroke in the population aged ≥15 years in DIY Province in 2018 was 1.7%. Statistical tests that has a significant relationship with the incidence of stroke included, age ((POR = 3.23 ; 95%CI = 2.03-5.13)), physical activity fisik (POR = 2.86 ; 95%CI = 1.90-4.31), hypertension (POR = 5.69 ; 95%CI = 3.68-8.79), heart disease (POR = 2.57 ; 95%CI = 1.47-4.48), and diabetes mellitus (POR = 2.44 ; 95%CI = 1.49-3.40). The conclusion of this study is there is a relationship between age, physical activity, hypertension, heart disease, and diabetes mellitus with the incidence of stroke in the population aged ≥15 years in DIY Province."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Sugiarti
"Melihat tingginya prevalensi merokok dan kejadian TB paru di Indonesia tahun 2010 maka perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang hubungan merokok dengan kejadian TB paru setelah dikontrol dengan variabel perancunya pada penduduk laki-laki usia >15 di Indonesia tahun 2010. Penelitian ini menganalisa data RISKESDAS 2010 dengan sampel penelitian penduduk laki-laki yang berumur > 15 tahun di Indonesia yang eligible berjumlah 1.428 responden. Penderita TB paru didapatkan berdasarkan diagnosis Tebaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak atau rongten paru. Gambaran distribusi penelitian berupa 41% responden penelitian menderita TB paru dan 50,8% merokok.
Hasil penelitian ini adalah ada hubungan yang bersifat protektif antara merokok dengan TB paru (PR=0,73 95% CI 0,2-0,86) sebelum dan setelah dikontrol dengan variabel perancu. tidak hubungan dose respons jumlah rata-rata merokok per hari dengan TB paru (PR 1-10 batang per hari =0,74 95% CI 0,6-0,90 dan PR >10 batang per hari =0,74 95% CI 0,6-0,90). Ada Hubungan dose respons antara lama menjadi perokok dengan kejadian TB paru (PR 1-10 tahun =0,63 95% CI 0,45-0,90 dan PR >10 tahun =0,76 95% CI 0,64-0,90) dimana semakin lama responden menjadi perokok semakin tidak protektif terhadap TB paru.

Base on prevalence of Pulmonary Tuberculosis and prevalence of Smoking in Indonesia in 2010, the purpose of this study was to determine whether the association of smoking habit and the occurrence of pulmonary tuberculosis among 15 years old man in Indonesia in 2010. Base on Basic Medical Research 2010 data, this study used cross sectional methodology design to analyze to 1,428 eligible respondents. Patients diagnostic get pulmonary tuberculosis by health professionals through the examination of sputum or lung Rontgen at last 12 mouths. From the research found that 41% of respondents suffered from pulmonary tuberculosis and 50.8% of respondents are smoked.
The results of this study is that there is a protected relationship between smoking and pulmonary TB (PR = 0.73 95% CI 0.2 to 0.86) before and after controlled for confounding variables. There are no dose-response relationship between average cigarette per day with pulmonary TB (PR 1-10 cigarettes per day = 0.74 95% CI from 0.6 to 0.90 and PR>10 cigarettes per day = 0.74 95% CI 0.6 to 0.90), but there are dose-response relationship between long duration of smoking (PR1-10 years = 0.63 95% CI 0.45 to 0.90 and PR>10 years = 0.76 95% CI 0.64 - 0.90). It means the longer becomes smokers more unprotective against pulmonary tuberculosis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42376
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriya Wardhani
"Tuberkulosis merupakan salah satu dari 9 penyebab kematian di dunia pada tahun 2015. Sebanyak 62% kasus tuberkulosis di dunia pada tahun 2017 berada di Wilayah SEAR (South-East Asia Region). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan tuberkulosis pada usia ≥ 15 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil Indonesia Family Life Survey (IFLS) 5 tahun 2014 dan memakai desain penelitian studi longitudinal. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebesar 31.916 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis multivariat yang digunakan adalah Cox Regression. Insiden tuberkulosis pada usia ≥ 15 tahun di Indonesia tahun 2014 sebesar 1% (327 orang) responden. Hasil Multivariat yaitu: Usia ≥ 65 tahun (RR= 3,86; 95% CI 2,46-6,06), pendidikan (RR=0,76; 95% CI 0,60-0,98), malnutrisi (RR=1,30; 95% CI 1,02-1,62), merokok (RR= 0,62; 95% CI 0,46-0,82), lantai rumah (RR= 0,26; 95% CI 0,06-1,04), bahan bakar memasak (RR= 0,54; 95% CI 0,36-0,79), dan kontak serumah dengan penderita (RR= 69,68; 95% CI 34,07-142,49). Faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap tuberkulosis pada usia ≥ 15 tahun dan lebih akurat yaitu usia baik hubungan langsung (bivariate) maupun hubungan dengan tuberkulosis setelah dikontrol dengan variabel lainnya (multivariate) (RR= 3,86; 95% CI 2,46-6,06 untuk responden yang berusia ≥ 65 tahun.

Tuberculosis is one of the nine causes of death in the world by 2015. 62% of tuberculosis cases in the world in 2017 is in the Region SEAR (South-East Asia Region). This study aims to determine the risk factors associated with tuberculosis at age ≥ 15 years in Indonesia. This study uses secondary data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS) 5 in 2014 and put on a longitudinal study research design.The sample used in this study amounted to 31.916 respondents who meet the inclusion and
exclusion criteria. Multivariate analysis used is the Cox Regression.The incidence of tuberculosis at the age ≥ 15 years in Indonesia in 2014 amounted to 1% (327 people) of the respondents. Results Multivariate namely: age ≥ 65 years (RR = 3.86; 95% CI 2.46 to 6.06), education (RR = 0.76; 95% CI 0.60 to 0.98), malnutrition (RR = 1.30; 95% CI 1.02 to 1.62), smoking (RR = 0.62; 95% CI 0.46 to 0.82), floor of the house (RR = 0.26; 95% CI 0 , 06-1.04), cooking fuel (RR = 0.54; 95% CI 0.36 to 0.79), and household contact with patients (RR = 69.68; 95% CI 34.07 to 142 , 49). The factors that most influence on tuberculosis at the age ≥ 15 years and more accurately the age group either direct connection (bivariate) and relations with tuberculosis after controlling for other variables (multivariate) (RR = 3.86; 95% CI 2.46 to 6 06 for respondents aged ≥ 65 years)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrianti Suciramadhani Thamzil
"Tuberkulosis di Indonesia tercatat sebagai penyebab kematian urutan keempat setelah India, Cina dan Afrika. Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang menular melalui udara. Kondisi lingkungan yang buruk seperti daerah kumuh akan mempermudah penyebaran kuman tuberkulosis dengan berbagai faktor risiko. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi dan gambaran kejadian tuberkulosis paru berdasarkan faktor risikonya pada penduduk usia ≥15 tahun di daerah kumuh Indonesia. Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari data Riskesdas 2013 yang menggunakan desain studi Cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah penduduk yang tinggal di daerah kumuh di Indonesia berusia ≥15 tahun yang memiliki data variabel penelitian yang lengkap. Hasil penelitian ini menunjukkan, prevalensi tuberkulosis paru di daerah kumuh Indonesia tahun 2013 sebesar 0,7%. Prevalensi tuberkulosis tertinggi ditemukan pada penduduk berusia 65-74 tahun (1,0%); laki-laki (0,6%); tidak tamat sekolah dasar (0,7%); nelayan (0,7%); status gizi kurus (1,3%); tidak merokok (0,6%); ventilasi tidak memenuhi syarat (0,6%); pencahayaan alami tidak memenuhi syarat (0,6%); dan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat (0,6%).

Tuberculosis in Indonesia islisted as the fourth leading cause of death after India, Cina and Africa. Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis which spread through the air. Poor environmental conditions such as the slums will facilitate the spread of germs of tuberculosis with various risk factors. This study aims to determine the prevalence and incidence of pulmonary tuberculosis description of risk factors based on the population aged ≥15 years in the slums of Indonesia. This study is a further analysis of the secondary data analysis of Riskesdas 2013 that uses design study Cross-sectional. The sample
was people living in slums in Indonesia aged ≥15 years who have a complete variable data research. Results of this study showed that the prevalence of pulmonary tuberculosis in the slums of Indonesia in 2013 amounted to 0.7%. The highest prevalence of tuberculosis was found in the population aged 65-74 years (1.0%); men (0.6%); not completed primary school (0.7%); fishing (0.7%); nutritional status of thin (1.3%); no smoking (0.6%); ventilation not qualify (0.6%); natural lighting are not eligible (0.6%); and population density do not
qualify (0.6%)."
2015
S59184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>